ORGANISASI PUBLIKASI SIMPUL HERITAGE 2017 …

25
Seminar BERANDA ORGANISASI PUBLIKASI SIMPUL HERITAGE 2017 SEMARNUSA 2018 Prosiding Seminar Heritage Tangible Intangible June 21, 2017 by iplbi PROSIDING SEMINAR HERITAGE TANGIBLE INTANGIBLE CIREBON 2017 Sekolah Tinggi Teknologi Cirebon Universitas Indraprastha Universitas Trisakti Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia ISBN Online 978-602-17090-4-7 ISBN Cetak Jilid 1 978-602-17090-5-4 ISBN Cetak Jilid 2 978-602-17090-6-1 http://seminar.iplbi.or.id/prosiding-seminar-heritage-tangible-intangible/ PEMBICARA KUNCI Pemaknaan Tempat dalam Pelestarian Arsitektur Widjaja Martokusumo Halaman 01-10 BANGUNAN WARISAN Hasil Penelitian Adaptasi Gedung Museum Kota Makassar terhadap Iklim Tropis Lembab Andi Eka Oktawati, Wasilah Sihabuddin Halaman A 001-010 Akulturasi Budaya pada Masjid Gedhe Mataram Jogjakarta Endang Setyowati, Gagoek Hardiman, Titien Woro Murtini Halaman A 011-018

Transcript of ORGANISASI PUBLIKASI SIMPUL HERITAGE 2017 …

Page 1: ORGANISASI PUBLIKASI SIMPUL HERITAGE 2017 …

Seminar BERANDA

ORGANISASI

PUBLIKASI

SIMPUL

HERITAGE 2017

SEMARNUSA 2018

Prosiding Seminar Heritage Tangible Intangible June 21, 2017 by iplbi

PROSIDING SEMINAR HERITAGE TANGIBLE INTANGIBLE CIREBON 2017

Sekolah Tinggi Teknologi Cirebon Universitas Indraprastha Universitas Trisakti Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia

ISBN Online 978-602-17090-4-7 ISBN Cetak Jilid 1 978-602-17090-5-4 ISBN Cetak Jilid 2 978-602-17090-6-1

http://seminar.iplbi.or.id/prosiding-seminar-heritage-tangible-intangible/

PEMBICARA KUNCI

Pemaknaan Tempat dalam Pelestarian Arsitektur Widjaja Martokusumo Halaman 01-10

BANGUNAN WARISAN

Hasil Penelitian

Adaptasi Gedung Museum Kota Makassar terhadap Iklim Tropis Lembab Andi Eka Oktawati, Wasilah Sihabuddin Halaman A 001-010

Akulturasi Budaya pada Masjid Gedhe Mataram Jogjakarta Endang Setyowati, Gagoek Hardiman, Titien Woro Murtini Halaman A 011-018

Page 2: ORGANISASI PUBLIKASI SIMPUL HERITAGE 2017 …

Karakteristik Benteng Fort Rotterdam sebagai Urban Artefact Kota Makassar Andi Hildayanti, Wasilah Halaman A 019-026

Konsep Desain Atap Aula Timur dan Aula Bara Institut Teknologi Bandung Yohana Friscila Ezra Sitorus Halaman A 027-032

Penerapan Tradisi “Payango” pada Rumah Tinggal Masyarakat Gorontalo sebagai Upaya Pelestarian Budaya Lokal Ernawati , Heryati , M Muhdi Ataufiq Halaman A 033-040

Penyesuaian Ruang Arsitektur dalam Kehidupan Berbudaya Masyarakat Migran Madura Abraham Mohammad Ridjal Halaman 041-050

Perpaduan Gaya Arsitektur Jawa Kuno, Tiongkok, dan Eropa pada Arsitektur Masjid Agung Banten Mohammad Thareq Defa Halaman A 051-054

Simbolisme Masjid Agung Demak Marwoto 1, Elisya Wulandari Halaman A 055-062

Studi Langgam pada Hotel Toeng Hoa dengan Observasi Ornamen Bangunan Lucky Lukman Hakim Halaman A 063-066

Tipologi Arsitektural Stasiun Bringin, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah Nafiah Solikhah Halaman A 067-074

Tipologi Masjid Kagungan Dalem di Imogiri, Bantul Endah Tisnawati, Dita Ayu Rani Natalia Halaman A 075-082

Diskursus

Adaptasi Bangunan Cagar Budaya Perspektif Indonesia Adang Sujana Halaman A 083-090

Page 3: ORGANISASI PUBLIKASI SIMPUL HERITAGE 2017 …

Adaptasi Gaya Eropa pada Kantor Gubernur Jawa Timur Aysha Nurshabira Halaman 091-094

Akulturasi Budaya dalam Makna dan Fungsi di Masjid Agung Sumenep Adisti Yonita Widiatami Halaman A 095-102

Akulturasi Langgam Arsitektur pada Elemen Pintu Gerbang Masjid Agung Yogyakarta Firdha Ruqmana Halaman A 103-108

Analisis Tujuh Prinsip Desain pada Bangunan Utama Hogere Burger School Semarang, SMA 1 Semarang Annisa Yulita Pertiwi Halaman A 109-116

Ekspresi Majapahit dalam Ornamen Bangunan Masjid Sang Cipta Rasa Cirebon Yanuar Mandiri Halaman A 117-124

Ekspresi Tropis dalam Modernitas Karya A.F. Aalbers. Studi Kasus De Driekleur Andrew Cokro Putra, Bambang Setia Budi Halaman A 125-132

Ekspresi Vernakular Minangkabau pada Masjid Raya Gantiang Ganda Saputra Sinaga Halaman A 133-138

Elemen Fisik Masjid Baiturrahman Banda Aceh sebagai Pembentuk Karakter Visual Bangunan Rihan Rizaldy Wibowo Halaman A 139-144

Identifikasi Elemen Arsitektur Khas C.P. Wolff Schoemaker dalam Arsitektur Masjid Raya Cipaganti Raudina Rachmi, Bambang Setia Budi Halaman A 145-152

Keberagaman Ornament pada Fasad Bangunan Bank Indonesia Bandung Afif Muhammad Edi Halaman A 153-160

Page 4: ORGANISASI PUBLIKASI SIMPUL HERITAGE 2017 …

Konsep Keabadian, Serta Kajian Tektonika Arsitektur Candi di Jawa Timur Yang Disandingkan dengan Gereja Puh Sarang Kadiri R.Bambang Gatot Soebroto, Nuffida Halaman A 161-170

Konservasi Gedung Lawang Sewu sebagai Warisan Sejarah Indonesia Jovita Liyonis Halaman A 171-174

Makna Bangunan Menara Masjid Agung Banten Ulama Andika Halaman A 175-180

Masjid Agung Kasepuhan Cirebon sebagai Masjid Kuno di Indonesia dengan Orientasi Kiblat Imega Reski Halaman A 181-186

Memaknai Lukisan Kaca Patri Lawang Sewu, Semarang Jovani Debora Emmanuella Halaman A 187-192

Pencahayaan Menggunakan Atap Kaca pada Gedung Ned.- Ind. Gas. Mij., Showroom en Kantoor; Becker en Co Khalil Ambiya Halaman A 193-196

Pengantar Tipologi Pintu dan Jendela pada Bangunan Gedung Sate Bandung Desti Sukmamiranti Halaman A 197-202

Pengaruh Hindu pada Atap Masjid Demak Nugraha Pratama Halaman A 203-206

Pengaruh Kebudayaan Cina terhadap Arsitektur Masjid Mantingan Hasna Anindyta Halaman A 207-212

Perpaduan Budaya Islam dan Hindu dalam Masjid Menara Kudus Andanti Puspita Sari Pradisa Halaman A 213-218

Perpaduan Gaya Arsitektur Eropa dan Timur Tengah pada Bangunan Masjid Istiqlal Jakarta Fatimatuz Zahra Halaman A 219-226

Page 5: ORGANISASI PUBLIKASI SIMPUL HERITAGE 2017 …

Perpaduan Unsur Arsitektur Islam dan Gaya Arsitektur Kolonial pada Masjid Cut Meutia Jakarta Indah Mega Ashari Halaman A 227-232

Pertimbangan Penentuan Ketinggian Panggung pada Rumah Melayu Kampar Ratna Amanati Halaman A 233-238

Ragam Ornamen Arsitektur Masjid Sultan Abdurrahman Pontianak Shinta Rizkia Putri Halaman A 239-246

Sayap Timur Gedung Sate Kemegahan Arsitektur, Kekayaan Sejarah, dan Keberlangsungannya dalam Era Milenium Annisa Fadhilah Farid Halaman A 247-250

Sejarah Pembangunan dan Renovasi pada Masjid Agung Bandung Andita Aprilina Nugraheni Halaman A 251-258

Sejarah Terbentuknya Langgam Masjid Jami Angke Putri Isti Karimah Halaman A 259-264

Transformasi Bentuk Arsitektur Masjid Agung Palembang Setyo Nugroho, Husnul Hidayat Halaman A 265-272

Usaha Preservasi pada Masjid Jami Kalipasir, Tangerang, Banten Maretta Arninda Dianty Halaman A 273-278

Kasus Studi

Analisis Penulis Mengenai Akulturasi Budaya pada Aula Timur ITB Muhammad Hafiz Asyraf, Bambang Setia Budi Halaman A 279-284

Arsitektur Makam Siti Fatimah binti Maimun Gresik Luqman Arifin Siswanto Halaman A 285-288

Desain Fasad Depan dan Ornamen pada Societeit Voor Officieren dan Stasiun KAI di Kota Cimahi

Page 6: ORGANISASI PUBLIKASI SIMPUL HERITAGE 2017 …

Jeremy Meldika Halaman A 289-294

Elemen-Elemen Arsitektural Post Kantoor di Tanah Deli Lia Veronica Wirjono Halaman A 295-302

Fungsi Makna Bentuk Gereja Katedral Santo Petrus Bandung Hero Renaldi Halaman A 303-310

Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten Alya Nadya Halaman A 311-316

Gedung Pengadilan Landraad, Memori dan Upaya Pelestariannya Muhammad Fajri Arief Mahmuda Halaman A 317-320

Gedung Sate, Keindahan Ornamen Arsitektur Indo-Eropa I Gusti Ayu Ceri Chandrika Meidiria Halaman A 321-326

Grand Hotel Preanger dari Waktu ke Waktu, sebuah Montase Sejarah Eko Bagus Prasetyo, Bambang Setia Budi Halaman A 327-336

Identifikasi Perubahan Tatanan Spasial Rumah Ketib Anom di Kauman Surakarta Ardhini Zulfa Halaman A 337-344

Jejak Societeit Concordia di Bandung Gusti Reynaldi Cakramurti Halaman A 345-350

Kemiripan Arsitektur Tiang Masjid Ampel Karangasem Bali dengan Masjid Agung Demak Afrizal Fikri Halaman A-351-354

Langkah Awal Konservasi Kediaman Raden Saleh Lady Viona Yacup Halaman A 355-358

Page 7: ORGANISASI PUBLIKASI SIMPUL HERITAGE 2017 …

Lebih Dekat dengan Masjid Agung Kauman, Semarang Safira Halaman A 359-364

Masjid Agung Banten Perpaduan Tiga Budaya dalam Satu Arsitektur Bintang Widya Laksmi Halaman A 365-368

Masjid Cipari, Masjid Tertua dan Unik di Garut Annisa Maharani Halaman A 369-374

Masjid Cipari Garut, Masjid Berasitektur Mirip Gereja Franciska Tjandra Halaman A 375-380

Masjid dan Makam Sendang Duwur, Perwujudan Akulturasi Ayeesha Putri Zarifa Halaman A-381-384

Masjid Pacinan Tinggi, Hancur atau Belum Selesai Rizkia Amalia Halaman A 385-392

Masjid Raya Cipaganti, Heritage Kota Bandung yang Memadukan Gaya Arsitektur Jawa dan Eropa Zulva Fachrina Halaman A 393-398

Masjid Sultan Suriansyah sebagai Simbol Dimulainya Pergerakan Islam di Kalimantan Selatan Noortieni Khairulisa Halaman A 399-402

Masjid Wapauwe, Saksi Perkembangan Islam di Wilayah Timur Nusantara Dwi Astuti Halaman A 403-408

Masjid Tua Ternate, Warisan Berharga Sultan yang Perlu Dilestarikan Muhammad Fadhil Fathuddin Halaman A 409-414

Nilai Arsitektur Lokal Masjid Gunung Pujut, Lombok, NTB Yuninda Dian Pamungkas Halaman A 415-418

Page 8: ORGANISASI PUBLIKASI SIMPUL HERITAGE 2017 …

Pelestarian Bangunan Bersejarah di Kota Lhokseumawe Cut Azmah Fithri, Sisca Olivia, Nurhaiza Halaman A 419-426

Pelestarian Bangunan dan Obyek Peninggalan di Kutai Kartanegara sebagai Pembentuk Identitas Kota Eva Elviana, Diyan Lesmana Halaman A 427-434

Penelusuran Warisan Budaya Jakarta melalui Heritage Bangunan Masjid Al-Alam Marunda Ahmad Darmawan Halaman A 435-440

Pengaruh Belanda dalam Arsitektur Masjid Agung di Priangan 1800 – 1942 Annisha Ayuningdiah Halaman A 441-448

Pengaruh Kepemimpinan Keraton pada Arsitektur Masjid Agung Surakarta Lilis Yuniati Halaman A 449-454

Penghawaan dan Pengaruh Psikologi pada Aula Barat dan Aula Timur ITB Muhammad Fahry Aziz, Bambang Setia Budi Halaman A 455-462

Perkuatan Struktur pada Revitalisasi Bangunan Cagar Budaya, Kasus Studi: Toko Dynasti, Jalan AM Sangaji Yogyakarta Augustinus Madyana Putra, Andi Prasetiyo Wibowo Halaman A 463-468

Perpaduan antara Tradisi Islam dan Kebudayaan Eropa pada Arsitektur Istana Maimun Pipin Kurniawati Halaman A 469-472

Perpaduan Elemen Arsitektur Tradisional dan Eropa pada Masjid Agung Manonjaya Maulidinda Nabila Halaman A 473-478

Perubahan Atap Masjid Agung Garut Devinna Febrianni Halaman A 479-484

Page 9: ORGANISASI PUBLIKASI SIMPUL HERITAGE 2017 …

Perubahan pada Masjid Tuo Kayu Jao Setelah Pemugaran Alisha Dwi Nefertity Halaman A 485-490

Perubahan pada Menara Masjid Sunan Ampel Surabaya Tahun 1870-2012 Arif Satya Wirawan, Bambang Setia Budi Halaman A 491-498

Ragam Motif dan Warna Tegel Kunci pada Keraton Yogyakarta Fida Windari Dewi, Bambang Setia Budi Halaman A 499-504

Sejarah Kantor Nederlands-Indische Spoorweg (NIS) di Semarang Faisal Prabowo Halaman A 505-510

Sejarah Stasiun Bandung dari Masa ke Masa Muhammad Aodyra Khaidir Halaman A 511-514

Studi Dokumentasi Area Siti Inggil Keraton Kasepuhan Cirebon Farhatul Mutiah Halaman A 515-520

Studi Kasus Bangunan Cagar Budaya, Dokumentasi Gedung “Eks Museum Mpu Tantular”Jalan Taman Mayangkara no.6, Surabaya Andy Mappajaya, Josef Prijotomo,Josephine Roosandriantini, Angger Sukma Mahendra,Tanti Satriana Rosary N, Tjahja Tribinuka, Nur Endah Nuffida, M.Dwi Hariadi, V.Totok Noerwasito , Nurfahmi Muchlis, Murtijas Sulistijowati Halaman A 521-524

Tantangan Konservasi pada Rumah Bandung Rangki dan Sri Dandan di Desa Bali Aga Pedawa, Buleleng-Bali Tri Anggraini Prajnawrdhi Halaman A 525-532

Transformasi Atap Masjid Raya Bandung Zuhrissa Putrimeidia Aswati Halaman A 533-538

Transformasi Tipologi Bentuk Kubah Masjid Raya Baiturrahman sebagai Bangunan Bersejarah di Aceh Armelia Dafrina Halaman A 539-546

Page 10: ORGANISASI PUBLIKASI SIMPUL HERITAGE 2017 …

Unsur-Unsur Budaya pada Arsitektur Masjid Agung Darussalam, Bojonegoro Uswatun Chasanah Halaman A 547-554

KAWASAN WARISAN

Hasil Penelitian

Aspek Intangible di Balik Jejak Rancang Bangun Arsitektur Kolonial Masa Pengembangan Wilayah Kota Malang 1917-1929 Noviani Suryasari Halaman B 001-008

Commercial Property Development and Heritage Conservation in Ho Chi Minh City’s District One Laras Primasari, Athina Ardhyanto Halaman B 009-016

Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perwujudan Tata Spasial Kota Peninggalan Kerajaan Karangasem di Bali I Gusti Ngurah Wiras Hardy Halaman B 017-024

Identifikasi Karakter Kawasan Cagar Budaya Pakualaman Yogyakarta Angela Upitya Paramitasari Halaman B 025-032

Identifikasi Tujuan Wisata Reliji Masjid-Masjid Cirebon Dhini Dewiyanti, Dini Rosmalia, Sally Oktaviana Halaman B 033-038

Kajian Facade Rumah Tradisional Kampoeng Batik Jetis Sidoarjo Dyan Agustin, Wiwik Dwi S Halaman B 039-044

Kajian Model Revitalisasi Kawasan Heritage Kesawan Medan Dwi Lindarto Hadinugroho Halaman B 045-052

Karakteristik Kawasan Tamansari Watercastle sebagai Warisan Budaya Kraton Yogyakarta Riana Viciani G, Himasari Hanan Halaman B 053-060

Konsep Penataan Pura Dalem Desa Adat Negari, Desa Singapadu Tengah sebagai Objek Baru Wisata Sejarah I Made Suarya, I Nyoman Widya Paramadhyaksa, Ni Ketut Agusinta Dewi, I

Page 11: ORGANISASI PUBLIKASI SIMPUL HERITAGE 2017 …

Gusti Agung Bagus Suryada Halaman B-061-068

Konstruksi Tipologi Lanskap Budaya Jawa Kuno dari Relief Candi Panataran di Propinsi Jawa Timur Chairul Maulidi, Wara Indira Rukmi Halaman B 069-072

Kosmologi Elemen Lanskap Budaya Cirebon Dini Rosmalia, L. Edhi Prasetya Halaman B 073-082

Pelestarian dan Penataan Bangunan Kota (Urban Heritage) di Kabupaten Magelang Indah Yuliasari Halaman B 083-088

Pelestarian Kawasan Kampung Arab Almunawar Palembang Retno Purwanti Halaman B 089-094

Pelestarian Makna Universal, Kelokalan dan Wujud Arsitektur Bangsal Sitihinggil di Kraton Yogyakarta Alwin Suryono Halaman B 095-102

Penelusuran Nilai Tangible dan Intangible Heritage dalam Tradisi Ngerebeg di Desa Tegallalang Gianyar Made Prarabda Karma Halaman B 103-110

Pengaruh Adaptasi Arsitektur Tropis pada Bangunan Kolonial di Koridor Jalan Blang Mee Samudera Pase Nova Purnama Lisa, Nurhaiza Halaman B 112-118

Pengaruh Kualitas Bangunan dan Kondisi Lingkungan Bangunan Bersejarah Terhadap Wisata Budaya di Kota Medan Yuanita F.D Sidabutar, Sirojuzilam, Suwardi Lubis, Rujiman Halaman B 119-128

Peran Aspek Lokal dalam Perancangan Arsitektur Kota Karya Karsten Albertus Sidharta Muljadinata, Antariksa, Purnama Salura Halaman B 129-136

Page 12: ORGANISASI PUBLIKASI SIMPUL HERITAGE 2017 …

Persepesi Masyarakat terhadap Nilai Sakral dari Alun-alun Bandung Heru Wibowo, Tri Widianti Natalia Halaman B 137-140

Perubahan Ruang Bermukim di Kampung Kapitan Palembang Irma Indriani Halaman B 141-148

Pesanggrahan Ambarukmo, Mengingat yang Terlupakan Yudha Pracastino Heston, Rr. Dyah Kartika Halaman B 149-156

Pola Tata Ruang Kampung Kwarasan Magelang Karya Thomas Karsten M. Maria Sudarwani, Iwan Priyoga Halaman B 157-160

Prinsip Rancangan Koridor Komersial di Kawasan Kota Tua Kota Gorontalo Elvie F. Mokodongan, Y.P. Erick. Ambarmoko Halaman B-161-170

Revitalisasi Situs Patirtan Watugede Singosari sebagai Obyek Wisata Spiritual Berkelanjutan Junianto, Rosalia Niniek Sri Lestari, A. Tutut Subadyo Halaman B 171-176

Sejarah dan Perkembangan Kota Denpasar sebagai Kota Budaya Ni Made Yudantini, Kadek Agus Surya Darma, Wayan Wiryawan Halaman B 177-184

Diskursus

Analisis VGA Sebuah Pendekatan untuk Membaca Nilai Integrasi Ruang pada Bangunan Ndalem Joyokusuman Yogyakarta Sidhi Pramudito, Gerarda Orbita Ida Cahyandari, Vincentia Reni Vita Surya Halaman B 185-192

Konservasi Nilai-nilai Hunian Bali Aga (Bali Kuno) dalam Wisata Budaya di Desa Penglipuran, Bangli Ida Ayu Dyah Maharani, Imam Santosa, Prabu Wardono, Widjaja Martokusumo Halaman B 193-200

Letak Gedung De Vries di Bandung Moch Ginanjar Busiri Halaman B 201-204

Page 13: ORGANISASI PUBLIKASI SIMPUL HERITAGE 2017 …

Pengaruh Budaya Jawa-Hindu dalam Kompleks Makam Imogiri, Yogyakarta Nindyasti Dilla Himaya Halaman B 205-210

Ragam Ornamentasi pada Fasad Bangunan Kolonial di Jalan Groote Postweg, Bandung Nahrul Ulum Halaman B 211-218

Rekomendasi Restorasi Fasade De Drie Locomotiven Teresa Zefanya, Bambang Setia Budi Halaman B 219-226

Sambuangan Taguk Pulih sebagai Wujud Saujana Arsitektur Suku Bajo Syahriana Syam, Ananto Yudono, Ria Wikantari, Afifah Harisah Halaman B 227-234

Siapa Pemilik Sense of Place? Tinjauan Dimensi Manusia dalam Konservasi Kawasan Pusaka Kota Lama Christin Dameria, Roos Akbar, Petrus Natalivan Halaman B 235-240

Studi Dampak Pembangunan Stasiun Bandung terhadap Daerah Sekitarnya Febri Nur Fitrianto Halaman B 241-246

Sudut Pandang Baru terhadap Revitalisasi dan Adaptasi Kompleks Gedung Galeri Nasional Indonesia Jarot Mahendra Halaman B 247-254

Threshold Space sebagai Pendekatan Desain Ruang Terbuka di Kawasan Kota Tua Jakarta Steven Nio, Julia Dewi Halaman B 255-260

Wajah Militair Hospitaal dan ‘Kota Militer’ Cimahi Aileen Kartiana Dewi Halaman B 261-266

Kasus Studi

Dualisme Fungsi Sumur Gumuling sebagai Masjid dan Benteng Pertahanan Retno Rosati Rosati Halaman B 267-274

Page 14: ORGANISASI PUBLIKASI SIMPUL HERITAGE 2017 …

Elemen Tangga Pada 3 Bangunan Kolonial di Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta Hazimah Ulfah Az Zaky Halaman B 275-282

Identifikasi Perubahan Tatanan Spasial Karang di Desa Taro Kelod Gianyar Bali Annisa Nurul Lazmi, Dita Ayu Rani Natalia Halaman B 283-292

Konsep Rancangan Ruang Terbuka Publik dengan Pendekatan Naratif Kasus Studi: Taman Lapangan Banteng Jakarta Jessica Apriliani, Julia Dewi Halaman B 293-296

Konservasi Puri Smarapura di Klungkung, Bali Ni Ketut Agusintadewi Halaman B 297-304

Penelaahan Wajah Braga Dulu dan Sekarang Yasmin Chairani Ulfhah Halaman B 305-312

Pengantar Arsitektur Bangunan Perumahan Militer pada Zaman Kolonial di Kota Cimahi Muhammad Rizky Mulyana Halaman B 313-316

Pengaruh Arsitektur Hindu pada Masjid Tuha Indrapuri Dininta Annisa Halaman B 317-320

Pengelolaan Kawasan Kota Heritage Pesisir Berbasis Pariwisata Kreatif Studi Kasus Kawasan Kota Lama Semarang Mussadun Halaman B 321-326

Perkembangan Pola Tata Ruang Kawasan Destinasi Pariwisata Kepulauan di Pulau Batam Nurul Nadjmi Halaman B 327-336

Studi Deret Pohon Mahoni sebagai Elemen Lanskap Heritage pada Aksis Struktur Ruang Kota Kolonis di Kota Metro Fritz Akhmad Nuzir Halaman B 337-340

Page 15: ORGANISASI PUBLIKASI SIMPUL HERITAGE 2017 …

Jalan Braga Menuju Kawasan Heritage Tujuan Wisata Dunia Titik Savitrie Halaman B-341-350

Re-Kriteria Konsep Pelestarian Kawasan Pusaka Perkotaan dalam Konteks Pascabencana di Banda Aceh Zya Dyena Meutia Halaman B-351-356

Pengabdian

Pendampingan dalam Pendataan Bangunan di Kawasan Permukiman Tradisional 3-4 Ulu Palembang Tutur Lussetyowati, Meivirina Hanum, Ari Siswanto Halaman B 357-364

WARISAN BUDAYA

Hasil Penelitian

Cultural Attachment sebagai Pembentuk Sense of Place Kampung Bugisan, Yogyakarta Emmelia Tricia Herliana, Himasari Hanan, Hanson Endra Kusuma Halaman C 001-008

Identifikasi Geometri sebagai Dasar Bentuk pada Arsitektur Tradisional Nusa Tenggara Barat Erlina Laksmiani Wahjutami Halaman C 009-016

Intangible Cultural Heritage Candi Sumberawan dalam Perspektif Kosmologi Ema Y. Titisari, Antariksa, Lisa Dwi W, Surjono Halaman C 017-022

iTripbudaya Aplikasi Berbasis Android untuk Pengembangan Heritage Tourism di Kota Gresik Karina Pradinie, Putu Gde Ariastita, Azka Nur Medha Halaman C 023-028

Pariwisata dan Pelestarian Suatu Pendekatan untuk Mencegah Kerusakan pada Bangunan Candi Masa Sriwijaya Ari Siswanto, Farida, Ardiansyah, Hendi Warlika Sedoputra Halaman C 029-038

Pencarian Intisari Pesan Fundamental dalam Tradisi dan Seting Pementasan Calonarang di Desa Getakan, Klungkung, Bali

Page 16: ORGANISASI PUBLIKASI SIMPUL HERITAGE 2017 …

I Nyoman Widya Paramadhyaksa Halaman C 039-046

Diskursus

Alkuturasi Budaya Hindu Budha pada Arsitektur Masjid Gedhe Mataram Fenyta Rizky Rahmadhani Halaman C 047-052

Arsitektur Vernakular, Penelusuran Pengaruh Tradisi atas Lingkung Bina Ami Arfianti, Josef Prijotomo, Purwanita Setijanti Halaman C 053-060

Biro Arsitek AIA ( Algemeen Ingenieur Architectenbureau ) dan Karyanya di Batavia Alvin Fauzi Halaman C 061-068

Caruban sebagai Asal Nama “ Cirebon” Eksplorasi Spirit Arsitektur Sudarmawan Juwono, Dwi Aryanti, Kiki Maria Halaman C 069-076

Gaya Arsitektur Bioskop Majestic di Bandung Adin Baskoro Pratomo Halaman C 077-080

Pandangan Lintas Budaya terhadap Tempat-Tempat Suci Bersejarah (Historic Sacred Places) di Minahasa, Sulawesi Utara Cynthia E.V Wuisang, Dwight, M. Rondonuwu Halaman C 081-088

Permasalahan Cagar Budaya Living Monument Milik Perorangan di Perkotaan Yuni Rahmawati Halaman C 089-096

Schoemaker dan Jejaknya di Kota Bandung Anisa Chandra Kharimah Halaman C 097-102

Tinjauan Kritis terhadap Peraturan Menteri PURP Nomor 01 PRTM 2015 Yanto Horas Mangihut Manurung Halaman C 103-110

Valuasi Cagar Budaya, Perspektif Manajemen Sumber Daya Budaya R. Ahmad Ginanjar Purnawibawa Halaman C 111-116

Page 17: ORGANISASI PUBLIKASI SIMPUL HERITAGE 2017 …

Kasus Studi

Adaptasi Karya Arsitektur Wolff Schoemaker terhadap Iklim Tropis di Kota Bandung, Indonesia Dhaifina Mazaya Halaman C 117-124

Bangunan Berarsitektur Tradisional Jawa dengan Pengaruh Arsitektur Eropa Haneke Tiara Halaman C 125-128

Kajian Pemikiran Akulturasi Henry Maclaine Pont pada Elemen Desain Interior Aula Timur dan Aula Barat ITB Guino Verma Halaman C 129-136

Kota Pusaka dan Pemikiran Kembali tentang Historical Attachment dalam Persepsi Masyarakat Studi Kasus: Parakan, Temanggung Ari Widyati Purwantiasning, Kemas Ridwan Kurniawan Halaman C 137-144

Refleksi Budaya Komunitas Islam Aboge Cikakak pada Masjid Saka Tunggal Banyumas Awaliyah Mudhaffarah Halaman C 145-150

Savepasarcinde Upaya Penyelamatan Bangunan Cagar Budaya Johannes Adiyanto Halaman C 151-158

Telaah Wujud Kebudayaan dalam Arsitektur Tradisional Makassar Imriyanti, Shirly Wunas, Mimi Arifin, Idawarni J. Asmal Halaman C 159-164

Sarasehan Arsitektur Nusantara Adaptasi Gedung Museum Kota Makassar Terhadap Iklim Tropis Lembab

© IPLBI 2017

Page 18: ORGANISASI PUBLIKASI SIMPUL HERITAGE 2017 …

SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 | KASUS STUDI

Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | 1

Konservasi Puri Smarapura di Klungkung, Bali

Ni Ketut Agusintadewi

Email:[email protected]

Laboratorium Perumahan dan Permukiman, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitasi Udayana.

Abstrak

Sebagai peninggalan Kerajaan Klungkung, Puri Smarapura yang terletak di pusat Kota Smarapura,

Kabupaten Klungkung, telah banyak mengalami perubahan. Dari sembilan mandala yang ada, hanya

tersisa satu mandala. Delapan mandala lainnya telah beralih fungsi akibat perkembangan ekonomi

masyarakat di sekitarnya. Artefak fisik puri juga kurang terawat dan memudarkan citra Puri

Smarapura sebagai pusat kerajaan dimasa lampau. Dengan kandungan nilai sejarah yang tinggi,

upaya penyelamatan terhadap keberadaan puri perlu dilakukan. Tulisan ini memaparkan sejumlah

gagasan pelestarian nilai-nilai tradisi Puri Smarapura yang masih relevan dengan perkembangan saat

ini, sekaligus juga pengembangan potensi-potensi yang ada pada kompleks puri tersebut. Dengan

mengkaitkan keberadaan puri dengan gagasan city tour Kota Smarapura, maka upaya konservasi

yang diusulkan mempertimbangkan kondisi lingkungan sekitar puri, penyediaan fasilitas penunjang

pariwisata, dan upaya memperkuat image kawasan yang harmonis dengan keberadaan puri. Upaya

ini diharapkan dapat mempertahankan citra kejayaan Kerajaan Klungkung dengan mengkategorikan

Puri Smarapura sebagai wisata memori.

Kata-kunci : konservasi; Klungkung; puri; Puri Smarapura

Pendahuluan

Puri merupakan rumah atau tempat tinggal untuk raja atau berdasarkan tingkatan kasta tergolong

ke dalam tingkatan utama berkasta ksatria (Gelebet, 1982:36). Rumah tinggal ini merupakan

sekelompok bangunan yang menerapkan pola-pola yang masih dipelihara dan disakralkan hingga

saat ini. Tidak semua orang diperkenankan memasuki halaman puri. Namun demikian, pada

perkembangannya saat ini, puri sebagai pusat kerajaan telah mulai membuka diri kepada umum.

Bahkan beberapa di antaranya menjadi destinasi wisata, sehingga masyarakat umum dan wisatawan

dapat berkunjung dan melihat secara langsung bagaimana kondisi di dalam puri tersebut. Khusus di

Bali, jenis wisata ini disebut sebagai wisata puri. Disatu sisi, puri berpeluang menjadi objek wisata,

namun di sisi lainnya, menjadi tantangan tersendiri bagi keluarga puri dan masyarakat di sekitarnya

untuk mempertahankan nilai-nilai sejarah di balik bangunan puri itu sendiri.

Puri Smarapura yang terletak di pusat Kota Smarapura, Kabupaten Klungkung, merupakan salah

satu peninggalan sejarah yang sangat tinggi nilainya. Tata letak dan kearsitekturannya terwujud

pada satu site yang memiliki panorama alam pegunungan yang indah. Pada awalnya, Puri

Smarapura merupakan pusat pemerintahan dan tempat tinggal Raja Klungkung. Kedatangan

Belanda yang ingin menguasai kerajaan ini mendapat perlawanan keras dari raja dan rakyat

Smarapura, yang dikenal dengan perang Puputan Klungkung pada tanggal 28 April 1908 (Agung,

1985). Akibat perang tersebut, banyak bangunan puri yang hancur. Bangunan inti puri (jeroan)

dihancurkan dan dijadikan permukiman penduduk. Akhirnya, keindahan karya arsitektur ini menjadi

puing-puing warisan budaya Bali yang kurang terawat.

Page 19: ORGANISASI PUBLIKASI SIMPUL HERITAGE 2017 …

Konservasi Puri Smarapura di Klungkung, Bali

2 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017

Sebagaimana puri di Bali pada umumnya, Puri Smarapura juga mengikuti pola Sanga Mandala atau

berpetak sembilan dengan berbagai fungsi yang dimilikinya (Gambar 1). Hasil observasi

menunjukkan bahwa dari kesembilan mandala yang pernah ada, kini hanya tersisa satu zona,

sedangkan delapan zona lainnya sudah mengalami alih fungsi lahan, seperti kantor, lapangan olah

raga, balai budaya, mesjid, pertokoan, dan sisanya untuk rumah tinggal. Pada mandala yang tersisa

tersebut, bangunan yang masih berdiri tegak adalah Kertha Gosa, Bale Kambang, Taman Gili, dan

Pemedal Agung (Gambar 2). Bangunan-bangunan ini memiliki keunikan dan menjadi artefak penting

bagi pelestarian warisan budaya Bali yang telah dibangun oleh Kerajaan Klungkung.

Puri Smarapura merupakan satu dari sejumlah puri di Bali yang telah terimbas oleh modernisasi.

Peningkatan perekonomian masyarakat memicu perkembangan wajah dan fungsi kawasan di sekitar

puri dan ini mempengaruhi keberadaan puri. Akibatnya, citra tentang kejayaan Kerajaan Klungkung

mulai memudar secara perlahan. Pudarnya citra tradisional pada puri akan menurunkan minat

wisatawan untuk mengunjungi tempat ini.

Sebagaimana fenomena kawasan bersejarah pada suatu kota, budaya yang merupakan cikal bakal

culture heritage telah mengalami pergeseran akibat modernisasi dan globalisasi, sehingga dapat

mengancam kelestarian budaya pada kawasan tersebut (Antariksa, 2004, 2005, 2007). Kondisi ini

Gambar 1. Site plan Puri Smarapura sebelum Perang Puputan Klungkung (1908) terdiri atas sembilan zona

dengan berbagai fungsi yang dimilikinya: (1) Wilayah suci; (2) Wilayah kumpul rakyat; (3) Ruang keluarga raja;

(4) Rumah raja; (5) Rumah mendiang ayah raja; (6) Rumah saudara raja; (7) Rumah selir raja; (8) Rumah

bangsawan; (9) Wilayah kotor (kebun). (Sumber: Yayasan Smarapura Cultural Heritage Trust, 2005)

1

2

3

4

5

6

7

9

8

Page 20: ORGANISASI PUBLIKASI SIMPUL HERITAGE 2017 …

Ni Ketut Agusintadewi

Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | 3

diikuti oleh penurunan tingkat apresiasi masyarakat terhadap kekayaan budaya sendiri. Puri

merupakan pusat kebudayaan dan transformasi konsep filosofi masyarakat Bali.

Dengan demikian, upaya penyelamatan perlu dilakukan agar warisan budaya ini tidak tergerus oleh

pembangunan di sekitarnya. Bagaimanakah usulan upaya konservasi dengan mempertimbangkan

potensi dan masalah yang ada pada puri tersebut? Bagaimanakah rekomendasi konservasi puri

tersebut yang sesuai dengan potensi dan masalah yang ada? Upaya konservasi ini

mempertimbangkan kebijakan pemerintah dan aspirasi masyarakat Kota Smarapura. Tulisan ini

memaparkan sejumlah gagasan pelestarian nilai-nilai tradisi Puri Smarapura yang masih relevan

dengan perkembangan saat ini, sekaligus juga pengembangan potensi-potensi yang ada pada

kompleks peninggalan Kerajaan Klungkung ini. Dengan mengembalikan kondisi puri kepada kondisi

aslinya tanpa mengesampingkan kebutuhan akan fasilitas penunjang objek wisata, maka upaya ini

diharapkan dapat mempertahankan citra kejayaan Kerajaan Klungkung. Dalam hal ini, Puri

Smarapura dapat dikategorikan sebagai wisata memori, situs, dan rekreasi.

Potensi dan Permasalahan

Selain sebagai pusat pemerintahan, Puri Smarapura juga merupakan pusat pengembangan Agama

Hindu. Berbagai upacara keagamaan dilaksanakan secara besar-besaran. Untuk upacara yang

ditujukan kepada manusia (Manusa Yadnya) dilakukan di Bale Kambang. Bale ini merupakan

bangunan yang dikelilingi oleh kolam atau Taman Gili (Gambar 3). Bale Kertha Gosa difungsikan

sebagai tempat meramalkan bencana alam yang kemungkinan terjadi dimasa depan (Gambar 4).

Keunikan Kertha Gosa dan Bale Kambang ini adalah pada permukaan plafond atau langit-langit bale

dihiasi oleh lukisan tradisional gaya Kamasan, yaitu gaya wayang yang sangat populer di Bali,

(Gambar 5). Sementara itu, bale kulkul dibangun setelah Perang Puputan, sehingga bukan

Gambar 2. Satu mandala yang masih tersisa terdiri atas: A) Bale bengong; B) Bale kulkul; C) Bale Kertha Gosa;

D) Bale kambang; E) Taman Gili; F) Museum Semarajaya; G) Pemedalan Agung.

Page 21: ORGANISASI PUBLIKASI SIMPUL HERITAGE 2017 …

Konservasi Puri Smarapura di Klungkung, Bali

4 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017

Gambar 4. Bale Kertha Gosa terletak di sudut timur laut halaman puri. Selama pendudukan Belanda, bale ini

mengalami perubahan fungsi menjadi ruang sidang pengadilan agama dan adat. Sebagai tempat peradilan, bale ini

dilengkapi dengan enam buah kursi dan sebuah meja persegi empat dengan ukiran keemasan (perada). Kursi-kursi

tersebut dibuat dan disesuaikan dengan fungsi dan peranan pejabat kerajaan.

merupakan peninggalan Kerajaan Klungkung. Bale ini merupakan tempat alat komunikasi antar

warga puri dengan rakyat sekitarnya. Sementara itu, pintu gerbang utama pura disebut Pemedalan

Agung, yaitu pintu masuk menuju tempat sembahyang keluarga raja (Gambar 6). Sampai saat ini,

keluarga puri dan masyarakat Klungkung masih percaya bahwa area puri yang tersisa mengandung

nilai magis.

Potensi Puri Smarapura dapat diidentifikasi sebagai berikut: (1) Puri mempunyai lingkungan alam

yang indah dengan latar belakang perbukitan yang subur; (2) Akses yang mudah karena terletak di

pusat kota; (3) Sebagai peninggalan Kerajaan Klungkung yang terletak di pusat kota, puri berpotensi

sebagai tujuan wisata kota bersejarah; (4) memiliki variasi morfologi arsitektur Bali-Cina-Jepang-

Belanda-dan Eropa yang artistik dan signifikan; (5) Situs puri yang tersisa merupakan warisan

budaya yang tak ternilai; (6) Halaman puri yang diolah dengan gaya lansekap tradisional Bali; (7)

Kebudayaan masyarakat yang bernilai tinggi dengan ditandai oleh aktivitas religius dan kreativitas

seni masyarakatnya, seperti lukisan wayang Kamasan; dan (8) Puri Smarapura berpotensi sebagai

titik pengembangan kawasan sekitarnya, terutama dari segi pengembangan pembangunan fasilitas

perkotaan.

Gambar 3. Dahulu Bale Kambang dengan Taman Gili-nya difungsikan sebagai tempat sidang kerajaan yang

membahas tentang keamanan, kemakmuran, dan keadilan wilayah kerajaan. Untuk fungsi hariannya sebagai

tempat menghaturkan pemijian (bersantap) bagi para pendeta istana, para tamu, dan para pendeta lainnya yang

ketika itu sedang menghadap raja. Ketika pendudukan Belanda, bale ini difungsikan sebagai tempat sidang untuk

mengadili orang yang berperkara, baik perkara adat maupun agama.

Page 22: ORGANISASI PUBLIKASI SIMPUL HERITAGE 2017 …

Ni Ketut Agusintadewi

Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | 5

Gambar 6. Pemedalan Agung atau pintu gerbang utama Puri Smarapura saat ini berfungsi sebagai pintu masuk

menuju ke tempat sembahyang keluarga puri.

Sementara itu, permasalahan yang dihadapi oleh Puri Smarapura adalah: (1) Masyarakat Klungkung

tidak mengetahui dengan jelas batas pekarangan Puri Smarapura, sehingga perlu mendata kembali

batas-batas kepemilikan lahan dan bangunan puri; (2) Perawatan yang kurang terhadap artefak fisik

yang ada pada halaman puri; (3) Adanya penyelenggaraan perayaan-perayaan besar nasional di

depan puri yang dapat mengakibatkan terjadinya kemacetan, sehingga citra sakral puri semakin

memudar; (4) Keamanan dan penjagaan terhadap peninggalan pusaka kurang terjaga, sehingga

perlu pengaturan sistem keamanan dan penjagaan yang melibatkan keluarga puri, masyarakat, dan

Pemerintah; (5) Kesadaran masyarakat dalam menjaga dan memelihara lingkungan di sekitar puri.

Keluarga besar Puri Smarapura menginginkan agar citra puri dengan arsitektur tradisional Bali-nya

tetap dilestarikan sebagai peninggalan budaya dan mampu menarik wisatawan untuk datang ke Kota

Smarapura. Namun dalam perkembangannya, upaya pelestarian tersebut mengalami kendala. Saat

ini, keluarga puri melakukan pelestarian dengan tetap mempertahankan bangunan penting yang

terkait dengan kegiatan ritual.

Gambar 5. Lukisan wayang gaya Kamasan pada langit-langit Bale Kertha Gosa dan Bale Kambang. Restorasi

lukisan terakhir dilakukan pada tahun 1930 oleh para seniman lukis dari Kamasan.

Page 23: ORGANISASI PUBLIKASI SIMPUL HERITAGE 2017 …

Konservasi Puri Smarapura di Klungkung, Bali

6 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017

Upaya Pelestarian Puri

Rapoport (1990) menegaskan bahwa budaya sebagai suatu kompleks gagasan dan pikiran manusia

bersifat tidak teraga. Kebudayaan akan terwujud melalui pandangan hidup (world view), tata nilai

(value), gaya hidup (life style), dan aktivitas (activities) yang bersifat nyata. Keprihatinan akan

budaya di atas, menimbulkan gagasan untuk memperkuat citra kota melalui penataan spasial ruang

kawasan dengan pendekatan kepada pemberdayaan komunitas yang berbudaya (Antariksa, 2009).

Pilihan ini memungkinkan penciptaan kawasan bersejarah sebagai pusat kebudayaan kota secara

lebih demokratis dalam menghadapi tekanan-tekanan modernisasi.

Dengan pendekatan kepada pemberdayaan komunitas, institusi yang dibutuhkan untuk pengelolaan

Puri Smarapura diharapkan dapat memadukan unsur stakeholder (keluarga puri, pemerintah,

masyarakat sekitar, dan investor). Pembentukan institusi dibutuhkan untuk mengelola kegiatan

objek bersejarah dan pariwisata Puri Smarapura, termasuk infrastruktur, sehingga lembaga ini harus

mempunyai status hukum yang jelas dari pemerintah. Model lembaga yang sesuai untuk mengelola

ini juga mengatur tentang kontribusi yang akan diberikan dan yang akan diperoleh oleh stakeholder.

Pihak puri perlu menyertakan masyarakat sekitar dalam kegiatan operasionalnya.

Konservasi Puri Smarapura hendaknya mengacu kepada seluruh kegiatan pemeliharaan sesuai

dengan situasi dan kondisi setempat, seperti memelihara bangunan bersejarah yang sudah ada,

mengefisienkan penggunaan dan mengatur arah perkembangannya di masa mendatang (Marquis-

Kyle dan Walker, 1996). Sebagai local landmark Kota Smarapura, Puri Smarapura yang terletak di

pusat kota yang berpolakan Catus Patha (perempatan jalan) menjadi titik referensi atau bentuk

visual yang paling mencolok dari Kota Smarapura. Selain itu, puri ini memiliki bentuk fisik yang

unik pada lingkungannya dan menjadi identitas kota. Penampilan Bale Kambang dengan Taman

Gili-nya yang sangat khas memperkuat kesan puri sebagai local landmark Kota Smarapura. Hal

ini sejalan dengan Shirvani (1985) yang menegaskan bahwa landmark sebagai orientasi

lingkungan dapat dijadikan patokan arah dan dibentuk dari kombinasi landmark itu sendiri

dengan suatu jalan atau jalur menuju atau mendekati landmark.

Upaya untuk menjadikan Puri Smarapura sebagai bagian dari city tour merupakan gagasan awal

pengembangan penataan kawasan puri ini. Konsep ini kemudian menjadikan penataan dan

pengembangan kota menjadi potensial. Di samping sebagai pusat pemerintahan, Kota Smarapura

juga menjadi pusat perdagangan, pusat pendidikan, dan pusat kegiatan pariwisata.

Penataan lingkungan di sekitar Puri Smarapura ditujukan untuk memperkuat citra kawasan puri

sebagai pusat kebudayaan Kota Smarapura. Adapun rekomendasi untuk lingkungan sekitar Puri

Smarapura adalah: (1) Pempatan agung dengan pola Catus Patha tetap dipertahankan sebagai area

komunal, tempat berlangsungnya aktivitas sosial budaya (Atmaja, 2003); (2) Di keempat sudut

pertemuan jalan disetiap sudut site Puri Smarapura direncanakan sistem linkage dengan

memvariasikan pemasangan paving membentuk pola-pola tertentu sebagai pedestrian way,

sehingga terjadi hubungan dari satu sisi ke sisi lain puri. Dengan pola ini, wisatawan dapat

menikmati pemandangan puri secara jelas dan nyaman; (3) Areal di sepanjang Jalan Puputan

diperuntukkan untuk permukiman dan pertokoan souvenir bagi wisatawan; dan (4) Area sepanjang

Jalan Teratai dan Jalan Mawar difungsikan untuk permukiman. Fasilitas pariwisata dapat dibangun di

dalam areal perumahan penduduk, sehingga terjadi keteraturan dan tidak mengubah tata bangunan

tradisional pada kawasan.

Page 24: ORGANISASI PUBLIKASI SIMPUL HERITAGE 2017 …

Ni Ketut Agusintadewi

Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | 7

Gambar 7. Penataan kawasan Puri Smarapura

Untuk menjaga citra kawasan sekitar Puri Smarapura sebagai pusat Kerajaan Klungkung di masa lalu,

maka perlu memperhatikan performansi bangunan yang dapat menunjang citra kawasan tersebut.

Untuk tujuan ini, dapat direkomendasikan sebagai berikut: (1) Tampilan bangunan di sepanjang

Jalan Puputan dan Jalan Diponegoro dapat disederhanakan menjadi lebih modern, tetapi tetap serasi

dengan tampilan bangunan yang ada di Puri Smarapura; (2) Di sepanjang Jalan Untung Surapati dan

Jalan Puputan dilakukan pemunduran bangunan dengan berpedoman pada peraturan sempadan

jalan. Dengan pemunduran muka bangunan mampu menciptakan ruang terbuka linier yang memberi

kesan lapang, mempunyai nilai estetis, dan berfungsi sosial dan budaya sebagai area relaksasi dan

interaksi masyarakat dan wisatawan, sehingga citra puri di kawasan puri menjadi lebih menonjol;

dan (3) Untuk bangunan di depan dan samping puri hingga radius 100 meter memiliki ketinggian

maksimal dua lantai, sehingga tidak menenggelamkan puri sebagai objek wisata.

Penunjang faslitas pariwisata, seperti parkir pengunjung, toilet, sirkulasi pejalan kaki dapat

direncanakan dan memanfaatkan fungsi yang sudah ada di sekitar puri: (1) Untuk parkir wisatawan

dipusatkan di sentral parkir di sebelah selatan puri; (2) Parkir keluarga puri dan penduduk saat

upacara agama atau adat di Puri Smarapura dipusatkan di Lapangan Puputan sebagai parkir

sementara; (3) Di Jalan Untung Surapati, dari Kantor Kejaksaan dijadikan bebas kendaraan, hanya

khusus untuk pejalan kaki, sehingga wisatawan dapat menikmati suasana keindahan puri dengan

Page 25: ORGANISASI PUBLIKASI SIMPUL HERITAGE 2017 …

Konservasi Puri Smarapura di Klungkung, Bali

8 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017

aman dan nyaman; dan (4) Untuk Jalan Puputan, jalur pejalan kaki dimulai dari pertigaan menuju

Jalan Teratai, sehingga wisatawan dapat melihat-lihat dan berbelanja souvenir dan kerajinan lainnya

dengan aman.

Pasar tradisional yang terletak di sekitar puri dapat dipertahankan. Pasar tradisional ini berlangsung

tiga hari sekali dan berlokasi di pelataran Pasar Klungkung. Barang yang dijual merupakan barang-

barang produk lokal, seperti bumbu Bali, kuliner khas Bali, perabot rumah tangga, janur, dan produk

lokal lainnya. Pedagang berjualan di pelataran dengan luasan yang telah diatur, menggunakan meja

dan beratap anyaman bambu, sehingga keberadaan pasar tradisional ini dapat menunjang citra Puri

dan kawasan sekitarnya sebagai obyek wisata kota yang memiliki nilai sejarah.

Pola massa masih mempertahankan pola natah. Untuk penzoningan pada halaman puri, disesuaikan

dengan fungsi bangunan pada kondisi eksisting. Zona privat keluarga puri masih dipertahankan,

namun perlu ditambahkan beberapa fasilitas pendukung, baik untuk wisatawan maupun untuk

keluarga puri. Rekomendasi penataan kawasan sekitar Puri Smarapura dapat dilihat pada Gambar 7.

Kesimpulan

Konservasi Puri Smarapura merupakan upaya untuk mengembalikan kondisi puri yang telah

mengalami kerusakan kepada kondisi aslinya, sehingga dapat berfungsi kembali sebagaimana

mestinya. Namun kelangsungan sejarah dan kesan puri yang dulunya sebagai pusat pemerintahan

dan disakralkan tersebut harus tetap terjaga tanpa mengesampingkan penyesuaian pada tuntutan

kegunaan yang baru. Konsep konservasi mencakup tidak hanya pada struktur dan tempat bersejarah

yang bernilai historis, tetapi juga pada kondisi eksisting. Upaya pelestarian sebaiknya juga dilihat

dari faktor manusia dengan latar belakang sosialnya, budaya, dan nilai ekonomisnya.

Arahan dan sosok bangunan yang dikembangkan pada kawasan sekitar puri tetap berkarakter lokal

dengan mempertimbangkan efek estetika visual pada lingkungannya, termasuk pada bagian detail.

Struktur dan bahan bangunan terekspos secara jujur, dikembangkan dalam tata bangunan arsitektur

saat ini. Demikian juga dengan ornamen dan dekorasi dapat disesuaikan dengan karakter modern.

Kesemua upaya bertujuan untuk memperkuat image puri sebagai warisan budaya Kota Smarapura.

Daftar Pustaka

Agung, T.G. (1985) Sejarah Hancurnya Istana Kerajaan Gelgel kemudian Timbul Dua Buah Kerajaan Kembar

Klungkung dan Sukawati. Denpasar: Pemerintah Daerah Tingkat I Bali.

Antariksa (2004) Pendekatan Sejarah dan Konservasi Perkotaan Sebagai Dasar Penataan Kota. Jurnal PlanNIT. 2

(2) 98:112.

Antariksa (2005) Permasalahan Konservasi Dalam Arsitektur dan Perkotaan. Jurnal Sains dan Teknologi EMAS. 15 (1) 64-78.

Antariksa (2007) Pelestarian Bangunan Kuno Sebagai AsetSejarah Budaya Bangsa. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Sejarah dan Pelestarian Arsitektur Pada Fakultas Teknik Universitas Brawijaya. Universitas Brawijaya Malang, 3 Desember 2007.

Antariksa (2009) Makna Budaya dalam Konservasi Bangunan dan Kawasan. Tulisan tidak terpublikasi. Atmaja, J. (2003) Perempatan Agung, Menguak Konsepsi Pelemahan, Ruang, dan Waktu Masyarakat Bali.

Denpasar: Bali Media Adhikarsa.

Gelebet, I.N. (1982) Arsitektur Tradisional Bali. Denpasar: Depdikbud Daerah Bali.

Marquis-Kyle, P. & Walker, M. (1996) The Illustrated BURRA CHARTER. Making good decisions about the care of important places. Australia: ICOMOS.

Rapoport, A. (1990) History and Precedent in Environmental Design. New York: Plenum Press. Shirvani, H. (1985) The Urban Design Process. New York: Van Nostrand Reinhold Company.

Yayasan Smarapura Cultural Heritage Trust (2005) Pelestarian Warisan Budaya Smarapura. Klungkung: Yayasan

Pelestarian Warisan Kebudayaan Smarapura