BAB 1,2,3,4,5,6,7 TIPUS

download BAB 1,2,3,4,5,6,7 TIPUS

of 29

Transcript of BAB 1,2,3,4,5,6,7 TIPUS

BAB IPENDAHULUAN

1. 1 LATAR BELAKANGPemasangan alat orthodontik pada masa sekarang ini sudah menjadi hal yang sangat mudah ditemui masyarakat, baik pada golongan muda maupun tua banyak yang menggunakan alat orthodontik, baik yang cekat maupun yang lepasan. Penggunaan alat tersebut yang diharapkan dapat memperbaiki maloklusi yang ada justru dapat menyebabkan masalah jika perawatannya yang tidak benar. Perawatan orthodontik dapat berperan dalam menimbulkan penyakit atau kelainan pada periodonsium dengan berbagai cara, seperti retensi plak, iritasi dari cincin orthodonti, tekanan dari piranti orthodontik, respon jaringan terhadap piranti orthodontik, dll.Salah satunya adalah masalah kebersihan, kebersihan mulut pasien orthodontik yang tidak adekuat dapat menyebabkan akumulasi plak pada komponen alat orthodontik yang menyebabkan kerusakan jaringan periodontal. Perawatan kebersihan mulut yang buruk adalah akibat dari kurangnya pengetahuan atau kelalaian oleh pasien sendiri. Penyakit periodontal yang timbul diantaranya adalah pembesaran gingiva. Hiperplasi gingiva merupakan efek utama jangka pendek akibat perawatan orthodontik. Pembesaran pada gingiva dapat terjadi 48 jam setelah pemasangan piranti cekat, yang menjadi gejala umum terjadinya penyakit gingiva.1. 2 RUMUSAN MASALAHBagaimana perawatan pada pembesaran gingiva dan resesi gingiva yang berhubungan dengan pemakaian alat orthodontik cekat?1. 3 TUJUANMengetahui dan memahami perawatan pada pembesaran gingiva dan resesi gingiva yang berhubungan dengan pemakaian alat orthodontik cekat.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 PENYAKIT PERIODONTALPenyakit periodontal adalah kelainan pada jaringan periodontal yang perawatannya membutuhkan kerjasama antara pasien dan dokter gigi. Etiologi penyakit periodontal dibagi menjadi 2 yaitu etiologi primer dan sekunder. Etiologi primer adalah etiologi utama penyebab penyakit periodontal, yaitu plak. Etiologi sekunder adalah faktor-faktor yang memudahkan terjadinya penyakit periodontal atau disebut faktor presdiposisi. Etiologi sekunder ini dibedakan menjadi etiologi sekunder lokal dan sistemik. Etiologi sekunder lokal adalah faktor-faktor yang memudahkan terjadinya akumulasi atau retensi plak, contohnya:1. Restorasi yang keliru2. Kavitas karies3. Tumpukan sisa makanan4. Geligi tiruan sebagian yang desainnya tidak baik5. Pesawat orthodonti6. Susunan gigi geligi yang tidak teratur7. Merokok tembakauSedangkan, etiologi sekunder sistemik adalah faktor yang mempengaruhi respon tubuh terhadap plak. Plak adalah deposit lunak yang terbentuk dari lapisan biofilm yang melekat pada permukaan gigi atau permukaan kerang lain rongga mulut termasuk alat lepasan dan cekat. Komposisi plak 70-80% matriks ekstraseluler dan 20% matriks intraseluler.

2.2 PEMBESARAN GINGIVA (GINGIVA ENLARGEMEN)Pembesaran gingiva merupakan pertumbuhan lebih pada gingiva yang dapat mengganggu fungsi-fungsi rongga mulut, seperti pengunyahan, pengucapan, dan sebagainya. Pembesaran gingiva dapat berupa hiperplasi, hipertrofi, atau oedem.

Penyebab pembesaran gingiva adalah sebagai berikut:a. Inflamatory enlargement, berasal dari inflamasi kronis atau akut. Inflamasi kronik lebih biasa terjadi daripada akut. Selain itu, pembesaran inflamasi umumnya adalah komplikasi sekunder dari tipe enlargemant yang lainnya sehingga dapat menciptakan pembesaran gabungan (combine gingival enlargement).b. Konsumsi obat, misalnya: anticonvulsants, immunosuppressant dan calcium channel blockers.c. Kondisi sistemikPenggunaan piranti kedokteran gigi cekat maupun lepasan yang tidak tepat

2.3 RESESI GINGIVAResesi gingiva adalah turunnya margin gingiva kearah apikal sehingga dapat menyebabkan permukaan akar gigi terbuka. Dampaknya gigi menjadi lebih sensitiv (mudah ngilu) dan memiliki resiko tinggi terjadi karies di bagian apikal gigi.

2.4 POKET PERIODONTALPoket periodontal adalah bertambahnya sulcus gingival, yang merupakan salah satu tanda klinis yang penting dalam penyakit periodontal. Bertambahnya sulcus gingiva bisa terjadi karena pergerakan gingiva margin ke koronal, ke apikal, atau kombinasi keduanya. Poket dapat diklasifikasikan sebagai berikut:a. False poket: poket dengan pembesaran gingiva tanpa destruksi jaringan penyangga periodontal.b. Poket periodontal: poket yang terjadi karena destruksi jaringan penyangga periodontal.

2.5 ALAT ORTHODONTI CEKATAlat orthodonti cekat adalah alat orthodonti yang dipasangkan secara permanen pada gigi pasien, sehingga pasien tidak dapat melepas sendiri alat tersebut. Alat yang tetap melekat tersebut dapat menyulitkan pasien dalam melakukan pembersihan rongga mulut dan menimbulkan daya tarik dan tekan yang besar sehingga dapat menimbulkan berbagai masalah. Salah satu masalah adalah akumulasi dari plak yang dapat menyebabkan penyakit periodontal.

BAB IIIPEMBAHASAN

Perawatan periodontal tidak hanya menghilangkan poket dan memulihkan kesehatan gingiva saja, perawatan juga harus menciptakan lingkungan gingivo mukosa dan toppografi tulang yang dibutuhkan untuk fungsi yang tepat dari restorasi gigi tunggal dan fixed dan removable protesa.Perawtan periodontal dan restoratif juga ditujukan kepada kebutuhan estetik. Gingival margin yang sehat, stabil dan kecukupan mahkota klinis merupakan keharusan sebelum preparasi mahkota. Jika tidak mendapatkan mahkota klinis yang mencukupi margin mahkota harus diletakkan pada junctional epitelium atau perlekatan jaringan konektif, yang berakibat inflamasi gingiva yang dilanjutkan dengan bone loss.Perawatan periodontal menjadi salah satu solusi untuk problem estetik yang banyak dikeluhkan oleh masyarakat, dan ternyata penampakan klinis gingiva sangat menunjang penampilan estetik seseorang. Problem estetik gingiva yang biasa dikeluhkan pasien antara lain pembesaran gingiva, kontur gingiva yang tidak bagus, papila yang hilang, dan terbukanya permukaan akar. (Reddy, 2003).

Perawatan periodontal terdiri dari tahapan sebagai berikut:a. Initial therapy yaitu DHE, scaling dan polishing. Bertujuan untuk meredakan penyakit gingivitis yang terjadi, terutama yang disebabkan karena faktor lokal yaitu deposit keras maupun lunak yang melekat pada permukaan gigi. Tindakan ini dilakukan karena penyebab utama penyakit periodontal adalah bakteri plak. DHE yang diberikan meliputi: cara menyikat gigi yang benar, penggunaan alat pembersih gigi yang benar yaitu sikat gigi dengan bulu khusus untuk pasien orthodontik, pasta gigi berfluoride, penggunaan obat kumur, dll.b. Corrective therapy, pada tahap ini dilakukan gingivektomi dan gingivoplastiGingivektomi adalah prosedur bedah periodontal yang bertujuan menghilangkan poket gingiva pada penyakit radang periodontal untuk menciptakan suatu gingiva normal baik fungsi, kesehatan, dan estetika. (Goldman dan Cohen, 1980). Sedangkan menurut Harty dan Ogston (1995) gingivektomi adalah eksisi jaringan gingiva yang berlebih untuk menciptakan gingiva margin yang baru. Gingivektomi dilakukan apabila gingivitis tidak berhasil dirawat dengan perawatan biasa dan prosedur oral hygiene, atau pada kasus hiperplasi gingiva.Gingivektomi dapat dilakukan dengan scalpel, elektrode, laser, maupun kimia namun metode yang paling dianjurkan adalah operasi dengan scalpel (Carranza, 2006).

Manson and Eley (1993) menyatakan bahwa indikasi gingivektomi adalah:1. Adanya poket supraboni dengan kedalaman lebih dari 4 mm, yang tetap ada walaupun sudah dilakukan skaling dan pembersihan mulut yang cermat berkali-kali, dan keadaan di mana prosedur gingivektomi akan menghasilkan daerah perlekatan gingiva yang adekuat.2. Adanya pembengkakan gingiva yang menetap di mana poket sesungguhnya dangkal namun terlihat pembesaran dan deformitas gingiva yang cukup besar. Bila jaringan gingiva merupakan jaringan fibrosa, gingivektomi merupakan cara perawatan yang paling cocok dan dapat memberikan hasil yang memuaskan.3. Adanya kerusakan furkasi (tanpa disertai cacat tulang) di mana terdapat daerah perlekatan gingiva yang cukup lebar.4. Abses gingiva yaitu abses yang terdapat di dalam jaringan lunak.5. Flap perikoronal.Sedangkan kontraindikasi gingivektomi menurut Fedi, dkk (2004) adalah:1. Apabila kedalaman dasar poket berada pada atau lebih ke apikal dari pertautan mukogingiva.2. Apabila dinding jaringan lunak poket terbentuk oleh mukosaa alveolar.3. Apabila frenulum atau perlekatan otot terletak di daerah yang akan dibedah.4. Apabila ada indikasi perawatan cacat infraboni.5. Apabila gingivektomi tidak menghasilkan estetik yang baik.6. Apabila gingiva cekat atau berkeratin tidak cukup tersedia (sehingga jika gingivektomi dilakukan, tepi gingiva terbentuk dari mukosa alveolar).

Prinsip dan teknik gingivektomi yaitu setelah ditandai dengan poket marker, jaringan gingiva kemundian dieksisi dengan sudut 45o kemudian gingiva dibentuk sesuai kontur gingiva normal. Gingivektomi selalu diikuti dengan gingivoplasti untuk mendapatkan kontur dan bentuk ketajaman tepi gingiva yang normal baik anatomis maupun fisiologis (Suproyo, 2005). Menurut Fedi, dkk (2004) teknik gingivektomi adalah:1. Melakukan anestesi lokal yang memadai dengan teknik blok atau infiltrasi.

2. Mengukur kedalaman poket di daerah operasi menggunakan probe terkalibrasi. Kedalaman ini ditandai dengan menusuk dinding luar jaringan gingiva dengan poket marker untuk membuat titik-titik perdarahan. Apabila keseluruhan daerah operasi telah diukur dan ditandai dengan lengkap, titik-titik perdarahan tersebut akan membentuk ragangan (outline) insisi yang harus dilakukan.

3. Membuat eksisi (insisi miring ke luar) awal sedikit lebih ke apikal dari titik-titik tersebut dengan pisau bermata lebar seperti Kirkland No. 15/16. Insisi dibevel pada sudut kurang lebih 45 derajat terhadap akar gigi dan berakhir pada ujung atau lebih ke bawah dari ujung apikal perlekatan epitel. Apabila gingiva cukup tebal, bevel sebaiknya diperpanjang untuk menghilangkan bahu atau plato. Kadang-kadang, akses sangat terbatas atau sulit dicapai sehingga bevel yang cukup tidak dapat dibuat pada insisi awal. Pada keadaan ini, bevel dapat diperbaiki nantinya, menggunakan pisau bermata lebar untuk mengerok atau bur intan kasar.

(a) Garis Insisi(b) Pisau Kirkland4. Mengeksisi jaringan di daerah interproksimal menggunakan pisau bermata kecil seperti pisau Orban No. 1/2 . Perhatikan bahwa sudut mata pisau tersebut kira-kira sama dengan sudut mata pisau yang lebar ketika melakukan insisi awal.

5. Jaringan gingiva yang telah dieksisi dibuang. (a) Pengambilan jaringan (b) Jaringan yang telah dieksisi

6. Membersihkan deposit yang menempel pada permukaan akar dengan skaling dan root planing. Pada tahap ini, pembuangan dinding jaringan lunak poket periodontal membuat permukaan akar lebih mudah dicapai dan memperluas lapang pandang operator dibandingkan pada tahap-tahap lain. Pembersihan permukaan akar pada tahap ini menentukan keberhasilan seluruh prosedur bedah.

7. Menyempurnakan kontur gingiva seperti yang diinginkan dengan bur intan atau pisau bermata lebar untuk mengerok jaringan.8. Merapikan sobekan jaringan dengan gunting atau nipper.9. Membilas daerah bedah dengan air steril atau larutan saline steril untuk membersihkan pertikel-partikel yang tersisa.10. Menekan daerah luka dengan kain kasa yang telah dibasahi dengan air steril atau larutan saline steril selama 2-3 menit, untuk menghentikan perdarahan.11. Memasang dresing periodontal, mula-mula yang berukuran kecil, bersudut di daerah interproksimal, menggunakan instrumen plastik. Selanjutnya, pasang gulungan-gulungan yang lebih panjang di bagian fasial, lingual, dan palatal serta hubungkan dengan dresing yang telah terpasang di daerah interproksimal. Seluruh daerah luka ditutup dengan dresing tanpa mengganggu oklusi atau daerah perlekatan otot. Kesalahan yang sering terjadi adalah dressing yang dipasang terlalu lebar sehingga terasa mengganggu. 12. Mengganti dresing dan membuang debris pada daerah luka setiap minggu sampai jaringan sembuh sempurna dan dengan mudah dibersihkan oleh pasien. Epitel akan menutupi luka dengan kecepatan 0,5 mm per hari setelah hilangnya aktivitas mitosis awal dari epitel, 24 jam setelah operasi.13. Setelah dressing terakhir dilepas, poles gigi dan instruksikan pasien untuk melakukan pengendalian plak dengan baik. Dressing dilepas dan gigi dipoles

Penampakan klinis gingiva pasca gingivektomiSetelah seluruh prosedur gingivektomi dilaksanakan, pasien perlu diberi informasi yang lengkap tentang cara-cara perawatan pascaoperasi, yaitu:1. Menghindari makan atau minum selama satu jam.2. Dilarang minum minuman panas atau alkohol selama 24 jam. Dilarang berkumur-kumur satu hari setelah operasi.3. Dilarang makan makanan yang keras, kasar atau lengket dan mengunyah makanan dengan sisi yang tidak dioperasi.4. Minum analgesik bila merasa sakit setelah efek anestesi hilang. Obat analgesik adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan akhirnya akan memberikan rasa nyaman pada orang yang menderita. Nyeri merupakan suatu pengalaman sensorik dan motorik yang tidak menyenangkan, berhubungan dengan adanya potensi kerusakan jaringan atau kondisi yang menggambarkan kerusakan tersebut. Jenis AnalgesikKeterangan

Asetosal Mempunyai efek analgesik, antipiretik, dan antinflamasi. ES: Iritasi lambung, alergi, kemungkinan peningkatan perdarahan Sediaan: tablet Cara minum: bila perlu tiap 4 jam menurut petunjuk dokter. Tablet harus diminum sesudah makan.

Asam mefenamat

Mempunyai efek analgesik dan antinflamasi, tetapi tidak memberikan efek antipiretik. ES: iritasi lambung, diare pada px tua, hipersensitivitas, gangguan fungsi ginjal Sediaan: kapsul, kaplet. Cara minum: Dws dan anak > 14th, Dosis awal 500 mg kemudian dianjurkan 250 mg tiap 6 jam sesuai kebutuhan.

Celecoxib Untuk osteoartritis dan rematik arthritis pada orang dws. ES: diare, kembung, mual, nyeri punggung, pusing, sakit kepala, memperburuk hipertensi, pendarahan saluran cerna. Sediaan: kapsul. Cara minum: osteoartritis sehari 1x kap 100 mg, rematik arthritis sehari 2x kap 100-200 mg.

Dexkeprofen trametamol Untuk nyeri muskuloskeletal akut, dismenore, sakit gigi, nyeri pasca operasi Sediaan: tablet salut selaput, ampul. Ds: tab: tiap 8 jam, maks 75 mgAmpul: tiap 8-12 jam.

Fenilbutazon Hanya digunakan untuk antinflamasi dan mempunyai efek meningkatkan ekskresi asam urat melalui urin, sehingga bisa digunakan pada artritis gout. ES: mual, muntah, reaksi alergi pd kulit, ggn lambung, diare, vertigo, insomia. Sediaan: tablet, dragee, kaplet, Cara minum: sehari 300 mg dlm 3-4 dosis terbagi. Selanjutnya diturunkan sesuai kebutuhan dgn dosis sehari maks 300 mg.

Ibuprofen Mempunyai efek analgesik, anipiretik, dan antinflamasi, namun efek antinflamasinya memerlukan dosis lebih besar. ES: sakit kepala dan iritasi lambung ringan. Sediaan: sirup, tablet, Cara minum: harus diminum sesudah makan

Indometasin Untuk sakit persendian yang meradang maupun tidak, artritis akut. ES: sakit kepala, pusing, dispepsia, rasa mengantuk, ruam kulit, diare, ggn mental ringan, eudema. Sediaan: Kapsul Cara minum: sehari 2-3x 1kapsul segera sesudah makan.

Kalium diklofenak Untuk pengobatan jangka pendek kondisi akut pada nyeri, inflamasi, pembengkakan, rematik. ES: ggn sal. cerna, diare, mutah, keram abdomen, dispepsia, kembung, sakit kepala, vertgo, kulit kemerahan. Sediaan: tablet, tablet salut selaput. Cara minum: sehari 2-3 tab sesudah makan.

Natrium diklofenak untuk peradanganan mengurangi rematik, encok, osteoartrosis, radang sendi tulang belakang, rematik non-artikular. ES: ggn sal. cerna, sakit kepala, pusing, vertigo, kemerahan pada kulit. Sediaan: tablet, tablet salut enterik, gel, ampul Ds: tab: sehari 2-3x 1tab, amp; 1-2 ampul, gel: oleskan pd bagian nyeri dan inflamasi sehari 3-4x.

Ketoprofen Untuk rematik inflamasi kronik, nyeri, bengkak. ES: mual, muntah, konstipasi, sakit kepala, ggn fungsi ginjal. Sediaan: tablet, ampul, gel, suppositoria Ds: tab: sehari 3-4 tablet, amp: sehari 100 mg dapat ditingkatkan menjadi 200 mg pd kasus berat, gel: gunakan sehari 2x maks 7hari, supp: gunakan pada malam hari.

Ketorolac tromethamine Untuk penanganan jangka pendek (maks 2 hari) terhadap nyeri akut derajad sedang berat segera setelah operasi. ES: pendarahan pasca operasi, gagal ginjal akut, gagal hati. Sediaan: tablet, ampul Ds: ampul: dosis awal 10 mg diikuti dg peningkatan dois 10-30 mg setiap 4-6 bila diperlukan. Setiap pasien harus diberikan dosis efektif terendah yg sesuai dg tingkat nyeri.tablet: dosis awal 10 mg tiap 4-6 jam untuk nyeri sesuai kebutuhan. Dosis maks: 40 mg.

Meloxicam Untuk osteoartitis, reumatoid artritis. ES: ggn sal. cerna, nyeri, pusing, sakit kepala, anemia, insomia, batuk, infeksi sal. nafas, ruam, ISK. Sediaan: tablet, ampul, suppositoria. Cara minum: tab: sehari 1 tablet.

Metamisol Na meringankan rasa nyeri terutama nyeri kolik dan sakit pasca operasi. ES: hipersensitivitas, serangan asma, mual. Sediaan: sirup, drops, ampul. Cara minum: sirup: 2 sdtk tiap 6-8 jam.

Paracetamol Parasetamol mempunyai efek analgesik dan anipiretik, tetapi kemampuan antinflamasinya sangat lemah. ES: Dosis besar menyebabkan kerusakan fungsi hati. Sediaan: Kapsul, Kaplet, Tablet, Sirup, Suspensi. Cara minum: sehari 3-4x, sesudah makan.

Parecoxib Untuk terapi jangka pendek pasca operasi. ES: hipertensi, hipotensi, nyeri punggung, edema, kembung, insomia, anemia pasca operasi, ggn sal. nafas. Sediaan: vial Ds: 40 mg inj diikuti dg 20-40 mg tiap 6-12 jam.

Piroxicam Hanya diindikasikan untuk inflamasi sendi. ES: mual, nyeri perut, muntah, kembung, lemas, vertigo. Sediaan: Kapsul, gel, tablet, kaplet. Ds: gel: oeleskan pd bagian yg sakit sehari 3-4xkap tab/ kapl: sehari 1x1.

Tramadol Untuk pengobatan nyeri akut dan kronik yang berat, nyeri pasca operasi. ES: mual, muntah, berkeringat, mengantuk, dispepsia, lelah, pusing, kemerahan pd kulit, mulut kering. Sediaan: kapsul, ampl, tablet retard, suppositoria. Ds: sehari 1-8 tab; 1-4 supp; 1-8 amp; tablet retard: 1-2 tab sebagai dosis tunggal, diutamakan pagi dan malam hari.

Valdecoxib Terapi simtomatik osteartitis dan rheumatic artritis, terapi untuk dismonera primer. ES: mulut kering, hipertensi, edema perifer, insomia, anmia, batuk, faringitis, ruam, ISK. Sediaan: tablet Ds: untuk OA dan RA: sehari 1x 10-20 mg. Maks 20 mg.Dimonera primer: sehari 1x40 mg tambahan 40 mg dapat diberikan pada hari pertama terapi.

5. Menggunakan larutan kumur saline hangat setelah satu hari. Menggunakan larutan kumur klorheksidin di pagi hari dan malam hari bila tidak dapat mengontrol plak secara mekanis. Larutan ini dapat langsung digunakan pada hari pertama setelah operasi asal tidak dikumurkan terlalu kuat di dalam mulut. Menghindari teh, kopi, dan rokok bila menggunakan larutan kumur klorheksidin untuk mengurangi stain.6. Apabila terjadi perdarahan, dresing ditekan selama 15 menit dengan menggunakan sapu tangan bersih yang sudah dipanaskan; dilarang berkumur.7. Sikat bagian mulut yang tidak dioperasi saja.Pembedahan menyebabkan terputusnya kontinuitas sel-sel dan jaringan tubuh. Penyembuhan adalah fase respons inflamasi yang menyebabkan terbentuknya hubungan anatomi dan fisiologis yang baru di antara elemen-elemen tubuh yang rusak. Secara umum, penyembuhan meliputi pembentukan bekuan darah, pembentukan jaringan granulasi, epitelisasi, pembentukan kolagen, regenerasi dan maturasi (Fedi dkk, 2004). Sel akan menutupi luka dalam waktu 7-14 hari dan terkeratinisasi setelah 2-3 minggu. Pembentukan perlekatan epitel yang baru berlangsung selama 4 minggu. Kebersihan mulut yang baik sangat diperlukan selama periode pemulihan ini (Manson dan Eley, 2003).c. Maintenance phase, pada fase ini dilakukan kontrol untuk memeriksa perubahan kondisi gingiva pasca bedah gingivektomi. Fase pemeliharaan dilakukan untuk mencegah terjadinya kekambuhan pada penyakit periodontal. Berikut adalah beberapa prosedur yang dilakukan pada fase ini: Riwayat medis dan riwayat gigi pasien Reevaluasi periodontal setiap 6 bulan dengan mencatat scor plak, ada tidaknya inflamasi gingiva, kedalaman poket dan mobilitas gigi. Melakukan radiografi untuk mengetahui perkembangan periodontal dan tulang alveolar setiap 3 bulan atau 4 tahun sekali. Scalling dan polishing tiap 6 bulan sekali. Tergantung dari efektifitas kontrol plak dan kecenderungan pembentukan kalkulus. Aplikasi tablet fluoride secara topikal untuk mencegah karies.Pada resesi gingiva yang terjadi pada kasus diskenario juga harus dilakukan perawatan, perawatan yang dapat dilakukan dapat dengan berbagai tehnik yang harus disesuaikan dengan kondisi pasien. Resesi gingiva yang berkaitan dengan permukaan akar terbuka merupakan fenomena komplek yang menimbulkan tantangan untuk berbagai perawatan bagi para klinikus. Resesi dapat bersama-sama dengan timbulnya karies akar dan aberasi jaringan gigi, dan penderita mungkin mengeluh mengenai estetik atau timbulnya rasa ngilu. Salah satu tujuan dari perawatan periodontal adalah memperbaiki kehilangan perlekatan jaringan pada gigi. Telah terbukti bahwa berbagai cara prosedur regenerasi jaringan periodontal berpotensi memperbaiki resesi gingiva melalui penambahan ukuran lebar dan tinggi gingiva lekat yang berkeratin, serta mencapai penutupan akar, baik secara sempurna maupun sebagian. Sebagian besar prosedur ini ini berupa teknik cangkok (graft) bedah plastik periodontal (mukogingival).2 Berbagai teknik bedah telah diperkenalkan untuk merawat resesi gingiva, termasuk cangkok jaringan ikat (connective tissue grafting/CTG); berbagai disain flep; ortodontik; dan guided tissue regeneration (GTR).2 Tindakan bedah diikuti dengan perawatan periodontal konvensional seperti skeling dan penghalusan akar dikombinasi dengan prosedur perawatan kontrol plak di rumah yang memadai telah menunjukkan pengurangan keradangan. Selain itu berkurangnya warna kemerahan, perdarahan, dan eksudat disertai pengerutan gingiva, dapat meningkatkan estetika gingiva.1 Sementum yang terbuka menyerap endotoksin plak bakteri dan mengalami perubahan permukaan; dengan skeling dan penghalusan akar mampu mengurangi endotoksin.3 Penambahan Gingiva ke ApikalPencangkokan gingiva, baik pedicle maupun free, ditempatkan pada daerah resipien di sebelah apikal dari tepi resesi gingiva. Penutupan permukaan akar yang terbuka tidak dapat dicapai jika masih ada resesi tulang dan gingiva. Teknik penambahan gingiva ke apikal daerah resesi dapat dilakukan dengan free gingival autograft, free connective tissue autograft, andilakukan dengand apically positioned flap.Penambahan Gingiva ke KoronalBerbagai teknik dan disain flep telah digunakan untuk mendapatkan keberhasilan penutupan akar; sebagian di antaranya tidak membutuhkan jaringan donor (pedicle graft), sebagian yang lain membutuhkan (free autogenous grafts). Sering sulit mengantisipasi tingkat keberhasilan prosedur penutupan akar, karena penutupan tergantung berbagai faktor, termasuk klasifikasi dan lokasi resesi serta teknik yang digunakan. Dimensi gingiva yang paling sering dikaji adalah ketinggiannya, yaitu jarak antara tepi jaringan ikat lunak dan garis mukogingiva yang diukur dalam millimeter. Adanya penambahan tinggi gingiva dianggap berhasil dalam prosedur penambahan gingiva, tidak tergantung dari jumlah millimeter yang dicapai.5Graf pedicle berbeda dengan graf free autogenous soft-tissue, pada graf pedicle, dasar flep mengandung pembuluh darahnya sendiri yang memberi nutrisi pada graf dan memudahkan penetapan kembali penyatuan pembuluh darah dengan resipien. Graf pedicle dapat dicapai dengan ketebalan penuh ataupun sebagian.6 Berikut ini teknik yang digunakan untuk penambahan gingiva ke koronal dari daerah resesi (penutupan akar): 1) Free gingival autograft, 2) free connective tissue autograft, 3) Pedicle autografts (laterally/ horizontally positioned flap, coronally positioned flap), 4) Subepithelial connective tissue grat, 5) Guided tissue regeneration (GTR), 6) Pouch and tunnel technique.4 Masker gingivaResesi gingiva dapat disembunyikan dengan cara menutup daerah akar yang terbuka dengan masker yang terbuat dari bahan yang bersifat fleksibel seperti silikon. Masker ini dapat mengatasi penampilan yang estetis pada mahkota gigi depan yang mengalami resesi sehingga mahkota tampak proporsional. Pemakaian masker dilakukan setelah jaringan periodonsium selesai menjalani perawatan dan sembuh dari penyakit periodontal. Pembuatan masker dilakukan melalui teknik pencetakan dua tahap.

BAB IVKESIMPULAN1. Pembesaran gingiva pada kasus ini merupakan inflamasi kronis yang disebabkan oleh akumulasi plak dan kalkulus serta kurangnya kontrol perawatan selama penggunaan alat orthodontik cekat. 2. Pembesaran gingiva dapat dikoreksi dengan memperbaiki kondisi kebersihan mulut, eliminasi faktor predisposisi lokal (deposit dan kalkulus), dan gingivektomi untuk rekonturing gingiva.3. Prosedur perawatan periodontal pada pasien orthodontik dapat terdiri dari: a. Initial therapy yaitu DHE, scaling dan polishing. b. Corrective therapy, pada tahap ini dilakukan gingivektomi diikuti dengan gingivoplasti yang bertujuan untuk menghilangkan poket gingival, mengembalikan fungsi anatomis dan fisiologis gingiva serta mengendalikan plak yang merupakan faktor utama terjadinya pembesaran gingiva.c. Maintenance phase, pada fase ini dilakukan kontrol untuk memeriksa perubahan kondisi gingiva pasca bedah gingivektomi.4. Perawatan resesi gingiva dapat dilakukan dengan:a. Pedical graft, yaitu menutup bagian resesi dengan menarik bagian gingiva yang tebal.b. Free gingival graft, yaitu dengan mengambil jaringan lain untuk menutup atau sebagai donor.

DAFTAR PUSTAKA

Carranza, F. A., 1990, Glickmans Clinical Periodontology, 7th Ed., W.B. Saunders Company, Philadelphia, London, Toronto, Montreal, Sydney, Tokyo, h. 909Fedi, P.F., Vernino, A.R., dan Gray, J.L., 2004, Silabus Periodonti, EGC, JakartaFoster, T.D., 1993, Buku Ajar Ortodonsi, EGC, JakartaHarty, F.J., Ogston, R., 1995, Kamus Kedokteran Gigi (terj.), Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, h.139, 219 Manson, J.D. dan Eley, B.M., 1993, Buku Ajar Periodonti, ed 2, Hipocrates, Jakarta.Newman, M.G., Takei, H.H., Carranza, F.A, 1996, Carranzas Clinical Periodontology, 9th ed., Saunders Comp., Phildelphia.Reddy, M.S., 2003, Achieving Gingival Esthetics, J Am Dent Assoc,134 (3) : 295 304. http://jada.ada.org/cgi/content/full/134/3/295Wolf, H.F., Rateitschak, K.H. dan Hassell, T.M., 2005, Color Atlas of Dental Medicine: Periodontology, Thieme Stutgart, New YorkKassab MM and Cohen RE: Treatment of gingival recession, J Am Dent Assoc 133(11): 1499-1506, 2002. PubMedNishimine D, OLeary TJ: Hand instrumentation versus ultrasonics in the removal of endotoxin from roots of periodontally diseased teeth, J Periodontol 50: 345-349, 1979 Takei HH, Azzi RR, and Han TJ: Periodontal Plastic and Esthetic Surgery. In

1

2