BAB 1 BAJA

16
BAB I BAJA PROFIL 1.1. PENDAHULUAN Baja adalah logam  paduan dengan  besi sebagai unsur dasar dan karbon sebagai unsur paduan utamanya. Kandungan karbon dalam baja berkisar antara 0.2% hingga 2.1% berat sesuai grade-nya. Fungsi karbon dalam baja adalah sebagai unsur  pengeras dengan mencegah dislokasi  bergeser pa da kisi kristal (crystal lattice ) atom  besi. Unsur paduan lain yang biasa ditambahkan selain karbon adalah mangan (manganese ), krom (chromium), vanadium, dan tungsten. Dengan memvariasikan kandungan karbon dan unsur paduan lainnya, berbagai jenis kualitas baja bisa didapatkan. Penambahan kandungan karbon pada baja dapat meningkatkan kekerasan (hardness) dan kekuatan tariknya (tensile strength), namun di sisi lain membuatnya menjadi getas (brittle) serta menurunkan keuletannya (ductility). Sedangkan baja profil itu sendiri adalah baja yang telah mengalami proses  pembentukan menjadi suatu bentuk p rofil-profil tertentu sesuai dengan kebutuhan. 1.2. BAHAN DASAR PENYUSUN 1.2.1. Bijih Besi (Iro n O re ) Besi di alam berada dalam  bentuk Oksidasi, Sulfide, Karbonat, Silikat yang dinamakan bijih besi. Bijih besi yang banyak diolah adalah yang berbentuk oksida yang mengandung unsur/senyawa lain yang disebut sebagai pengotoran, yaitu :  Hematid, Fe2O3 yang  bercampur dengan sedikit  belerang , phosphor, dll.  Limanit, 2 Fe2O3 3 H2O, dengan sejumlah phosphor dan pengotoran lainnya.  Magnetit, Fe2O4, dengan sejumlah belerang , silikat, seng, dll.  Siderit, FeCO3, dengan  pengotoran berupa silica, alumina, magnesium, dll. 1.2.2. Kokas (Coke ) Coke merupakan bahan bakar untuk furnace yang terbuat dari coal dengan proses tertentu. Gamba r 1.1. Bi ih Besi Gambar 1.2. Kokas

description

Proses pembuatan baja

Transcript of BAB 1 BAJA

  • BAB I

    BAJA PROFIL

    1.1. PENDAHULUAN

    Baja adalah logam paduan dengan besi sebagai unsur dasar dan karbon

    sebagai unsur paduan utamanya. Kandungan karbon dalam baja berkisar antara 0.2%

    hingga 2.1% berat sesuai grade-nya. Fungsi karbon dalam baja adalah sebagai unsur

    pengeras dengan mencegah dislokasi bergeser pada kisi kristal (crystal lattice) atom

    besi. Unsur paduan lain yang biasa ditambahkan selain karbon adalah mangan

    (manganese), krom (chromium), vanadium, dan tungsten. Dengan memvariasikan

    kandungan karbon dan unsur paduan lainnya, berbagai jenis kualitas baja bisa

    didapatkan. Penambahan kandungan karbon pada baja dapat meningkatkan kekerasan

    (hardness) dan kekuatan tariknya (tensile strength), namun di sisi lain membuatnya

    menjadi getas (brittle) serta menurunkan keuletannya (ductility). Sedangkan baja profil itu sendiri adalah baja yang telah mengalami proses

    pembentukan menjadi suatu bentuk profil-profil tertentu sesuai dengan kebutuhan.

    1.2. BAHAN DASAR PENYUSUN

    1.2.1. Bijih Besi (Iron Ore)

    Besi di alam berada dalam

    bentuk Oksidasi, Sulfide, Karbonat,

    Silikat yang dinamakan bijih besi.

    Bijih besi yang banyak diolah

    adalah yang berbentuk oksida yang

    mengandung unsur/senyawa lain

    yang disebut sebagai pengotoran,

    yaitu :

    Hematid, Fe2O3 yang bercampur dengan sedikit

    belerang , phosphor, dll.

    Limanit, 2 Fe2O3 3 H2O, dengan sejumlah phosphor dan pengotoran lainnya.

    Magnetit, Fe2O4, dengan sejumlah belerang , silikat, seng, dll.

    Siderit, FeCO3, dengan pengotoran berupa silica, alumina,

    magnesium, dll.

    1.2.2. Kokas (Coke) Coke merupakan bahan bakar

    untuk furnace yang terbuat dari coal

    dengan proses tertentu.

    Gambar 1.1. Bijih Besi

    Gambar 1.2. Kokas

  • 1.2.3. Batu Kapur (Limestone)

    Digunakan untuk mencampur bijih besi dan kokas yang sudah menjadi

    sinter (serbuk logam) untuk dipanaskan menjadi besi cair.

    1.3. PROSES PEMBUATAN

    1.3.1. Dapur Tinggi

    Untuk memperoleh besi dari

    bijih besi dilakukan proses reduksi dengan

    menggunakan bahan reduktor yang kuat

    (biasanya karbon) dan fluks dengan

    pemanasan. Fluks berfungsi sebagai bahan

    pengikat kotoran sehiingga kotoran mudah

    mencair dan menjadi terak. Cara yang

    selama ini banyak digunakan adalah dengan

    reduksi bertingkat yang dilakukan dalam

    dapur tinggi (Blast Furnace).

    Dapur tinggi terbuat dari susunan batu tahan api yang diperkuat dengan

    tiang-tiang baja, Dalam dapur tinggi akan terjadi proses reduksi bijih besi

    menjadi besi kasar (besi mentah). Selain itu juga reaksi-reaksi kimia yang

    menyertai proses reduksi tersebut. Dapur tinggi berukuran tinggi 30 m garis

    tengan maksimum 7 m, garis tengah puncak 4,5 m, garis tengah bawah 4m.

    Dapur tinggi didirikan diatas fondasi yang diperkuat oleh tiang-tiang baja.

    Bagian dalam dapur tinggi dilapisi batu tahan api yang mempunyai sifat

    tahan terhdap suhu tinggi dan merupakan penyekat panas. Pada bagian atas

    dapur terdapat corot pengisi yang bekerja bergantian sehingga kehilangan

    gas dapur tinggi dapat dicegah. Serta dilengkapi dengan alat pemanas udara

    dan alat pemisah debu.

    Bahan-bahan yang dimasukkan pada dapur tinggi : bijih besi, kokas,

    dan batu kapur. Bahan ini disimpan dedekat dapur tinggi supaya

    pengisiannya mudah. Bahan-bahan diangkut ke puncak dapur tinggi dengan

    alat pengangkut selapis demi selapis secara terus-

    menerus. Bahan-bahan pengisi dapur tinggi ini akan mengalami proses fisika

    dan kimia sebagai berikut :

    1. Mula-mula dilakukan pemanasan pendahuluan, didalam dapur tinggi gas-gas hasil pembakaran yang suhunya masih panas akan naik ke atas

    sambil memanaskan bahan-bahan yang disikan., sehingga air dan zat-zat

    yang mudah menguap dalam zat-zat pengisi akan segera menguap

    hingga bahan-bahan mencadi cukup kering.

    2. Langkah berikutnya adalah proses reduksi, dalam dapur tinggi yang bertemperatur antara 800C sd 1400C , akan terjadi serangkaian reaksi-

    reaksi kimia antara lain reaksi reduksi bijih besi, reaksi pembakaran

    Gambar 1.3. Blast Furnace

  • kokas, dan peruraian batu kapor. Karena pengaruh udara panas kokas

    akan terbakar menurut reaksi

    C+CO---------------CO2

    Gas CO yang terjadi akan mereduksi bijih besi menurut reaksi sebagai

    berikut :

    CO2+ C ----------------2CO

    Gas CO yang terjadi akan mereduksi bijih besi menurut reaksi berikut :

    Fe3O4 +CO ----------- 3FeO+CO2

    Fe2O3 + CO ---------- 2 FeO + CO2

    Kedua reaksi tersebut dinamakan reaksi tidak langsung. Pada daerah

    reduksi juga terjadi peruraian batu kapur dan mungkin juga peruraian

    MgCO3 ataupun FeCO3 yang mungkin terdapat dalam batu kapur

    tersebut menurut reaksi berikut :

    CaCO3 ----------------- CaO + CO2

    MgCO3 --------------- MgO +CO2

    FeCO3 ------------------ FeO + CO2

    Gas CO2 hasil dari peruraian ini akan bersinggungan dan bereaksi

    dengan lapisan kokas menurut reaksi berikut :

    CO2 + C ----------------- 2CO

    3. Langkah berikutnya adalah proses peleburan, Pada temperature 1400C sd 1600C akan terjadi peleburan hasil reduksi tak langsung dan juga

    terjadi pembentukan terak. Disamping itu juga akan terjadi reduksi

    langsung FeO oleh kokas. Reaksi kimia yang terjadi pada daerah ini

    adalah sebagai berikut.

    Reaksi langsung FO + C -------------------------------Fe + CO

    Gambar 1.4. Proses Produksi Baja 1

  • Pembentukan terak CaO + SiO2 ---------------------- Ca SiO3

    Kalau bijih besi mengandung mangan MnO + SiO2 -----------------MnSiO3

    1.3.2. Penggilingan Dengan Pemanasan (Hot-Rolling)

    Hot-Rolling adalah proses pembentukan utama di mana bongkahan

    baja yang merah menyala secara besar-besaran digelindingkan di antara

    beberapa kelompok penggiling. Penampang melintang dari bongkahan yang

    biasanya dicetak dari baja yang baru dibuat dan biasanya berukuran sekitar

    0,5 m x 0,5 m persegi, yang akibat proses penggilingan ukuran penampang

    melintang dikurangi menjadi lebih kecil dan menjadi bentuk yang tepat dan

    khusus.

    Batasan bentuk penampang melintang yang dihasilkan sangat besar

    dan masing-masing bentuk memerlukan penggilingan akhir tersendiri.

    Bentuk penampang melintang I dan H biasanya digunakan untuk

    elemenelemen besar yang membentuk balok dan kolom pada rangka struktur.

    Bentuk kanal dan siku cocok untuk elemen-elemen kecil seperti

    lapisan tumpuan sekunder dan sub-elemen pada rangka segitiga. Bentuk

    penampang persegi, bulat, dan persegi empat yang berlubang dihasilkan

    dalam batasan ukuran yang luas dan digunakan seperti halnya pelat datar dan

    batang solid dengan berbagai ketebalan. Perincian ukuran dan geometri yang

    dimiliki seluruh penampang standar didaftarkan dalam tabel penampang yang

    dibuat oleh pabrik baja.

    Gambar 1.5. Proses Produksi Baja 2

  • 1.3.3. Pembentukan Dengan Pendinginan (Cold-Forming) Cold-Forming adalah metoda lain yang digunakan untuk membuat

    komponen-komponen baja dalam jumlah yang besar. Dalam proses ini,

    lembaran baja tipis datar yang telah dihasilkan dari proses peng-gilingan

    dengan pemanasan dilipat atau dibengkokkan dalam keadaan dingin untuk

    membentuk penampang melintang struktur (Gambar 2.6). Elemen-elemen

    yang dihasilkan dari proses ini mempunyai karakteristik yang serupa dengan

    penampang yang dihasilkan dari proses penggilingan dengan pemanasan. Sisi

    paralel elemen-elemen tersebut memiliki penampang yang tetap, tetapi

    ketebalan logam tersebut berkurang sehingga elemen-elemen tersebut lebih

    ringan, dan tentunya memiliki kapasitas muat beban yang lebih rendah.

    Bagaimanapun, proses-proses tersebut memungkinkan pembuatan bentuk

    penampang yang sulit. Satu hal lain yang membedakan proses-proses

    tersebut adalah bahwa peralatan yang digunakan untuk proses pencetakan

    dengan pendinginan lebih sederhana dan dapat digunakan untuk

    menghasilkan penampang melintang yang bentuknya disesuaikan untuk

    penggunaan yang khusus.

    Karena penampang yang dibentuk dengan pendinginan memiliki

    kapasitas muat yang rendah, maka penampang ini terutama digunakan untuk

    elemen sekunder pada struktur atap, seperti purlin, dan untuk sistem lapisan

    tumpuan. Potensi elemen-elemen tersebut untuk perkembangan di masa yang

    akan datang sangat besar. Komponen struktur baja dapat juga dihasilkan

    dengan pencetakan, yang dalam kasus yang sangat kompleks memungkinkan

    pembuatan bentuk penampang yang sesuai dengan kebutuhan. Akan tetapi,

    teknik ini bermasalah ketika digunakan untuk komponen struktur, yang

    disebabkan oleh kesulitan untuk menjamin mutu cetakan yang baik dan sama

    di keseluruhan bagian.

    Fungsi struktur merupakan faktor utama dalam penentuan konfigurasi

    struktur. Berdasarkan konfigurasi struktur dan beban rencana, setiap elemen

    atau komponen dipilih untuk menyangga dan menyalurkan beban pada

    keseluruhan struktur dengan baik. Batang baja dipilih sesuai standar yang

    ditentukan oleh American Institute of Steel Construction (AISC) juga

    diberikan oleh American Society of Testing and Materials (ASTM).

    Pengelasan memungkinkan penggabungan plat dan/atau profil lain untuk

    mendapatkan suatu profil yang dibutuhkan oleh perencana atau arsitek.

    Gambar 1.6. Baja Profil

    Canai Panas

    Gambar 1.7 Baja Profil

    cold-forming

  • Penampang yang dibuat dengan penggilingan panas, seperti diperlihatkan pada

    Gambar 2.7. Penampang yang paling banyak dipakai ialah profil kamip lebar (wide-

    flange) [Gambar 2.7(a)] yang dibentuk dengan penggilingan panas dalam pabrik

    baja. Ukuran profil kamip lebar ditunjukkan oleh tinggi nominal dan berat per kaki

    (ft), seperti W18 X 97 mempunyai tinggi 18 in (menurut AISC Manual tinggi

    sesungguhnya = 18,59 in) dan berat 97 pon per kaki. (Dalam satuan SI, penampang

    W18 X 97 disebut sebagai W460 x 142 yang tingginya 460 mm dan massanya 142

    kg/m).

    Balok Standar Amerika [Gambar 2.7(b)] yang biasanya disebut balok I

    memiliki kamip (flange) yang pendek dan meruncing, serta badan yang tebal

    dibanding dengan profil kamip lebar. Balok I jarang dipakai dewasa ini karena bahan

    yang berlebihan pada badannya dan kekakuan lateralnya relatif kecil (akibat kamip

    yang pendek). Kanal [Gambar 2.7(c)] dan siku [Gambar 2.7(d)] sering dipakai baik

    secara tersendiri atau digabungkan dengan penampang lain. Kanal misalnya

    ditunjukkan dengan C12 X 20,7, yang berarti tingginya 1.2 in dan beratnya 20,7 pon

    per kaki. Siku diidentifikasi oleh panjang kaki (yang panjang ditulis lebih dahulu)

    dan tebalnya, seperti, L6 X 4 X 3 Profil T struktural [Gambar 2.7(e)] dibuat dengan

    membelah dua profil kamip lebar atau balok I dan biasanya digunakan sebagai

    batang pada rangka batang (truss). Profil T misaInya diidentifikasi sebagai WT5 X

    44, dengan 5 adalah tinggi nominal dan 44 adalah berat per kaki; profil T ini didapat

    dari W10 X 88, Penampang pipa [Gambar 2.7(f)] dibedakan atas standar, sangat kuat, dan dua kali sangat kuat sesuai dengan tebalnya dan juga dibedakan atas diameternya; misalnya, diameter 10 in-dua kali sangat kuat menunjukkan. ukuran

    pipa tertentu. Boks struktural [Gambar 2.7(g)] dipakai bila dibutuhkan penampilan

    arsitektur yang menarik dengan baja ekspos. Boks ditunjukkan dengan dimensi luar

    dan tebalnya, seperti boks struktural 8 X 6 X 1/4.

    Gambar 1.8 Standar tipe penampang profil baja canai panas

  • 1.4. SPESIFIKASI 1.4.1. Jenis-jenis Profil

    1.4.1.1. Balok Profil Dengan Flens Sempit

    Tinggi profil : 80 s.d 600 mm

    Lebar flens : 0,5 h s.d 0,36 h

    Lereng flens : 14 %

    Panjang balok : s.d 16 m

    1.4.1.2. Balok Profil Dengan Flens Lebar

    Tinggi profil : 100 s.d 1000 mm

    Lebar flens : 100 s.d 1000 mm

    Panjang balok : s.d 16 m

    1.4.1.3. Baja Profil Kanal

    Tinggi profil (h) : 80 s.d 400 mm

    Lebar flens (b) : 0,56 h s.d 0,27 h

    Kemiringan flens : 8 % h < 300 mm

    5% h > 320 mm

    Panjang : s.d 16 m

    1.4.1.4. Baja Profil Siku Sama Kaki Dan Tidak Sama Kaki

    Tinggi profil (b) : 40 s.d 200 mm

    Lebar flens (b) : 40 s.d 200 mm

    Tebal profil (d) : b/ 10 mm

    Panjang :

    s.d 12 m

    Tinggi profil (h) : 60 s.d 200 mm

    Lebar flens (b) : 30 s.d 100 mm

    Tebal profil (d) : h/ 10 : b/10 mm

    Panjang : s.d 12 m

  • 1.4.1.5. Baja Profil Berbentuk T

    Baja T dengan rusuk tinggi

    Tinggi profil (h) : 15 s.d 180 mm

    Lebar flens (b) : 15 s.d 180 mm

    Tebal profil (d) : 3 s.d 18 mm

    Kemiringan : 2 %

    Panjang : s.d 12 m

    Baja T dengan kaki lebar Tinggi profil (h) : 30 s.d 100 mm

    Lebar flens (b) : 60 s.d 200 mm (b=

    2h)

    Tebal profil (d) : 5,5 s.d 16 mm

    Kemiringan : 2 % dan 4%

    Panjang : s.d 12 m

    1.4.1.6. Baja Tabung

    Diameter : 38 s.d 457 mm

    Panjang : s.d 7 m

    1.4.2. Dimensi dan Toleransi

    1.4.2.1. Panjang

    Tabel 1.1 Ukuran Panjang dan Toleransi

    No Ukuran Panjang Toleransi

    1 s/d 6 m 0, + 40 mm

    2 di atas 6 m Setiap pertambahan panjang 1 m

    maka dari toleransi nilai positip

    tersebut di atas ditambah 5 mm

  • 1.4.2.2. Berat

    Tabel 1.2 Toleransi Berat Perkelompok

    No Tebal kamip t2

    (mm)

    Toleransi berat

    (%)

    1 s/d 10 5

    2 di atas 10 4

    Catatan

    1. Kelompok harus terdiri dari ukuran yang sama

    2.

    Jumlah batang dari tiap kelompok minimum 10 atau berat

    tiap kelompok minimum 1 ton

    1.4.3. Komposisi Kimia

    Tabel 1.3 Komposisi Kimia

    Kelas Komposisi kimia (%)

    C Mn P S

    Bj.P 34

    (SS 34)

    Bj.P 41

    (SS 41) - - maks. 0,050 maks. 0,050

    Bj.P 50

    (SS 50)

    Bj.P 55

    (SS 55) maks. 0,30 maks. 1,60 maks. 0,040 maks. 0,040

    1.4.4. Syarat Penandaan

    Tabel 1.4 Warna Penandaan

    Kelas baja Kode warna

    Bj.P 34 (SS. 34) hijau

    Bj.P 41 (SS. 41) kuning

    Bj.P 50 (SS. 50) biru

    Bj.P 55 (SS. 55) abu-abu

  • 1.4.5. Sifat Mekanis

    Tabel 1.5 Warna Penandaan

  • Gambar 1.9 Baut Anker

    1.5. PEMAKAIAN MATERIAL

    1.5.1. Penerapan Secara Garis Besar

    1.5.1.1. Balok Profil Dengan Flens Sempit dan Flens Lebar Profil IWF terutama digunakan sebagai elemen struktur balok dan

    kolom, top & bottom chord member pada truss, kantilever kanopi.

    Semakin tinggi profil ini, maka semakin ekonomis untuk banyak

    aplikasi. Banyak digunakan untuk gording, kolom, balok-balok

    lantai dan lain-lain. Balok profil dengan flens lebar ini banyak

    digunakan untuk kolom- kolom, rangka jembatan dan balok

    jembatan. Istilah lain: IWF, WF, H-Beam, UB, UC, balok H, balok

    I, balok W.

    1.5.1.2. Baja Profil Kanal Profil C atau kanal mempunyai karakteristik flens pendek, yang

    mempunyai kemiringan permukaan dalam sekitar 1 : 6. Aplikasinya

    biasanya digunakan sebagai penampang tersusun, bracing tie,

    ataupun elemen dari bukan rangka (frame opening), purlin (balok

    dudukan penutup atap), girts (elemen yang memegang penutup

    dinding misalnya metal sheet, dll), member pada truss, rangka

    komponen arsitektural. Profil ini banyak digunakan untuk gording-

    gording rangka kuda-kuda maupun kolom-kolom, dll.

    1.5.1.3. Baja Profil Siku Sama Kaki Dan Tidak Sama Kaki Profil siku atau profil L adalah profil yang sangat cocok untuk

    digunakan sebagai bracing dan batang tarik. Profil ini biasa

    digunakan secara gabungan, yang lebih dikenal sebagai profil siku

    ganda. Profil ini sangat baik untuk digunakan pada struktur truss.

    Profil ini banyak digunakan untuk rangka kuda-kuda, batang-batang

    tersusun, dll

    1.5.1.4. Baja Profil Berbentuk T Profil ini banyak digunakan untuk konstruksi kuda-kuda, balok

    lantai, balok kantilever (kanopi).

    1.5.1.5. Baja Tabung Profil jenis ini banyak digunakan pada konstruksi-konstruksi

    modern

    1.5.2. Penerapan Pada Komponen Struktur

    1.5.2.1. Baut Jangkar (Anchor Bolts)

    Baut jangkar dipasang

    pada pondasi beton dengan

    cara dicor/ditanam ke dalam

    pondasi (Gambar 2.8).

    Baut-baut ini direncanakan

  • Gambar 1.10 Sambungan Pelat

    Dasar Kolom

    Gambar 1.11 Pelat Bantalan kolom

    untuk memegang pelat bantalan yang tersambung kolom baja, yang mana merupakan komponen pertama dari kerangka baja

    struktur yang dipasang. Baut-baut jangkar ini harus dipasang dengan

    sangat hati-hati, agar supaya pema-sangan pelat bantalan kolom

    tersebut dapat tepat dipasang pada pondasi bangunan.

    Pelat bantalan kolom baja (Gambar 2.10) adalah pelat yang terbuat

    dari bahan baja dengan ketebalan yang bervariasi, dimana lubang-

    lubang baut yang terdapat

    padanya dibuat dengan cara

    pengeboran dengan mesin bor

    ataupun pembuatan lubang

    dengan menggunakan las

    oxyacetilene.

    Lubang baut dibuat sedikit lebih

    besar dari diameter batang baut,

    sehingga akan memungkinkan

    penyesuaian posisi pelat

    bantalan. Pelat baja siku yang

    berfungsi untuk mengikat kolom

    baja dipasang pada pelat

    bantalan dengan cara dibaut

    ataupun dilas sesuai dengan

    ukuran kolom yang akan

    dipasang.

    1.5.2.2. Pelat Bantalan (Bearing Plates)

    Setelah pelat bantalan terpasang se suai dengan posisi yang

    dikehendaki, selanjutnya untuk mempermudah pengaturan posisi

    ketinggian dan kerataan

    pelat bantalan, maka

    perlu dipasang ganjal

    (shim pack) yang

    berbentuk persegi, yang

    terletak diantara pondasi

    dan pelat bantalan, pada

    keempat sudut pelat

    bantalan (Gambar 2.11).

    Ganjal tersebut terbuat dari pelat baja dengan ketebalan inci

    sampai dengan 1 1/6 inci (lebih kurang 20 mm sampai dengan 30

    mm) dengan ukuran penampang bujursangkar 3 inci (7,5 cm)

    sampai dengan 4 inci (10 cm) dari ketebalan 1 1/6 sampai inci,

    yang berguna untuk membawa semua bantalan pelat ke level yang

    benar.

    Pelat bantalan pertama dilevel secara individu dengan mengatur ke-

    tebalan pelat pengganjal (shim pack). Pekerjaan ini mungkin

  • Gambar 1.12 Leveling Pelat Bantalan

    Gambar 1.13 Balok Girder Diatas

    Kolom-Kolom Gambar 1.14 Bentuk Penampang

    Kolom Gabungan

    diselesaikan dengan menggunakan waterpass 60 cm di sekitar atas

    dari pelat bantalan dan diukur diagonal dari pelat ban-talan.

    Setelah menyelesaikan pekerjaan mengukur kedataran, semua

    pelat bantalan harus disetel naik atau turun ke ketinggian yang

    dibutuhkan oleh struktur yang akan dipasang. Semua pelat bantalan

    harus dibuat segaris dari segala arah dengan satu dan lainnya.

    Mungkin ini akan diselesaikan dengan alat ukur tanah yang disebut

    leveling.

    Setelah pelat bantalan disetel semu-anya, ruang antara pelat bantalan

    dan permukaan beton

    dari pondasi harus diisi

    dengan bahan yang

    keras, tidak susut, bahan

    yang kompak yang

    disebut GROUT. Ketika

    grout menjadi keras

    proses berikutnya adalah

    mema sang kolom-

    kolom.

    1.5.2.3. Kolom

    Komponen wide flange, mempunyai penampang yang bujur

    sangkar bila memungkinkan, adalah bahan yang sering dipakai

    untuk kolom. Diameter yang besar dari pipa juga seringkali

    digunakan, walaupun cukup sulit untuk menyambung kolom dari

    pipa. Kolom-kolom dapat difabrikasi dengan las atau baut. Jika

    struktur bangunan lebih dari satu lantai, ini membutuhkan

    menyambung satu kolom dengan kolom lainnya. Jika ini

    dibutuhkan, panjang kolom harus sedemikian sehingga sambungan

    adalah 1 sampai 2 kaki (45 sd 60 cm) diatas kedua dan lantai

    berikutnya. Ini akan menjamin sambungan dalam kondisi baik diatas

    sambungan balok anak atau balok induk.

    1.5.2.4. Girder (balok induk)

    Girder adalah komponen horizontal utama dari kerangka baja

    struktur. Mereka membentang dari kolom ke kolom dan

    disambungkan ke bagian Mereka membentang dari kolom ke kolom

    dan disambungkan ke bagian atas kolom dengan sambungan pelat.

  • Satu metoda alternatif sambungan adalah dengan menggunakan

    sam-bungan dudukan. Balok induk (girder) disambungkan ke bagian

    flens dari kolom dengan menggunakan siku-siku. Fungsi dari girder

    adalah untuk mendukung balok-balok lantai.

    1.5.2.5. Beams (Balok Anak)

    Beam pada umumnya lebih kecil dari girder dan biasanya

    disambungkan ke girder sebagai komponen menengah atau ke

    kolom. Sambungan balok anak/ beam ke kolom adalah sama dengan

    sambungan balok girder ke kolom. Beam biasanya berfungsi untuk

    membawa beban lantai ke bbalok girder yang dianggap sebagai

    beban vertikal. Sejak penampang balok beam tidak sebesar balok

    girder, ada beberapa metoda alternatif untuk penyambungan balok

    beam ke balok girder. Paling sederhana menyambung beam diantara

    flens atas dan bawah dari girder. Jika membutuhkan bagian atas atau

    bawah flens girder dan beam sama rata, maka bagian atas atau

    bawah flens perlu dipotong.

    1.5.2.6. Bar Joist

    Bar joist dibuat ringan, sistim bentang an panjang digunakan

    untuk mendu kung lantai dan

    atap. Bar joist pada umumnya

    dipasang dengan arah yang

    sama dengan balok dan

    mungkin bisa menggantikan

    kebutuhan akan balok. Bar

    joist yang sudah setengah jadi

    direncanakan untuk

    menyesuaikan diri dengan

    kebutuhan beban yang

    khusus dan bisa didapat dari

    perusahaan komersial.

    1.5.2.7. Trusses (Kuda-Kuda)

    Kuda-kuda baja pada prinsipnya sama dengan bar joist yakni

    mereka melayani tujuan sama dan kelihatan ada kesamaan sedikit.

    Kuda-kuda bagaimanapun juga jauh lebih berat dan difabrikasi

    hampir seluruhnya dari bahan baja struktur, biasanya siku-siku dan

    T. Tidak seperti bar joist , kuda-kuda dapat dibuat untuk menye-

    suaikan diri dengan bentuk hampir semua sistim atap dan lebih lebih

    berguna dibandingkan dengan bar joist. Permukaan dudukan dari kuda-kuda adalah kolom. Kuda-kuda mempunyai bentangan untuk

    seluruh bangunan, dari luar kolom sampai luar kolom. Setelah kuda-

    kuda selesai dipasang, harus dipasang penguat antar kuda-kuda

    dengan penguat diagonal.

    Gambar 1.15 Dudukan Bar Joist

  • 1.5.2.8. Purlins, Girts dan Eave struts (Gording, Balok dinding dan Ring balok) Balok gording biasanya ringan dan berbentuk baja chanel dan digunakan untuk

    peletakan atap bangunan. Balok gording menerima atap baja atau

    jenis yang lain dan dipasang dengan kaki chanel menghadap ke

    bawah atau menurun dengan kemiringan atap. Gording yang

    dipasang pada bubungan dari kuda-kuda atap dan disebut ridge

    struts. Balok gording diletakkan saling membelakangi dan diikat

    dengan baut. Pada sisi dinding struktur sering dike rangka dengan

    balok dinding (girts). Komponen struktur ini dipasang pada kolom-

    kolom dengan posisi horisontal. Balok dinding juga terbuat dari baja

    chanel, dan pada umumnya mempunyai ukuran dan bentuk yang

    sama dengan balok gording. Bahan dinding direkatkan langsung ke

    balok dinding. Komponen lain yang sama dengan balok gording dan balok dinding disebut balok dinding (cave strut). Komponen ini

    dipasang pada kolom dan ujung kaki kuda-kuda.

    Gambar 1.17 Gording

    Gambar 1.18 Balok Dinding Gambar 1.19 Eave Struts

    Gambar 1.20 Ridge Struts