SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI...

75

Transcript of SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI...

Page 1: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota
Page 2: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

ISSN : 2599 - 1744

VOL. 1 NO. 2, Juni 2018

SUSUNAN REDAKSI

Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar

Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D

Anggota Dewan Redaksi Dr. Pinondang Nainggolan, SE, M.SiDr. Marto Silalahi, M.SiDr. Marisi Butarbutar, SE, MMJonni Sitorus, ST, M.PdBinsar Tison Gultom, S.Pd, M.Sc

Penyunting Arolina Sidauruk, SH, M.Si (BAPPEDA Kota Pematangsiantar)Ivan D. Silitonga, SE (BAPPEDA Kota Pematangsiantar)Deswidya Sukrisna Hutauruk, S.Pd, M.Si (Universitas Efarina)Chintani Sihombing, S.Pd, M.Pd (Universitas Efarina)

Mitra Bebestari Vol. 1 No. 2Prof. Dr. Sanggam Siahaan, M.Hum (Universitas HKBP Nommensen)

Dr. Chandra Situmeang, SE, MSM, M.Pd, Ak, CA (Universitas Negeri Medan)Ervina Sectioresti Sigalingging, S.Psi, M.Psi (Universitas Pelita Harapan)

Dian Perayanti Sinaga, S.Si, M.Sc (Universitas Simalungun)Porman Juanda Marporami Mahulae, ST (Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sumatera Utara)Dumora Jenny Margaretha Siagian, ST (Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sumatera Utara)

Alamat Redaksi :Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Daerah Kota Pematangsiantar

Jl. Merdeka No. 4 PematangsiantarTel/Fax . (0622) 27919

Website : www.pematangsiantarkota.go.idEmail : [email protected]

Kebijakan adalah jurnal yang diterbitkan oleh Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Daerah KotaPematangsiantar yang berisikan karya tulis ilmiah dalam berbagai bidang untuk memberikan referensi/inputdalam pengambilan kebijakan di Kota Pematangsiantar. Kebijakan terbit enam bulan sekali dalam satu tahunyakni bulan Juni dan Desember. Kebijakan pertama kali terbit Desember 2017 dengan Nomor ISSN 2599-1744 berdasarkan Surat Keputusan Kepala Pusat Nasional ISSN No : 0005.25991744/JI.3.1/SK.ISSN/2017.12tanggal 7 Desember 2017

KEBIJAKAN

i

Page 3: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

ISSN : 2599 - 1744

VOL. 1 NO. 2, Juni 2018

PENGANTAR REDAKSI

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan perkenanNya, JurnalKebijakan pada Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Daerah KotaPematangsiantar Juni Tahun 2018 ini dapat diterbitkan. Jurnal Kebijakan ini memuat hasilpenelitian dan pengkajian dari para akademisi perguruan tinggi, peneliti dan Aparatur SipilNegara (ASN) yang ada di Kota Pematangsiantar.

Dalam penerbitan Volume 1 (pertama), Nomor 2 (dua), Juni 2018 ini redaksimenyajikan 8 (delapan) karya tulis ilmiah yang membahas penguatan partisipasi rukuntetangga dan rukun warga dalam pembangunan daerah, kepuasan pasien pengguna BPJSterhadap kualitas pelayanan Puskesmas Bah Biak Kota Pematangsiantar, gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi keluarga tidak memiliki BPJS mandiri di wilayah kerja PuskesmasSingosari Kota Pematangsiantar, hubungan pengetahuan dan sikap ibu yang memiliki bayi 12-24 bulan dengan pemberian imunisasi dasar lengkap di wilayah kerja Puskesmas Kartini,pelatihan vokal dasar anak-anak Panti Asuhan Elim Pematangsiantar, sastra dan kota,pengaruh gaya kepemimpinan, motivasi kerja dan disiplin kerja terhadap kinerja pegawai diPemerintah Kota Pematangsiantar serta analisis kebijakan pengembangan ruang terbuka hijaudi Kota Pematangsiantar. Karya Tulis Ilmiah tersebut dianggap layak untuk diterbitkansetelah mendapatkan masukan dan proses review dari Mitra Bebestari dan disetujui olehDewan Redaksi.

Karya Tulis Ilmiah yang dituangkan dalam Jurnal Kebijakan edisi kali ini diharapkanmampu memberikan sumbangan pengetahuan dan wawasan baru bagi para pembuatkeputusan di Pemerintah Kota Pematangsiantar. Redaksi mengucapkan terimakasih kepadasemua pihak yang telah membantu sehingga Jurnal Kebijakan ini dapat diterbitkan.

Semoga jurnal ini dapat memberikan tambahan informasi untuk peningkatan ilmupengetahuan bagi para pembaca. Terimakasih.

Salam Redaksi

KEBIJAKAN

ii

Page 4: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 ISSN : 2599 - 1744

Lembar abstrak ini boleh diperbanyak/di-copy tanpa izin dan biaya

Marto Silalahi

Penguatan Partisipasi Rukun Tetangga Dan Rukun WargaDalam Pembangunan Daerah

KEBIJAKAN, Jurnal Badan Perencanaan, Penelitian danPengembangan Daerah Kota Pematangsiantar,2018, Vol. 1 No. 2. Halaman 91 - 100

Kehadiran partisipasi masyarakat dalam pembangunandaerah merupakan modal sosial (social capital)mendampingi sumber daya daerah lainnya. Sebagai objekdari produksi pemerintahan maka wajar bila masyarakatmemberikan masukan, kritik dan pendapat terkait kegiatanpemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan yangdilakukan pemerintah daerah. Keberadaan RukunTetangga dan Rukun Warga (RT/RW) tersebut adalahwadah partisipasi masyarakat dalam berbagai kegiatanpemerintahan desa/kelurahan. Penelitian ini bertujuanuntuk memperkuat analisa konseptualitas keberadaanorganisasi kemasyarakatan RT dan RW dalam kegiatanpemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Metodepenelitian yang digunakan adalah deskritif berdasarkanpendapat para ahli yang kompeten. Dengan adanyapenelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagipenguatan kegiatan RT dan RW dalam membantupemerintahan desa/kelurahan.

Kata kunci : partisipasi, rukun tetangga dan warga,penguatan organisasi.

¹Chintani Sihombing, ²Jumadiah Wardati dan ³DeboraSaragih

Kepuasan Pasien Pengguna BPJS Terhadap KualitasPelayanan Puskesmas Bah Biak Kota PematangsiantarTahun 2017

KEBIJAKAN, Jurnal Badan Perencanaan, Penelitian danPengembangan Daerah Kota Pematangsiantar,2018, Vol. 1 No. 2. Halaman 101 - 108

Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat akan kualitaspelayanan kesehatan, maka fungsi pelayanan perluditingkatkan untuk memberi kepuasan pasien. Kualitaspelayanan merupakan suatu bentuk penilaian konsumen(pasien) terhadap tingkat pelayanan yang diterima dengantingkat layanan yang diharapkan. Penelitian ini bertujuanuntuk mengetahui kepuasan pasien pengguna BPJSterhadap kualitas pelayanan Puskesmas Bah BiakPematangsiantar. Penelitian ini menggunakan rancanganCross sectional study dengan jumlah populasi pasien

peserta BPJS sebanyak 1.687 dan sampel sebanyak 94responden yang ditentukan dengan teknik purposivesampling dengan melakukan wawancara menggunakankuesioner. Hasil penelitiaan disajikan dalam bentuk tabeldistribusi frekuensi dan analisis statistik denganmenggunakan Uji Chi Square. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa terdapat kepuasan pasien penggunaBPJS berdasarkan Bukti Fisik (Tangibles) (p value =0,024), kehandalan (Realibility) (p value = 0,002), Dayatanggap (Responsiveness) (p value = 0,043) terhadapdimensi Kualitas Pelayanan, dan tidak terdapat hubungankepuasan pasien pengguna BPJS berdasarkan jaminan(Assurance), empati (Empaty) dimana (p value> α 0,05)terhadap dimensi kualitas pelayanan. Disarankan bagipihak Puskesmas Bah Biak Kota Pematangsiantar untukmeningkatkan lagi Kualitas pelayanan BPJS Kesehatanagar pasien puas dengan pelayanan yang diberikan.

Kata kunci : kulitas pelayanan, kepuasan pasien BPJS

¹Eka Saudur Sihombing dan ²Juliana R. Damanik

Gambaran Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi KeluargaTidak Memiliki BPJS Mandiri Di Wilayah KerjaPuskesmas Singosari Kota Pematangsiantar Tahun 2017

KEBIJAKAN, Jurnal Badan Perencanaan, Penelitian danPengembangan Daerah Kota Pematangsiantar,2018, Vol. 1 No. 2. Halaman 109 - 116

Salah satu kebijakan pemerintah dalam mengatasirendahnya cakupan kepemilikan asuransi kesehatan padamasyarakat dengan mengeluarkan Peraturan tentang SJSNdimana kepesertaannya bersifat wajib. Jenis Penelitian iniadalah deskriptif, dengan tujuan untuk mengetahuiGambaran Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi KeluargaTidak Memiliki BPJS Mandiri Di Wilayah KerjaPuskesmas Singosari Kota Pematangsiantar Tahun 2017.Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga yang tidakmenjadi peserta BPJS Mandiri sebanyak 1.065 KK dansampel sebanyak 92 KK dengan menggunakan RumusSlovin. Metode pengumpulan data dengan wawancara danmenggunakan kuesioner. Hasil penelitian diketahui bahwaterdapat pengaruh antara pendidikan, pengetahuan,penghasilan, jumlah anak terhadap ketidakpemilikan BPJSMandiri, tidak terdapat pengaruh antara kepemilikanjaminan kesehatan lainnya terhadap ketidakpemilikanBPJS Mandiri. Diharapkan pihak Dinas Kesehatan KotaPematangsiantar dan BPJS meningkatkan Sosialisasitentang BPJS kepada masyarakat.

Kata kunci : faktor-faktor yang mempengaruhi,ketidakpemilikan BPJS mandiri

KEBIJAKAN

Page 5: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

¹Pinondang Hotria Siregar dan ²Eulis Susanti

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Yang MemilikiBayi 12-24 Bulan Dengan Pemberian Imunisasi DasarLengkap Di Wilayah Kerja Puskesmas Kartini Tahun2017

KEBIJAKAN, Jurnal Badan Perencanaan, Penelitian danPengembangan Daerah Kota Pematangsiantar,2018, Vol. 1 No. 2. Halaman 117 - 124

Program imunisasi merupakan satu upaya untukmelindungi penduduk terhadap penyakit tertentu, terutamayang dianggap rentan terjangkit penyakit menular, sepertibayi dan anak usia sekolah. Ibu adalah orang yangberperan besar dalam pengambilan keputusan untukmemenuhi kelengkapan imunisasi anak. Cakupan tinggirendahnya kelengkapan imunisasi di suatu daerah didugadapat dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap ibunya.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubunganPengetahuan dan Sikap ibu yang memiliki bayi 12- 24bulan dengan pemberian Imunisasi Dasar Lengkap (IDL)di wilayah kerja Puskesmas Kartini Tahun 2017.Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif denganmenggunakan desain penelitian cross sectional. Waktupenelitian dilaksanakan Bulan Agustus 2017 WilayahKerja Puskesmas Kartini, yaitu Kelurahan Simarito danKelurahan Sipinggol-Pinggol Kota Pematangsiantar.Populasi adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi berusia12-24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kartinisebanyak 123 orang. Pengumpulan data dilakukan melaluikuisioner dan dianalisis menggunakan uji Chi Square.Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak ada hubunganantara pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi dasarlengkap (nilai p = 0,610). Begitu juga tidak ada hubunganantara sikap ibu dengan pemberian imunisasi dasarlengkap (nilai p= 0,541). Hal ini menunjukan pengetahuandan sikap ibu bukan menjadi salah satu faktor yang dapatmempengaruhi kelengkapan imunisasi. Ibu yang memilikipengetahuan tinggi dan sikap positif tidak melengkapiimunisasi pada anaknya karena pengalaman yang kurangmemuaskan, sikap dan perilaku petugas yang kurangmemotivasi pemberian imunisasi, penyuluhan yang rendahdan kesulitan untuk membawa anaknya untuk diimunisasi.

Kata kunci : imunisasi, pengetahuan dan sikap ibu

¹Jubelando O Tambunan dan ²Deswidya SukrisnaHutauruk

Pelatihan Vokal Dasar Anak-Anak Panti Asuhan ElimPematangsiantar

KEBIJAKAN, Jurnal Badan Perencanaan, Penelitian danPengembangan Daerah Kota Pematangsiantar,2018, Vol. 1 No. 2. Halaman 125 - 130

Teknik vokal merupakan suatu cara memproduksi suarayang baik dan benar, sehingga suara yang keluar terdengarjelas, indah, merdu, dan nyaring. Teknik vokal merupakanunsur pendukung utama dalam menyanyi dimanamenyanyi merupakan kegiatan yang digemari kebanyakanorang, salah satunya digemari oleh anak-anak. Yangmelatar belakangi kegiatan bahwa perlunya pendidikanseni khususnya bernyanyi bagi anak-anak dalamlingkungan panti asuhan untuk mengurangi tingkat stresdan depresi anak-anak yang berada dilingkungan pantiasuhan. Tujuan pengabdian ini adalah untuk mengetahui

peningkatan pemahaman anak terhadap teknik vokal dasardalam upaya peningkatan keterampilan bernyanyi padasaat sebelum pelatihan dengan sesudah dilakukanpelatihan. Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan dalambentuk suatu pelatihan berupa workshop bertempat diRumah Doa Panti Asuhan Elim Pematangsiantar denganmetode ceramah, diskusi dan Praktik vokal dasarbernyanyi. Hasil dari kegiatan pengabdian ini adalahbertambahnya wawasan pengetahuan dan keceriaan anak-anak Panti Asuhan Elim Pematangsiantar mengenai vokaldasar bernyanyi sehingga mengurangi tingkat stress dandepresi anak-anak di lingkungan panti asuhan. Anak-anakdi Panti Asuhan juga menunjukkan timbal balik yangsangat baik dan positif. Anak-anak panti asuhan yangmengikuti kegiatan pelatihan ini menunjukkan perhatianyang sangat tinggi terhadap materi pengabdian yangdisampaikan oleh tim pengabdian.

Kata kunci : pelatihan, vokal, panti asuhan

Intan Maulina, S.Pd, M.S

Sastra Dan Kota : Pandangan Kota Dalam Puisi

KEBIJAKAN, Jurnal Badan Perencanaan, Penelitian danPengembangan Daerah Kota Pematangsiantar,2018, Vol. 1 No. 2. Halaman 131 - 138

Sastra dan Kota memiliki hubungan yang sangat romantis,itulah sebabnya banyak karya sastra yang dilatarbelakangidengan persoalan-persoalan pada masyarakat perkotaan.Tidak hanya masalah bahkan gambaran tentang kota itusendiri. Secara umum, tulisan ini bertujuan untukmendapatkan gambaran bagaimana perubahan sosialbudaya yang diakibatkan oleh arus urbanisai danmodernism yang terjadi dan dialami masyarakat kota.Secara khusus, karya sastra yang dibahas dalam artikel iniadalah kumpulan puisi yang ditulis oleh Isbedy StiawanZS. Ada 6 buah puisi yang dibahas keenamnya mewakilimasalah-masalah yang muncul dari lingkungan palingdekat pengarang. Artikel ini juga membuktikan bahwakarya sastra berfungsi sebagai medium yang penting untukmengkritik pembangunan dan perubahan dari kehidupanmasyarakat perkotaan.

Kata kunci : sastra kota, sastra Indonesia, puisi,modernisasi

Arolina Sidauruk

Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Motivasi Kerja danDisiplin Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Di PemerintahKota Pematangsiantar

KEBIJAKAN, Jurnal Badan Perencanaan, Penelitian danPengembangan Daerah Kota Pematangsiantar,2018, Vol. 1 No. 2. Halaman 139 - 144

Diterapkannya sistem desentralisasi memberikankewenangan yang besar pada daerah untukmengembangkan kapasitas pemerintah daerah dalampenyelenggaraan urusan pemerintahan melaluipengembangan kapasitas sumber daya aparatur. Namundemikian, keberhasilan tersebut terletak pada peranseorang pemimpin, terutama kepala daerah atau kepalawilayah. Gaya atau perilaku kepemimpinan seorang

Page 6: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

kepala daerah atau kepala wilayah akan sangatberpengaruh terhadap pelayanan terhadap peningkatankualitas pelayanan publik mengingat di era reformasisekarang ini, masyarakat semakin cerdas dan kritisdalam melihat dan merespon serta menyikapi segalabentuk implementasi pelayanan publik yang wajibdiberikan pemerintah kepada masyarakat. Sebagai contohgaya yang otoriter kepada bawahan dalam organisasipublik maupun terhadap masyarakat jelas tidak akancocok. Belum lagi perhatian yang ditujukan kepadamotivasi dan disiplin kerja terhadap kinerja pegawai gunamencapai hasil yang diharapkan. Penelitian ini dilakukanuntuk memotret Pengaruh Gaya Kepemimpinan, MotivasiKerja dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Pegawai diPemerintah Kota Pematangsiantar.

Kata kunci : gaya kepemimpinan, motivasi, disiplin kerja

¹Robert Tua Siregar, ²Benny Simatupang dan ³DermawanPerangin-angin

Analisis Kebijakan Pengembangan Ruang Terbuka HijauDi Kota Pematangsiantar

KEBIJAKAN, Jurnal Badan Perencanaan, Penelitian danPengembangan Daerah Kota Pematangsiantar,2018, Vol. 1 No. 2. Halaman 145 - 153

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui luas RuangTerbuka Hijau (RTH) Publik yang tersedia saat ini di KotaPematangsiantar serta mengetahui kebutuhan danpengelolaan pengembangan Ruang Terbuka Hijau (RTH)Publik yang sesuai dengan tuntutan Undang-UndangNomor 26 Tahun 2007 di Kota Pematangsiantar.Penelitian ini menggunakan jenis penelitian meliputi datakualitatif dan kuantitatif. Dimana yang termasuk dalamjenis data kualitatif ini adalah, kondisi fisik lokasi studi,kebijakan pemerintah dalam mengelola RTH publik, Datakuantitatif, yaitu data yang menjelaskan kondisi lokasipenelitian dengan tabulasi angka–angka yang dapatdikalkulasikan untuk mengetahui nilai yang diinginkandengan menggunakan metode perhitungan sederhana.Dalam studi ini yang termasuk jenis data kuantitatif yaitu,luasan RTH, jumlah penduduk dan perkembanganpenduduk. Hasil penelitian menunjukan bahwa,Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau Publik menjadi entrypoint dalam menilai keberhasilan pembangunan suatuwilayah/daerah. Peranan Ruang Terbuka Hijau tidakterlepas dari berbagai fungsi yang melingkupinya, yaitufungsi ekologis, sosial, ekonomi, dan estetis. Berdasarkantemuan dari penelitian mengenai ketersediaan RuangTerbuka Hijau Publik eksisting di Kota Pematangsiantarhanya seluas 2.621,93 Ha (32,78 %) dari keseluruhan luasKota Pematangsiantar yang mencapai 79,971 Km2

Kata kunci : ruang terbuka hijau, fungsi peranan,penggunaan lahan kota.

Page 7: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 ISSN : 2599 - 1744

Lembar abstrak ini boleh diperbanyak/di-copy tanpa izin dan biaya

Marto Silalahi

Increasing Participation Of Neighborhood AssociationsAnd Citizens Association In Local Development

KEBIJAKAN, Jurnal Badan Perencanaan, Penelitian danPengembangan Daerah Kota Pematangsiantar, Vol. 1.No. 2. Halaman 91 - 100

The participation of society in developing a local area is asocial capital to other rural resources. As an object ofgovernmental production, it is common if societyparticipate and suggest good advice, critics and opinionrelating to governmental activities, development andcivilization, which is done by local government. Thepresence of Neighborhood Associaton (RT) andAdministrative Unit (RW) as unit of collecting socialparticipation in many governmental activities in districtarea. To strengthen the organization of neighborhoodassociation (RT) and administrative unit (RW), it isimportant to conduct research aimed to improveanalytical conceptual of social organization, such asRT/RW in governmental activities, development andcivilization. The method used in this research isinvestigating and analyzing description method based oncompetent expert opinion. This research is expected togive advice to strengthen RT/RW in helping localgovernment.

Keywords : participation, neighborhood association andadministrative unit, empowering organization

¹Chintani Sihombing, ²Jumadiah Wardati dan ³DeboraSaragih

Satisfaction Of BPJS Patients To Community HealthCenter Bah Biak Services In Pematangsiantar Year 2017

KEBIJAKAN, Jurnal Badan Perencanaan, Penelitian danPengembangan Daerah Kota Pematangsiantar, Vol. 1No. 2. Halaman 101 - 108

The increasing public demand for the quality of healthservices, then the service function needs to be improved toprovide patient satisfaction. Quality of service is a form ofconsumer assessment (patient) on the level of servicereceived with the level of service expected. This study aimsto determine the satisfaction of BPJS users of the qualityof health care service Bah Biak Pematangsiantar. Thisstudy used cross sectional study design with totalpopulation of BPJS participants as many as 1.687 and asample of 94 respondents determined by purposivesampling technique by conducting interviews usingquestionnaires. The research results are presented in theform of frequency distribution tables and statistical

analyzes using Chi Square Test. The results showed thatthere were patient satisfaction of BPJS user based onPhysical Tangible (p value = 0,024), reliability (p value =0,002), Responsiveness (p value = 0,043) to ServiceQuality dimension, and there is no relationship of patientsatisfaction BPJS user based on Assurance, Empaty where(p value> α 0,05) to service quality dimension. It issuggested for the health center of Bah BiakPematangsiantar to improve the quality of BPJS Healthservice so that the patient is satisfied with the servicesprovided.

Keywords : service quality, patient satisfaction BPJS

¹Eka Saudur Sihombing dan ²Juliana R. Damanik

Description Of Factors Influencing Family To Not HavingIndependent Bpjs In Working Area Of SingosariCommunity Healt Center In Pematangsiantar Year 2017

KEBIJAKAN, Jurnal Badan Perencanaan, Penelitian danPengembangan Daerah Kota Pematangsiantar, Vol. 1No. 2. Halaman 109 - 116

One of the government policies in overcoming the lowcoverage of health insurance ownership in the communityis the Regulation on SJSN where membership ismandatory. This research is descriptive, with the aim toknow the description of factors influencing the family doesnot have BPJS Mandiri in working area of SingosariPublic Health Center Pematangsiantar City Year 2017.Population in this research is family which not participantBPJS Mandiri of 1,065 families and samples are 92households taken with Slovin formula. Methods ofcollecting data by interview and using questionnaires. Theresult of the research are known that there is influencebetween education, knowledge, income, number ofchildren to non-ownership of BPJS Mandiri, there is noinfluence between the ownership of other health insuranceagainst the non-ownership of BPJS Mandiri. It is expectedthat the City Health Office of Pematangsiantar and BPJSto improve the socialization of BPJS to the community.

Keywords : factors affecting, non-ownership of bpjsmandiri

¹Pinondang Hotria Siregar dan ²Eulis Susanti

The Relationship Of Mother’s Knowledge And BehaviorThose Having Baby 12-24 Months With Basic CompleteImmunization Giving In Working Area Of CommunityHealth Center Kartini Year 2017

KEBIJAKAN

Page 8: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

KEBIJAKAN, Jurnal Badan Perencanaan, Penelitian danPengembangan Daerah Kota Pematangsiantar, Vol. 1No. 2. Halaman 117 - 124

Immunization program is an effort to protect thepopulation against certain diseases, especially thoseconsidered vulnerable to infectious diseases, such asinfants and school-age children. Mother is a person whoplays a major role in decision-making to meet thecompleteness of childhood immunization. High coverageof the low completeness of immunization in an area maybe influenced by the knowledge and attitude of the mother.The purpose of this study is to know the relationshipKnowledge and Attitudes of mothers who have babies 12to 24 months with the provision of Basic ImmunizationComplete (BIC) in the work area Puskesmas Kartini Year2017. This research is quantitative research using crosssectional research design. The time of the research wasconducted in August 2017 Working Area of PuskesmasKartini, Simarito and Sipinggol-Pinggol Urban VillagePematangsiantar. The population is all mothers who havebabies aged 12-24 months in the work area of Kartinihealth center as many as 123 people. Data were collectedthrough questionnaire and analyzed using Chi Square test.The results showed that there was no correlation betweenmother knowledge with complete basic immunization (pvalue = 0,610). There is also no relationship betweenmother's attitude with complete basic immunization (p =0,541). This shows the knowledge and attitude of themother is not one of the factors that can affect thecompleteness of immunization. Mothers with highknowledge and positive attitudes do not complementimmunization to their children due to unsatisfactoryexperiences, attitudes and behavior of officers who areless motivated to provide immunization, low counselingand difficulty in getting their children immunized.

Keywords : immunization, knowledge and attitude

¹Jubelando O Tambunan dan ²Deswidya SukrisnaHutauruk

Children’s Basic Vocal Training Of Elim OrphanagePematangsiantar

KEBIJAKAN, Jurnal Badan Perencanaan, Penelitian danPengembangan Daerah Kota Pematangsiantar, Vol. 1No. 2. Halaman 125 – 130

Vocal technique is a method of producing a good andright voice, so that the voice that is produced sounds clearand beautiful. Vocal technique is a main supporting factorin singing in which singing is a favorable activity of manypeople, especially children. Decreasing stress anddepression is a main background of educating arts,especially singing among children living in an orphanage.The aim of this voluntary program is to find theimprovement of children's achievement on basic vocaltechnique in increasing singing skills before and afterapplying the method. This voluntary program is conductedas a training in the form of workshop in Rumah Doa PantiAsuhan Elim Pematang Siantar. The method used isspeech, discussion, and singing basic Vocal practice. Theresult of this activity is the increasing of skill of singingand increasing of happiness on children in ElimOrphanage Pematang Siantar. Children in this orphanagealso show positive feed-back. They show a very goodinterest to the speaker as long as the program.

Keywords: training, vocal, orphanage

Intan Maulina, S.Pd, M.S

Linguistics and city : City view in a poetry

KEBIJAKAN, Jurnal Badan Perencanaan, Penelitian danPengembangan Daerah Kota Pematangsiantar, Vol. 1No. 2. Halaman 131 - 138

Literature and the City have a very romantic relationship,which is why many literary works are motivated by theproblems in urban society. They are not only about humanproblems, but also the description of the city itself. Ingeneral this paper aims to get a potrait of how social andcultural changes influenced by the urbanism within thepeople in a city. Specifically, the literary works which arediscussed inthis paper are poems written by IsbedyStiawan ZS. There are six poems discussed sixrepresenting problems arising from the author's nearestenvironment. This paper also proofs that literary worksfunction as an important medium to criticize thedepelopment and change of the society life in urbansetting.

Keywords : urban literature, Indonesian literature,poetry,modernism

Arolina Sidauruk

The Influence Of Leadership Style, Working Motivation,And Working Discipline To Employee Perfotmance InPematangsiantar Government

KEBIJAKAN, Jurnal Badan Perencanaan, Penelitian danPengembangan Daerah Kota Pematangsiantar, Vol. 1No. 2. Halaman 139 – 144

The adoption of a decentralized system providessubstantial authority in the regions to develop the capacityof local governments in administering government affairsthrough capacity building of apparatus resources.Nevertheless, the success lies in the role of a leader,especially the head of the region or the head of the region.The style or behavior of the leadership of a regional heador regional head will greatly affect the service to improvethe quality of public services considering in the currentera of reform, the more intelligent and critical society inseeing and responding and mensikapi all forms of publicservice implementation that must be given by thegovernment to the community. For example anauthoritarian style to subordinates in public organizationsas well as to society is obviously unsuitable. Not tomention the attention directed to Motivation and workdiscipline on the performance of employees in order toachieve the expected results. This study was conducted tophotograph the Influence of Leadership Style, WorkMotivation and Work Discipline on EmployeePerformance In Pematangsiantar City Government.

Keywords : style of leadership, motivation, discipline work

¹Robert Tua Siregar, ²Benny Simatupang dan ³DermawanPerangin-angin

Analysis Of Green Open Space Development Policy InPematangsiantar City

Page 9: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

KEBIJAKAN, Jurnal Badan Perencanaan, Penelitian danPengembangan Daerah Kota Pematangsiantar, Vol. 1No. 2. Halaman 145 – 153

This study aims to determine the extent of Green OpenSpace (RTH) Public currently available in the CityPematangsiantar and know the needs and management ofdevelopment of Green Open Space Green Open Space(RTH) Public in accordance with the demands of LawNumber 26 Year 2007 in Pematangsiantar City. Thisresearch uses this type of research including qualitativeand quantitative data. Where included in this type ofqualitative data is, the physical condition of the studylocation, government policy in managing public greenspace, quantitative data, ie data that describes thecondition of the research location with tabulation ofnumbers - numbers that can be calculated to determine thedesired value by using a simple calculation method . Inthis study which includes the type of quantitative data thatis, the extent of green open space, population andpopulation development. The results showed that, theavailability of Open Space Green Public became the entrypoint in assessing the success of development of a region /region. The role of Open Space Green is inseparable fromthe various functions that encompass it, namelyecological, social, economic, and aesthetic functions.Based on the findings of research on the availability ofexisting public green open space in Pematangsiantar Cityis only 2.621,93 Ha (32,78 %) of the totalPematangsiantar City reaching 79,971 Km²

Keywords : green open space, role function, and urbanland use.

Page 10: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

ISSN : 2599 - 1744

VOL. 1 NO. 2, Juni 2018

KEBIJAKAN

DAFTAR ISI

Penguatan Partisipasi Rukun Tetangga Dan Rukun Warga 91 -100Dalam Pembangunan Daerah(Marto Silalahi)

Kepuasan Pasien Pengguna BPJS Terhadap Kualitas 101 - 108Pelayanan Puskesmas Bah Biak Kota Pematangsiantar Tahun 2017(¹Chintani Sihombing, ²Jumadiah Wardati dan ³Debora Saragih)

Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keluarga Tidak 109 - 116Memiliki BPJS Mandiri Di Wilayah Kerja Puskesmas Singosari KotaPematangsiantar Tahun 2017(¹Eka Saudur Sihombing dan ²Juliana R. Damanik)

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Yang Memiliki Bayi 12-24 Bulan 117 -124Dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Di Wilayah KerjaPuskesmas Kartini Tahun 2017(¹Pinondang Hotria Siregar dan ²Eulis Susanti)

Pelatihan Vokal Dasar Anak-Anak Panti Asuhan Elim Pematangsiantar 125 - 130(¹Jubelando O Tambunan dan ²Deswidya Sukrisna Hutauruk)

Sastra Dan Kota : Pandangan Kota Dalam Puisi 131 - 138(Intan Maulina)

Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Motivasi Kerja Dan Disiplin Kerja 139 - 144Terhadap Kinerja Pegawai Di Pemerintah Kota Pematangsiantar(Arolina Sidauruk)

Analisis Kebijakan Pengembangan Ruang Terbuka Hijau 145 - 153Di Kota Pematangsiantar(¹Robert Tua Siregar, ²Benny Simatupang, dan ³Dermawan Perangin-angin)

iii

Page 11: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

PENGUATAN PARTISIPASI RUKUN TETANGGA DAN RUKUNWARGA DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

(INCREASING PARTICIPATION OF NEIGHBORHOOD ASSOCIATIONSAND CITIZENS ASSOCIATION IN LOCAL DEVELOPMENT)

Marto Silalahi

Dosen Kopertis Wilayah Sumatera Utara dpk STIE Sultan Agung PemantangsiantarJl.Surabaya No. 19 Pematangsiantar

[email protected]

Diterima : 25 April 2018; Direvisi 4 Juni 2018; Disetujui 26 Juni 2018

ABSTRAK

Kehadiran partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah merupakan modal sosial (socialcapital) mendampingi sumber daya daerah lainnya. Sebagai objek dari produksi pemerintahanmaka wajar bila masyarakat memberikan masukan, kritik dan pendapat terkait kegiatanpemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan yang dilakukan pemerintah daerah.Keberadaan Rukun Tetangga dan Rukun Warga (RT/RW) tersebut adalah wadah partisipasimasyarakat dalam berbagai kegiatan pemerintahan desa/kelurahan. Penelitian ini bertujuanuntuk memperkuat analisa konseptualitas keberadaan organisasi kemasyarakatan RT dan RWdalam kegiatan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Metode penelitian yangdigunakan adalah deskritif berdasarkan pendapat para ahli yang kompeten. Dengan adanyapenelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi penguatan kegiatan RT dan RWdalam membantu pemerintahan desa/kelurahan.

Kata kunci : partisipasi, rukun tetangga dan warga, penguatan organisasi

ABSTRACT

The participation of society in developing a local area is a social capital to other ruralresources. As an object of governmental production, it is common if society participate andsuggest good advice, critics and opinion relating to governmental activities, development andcivilization, which is done by local government. The presence of Neighborhood Associaton (RT)and Administrative Unit (RW) as unit of collecting social participation in many governmentalactivities in district area. To strengthen the organization of neighborhood association (RT) andadministrative unit (RW), it is important to conduct research aimed to improve analyticalconceptual of social organization, such as RT/RW in governmental activities, development andcivilization. The method used in this research is investigating and analyzing description methodbased on competent expert opinion. This research is expected to give advice to strengthenRT/RW in helping local government.

.Keywords : participation, neighborhood association and administrative unit, empowering

organization

©2018 Bappeda Kota Pematangsiantar [email protected]

Page 12: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

PENDAHULUANKehadiran kinerja maksimal

pemerintahan merupakan operasionalisasipercepatan pencapaian kebutuhan pemangkukepentingan dengan maksimal. Komponensuprastruktur pemerintahan baik dari tingkatanrukun tetangga sampai dengan pemerintahandaerah (kabupaten/kota dan provinsi)memberikan kontribusi besar sesuai dengantugas dan fungsinya masing-masing.Penguatan komponen pemerintahan akanmemberikan energi besar dalam keberhasilanpencapaian visi dan misi daerah. Kuantitas dankualitas kebutuhan pemangku kepentinganmasyarakat merupakan grand desain produkpemerintahan baik barang/jasa maupunkegiatan civil administratif lainnya.Peningkatan kuantitas dan kualitas kebutuhanmasyarakat menuntut pemerintahmeningkatkan kuantitas dan kualitas programdan kegiatan lainnya dengan mengedepankanprofesionalitas, akutanbilitas, transparansi danresponsibilitas yang maksimal.

Partisipasi pemangku kesejahteraanmasyarakat sangat dibutuhkan sehinggaoptimalisasi pencapaian kesejahteraanmasyarakat dapat mencapai sasaransebagaimana diamanatkan peraturanperundangan yang berlaku. Pada tingkatankelurahan, dikenal dengan organisasikemasyarakatan rukun tetangga dan rukunwarga. Kehadiran organisasi kemasyarakatanitu dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakatsehingga pencapaian program dan kegiatanpemerintah kelurahan efektif mencapai tujuandan efesien dalam penggunaan sumber dayayang dimiliki kelurahan. Kehadiran rukuntetangga dan rukun warga adalah organisasikemasyarakatan yang dibentuk masyarakat disuatu kelurahan untuk mempercepatpencapaian tujuan dari suatu kegiatan yangdirencanakan pemerintahan kelurahan.

Untuk menganalisa penguatan organisasikemasyarakatan RT/RW dapat diamati proseskelahirannya baik apakah RT/RW itu adalahseutuhnya dibidangi masyarakat untukmenunjukkan partisipasinya atau pemerintahmembantu proses kelahirannya denganmelegitimasi melalui norma perundangan yangberlaku. Sebagai contohnya adalah padaPermendagri Nomor 7 Tahun 1983 tentangPembentukan Rukun Warga dan RukunTetangga, bahwa pembentukan Rukun Wargadan Rukun Tetangga berdasarkan normaperundangan. Hal itu mengandung makna

bahwa kelahiran Rukun Tetangga dan RukunWarga adalah bentuk partisipasi masyarakatdalam keberhasilan kegiatan pemerintahan,pembangunan dan kemasyarakatan yangberada di wilayah Desa/Kelurahan.

Contoh berikutnya adalah padaKeputusan Presiden Nomor 49 Tahun 2001tentang Penataan Lembaga KetahananMasyarakat Desa atau sebutan lain disebutkanbahwa Rukun Tetangga selanjutnya disingkatRT atau sebutan lain adalah lembaga yangdibentuk melalui musyawarah masyarakatsetempat dalam rangka pelayananpemerintahan dan kemasyarakatan yangditetapkan oleh Desa dan Kelurahan.Sedangkan Rukun Warga disingkat RW atausebutan lain adalah lembaga yang dibentukmelalui musyawarah pangurus RT di wilayahkerjanya yang ditetapkan oleh Desa danKelurahan, oleh karena itu sangat di butuhkanpembinaan kepada instansi yang palingterdekat dengan masyarakat agar tujuan awalpembentukan yang bermaksud dan bertujuanuntuk memelihara dan melestarikan nilai-nilaikehidupan masyarakat yang berdasarkankegotong-royongan dan kekeluargaan bisaberjalan dengan baik.

Sebagai wadah partisipasi masyarakatdalam kegiatan pemerintahan kelurahan, makatugas dan fungsi rukun tetangga dan rukunwarga disesuaikan dengan situasi dan kondisimasyarakat tersebut. Formalisasi organisasikemasyarakatan (RT/RW) berdasarkan normaperundangan daerah (misalnya peraturandaerah) akan memberikan dampak besarkarena RT/RW itu mendapatkan legalitasformal dalam pelaksanaan fungsi dan tugasnyauntuk membantu dan memperkuat keberhasilanpelaksanaan program dan kegiatanpemerintahan.

Dilematika legalitas organisasi RT/RWakan memberikan dampak besar bagikontribusi partisipasi organisasi RT/RW dalamkegiatan pemerintahan Kelurahan baikperencanaan, pelaksanaan maupun pengawasanyang dilakukan. Dalam kegiatan perencanaanpembangunan misalnya, apakah saranpendapat organisasi RT/RW menjadi suatukebutuhan/keharusan dalam mengusulkanrencana kegiatan kelurahan. Akan munculbanyak pertanyaan bila legalitas formalorganisasi RT/RW belum diperkuat dalamperaturan daerah. Sebagai contoh, dalamkegiatan pelaksanaan pembangunan, apakahorganisasi RT/RW dilibatkan dalam

Kebijakan 1 (2) (2018) : 91 - 10092

Page 13: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

pelaksanaan kegiatan pembangunan jalansetapak dilingkungan kerja RT/RW, dalamkegiatan pengawasan pembangunan, apakahsaran pendapat perbaikan RT/RW menjadisalah satu bahan kajian perbaikan daripemerintahan kelurahan atau kecamatan.

Pertumbuhan dan perkembangankebutuhan masyarakat menyesuaikan denganlingkungan internal dan lingkungan eksternalmasyarakat. Sebagai tingkatan terendahorganisasi yang berhadapan denganmasyarakat, maka wajar bila organisasiRT/RW dikelola dengan maksimal sehinggakontribusi partisipasinya mempermudah danmempercepat pencapaian tujuan kegiatanpemerintahan, pembangunan dankemasyarakatan. Berkaitan dengan perubahaanyang dihadapi masyarakat, Sutomo (2010:51)mengatakan bahwa “Masyarakat senantiasaberubah dan berkembang, tuntutan kebutuhanjuga meningkat sejalan dengan tuntutanperubahan tersebut. Masalah sosial seringkalimuncul dari kegagalan masyarakat dalammemenuhi tuntutan kebutuhannya dan jugadapat terjadi karena kegagalan masyarakatdalam menyesuaikan diri dengan perubahanyang terjadi di lingkungannya (socialmaladjustment). Melalui usaha pengembanganmaka masyarakat diharapkan akan mempunyaikemampuan antisipasi yang lebih baikterhadap proses perubahan tersebut.

Kebutuhan dan tuntutan masyarakatmengalami perkembangan sesuai dengansituasi dan kondisi lingkungan internal daneksternal. Peningkatan kewenangan organisasiRT/RW menjadi diskusi panjang bila adakeinginan menjadinya suatu organisasi formallegalistik. Sebagai contoh, dalam normaperundangan (misalnya peraturan daerah)mencantumkan keharusan bahwa adanyapersyaratan surat keterangan (atau nomenklaturlain) dari RT/RW bila masyarakat hendakmengurus suatu layanan administratif(misalnya surat keterangan miskin) kepadapemerintahan kelurahan/kecamatan. Penguatanatau pengembangan kewenangan RT/RWtersebut bukan dimaksudkan untukmemperpanjang alur mata rantai birokrasipemerintahan, namun dimaksudkan untukmemperkuat dan memperjelas kelengkapanadministrasi (Strong AdministrationBehavioral).

Berkaitan dengan kemandirianpengelolaan kewenangan daerah (Supriyono,2010: 35) Kemandirian dalam pengelolaan

kewenangan dapat terwujud apabila memenuhibeberapa prinsip, yaitu :a. Stigler principle. Pengambilan keputusan

harus terjadi pada tingkatan terendahpemerintahan yang konsisten dengantujuan efesiensi alokasi sumber daya.

b. Principle of fiscal equivalency.Keselarasan batasan politik dengankemanfaatan atau keuntungan yangdiperoleh, untuk itu diperlukan kejelasanyurisdiksi untuk setiap layanan publik.

c. Correspondence Principle. Kejelasanyurisdiksi yang berhubungan dengankewenangan pusat dan daerah menyangkutpenyediaan setiap barang publik untuksemua lapisan masyarakat secaramemuaskan.

d. Decentralization theorem. Setiappelayanan publik harus disediakan denganbatasan terbatas, kelembagaan dan biayalayanan.

e. Subsidiarity Principle. Belanja dan fungsiregulasi harus berada pada tingkatanpemerintahan daerah.

Kemandirian pengelolaan kewenanganorganisasi RT/RW masih bergantung kepadapemerintah kelurahan dan kecamatan. Olehkarena itu adalah wajar bila penguatanpartisipasi sinergis RT/RW membutuhkanperjuangan untuk ditingkatkan peranan danfungsinya. Bagaimana penguatan pengelolaankewenangan RT/RW masih membutuhkandukungan politik (norma perundangan),dukungan sosiologis dan psikologis (kesediaantingkatan pemerintahan kelurahan/desamenerima kenyataan) dan faktor lainnya.Keberadaan organisasi RT/RW beradalangsung berhadapan dengan masyarakatsehingga kebutuhan, tuntutan dan aspirasimasyarakat sangat diketahui pengurus RT/RWitu sendiri. Lingkungan organisasi RT/RWlangsung membawahi keluarga secaralangsung. Situasi dan kondisi setiap keluargadari anggota masyarakat dapat diketahuidengan lengkap oleh pengurus organisasiRT/RW. Kegiatan musyawarah pembangunankelurahan misalnya, akan merekam danmencatat kebutuhan, tuntutan dan aspirasisetiap keluarga. Untuk itu informasi kebutuhanprogram dan kegiatan yang dilakukanpemerintah kelurahan akan dapat secaralangsung dilihat, diamati dan dirasakan jugapengurus organisasi RT/RW. Mendekatkanpelayanan dan mengoptimalisasi pelayanankepada masyarakat (melalui keluarga) akan

93Penguatan Partisipasi Rukun Tetangga Dan Rukun Warga Dalam Pembangunan DaerahMarto Silalahi

Page 14: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

terlihat dengan jelas dan lengkap pada anggotamasyarakat atau keluarga. Sebagai contoh,pemberian beras miskin akan diketahui denganlengkap dan benar oleh pengurus organisasiRT/RW.

Penguatan dan atau pengembanganorganisasi RT/RW dirasakan sangat diperlukansehubungan dengan perkembangan kebutuhananggota masyarakat (keluarga). Untuk itu,akan muncul berbagai pendapat dan saran,misalnya apakah perlu diperkuat tugas, fungsidan kewenangan organisasi RT/RW, apakahperlu dibuatkan norma perundangan (UU, PP,Perda atau yang lainnya) untuk memperkuatkedudukan dan kewenangannya, apakah perluditempatkan aparatur daerah sebagai pengurusRT/RW, apakah perlu diberikan anggaran dansarana lainnya bagi pelaksanaan tugas danfungsi RT/RW dan sebagai pertanyaan lainnya.Untuk memperkuat partisipasi organisasiRT/RW dalam pembangunan daerahperkotaan, maka optimalisasi tugas, fungsi dankewenangannya menjadi indikatorkeberhasilan kegiatan organisasi RT/RW.

Berkaitan dengan indikator keberhasilanpemberdayaan organisasi dalam kegiatannya,Wrihatnoko dan Dwidjowijoto (2007:9)mengatakan bahwa “Pemberdayaanmempunyai indikator keberhasilan, yaitu : 1)Akses. Berarti target yang diberdayakan padaakhirnya untuk mengembangkan diri. 2)Partisipasi. Berarti target yang diberdayakandapat berpartisipasi mendayagunakanresources yang diakses. 3) Kontrol. Targetyang diberdayakan mempunyai kemampuanmengontrol proses pendayagunaan resourcesyang diakses. 4) Kesetaraan. Pada tingkattertentu saat terjadi konflik, target mempunyaikedudukan sama dengan yang lain dalam halpemecahaan masalah.”

Bagaimana akses RT/RWmenginformasikan program dan kegiatanpemerintahan kelurahan kepada anggotamasyarakat adalah pertanyaan pertama yangharus dijawab bila hendak memberdayakantugas dan kewenangan organisasi RT/RW.Apakah RT/RW diberikan kewenangan untukmemberikan informasi dan komunikasisinergis, apakah RT/RW diberikankewenangan untuk mensosialisasikan programdan kegiatan pemerintahan, dan sebagainyaadalah bentuk pertanyaan yang muncul dariindikator keberhasilan pemberdayaan RT/RWitu sendiri. Akses organisasi RT/RW sangat

dibutuhkan untuk memperkuat percepatanpencapaian visi dan misi daerah.

Harus diakui bahwa keberadaan RT/RWmerupakan organisasi non formal sehinggaprogram dan kegiatannnya mengalamiperkembangan sesuai dengan kebutuhananggota masyarakat. Namun harus diakui jugabahwa keberadaan RT/RW memilikisumbangan besar kepada keberhasilanpemerintahan kelurahan/kecamatan mencapaikebutuhan anggota masyarakat baik barangdan jasa yang diproduksi pemerintahan.Memformalisasikan organisasi RT/RWmenurut struktur organisasi pemerintahan akanmengalami kesulitan baik norma perundanganmaupun sumber daya yang mendukungnya.Keanggotaan RT/RW berasal dari anggotamasyarakat dalam suatu wilayah atau suatulingkungan. Proses pemilihan, pencalonan,pengangkatan dan lainnya merupakan dayakreasi masyarakat dalam rangka efektivitas danefesiensi pemenuhan kebutuhan masyarakat.Sosial kontrol merupakan sumber daya daerahdalam memperkuat pencapaian visi dan misidaerah. Keberdayaan organisasi RT/RWmemberikan kecepatan, ketepatan, kelancarandan kemudahan pelayanan pemerintahankelurahan/kecamatan. Sebagai bagian darimasyarakat, keberadaan organisasi RT/RWmerupakan sosial kapital dalampenyelenggaraan kegiatan pemerintahan,pembangunan dan kemasyarakatan. Untukmemperkuat dan mempercepat pencapaianprogram dan kegiatan pemerintahan(desa/kelurahan dan kecamatan), keberdayaanRT/RW sangat membutuhkan pendampingandari pemerintahan (desa/kelurahan/kecamatan)dan dukungan dari pemangku kepentinganlainnya, dengan demikian maka program dankegiatan pemerintahan dapat mencapai sasaranyang maksimal.

Keberadaan organisasi Rukun Tetangga(RT) dan Rukun Warga (RW) merupakanorganisasi kemasyarakatan yang memilikisumbangan besar dalam keberhasilanpelaksanaan tugas dan fungsi pemerintahanbaik desa/kelurahan, kecamatan maupunKabupaten/Kota. Pada tingkatan pemerintahandesa/kelurahan, keberadaan RT dan RWmenjadi sangat penting karena organisasi inilangsung berhadapan dengan kehidupananggota masyarakat dalam jangka waktu yanglama dan berada dalam wilayah/lingkunganyang sama.

Kebijakan 1 (2) (2018) : 91 - 10094

Page 15: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

Berkaitan dengan organisasikemasyarakatan, Gillin dalam (Soekanto,2007: 187) mengatakan bahwa terdapatbeberapa tipe lembaga kemasyarakatan, yaitu :a. Crescive institutions merupakan lembaga-

lembaga yang tidak disengaja tumbuh dariadat istiadat masyarakat, sepertiperkawinan.

b. Enacted institutions merupakan lembaga-lembaga yang sengaja dibentuk untukmemenuhi tujuan tertentu, seperti lembagautang piutang, lembaga perdagangan.

c. Basic institutions merupakan lembagakemasyarakatan yang sangat penting untukmemelihara dan mempertahankan tata tertibdalam masyarakat, seperti keluarga dansekolah.

d. Unsanctioned institutions merupakankelompok yang ditolak oleh masyarakat,seperti kelompok penjahat dan pemeras.

Keberadaan organisasi kemasyarakatanRT dan RW merupakan lembagakemasyarakatan yang sengaja dibentuk dengantujuan mempermudah dan mempercepatpencapaian kegiatan pemerintahan,pembangunan dan kemasyarakatan yangdiprogram pemerintah desa/kelurahan ataukecamatan. Kehadiran organisasikemasyarakatan menjadi modal sosial bagitambahan modal daerah lainnya. Kehadiranpemangku kepentingan daerah sebagai sumbermasukan informasi maka kelengkapan dankejelasan program dan kegiatan yangdibutuhkan masyarakat akan semakinmaksimal. Operasionalisasi kegiatan organisasiperangkat daerah akan bersinergisasi dengankegiatan organisasi kemasyarakatan RukunTetangga dan Rukun Warga.Mengadministrasikan kegiatan masyarakatbaik pemerintahan, pembangunan maupunkemasyarakatan, adalah bentuk kegiatanorganiasi kemasyarakatan RT/RW, misalnyabaik jumlah penduduk yang miskin, jumlahmasyarakat yang menderita penyakit tertentu,jumlah penduduk yang membutuhkanpelayanan administrasi kependudukan (kartutanda penduduk, kartu keluarga, surat miskindan sebagainya) dan kegiatan memberikanmasukan dalam musrenbang desa/kelurahan.

METODEUntuk mengetahui pendapat masyarakat

atau organisasi kemasyarakatan RT dan RWyang berkaitan dengan penguatan organisasikemasyarakatan dalam kegiatan pemerintahan,

pembangunan dan kemasyarakatan yangberada di wilayah Desa/Kelurahan. Penelitianini menggunakan metode penelitian kualitatifdeskriptif analitik berdasarkan kepadapendapat ahli yang berkompeten. Metode teoridasar (Grounded Theory) digunakan untukmenemukan fenomena utama dari penguatanorganisasi kemasyarakatan RT/RW itu ataumemperkuat teori yang digunakan dalammenganalisa keberadaan organisasikemasyarakatan RT/RW itu, kemudiandibuatkan kesimpulan yang menjadi dasarmembentuk prinsip dasar dalam suatu teori.

HASIL DAN PEMBAHASANPartisipasi masyarakat merupakan

bagian tidak terpisahkan dalam pembangunandaerah karena sumbangan atau kontribusimasyarakat akan memberikan kemudahan dankecepatan pencapaian tujuan kehadiranpemerintahan baik mendekatkan pelayananataupun efektivitas pelayanan pemerintahan.Fenomena kehadiran partisipasi pemangkukepentingan daerah menjadi fenomena umumyang menarik dibahas sebagai bahan kajiandalam penyelenggaraan kegiatanpemerintahan, pembangunan dankemasyarakatan. Pertumbuhan kebutuhan,tuntutan, dan aspirasi masyarakat mengalamiperkembangan yang sangat pesat karena ituproduktivitas produk pemerintahan baikpelayanan pemerintahan, pembangunan danpemberdayaan. Produktivitas pemerintahanyang bersifat civil services yang monopolistikmenjadi grand strategi aktualisasi tugas danfungsi organisasi perangkat daerah. Sebagaicontohnya adalah pembangunan jembatan,pembangunan puskesmas, pembangunangedung sekolah, dan sebagainya adalahprogram dan kegiatan pemerintah dalammemenuhi tugas dan fungsi pemerintahan yangdiamanatkan norma perundangan baginya.

Kemampuan mengaktualisasikebutuhan, tuntutan, aspirasi dan pendapatmasyarakat membutuhkan partisipasi semuapemangku kepentingan daerah. Kemampuanpemerintah melaksanakan kegiatanpemerintahan, pembangunan dankemasyarakatan memiliki keterbatasan sumberdaya daerah. Karena itu adalah wajar bilapartisipasi pemangku kepentingan menjadimodal besar dan penting dalam mempermudahdan mempercepat pencapaian tujuan kehadiranpemerintahan itu sendiri.

95Penguatan Partisipasi Rukun Tetangga Dan Rukun Warga Dalam Pembangunan DaerahMarto Silalahi

Page 16: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

Berkaitan dengan kebijakan peningkatankesejahteraan masyarakat, Lopulisa dan Alam(dalam Safi’i, 2009:53) mengatakan sebagaiberikut :Pilihan kebijakan peningkatan kesejahteraanmasyarakat, tidak langsung ikutmembangkitkan partisipasi masyarakat.Partisipasi merupakan sumbangan yangdiberikan oleh anggota yang tergabung dalamorganisasi. Adanya partisipasi masyarakatdalam pembangunan menguntungkanpelaksanaan pembangunan itu sendiri.Sedangkan tujuan utama pembangunan daerahadalah penguatan kelembagaan lokal, yangberkelanjutan (sustainability) dari generasi kegenerasi berikutnya.

Penguatan kelembagaan lokal menjadimodal besar daerah dalam mensukseskanpencapaian tujuan pembangunan daerah.Partisipasi kelembagaan lokal (RT/RW) adalahsalah satu bentuk partisipasi masyarakatmensukseskan kegiatan pemerintahan,pembangunan, dan kemasyarakatan. Sebagaiorganisasi kemasyarakatan, keberdayaanorganisasi RT/RW akan terlihat dari berbagaikegiatan mengadministrasikan berbagaikebutuhan masyarakat. Kegiatan RT/RWdalam bidang pemerintahan dapat dilihatmengadministrasikan jumlah penduduk miskin,mengadministrasikan kebutuhan kartu tandapenduduk, kartu keluarga,mengadministrasikan jumlah pendudukberdasarkan alamat dan sebagainya. KegiatanRT/RW dalam bidang pembangunan dapatdilihat dari mengadministrasikan usulanpembangunan jalan setapak antar gang,mengadministrasikan usulan pembangunandari anggota masyarakat, dan sebagainya.Kegiatan RT/RW dalam bidangkemasyarakatan dapat dilihat darimengadministrasikan kegaitan seni budayamasyarakat yang ada, mengadministrasikankegiatan menyambut hari kemerdekaan dansebagainya.

Sebagai organisasi kemasyarakatanRT/RW sudah dikenal sejak dahulu, misalnyaRT/RW sudah dikenal pada jaman penjajahanJepang. Rukun Tetangga dikenal dengan istilahTonarigumi sedangkan Rukun Warga disebutdengan Azzazyokai, dan bertujuan untukmerapatkan barisan di antara para pendudukIndonesia. Mengorganisasi anggota masyarakatdengan suatu tujuan tertentu adalah hakekatkelahiran suatu organisasi. Begitu pulakelahirannya RT/RW sebagai organisasi

kemasyarakatan dibentuk untuk mempermudahdan memperlancar kegiatan pemerintahanDesa/Kelurahan sebagaimana tuntutan dankebutuhan masyarakat.

Berkaitan dengan partisipasi masyarakatdalam pembangunan daerah, Sjafrizal(2014:135) mengatakan sebagai berikut :Untuk dapat meningkatkan optimalisasi peranserta masyarakat dalam perencanaanpembangunan maka penyusunan dokumenperencanaan pembangunan haruslah dilakukansecara partisipatif (participatory planning).Musyawarah perencanaan pembangunan perludilakukan sebaik mungkin dengan melibatkanpara tokoh dan pemuka masyarakat. MelaluiMusrenbang semua kritikan dan masukan paratokoh masyarakat harus diakomodasi sebaikmungkin pada waktu melakukan perbaikanrancangan dokumen perencanaan setelahdilakukan musrenbang tersebut.

Keberadaan partisipasi masyarakatmerupakan modal besar bagi pencapaian visidan misi daerah sehingga tujuan kehadiranpemerintahan dan mendekatkan pemerintahanakan tercapai dengan maksimal. Partisipasimasyarakat yang dilakukan anggotamasyarakat yang duduk dalam kepengurusanRT/RW akan menunjukkan bahwa organisasikemasyarakatan tersebut memberikansumbangan atau kontribusi besar dalampembangunan daerah baik pada tahapanperencanaan, pelaksanaan maupun padatahapan pengawasan. Dari oleh untuk rakyatadalah fenomena menarik dalam prosespenyelenggaraan kegiatan pemerintahan.Penguatan fungsi dan kewenangan organisasikemasyarakatan RT/RW akan memberikansumbangan besar dan berarti dalamkeberhasilan pembangunan daerah.

Berkaitan dengan tingkatan partisipasimasyarakat, Wilcox (dalam Dwiyanto,dkk,2006:189) mengatakan bahwa “Levelpartisipasi masyarakat dapat dibedakanmenjadi lima jenis, yaitu : (1) pemberianinformasi; (2) Konsultasi; (3) Pembuatankeputusan bersama; (4) Melakukan tindakanbersama; (5) Mendukung aktivitas yangmuncul atas swakarsa masyarakat.” Kehadiranpartisipasi masyarakat akan meningkatkandaya saing dan daya dorong percepatanpencapaian visi dan misi daerah. Penguatanorganisasi kemasyarakatan RT/RW merupakansarana meningkatkan partisipasi masyarakatdalam pembangunan daerah. Pengurus dankeanggotaan RT/RW dapat memberikan

Kebijakan 1 (2) (2018) : 91 - 10096

Page 17: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

sumbangan atau kontribusinya mulaipemberian informasi kegiatan pembangunanapa saja yang dapat dilakukan, memberikansaran dan masukan bersifat dua arah ataskegiatan pembangunan tersebut melalui analisaSWOT, pengurus dan keanggotaan RT/RWmenetapkan kegiatan pembangunan fisik apayang dibutuhkan masyarakat, masyarakatberpartisipasi melakukan gotong-royong ataupadat karya atas kegiatan fisik jembatanmisalnya, dan masyarakat berpartisipasi bukanhanya pada tahapan perencanaan, pelaksanaan,tapi juga masyarakat turut menjagapembangunan fisik yang telah terlaksanadengan maksimal.

Keberadaan organisasi kemasyarakatan(misalnya RT/RW) adalah lembaga yangberada dan berkembang dalam masyarakat danmemiliki sumbangan besar dalammensukseskan kegiatan pemerintahan,pembangunan dan kemasyarakatan. Berkaitandengan pembangunan kelembagaan, Eaton(dalam Suharto, 2016:83) mengatakan bahwa“Pembangunan lembaga dapat dirumuskansebagai perencanaan, penataan, dan bimbingandari organisasi-organisasi baru atau yangdisusun kembali yang (a) mewujudkanperubahan-perubahan dalam nilai-nilai, fungsi-fungsi, teknologi-teknologi fisik, dan/atausosial. (b) menetapkan, mengembangkan danmelindungi hubungan-hubungan normatif danpola-pola tindakan yang baru, dan (c)memperoleh dukungan dan kelengkapan-kelengkapan dalam lingkungan tersebut.”

Pembangunan lembaga kemasyarakatanmenjadi sangat penting karena sumbangannyaakan terlihat dalam penyelenggaraan kegiatanpemerintahan, pembangunan dankemasyarakatan. Pembangunan lembagaRT/RW mengandung makna bahwa semuakomponen organisasional dibangun denganmemperhatikan efektivitas pencapaian tujuandan efesiensi penggunaan sumber dayaorganisasi. Partisipasi masyarakat sebagaimodal sosial daerah, maka penguatan ataupembangunan lembaga yang berada di daerahharus mendapatkan perhatian dari pemangkukepentingan daerah terkhususnya organisasiperangkat daerah.

Kebutuhan masyarakat pada tahuntertentu akan tergambar dari program dankegiatan pemerintahan yang dapat dilihat darianggaran pendapatan dan belanja daerah.Kegiatan organisasi kemasyarakatanmembutuhkan sinergisasi dengan kegiatan

pemerintahan daerah. Dengan demikiankoordinasi kegiatan pembangunan yangsinergis akan mendorong terciptanya hubunganpemerintahan yang serasi, selaras danseimbang. Perubahan nilai juang kerja (visidan misi organisasional lembaga) akanmemberikan tambahan nilai (added value) daripercepatan pencapaian visi dan misi daerahsebagai amanat peraturan daerah.

Perubahaan dalam arti pembangunanlembaga kemasyarakatan (misalnya RT/RW)akan menghasilkan energi kinetik yang besardalam perencanaan, pelaksanaan danpengawasan pembangunan daerah secarakomprehensif dan integralistik. Formalisasilembaga kemasyarakatan adakalanyamendorong dan mempercepat kegiatanpemerintahan daerah namun adakalanyadikatakan sebagian orang memasung hakulayat kemandirian organisasi kemasyarakatan.Fenomena formalisasi organisasikemasyarakatan menjadi bahan diskusimenarik bagi berbagai kalangan akademisiatau pun kalangan praktisi. Penguatanorganisasi kemasyarakatan RT/RW melaluilegalisasi dalam norma perundangan (misalnyaperaturan daerah, peraturan pemerintah dansebagainya) telah dilakukan sejak lama.Bahkan keberadaan organisasi RT/RW beradadalam lingkungan desa/kelurahan.

Perubahan organisasi RT/RWdiutamakan dalam perubahan pada pola sikap,perilaku dan tindakan nyata (kinerjaberdasarkan profesionalitas, akuntabilitas,responsibilitas dan transparansi) akanmemberikan dampak besar bagi aktualisasiprogram dan kegiatan daerah. Keberdayaanorganisasi RT/RW dapat dilihat darikeberdayaan dari lingkungan internal pengurusdan anggota RT/RW dan dukungan darilingkungan eksternal dalam pelaksanaankegiatan organisasional RT/RW itu sendiri.Faktor fungsionalisasi, faktor normatif dansumber daya lainnya merupakan faktor yangperlu diperhatikan dalam penguatan partisipasiorganisasi kemasyarakatan RT/RW.Merencanakan, melaksanakan dan pengawasandari setiap fungsi dan kewenangan RT/RWsesuai dengan prinsip organisasi modernseperti konsep weberian, akan memberikansumbangan partisipasi sinergis bagi kegiatanpemerintahan, pembangunan dankemasyarakatan. Faktor legitimasi ataunormatif adalah keberadaan landasaan yuridisformal sehingga organisasi kemasyarakatan

97Penguatan Partisipasi Rukun Tetangga Dan Rukun Warga Dalam Pembangunan DaerahMarto Silalahi

Page 18: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

RT/RW memiliki legal standing dalamaktualisasi kegiatan pemerintahan,pembangunan dan kemasyarakatan.

Kehadiran organisasi kemasyarakatanRT/RW memiliki makna penting terkaitdengan keberadaan lingkungan kerja danlingkungan tempat tinggal anggota masyarakatyang adalah juga pengurus organisasi RT/RW.Lebih dekat dengan masyarakat dan lebihmengetahui situasi dan kondisi kehidupanmasyarakat adalah unsur utama betapapentingnya peranan dan kedudukan organisasiRT/RW itu sendiri. Lebih dekat dengankehidupan masyarakat mengandung maknabahwa situasi kehidupan ekonomi, sosialbudaya, pekerjaan dan sebagainya adalahpertemuan sehari-hari yang terjadi antaraanggota masyarakat dengan organisasiRT/RW. Lebih tahu situasi dan kondisimasyarakat mengandung makna bahwaperistiwa atau kegiatan sekecil apapunorganisasi RT/RW pasti mengetahui karenaruang hidup atau wilayah tempat tinggalnyaadalah sama.

Mendekatkan pelayanan dan pelayananmaksimal adalah fenomena kehadiran eraotonomi daerah. Pemenuhan kebutuhanmasyarakat menjadi grand strategi programdan kegiatan daerah. Merencanakan kebutuhanmasyarakat melalui menjaring aspirasimasyarakat dengan media musrenbang adalahkegiatan pemerintahan yang perludimaksimalkan pencapaiannya. Perkembangansituasi dan kondisi lingkungan internal danlingkungan eksternal masyarakat mendorongpemerintah mengeluarkan grand policysehingga pemecahan masalah sosialkemasyarakatan dapat diselesaikan dengankomprehensif. Berkaitan dengan perubahansosial, Sutomo (2010:24) mengatakan sebagaiberikut :Proses perubahan untuk memecahkan masalahsosial atau untuk mewujudkan kondisikehidupan yang lebih diharapkan dapatdilakukan negara dan oleh masyarakat sendiri.Negara semestinya merupakan pihak yangresponsif terhadap keberadaan masalah sosial,oleh karena perwujudan kesejahteraan setiapwarganya adalah merupakan tanggungjawabdan peran penting negara. Di lain pihak,masyarakat sendiri juga akan meresponskondisi yang disebut masalah sosial. Olehkarena pada dasarnya setiap orang sebagaiwarga masyarakat mengharapkan kondisikehidupannya berkembang semakin baik.

Perubahan sosial kemasyarakatanmerupakan suatu keniscayaan karenalingkungan internal dan eksternal mengalamiperkembangan. Perkembangan kebutuhanmasyarakat juga mengalami perkembangansesuai dengan perkembangan industri, ilmupengetahuan dan teknologi, perdagangan,pertanian dan perkembangan lainnya.Perkembangan organisasi kemasyarakatanRT/RW juga mengalami perkembangan seturutperkembangan berbagai faktor di atas.Partisipasi masyarakat melalui organisasiRT/RW akan mengalami perkembangan sesuaidengan kepedulian dan kepercayaan serta erateknologi digitalisasi (transparansi). Perubahanorganisasi RT/RW dapat diperkuat dandikembangkan sesuai dengan kebutuhanmasyarakat dan perkembangan organisasiperangkat daerah. Penguatan ataupembangunan organisasi kemasyarakatanharus dimaknai bahwa efektivitas pencapaiankebutuhan dan efesiensi penggunaan sumberdaya dalam proses produksi menjadipersyaratan utama. Sinergisasi hubunganantara pemerintahan dengan masyarakat adalahsubjek dan objek dari kegiatan pemerintahan,pembangunan dan kemasyarakatan yangdilakukan pemerintah daerah.

Memperkuat daya dukung dan nilaitambah partisipasi masyarakat dalam kegiatanpemerintahan, pembangunan dankemasyarakatan adalah proses berkelanjutandari kinerja maksimal pemangku kesejahteraanmasyarakat. Berkaitan dengan penguatanmasyarakat dalam pembangunan daerah,Sadyohutomo (2008:80) mengatakan sebagaiberikut :Adapun strategi pemberdayaan rakyat yangdapat dilakukan mencakup hal-hal sebagaiberikut : (1) Penguatan rakyat sebagai individu(enabling) dalam aspek ekonomi, sosial danpolitik ; (2) Penguatan tatanan kemasyarakatan(institusional strengthen ) menuju masyarakatyang berbudaya (civil society) ; (3) Penguatannilai-nilai budaya asli yang positif, sepertitoleransi, gotong-royong, keterbukaan, kerjakeras, dan hemat, dipadukan dengan budayamodern positif, seperti berpikir rasional,jangka panjang dan dinamis ; (4) Memperkuatpotensi dan daya yang dimiliki masyarakat(empowering).

Penguatan partisipasi pemangkukesejahteraan masyarakat dapat dilakukanindividu anggota masyarakat, kelompokmasyarakat, dan organisasi yang ada.

Kebijakan 1 (2) (2018) : 91 - 10098

Page 19: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

Penguatan kontribusi nyata organisasi RT/RWdapat menjadi salah satu pilihan meningkatkannilai tambah dari modal sosial dalam prosespemerintahan dan pembangunan daerah.Keberdayaan institusional atau organisasiRT/RW tidak terlepas dari keberdayaanindividu anggota masyarakat dan keberdayaanpemangku kesejahteraan lainnya. Konsepgotong-royong, kerja sama dan musyawarahserta kearifan lokalitas lainnya adalah modalsosial dalam penguatan organisasikemasyarakatan. Nilai tambah dan daya saingadalah elemen utama dalam prosespeningkatan kualitas partisipasi organisasikemasyarakatan RT/RW. Kemampuanmengelolah sumber daya sosial terhadappenguatan organisasi RT/RW adalah strategikekuatan daerah sehingga optimalisasipencapaian visi dan misi tidak terhambat hanyaketerbatasan sumber daya daerah.

KESIMPULANMemperkuat nilai tambah dan daya

saing menjadi unsur penting yang harus terusmenerus diperjuangkan baik kegiatan individu,kelompok maupun organisasional. Kegiatanpemerintah daerah mengoptimalisasi sumberdaya daerah akan dapat mengaktualisasipencapaian tujuan dari program dan kegiatanorganisasi perangkat daerah. Perkembanganatau pertumbuhan kebutuhan manusia danorganisasi menjadi faktor penting bagipenguatan sumber daya daerah termasukkinerja maksimal pemangku kepentingandaerah lainnya. Kebutuhan penguatanorganisasi kemasyarakatatn (misalnya RT/RW)merupakan salah satu srategi kebijakan daerahmengatasi keterbatasan sumber dayakewilayahaan.

Efektivitas penguatan organisasikemasyarakatan melaksanakan tugas dankewenangannya dan efesiensi penggunaansumber daya kewilayahan merupakan faktoryang harus diperhatikan dalam kebijakanpenguatan atau pembangunan organisasikemasyarakatan. Mendekatkan pelayanan danmemaksimalkan pelayanan adalah tema sentralyang dijadikan persyaratan utama dalampenguatan organisasi kemasyarakatan(termasuk RT/RW). Memahami penguatanatau pembangunan organisasi kemasyarakatandapat diamati dari dimensi subjek dan objekpenguatan itu, bagaimana penguatan ataupembangunan organisasi kemasyarakatantersebut dapat efektif dan efesien, dan

bagaimana kemanfaaatan dari kegiatanpenguatan atau pembangunan organisasikemasyarakatan itu sendiri. Dari ketiga aspektersebut dapat disarikan bahwa kehadiranorganisasi RT/RW yang berasal dari kearifanlokal akan memberikan nilai tambah dalampelaksanaan kegiatan pemerintahan,pembangunan dan kemasyarakatan.

SARAN1. Penguatan organisasi kemasyarakatan

RT/RW membutuhkan dukungan daripemangku kepentingan daerah, khususnyapemerintah daerah. Penguatan organisasikemasyarakatan RT/RW dimaknai bahwatugas dan fungsionalisasi pekerjaannyamenjadi elemen utama dalam penguatanatau pembangunan organisasi RT/RW.

2. Penguatan organisasi kemasyarakatanRT/RW memperhatikan kearifan lokalitassehingga kinerjanya tetap mengedepankanprofesionalitas, akuntabilitas, transparansidan responsibilitas.

3. Penguatan organisasi kemasyarakatanRT/RW membutuhkan modernisasiorganisasional seperti dukungan saranadan prasarana yang dibutuhkan organisasi.

DAFTAR PUSTAKADwiyanto, Agus (editor), 2006. MewujudkanGood Governance melalui PelayananPublik.Jogjakarta : UGM Pres.

Gibson, James L.,John F. Ivanceich and JamesH. Donnelly, JR. 1996. Organisasi, Perilaku,struktur dan Proses. Terjemahan NunukAdriani. Jakarta : Bina Aksara.

Istianto HP, Bambang. 2011. ManajemenPemerintahan dalam Perspektif PelayananPublik. Jakarta : Mitra Wacana Media.

Mahmudi. 2005. Manajamen Kinerja SektorPublik. Jogjakarta : UPP AMP YKPN

Ratminto dan Winarsih.2005. ManajementPelayanan. Jogjakarta : PT. Pustaka Pelajar

Safi”i. H.M. 2009. Perencanaan PembangunanDaerah. Averroes Press.

Sadyohutomo, Mulyono. 2008. ManajemenKota dan Wilayah. Realita dan Tantangan.Jakarta : Bumi Aksara.

99Penguatan Partisipasi Rukun Tetangga Dan Rukun Warga Dalam Pembangunan DaerahMarto Silalahi

Page 20: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

Sjafrizal. 201. Perencanaan PembangunanDaerah Dalam Era Otonomi daerah : Jakarta :Rajawali Press.

Soekanto, Soerjono. 2005. Sosiologi SuatuPengantar. Jakarta : PT Radjagrafindo Persada.

Soetomo. 2010. Masalah Sosial dan UpayaPemecahannya. Yogyakarta : PustakaPelajar.

Suhartono, Didik. G. 2016. MembangunKemandirian Desa. Jogjakarta : PustakaPelajar.

Sumodiningrat, Gunawan. 2000. StrategiPembangunan dan Kemiskinan. Jakarta :Penerbit Rineka Cipta.

Supriatna, Tjahja. 1997. Birokrasi,Pemberdayaan dan Pengentasan kemiskinan.Bandung : Humaniora Press.

Supriyono, Bambang. 2010. “PemerintahanDaerah berbasis masyarakat multikultural”Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar.Malang : Universitas Brawijaya, 28 April2010.

Usman, Husaini. 2009. Manajemen. Teori,Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta : BumiAksara.

Wrihatnolo, Randi R dan Riant NugrohoDwidjowijoto. 2007. ManajemenPemberdayaan. Sebuah Pengantar dan PanduanUntuk Pemberdayaan Masyaakat. Jakarta : PT.Elex Media Komputindo.

Kebijakan 1 (2) (2018) : 91 - 100100

Page 21: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

KEPUASAN PASIEN PENGGUNA BPJS TERHADAPKUALITAS PELAYANAN PUSKESMAS BAH BIAK

KOTA PEMATANGSIANTAR TAHUN 2017

(SATISFACTION OF BPJS PATIENTS TO COMMUNITY HEALTHCENTER BAH BIAK SERVICES IN PEMATANGSIANTAR YEAR 2017)

¹Chintani Sihombing, ²Jumadiah Wardati dan ³Debora Saragih

Staf Pengajar Universitas EFARINA Pematangsiantar Jl. Sudirman No. 8 [email protected]

Diterima : 25 Mei 2018; Direvisi 16 Juni 2018; Disetujui 26 Juni 2018

ABSTRAK

Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat akan kualitas pelayanan kesehatan, maka fungsipelayanan perlu ditingkatkan untuk memberi kepuasan pasien. Kualitas pelayanan merupakansuatu bentuk penilaian konsumen (pasien) terhadap tingkat pelayanan yang diterima dengantingkat layanan yang diharapkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepuasan pasienpengguna BPJS terhadap kualitas pelayanan Puskesmas Bah Biak Pematangsiantar. Penelitianini menggunakan rancangan Cross sectional study dengan jumlah populasi pasien peserta BPJSsebanyak 1.687 dan sampel sebanyak 94 responden yang ditentukan dengan teknik purposivesampling dengan melakukan wawancara menggunakan kuesioner. Hasil penelitiaan disajikandalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan analisis statistik dengan menggunakan Uji ChiSquare. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kepuasan pasien pengguna BPJSberdasarkan Bukti Fisik (Tangibles) (p value = 0,024), kehandalan (Realibility) (p value =0,002), Daya tanggap (Responsiveness) (p value = 0,043) terhadap dimensi Kualitas Pelayanan,dan tidak terdapat hubungan kepuasan pasien pengguna BPJS berdasarkan jaminan (Assurance),empati (Empaty) dimana (p value> α 0,05) terhadap dimensi kualitas pelayanan. Disarankanbagi pihak Puskesmas Bah Biak Kota Pematangsiantar untuk meningkatkan lagi Kualitaspelayanan BPJS Kesehatan agar pasien puas dengan pelayanan yang diberikan.

Kata kunci : kulitas pelayanan, kepuasan pasien BPJS

ABSTRACT

The increasing public demand for the quality of health services, then the service function needsto be improved to provide patient satisfaction. Quality of service is a form of consumerassessment (patient) on the level of service received with the level of service expected. Thisstudy aims to determine the satisfaction of BPJS users of the quality of health care service BahBiak Pematangsiantar. This study used cross sectional study design with total population ofBPJS participants as many as 1.687 and a sample of 94 respondents determined by purposivesampling technique by conducting interviews using questionnaires. The research results arepresented in the form of frequency distribution tables and statistical analyzes using Chi SquareTest. The results showed that there were patient satisfaction of BPJS user based on PhysicalTangible (p value = 0,024), reliability (p value = 0,002), Responsiveness (p value = 0,043) toService Quality dimension, and there is no relationship of patient satisfaction BPJS user based

©2018 Bappeda Kota Pematangsiantar [email protected]

Page 22: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

on Assurance, Empaty where (p value> α 0,05) to service quality dimension. It is suggested forthe health center of Bah Biak Pematangsiantar to improve the quality of BPJS Health service sothat the patient is satisfied with the services provided.

Keywords : service quality, patient satisfaction BPJS

PENDAHULUANDerajat kesehatan masyarakat suatu

Negara salah satunya dipengaruhi olehkeberadaan sarana kesehatan. BerdasarkanUndang-Undang Nomor 36 Tahun 2009tentang Kesehatan yang menyatakanpembangunan kesehatan adalah upaya yangdilakukan bertujuan untuk meningkatkankesadaran, kemauan, dan kemampuan hidupsehat bagi setiap orang agar terwujud derajatkesehatan masyarakat yang setiggi-tingginya(Profil Kesehatan RI, 2015). Menurutpenelitian yang dilakukan Devi Herlina dkk(2015) bahwa Kondisi kesehatan di Indonesiaterbilang buruk, hal tersebut bisa dilihatdari Life Expectationat birth atau umurharapan hidup waktu lahir masyarakatIndonesia yang masih rendah. Penyebabburuknya aspek kesehatan di Indonesia adalahtidak meratanya pelayanan kesehatan yangberkualitas bagi seluruh rakyat Indonesia.Pemerataan dalam aspek kesehatan sangat sulitdicapai di Indonesia mengingat kondisigeografis Indonesia yang berpulau-pulau yangmembuat pembangunan fasilitas kesehatanpada daerah-daerah tertentu masih sangatkurang. Mengatasi hal tersebut pada tahun2004, dikeluarkan Undang-Undang Nomor 40tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional(SJSN) yang mengamanatkan bahwajaminan sosial wajib bagi seluruh penduduktermasuk Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Kualitas pelayanan kesehatanmerupakan tingkat kesempurnaan penampilanpelayanan kesehatan yang dapat memuaskansetiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuaidengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk,tata cara penyelenggaraannya sesuai denganstandar dan kode etik profesi yang telahditetapkan (Azwar dalam Dinik Retnowati,2008).

Pengguna jasa pelayanan kesehatan dipuskesmas menuntut pelayanan yangberkualitas tidak hanya menyangkutkesembuhan dari penyakit secara fisik akantetapi juga menyangkut kepuasan terhadapsikap, pengetahuan dan keterampilan petugasdalam memberikan pelayanan serta tersedianyasarana dan prasarana yang memadai dan dapatmemberikan kenyamanan (Khusnawati, 2010).Pelayanan kesehatan dituntut untukmemberikan kepuasan pada pasien. Pelayananyang diberikan harus berkualitas danmemenuhi lima dimensi yaitu: tangibles,reliability, resvonsiveness, assurance, danemphaty (Fahriadi, 2007).

Berdasarkan survey pendahuluan padabulan Desember 2016 dan Januari 2017 yangdilakukan di Puskesmas Bah Biak KotaPematangsiantar dengan mewawancaraibeberapa pegawai Puskesmas dan pasienRawat jalan, dimana petugas menyatakanbahwa jumlah kunjungan pasien yang relatiftidak stabil dan cenderung menurunperbulannya, sebagai pasien yang terdatamelakukan kunjungan pelayanan kesehatan diPuskesmas tersebut. Beberapa kendala ataukeluhan yang dirasakan oleh mereka mengenaipelayanan BPJS pengguna kartu BPJSKesehatan tersebut berkaitan dengan tidaksistematisnya waktu mengantri dalampelayanan BPJS yang dilakukan, kurangnyasarana fisik yang membuat pelayanan BPJSkurang maksimal. Dari adanya program BPJSini malah mengakibatkan kualitas pelayananBPJS menurun karena banyaknya aturan baruyang membuat pelayanan tidak maksimal,seperti ada beberapa resep obat yang harus dibeli di luar puskesmas. Terbatasnya fasilitasBPJS Kesehatan ini kurang menunjangpelayanan BPJS Kesehatan di Puskesmas BahBiak Kota Pematangsiantar. Kemudiankeluhan berkaitan dengan pemberian 1 SEP

Kebijakan 1 (2) (2018) : 101 - 108102

Page 23: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

(Surat Elegibilitas Peserta) kepada pasien.Sehingga pemeriksaan hanya bisa dilakukan disatu jenis pelayanan saja.

Berdasarkan penelitian Sondang Siagian(2012) bahwa aspek kualitas pelayananberpengaruh terhadap kepuasaan pasien rawatinap. Permasalahan yang membuat belumoptimalnya pelayanan fasilitas kesehatantingkat pertama atau Puskesmas karenapelayanan kesehatan khususnya kepadapengguna BPJS Kesehatan seringkalimengandung keluhan seperti pelayanan medis,pelayanan obat-obatan, pelayanan administrasidan pembuatan surat rujukan yang belummemuaskan (Lina, 2015).

Penelitian ini bertujuan untukmengetahui tingkat kepuasan pasien penggunaBPJS terhadap kualitas jaminan pelayanan diPuskesmas Bah Biak Kota Pematangsiantartahun 2017.

METODEJenis penelitian yang digunakan adalah

penelitiaan deskriptif dengan menggunakanpendekatan kuantitatif. Lokasi penelitian inidilaksanakan di Puskesmas Bah Biak KotaPematangsiantar. Penelitian dilakukan padabulan Agustus tahun 2017. Populasi dalampenelitian ini adalah seluruh pasien penggunaBPJS yang datang ke Puskesmas Bah Biaksebanyak 1678 orang. Teknik pengambilansampel yang dilakukan dengan menggunakannon probability sampling dengan teknikpurposive sampling yaitu teknik penentuan

sampel dengan berdasarkan kriteria–kriteriaatau pertimbangan tertentu ( Sugiono , 2016).Besar sampel ditentukan sesuai dengan rumusSlovin yakni :

9478.17

16781,016781

16781

2

2

n

n

n

dNNn

Instrumen penelitian atau alat ukur yangakan digunakan untuk pengumpulan data iniberupa kuesioner. Analisa Data pada penelitianini dapat dilakukan dengan melihat persentasedata yang terkumpul yang disajikan dalambentuk tabel distribusi frekuensi (Univariat)dan untuk melihat hubungan kepuasaan pasienpengguna PBJS tehadap kualitas Pelayananmenggunakan Uji Chi Square.

HASIL DAN PEMBAHASANGambaran Kepuasan Pasien PenggunaBPJS Berdasarkan Bukti Fisik (Tangibles)di Puskesmas Bah Biak Pematangsiantar

Kepuasan pasien pengguna BPJSterhadap Bukti Fisik di Puskesmas Bah BiakPematangsiantar dapat diketahui seperti padatabel.1 berikut ini :

Tabel 1. Kepuasan Pasien Pengguna BPJS berdasarkanTangibles di Puskesmas Bah Biak Pematangsiantar

Berdasarkan tabel.1 dapat dilihat nilaip(0,024)<α (0,05), yang artinya ada hubungan

kepuasaan pasien pengguna BPJS berdasarkanbukti fisik terhadap kualitas pelayanan

Tangibles

Kepuasan PasienTotal P

valuePuas TidakPuas

N % N % N %Baik

Tidak Baik2114

51.226.4

2039

48.873.6

4153

100.0100.0 0,024

103Kepuasan Pasien Pengguna BPJS Terhadap Kualitas Pelayanan Puskesmas Bah Biak KotaPematangsiantar Tahun 2017¹Chintani Sihombing, ²Jumadiah Wardati dan ³Debora Saragih

Page 24: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

Puskesmas Bah Biak Kota Pematangsiantar.Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi buktilangsung yang diberikan Puskesmas ke pasien,maka akan semakin tinggi pula kepuasanpasiennya. Hasil penelitian ini sejalan denganpenelitian yang dilakukan Dewi (2015) yangmenyatakan bahwa ada kepuasan pasienpengguna BPJS berdasarkan bukti fisik diPuskesmas Gunung Pati Semarang dengannilai p (0,003).

Parasuraman, Zeithaml, dan Berry(2005) mengemukan Bukti Fisik (Tangible)merupakan suatu pelayanan yang tidakterlihat, dan tidak bisa diraba, maka aspektangible menjadi penting sebagai ukuranterhadap pelayanan, pelanggan akanmenggunakan indra penglihatan untuk menilaisuatu kualitas pelayanan. Menurutnya,

tangible yang baik akan mempengaruhipresepsi pelanggan. Oleh karena itu, pentingbagi suatu instansi untuk mengetahui seberapajauh aspek tangible yang paling tepat, yaitumemberikan pandangan yang positif terhadapkualitas pelayanan yang diberikan (Muninjaya,2012).

Gambaran Kepuasan Pasien PenggunaBPJS Berdasarkan Kehandalan (Reliability)terhadap kualitas pelayanan PuskesmasBah Biak Pematangsiantar.

Kepuasan pasien pengguna BPJSberdasarkan kehandalan (Reability) terhadapkualitas pelayanan di Puskesmas Bah BiakPematangsiantar dapat diketahui seperti padatabel. 2 berikut ini :

Tabel 2. Kepuasan Pasien Pengguna BPJS berdasarkan Kehandalan(Reability) di Puskesmas Bah Biak Kota Pematangsiantar

Reliability

Kepuasan PasienTotal P

valuePuas TidakPuas

N % N % n %Baik

Tidak Baik341

45.95.0

4019

54.195.0

7420

100.0100.0 0,002

Berdasarkan tabel. 2 diperoleh nilai p (0,002) <α (0,05), hal ini berarti terdapat hubungankepuasaan pasien Pengguna BadanPenyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)berdasarkan kehandalan terhadap kualitaspelayanan di Puskesmas Bah BiakPematangsiantar. Hasil penelitian ini sejalandengan penelitian yang dilakukan Dewi (2015)yang menyatakan bahwa ada kepuasan pasienpengguna BPJS Puskesmas Gunung PatiSemarang berdasarkan kehandalan dengannilai p (0,020).

Peneliti mengasumsikan bahwa inidikarenakan Kehandalan (Reliability) ataukemampuan yang diberikan oleh SDM(sumber daya manusia) di Puskesmas untukmemberikan pelayanan tepat waktu dan akurat

sesuai dengan yang ditetapkan masih kurang,selain itu petugas kesehatan kadang tidakselalu siap pada saat diperlukan. Oleh karenaitu, kehandalan petugas Puskesmas Bah BiakPematangsiantar harus lebih ditingkatkan lagi,sehingga dapat meningkatkan kepuasan pasienyang datang berkunjung.

Gambaran Kepuasan Pasien PenggunaBPJS Berdasarkan Daya Tanggap(Responsivness) terhadap kualitaspelayanan Puskesmas Bah BiakPematangsiantar.

Kepuasan pasien pengguna BPJS terhadapDaya Tanggap (Responsiveness) di PuskesmasBah Biak Kota Pematangsiantar dapatdiketahui seperti pada tabel 3 berikut ini :

Kebijakan 1 (2) (2018) : 101 - 108104

Page 25: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

Tabel 3. Kepuasan Pasien Pengguns BPJS berdasarkan Daya Tanggap(Responsivness) di Puskesmas Bah Biak Pematangsiantar

Responsivness

Kepuasan PasienTotal P

valuePuas TidakPuas

N % N % n %

BaikTidak Baik

269

46.423.7

3029

53.676.3

5638

100100 0,043

Berdasarkan tabel.3, diperoleh nilai p (0,043) <α (0,05), bahwa terdapat hubungan kepuasaanpasien pengguna BPJS berdasarkan dayatanggap (Responsiveness) di Puskesmas BahBiak Pematangsiantar. Hasil penelitian inisejalan dengan penelitian yang dilakukan Dewi(2015) yang menyatakan bahwa ada kepuasanpasien BPJS Puskesmas Gunung PatiSemarang berdasarkan daya tanggap dengannilai p (0,033).

Kepuasaan berdasarkan daya tanggapdirasakan pasien dimana pelayanan yang selaludilakukan tepat waktu, tenaga medis yangcepat memberikan informasi dan selalu adasesuai jadwal. Azwar (1996) menyatakanbahwa terselenggaranya pelayanan kesehatanyang sangat diharapkan juga petugas dapatbersedia memberi perhatian yang cukupkepada pasien tanpa ada perbedaan,mendengar semua keluhan pasien.

Daya tanggap (Responsiveness)merupakan kesediaan petugas medis maupunnon medis untuk memberikan pelayanan yangcepat sesuai prosedur dan mampu memenuhi

harapan pasien. Daya tanggap apabila petugasselalu untuk memberikan bantuan kepadapasien dalam hal pemberian informasi dansistem pelayanan yang tidak menyusahkanpasien (Supranto, 2002). Hal ini didukung olehpernyataan Handi Irawan D (Budiarto 2015)ada sepuluh jenis Kepuasan pelanggan yangmembahas tentang 5 dimensi KualitasPelayanan, dan Responsivenes merupakankualitas pelayanan yang paling dinamis.Harapan pelanggan terhadap kecepatanpelayanan dapat dipastikan akan berubahdengan kecenderungan naik dari waktu kewaktu.

Gambaran Kepuasan Pasien PenggunaBPJS Berdasarkan Jaminan (Ansurancess)terhadap kualitas pelayanan PuskesmasBah Biak Pematangsiantar.

Kepuasan pasien pengguna BPJSterhadap Jaminan (Asurancess) di PuskesmasBah Biak Kota Pematangsiantar tahun 2017dapat diketahui seperti pada tabel 4.

Tabel 4. Kepuasan Pasien Pengguna BPJS berdasarkan Jaminan (Asurancess)di Puskesmas Bah Biak Pematangsiantar tahun 2017

Asurancess

Kepuasan PasienTotal P

valuePuas TidakPuas

N % n % n %

BaikTidak Baik

269

44.125.7

3326

55.974.3

5935

100100 0,119

105Kepuasan Pasien Pengguna BPJS Terhadap Kualitas Pelayanan Puskesmas Bah Biak KotaPematangsiantar Tahun 2017¹Chintani Sihombing, ²Jumadiah Wardati dan ³Debora Saragih

Page 26: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

Berdasarkan tabel. 4, diperoleh nilainilai p (0,119) > α (0,05), hal ini berarti tidakterdapat tingkat kepuasan pasien penggunaBPJS berdasarkan Jaminan di Puskesmas BahBiak Pematangsiantar. Hasil penelitian inisejalan dengan penelitian yang dilakukan Dewi(2015) yang menyatakan bahwa tidak adakepuasan pasien pengguna BPJS PuskesmasGunung Pati Semarang berdasarkan jaminandengan nilai p (0,164). Dalam hal ini petugasharuslah memiliki kemampuan untukmemahami dan mengerti keinginan pasienyang sangat mengharapkan perhatian yanglebih dan perlakuan yang ramah dari petugas.Kesopanan dalam memberikan pelayananmenjadi hal yang penting karena dengandemikian pasien dapat memberikan nilai yangbaik kepada petugas. Dengan demikian makapasien akan merasa nyaman atas pelayananyang diterima (Muninjaya, 2014).

Peneliti berasumsi bahwa tingkatJaminan atau rasa aman serta kenyamananpasien tercipta karena adanya kepercayaanterhadap petugas yang memiliki kompetensidalam memberikan pelayanan sehinggapasien memperoleh jaminan pelayanan yangaman dan nyaman. Oleh sebab itu semakin

tinggi tingkat rasa aman yang dirasakan olehpasien ketika mendapatkan pelayanankesehatan di Puskesmas maka tinggi jugatingkat kepuasaan yang dirasakannya. DimensiJaminan (Ansurance) berada pada kategoripersentase baik sehingga kualitas pelayanankesehatan Puskesmas Bah BiakPematangsiantar dilihat dari dimensi Jaminan(Ansurance) dinilai sudah berkualitas,keseluruhan dimensi Jaminan (Ansurance)sudah baik dengan kata lain pelayanan sudahberkualitas. Kejujuran dalam hal pelayanan,pelayanan dilaksanakan secara tuntas danmenyeluruh, keramahan dan kesopanan dalammelayani, serta komunikasi yang efektif danmemberikan pengobatan yang tepat jugamendapat respon yang baik dari masyarakat.

Gambaran Kepuasan Pasien PenggunaBPJS Berdasarkan Empati (Empathy)terhadap kualitas pelayanan PuskesmasBah Biak Pematangsiantar.

Kepuasan pasien pengguna BPJSterhadap Empati (Emphaty) di Puskesmas BahBiak Kota Pematangsiantar tahun 2017 dapatdiketahui seperti pada tabel 5 berikut ini :

Tabel 5. Kepuasan Pasien pengguna BPJS berdasarkan Empati(Emphaty) di Puskesmas Bah Biak Pematangsiantar.

Empathy

Kepuasan PasienTotal P

valuePuas TidakPuas

N % n % n %

BaikTidak Baik

1916

32.245.7

4019

67.854.3

5935

100100 0,276

Berdasarkan tabel.5, diperoleh nilai p(0,276) > α (0,05), hal ini berarti tidak adakepuasaan pasien pengguna BadanPenyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)berdasarkan Empati di Puskesmas Bah BiakPematangsiantar. Tingkat kepuasan pasienmenyatakan kurang puas dalam halmemberikan kemudahan dalam pelayanan.Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan Dewi (2015) yang menyatakanbahwa tidak ada kepuasan pasien BPJSPuskesmas Gunung Pati Semarangberdasarkan empati dengan nilai p (0,623).

Menurut Wiyono (2008) yangmengatakan untuk pasien dan masyarakat,kepuasan akan kualitas pelayanan berartiempati, respek, dan tanggap akan kebutuhan,pelayanan harus sesuai dengan kebutuhan

Kebijakan 1 (2) (2018) : 101 - 108106

Page 27: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

mereka diberikan dengan cara yang ramahpada waktu mereka berkunjung. Berdasarkanhasil penelitian sikap petugas kesehatan ramahdan sopan dalam menangani setiap keluhanpasien sesuai. Sikap petugas yang ramah danbaik dalam memberikan pelayanan dapatmenjadi penentu dari kesembuhan seorangpasien, sebaliknya sikap petugas yang kasardan tidak acuh dapat mengurangi kepuasanpasien terhadap pelayanan yang diterimanya.

Gambaran Kepuasan Pasien PenggunaBPJS terhadap kualitas pelayananPuskesmas Bah Biak Pematangsiantar.

Kepuasan pasien pengguna BPJSterhadap Kualiatas Pelayanan di PuskesmasBah Biak Kota Pematangsiantar tahun 2017dapat diketahui seperti pada tabel 6 berikut ini:

Tabel 6. Kepuasan Pasien BPJS berdasarkan Kualiatas PelayananBPJS di Puskesmas Bah Biak Pematangsiantar

Berdasarkan tabel 6. Dapat dilihat bahwa dari51 responden menyatakan kualitas pelayananyang baik, 24 orang (47%) diantaranyamenyatakan puas, dari 43 orang menyatakanpelayanan tidak baik, 32 (74.4%) orangdiantaranya menyatakan tidak puas.

Dengan melakukan uji Chi Squarediperoleh nilai p=0.033 (p<0.05), makaterdapat hubungan yang signifikan antarakepuasan pasien BPJS terhadap kualitaspelayanan Puskesmas Bah BiakPematangsiantar. Hasil penelitian ini sejalandengan penelitian Dewi (2015) yangmenyatakan adanya hubungan kualitaspelayanan BPJS dengan kepuasan pasien diPuskesmas dengan nilai p (0,01).

Kepuasan pasien BPJS terhadap kualitaspelayanan Puskesmas secara keseluruhanmenunjukkan belum dapat memenuhi harapan-harapan pasien akan pelayanan yang bermutudan berkualitas baik dalam segala keperluanatau kebutuhan yang diperlukan oleh pasienselain itu petugas puskesmas harus lebih ramahdalam memberikan informasi yang akurat.Kualitas pelayanan merupakan tentangmemuaskan (bila kenyataan yang diterimasama dengan pelayanan yang diharapkanpasien) dan tidak memuaskan (bila kenyataan

pelayanan yang diterima tidak sesuai denganyang diharapkan) (Parasuraman, 2001)

KESIMPULANKepuasan Pasien penggunana BPJS

berdasarkan kusioner yang diberikan kepadaresponden terhadap pelayanan kesehatansecara umum pasien puas. Dilihat kepuasaanberdasarkan bukti Fisik (Tangible) (p value=0,024), Kehandalan (Reliability) (p value=0,002), Daya Tanggap (rensponsivness) (pvalue= 0,043) bahwa terdapat kepuasaanpasien pengguna BPJS terhadap pelayanankesehatan di Puskesmas Bah BiakPematangsiantar tahun 2017. Namun padakepuasan berdasarkan Jaminan (Ansurance) (pvalue= 0,119), Empati (Empathy) (p value=0,276) tidak terdapat kepuasan pasienpengguna BPJS di Puskesmas Bah BiakPematangsiantar.

SARANDalam peningkatan kualitas pelayanan

di puskesmas hendaknya Dinas Kesehatandalam hal ini Pimpinan Puskesmas dapatberupaya meningkatkan pelayanan yangdiberikan dengan memberikan dukungan

MutuPelayanan

Kepuasan Pasien Total PvaluePuas Tidak

PuasN % N % n %

Baik 24 47.1 27 52.9 51 100 0,033Tidak Baik 11 25.6 32 74.4 43 100

107Kepuasan Pasien Pengguna BPJS Terhadap Kualitas Pelayanan Puskesmas Bah Biak KotaPematangsiantar Tahun 2017¹Chintani Sihombing, ²Jumadiah Wardati dan ³Debora Saragih

Page 28: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

kepada petugas pelayanan, meningkatkanfasilitas yang ada di puskesmas (peralatandalam pemeriksaan, ruang tunggu, penampilandan kondisi setiap ruangan), sehingga petugaskesehatan dapat meningkatkan kinerja(kehandalan, profesionalisme) pelayanan diPuskesmas.

DAFTAR PUSTAKAAzwar, Azrul. 1996. Pengantar AdministrasiKesehatan. Binarupa Aksara; Jakarta

Dewi, 2015. Analisis pengaruh tingkatkualitas Pelayanan jasa puskesmas terhadapKepuasan pasien. Semarang, UniversitasDiponegoro.

Fahriadi, 2007. Upayan Peningkatan Mutu danPelayanan di Rs diantara tuntutan social danindustry bisnis.http:/rsudraza.banjarkab.go.id/?pageid=11.Diakses 29 Juli 2017.

Herlina, Devi, dkk, 2015. Faktor-faktor yangmempengaruhi kepuasan pengguna Bpjsterhadap pelayanan Bpjs (studi kasuspenggunan Bpjs yang berkunjung ke Dokterkeluarga/Apotek di Kabupaten Sleman tahun2015). http://digilib.unimus.ac.id di akses 30Juli 2017.

Khusnawati. 2010. Hubungan Mutu PelayananKesehatan Dengan Kepuasan Pasien RawatJalan Dipuskesmas Aeng Towa KabupatenTakalar. Jurnal Administrasi dan KebijakanKesehatan FKM. Universitas Hasanuddin,Makassar.

Lina, P,R,M, 2015. kualitas pelayanan bpjskesehatan (badan penyelenggara jaminansosial) di puskesmas kota wilayah utara kotaKediri. UniversitasNegeri Surabaya. Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi http://www.jurnalkesmas.ac.id diakses 5 november 2016.

Muninjaya,A,A, 2012. Manajemen MutuPelayanan Kesehatan. jakarta: EGC.

Parasuraman, dkk, 2005. SERVEQUAL: AMultiple Item Scule Electronic ServiceQuality. Jurnal Of Service Research.

Parasuraman, A. Valerie, 2001.(Diterjemahkan oleh Sutanto) DeliveringQuality Service. The Free Press, New York.

Retnowati, Dinik. 2008. Kualitas PelayananKesehatan di Puskesmas Bringin KabupatenSemarang (Analisis Tingkat KepuasanMasyarakat). Semarang: UniversitasDiponegoro

Siagian, Sondang (2012). Manajemen sumberdaya manusia. Bumi Aksara: Jakarta

Sugiono, p. 2016. Metode Penelitian KualitatifDan Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.

Supranto, 2001. Pengukuran TingkatKepuasan Pelanggan. Jakarta: RinekaCiptaWijono. (2008). Manajemen MutuRumah Sakit dan Kepuasan Pasien. Surabaya:CV.Duta Prima Airlangga

Kebijakan 1 (2) (2018) : 101 - 108108

Page 29: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

GAMBARAN FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHIKELUARGA TIDAK MEMILIKI BPJS MANDIRI DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS SINGOSARI KOTA PEMATANGSIANTARTAHUN 2017

(DESCRIPTION OF FACTORS INFLUENCING FAMILY TO NOTHAVING INDEPENDENT BPJS IN WORKING AREA OF SINGOSARICOMMUNITY HEALT CENTER IN PEMATANGSIANTAR YEAR 2017)

¹Eka Saudur Sihombing dan ²Juliana R. Damanik

Staf Pengajar Universitas EFARINA Pematangsiantar Jl. Sudirman No.8 [email protected]

Diterima : 25 April 2018; Direvisi 30 Mei 2018; Disetujui 26 Juni 2018

ABSTRAK

Salah satu kebijakan pemerintah dalam mengatasi rendahnya cakupan kepemilikan asuransikesehatan pada masyarakat dengan mengeluarkan Peraturan tentang SJSN dimanakepesertaannya bersifat wajib. Jenis Penelitian ini adalah deskriptif, dengan tujuan untukmengetahui Gambaran Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Keluarga Tidak Memiliki BPJSMandiri Di Wilayah Kerja Puskesmas Singosari Kota Pematangsiantar Tahun 2017. Populasidalam penelitian ini adalah keluarga yang tidak menjadi peserta BPJS Mandiri sebanyak 1.065KK dan sampel sebanyak 92 KK dengan menggunakan Rumus Slovin. Metode pengumpulandata dengan wawancara dan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian diketahui bahwa terdapatpengaruh antara pendidikan, pengetahuan, penghasilan, jumlah anak terhadap ketidakpemilikanBPJS Mandiri, tidak terdapat pengaruh antara kepemilikan jaminan kesehatan lainnya terhadapketidakpemilikan BPJS Mandiri. Diharapkan pihak Dinas Kesehatan Kota Pematangsiantar danBPJS meningkatkan Sosialisasi tentang BPJS kepada masyarakat.

Kata kunci : faktor-faktor yang mempengaruhi, ketidak pemilikan BPJS mandiri

ABSTRACT

One of the government policies in overcoming the low coverage of health insurance ownershipin the community is the Regulation on SJSN where membership is mandatory. This research isdescriptive, with the aim to know the description of factors influencing the family does not haveBPJS Mandiri in working area of Singosari Public Health Center Pematangsiantar City Year2017. Population in this research is family which not participant BPJS Mandiri of 1,065families and samples are 92 households taken with Slovin formula. Methods of collecting databy interview and using questionnaires. The result of the research are known that there isinfluence between education, knowledge, income, number of children to non-ownership of BPJSMandiri, there is no influence between the ownership of other health insurance against the non-ownership of BPJS Mandiri. It is expected that the City Health Office of Pematangsiantar andBPJS to improve the socialization of BPJS to the community.

Keywords : factors affecting, non-ownership of BPJS mandiri

©2018 Bappeda Kota Pematangsiantar [email protected]

Page 30: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

PENDAHULUANBerdasarkan data Riskesdas Tahun

2013, disebutkan data kepemilikan jaminankesehatan untuk Askes Sosial 6,0%, Jamsostek4,4%, Askes Swasta 1,7%, Tunjanganperusahaan 1,7%, Jamkesmas 28,9%,Jamkesda 9,6 %, dan yang tidak memilikijaminan kesehatan adalah 50,5 %. (Riskesdas,2013) Menurut Undang-Undang Nomor 40Tahun 2004, salah satu prinsip Sistem JaminanSosial Nasional adalah kepesertaan bersifatwajib. Kepesertaan wajib dimaksudkan agarseluruh rakyat menjadi peserta sehingga dapatterlindungi. Tahapan kepesertaan menujuKepesertaan Semesta sampai tahun 2019ditargetkan semua penduduk Indonesiamenjadi peserta Jaminan Kesehatan Nasional.Dari data yang diperoleh dari BPJS KesehatanPusat bahwa untuk kepesertaan BPJSKesehatan terhitung sampai dengan tanggal 1Juli 2017 adalah berjumlah 178.384.288 jiwa.

Data Kepesertaan BPJS Kesehatan KotaPematangsiantar sampai Bulan Desember 2017adalah 186.061 jiwa dari jumlah penduduk249.505 jiwa dengan rincian Peserta Non PBI72.958 jiwa, PBI 75.353 jiwa dan Mandiri37.750 jiwa. Dan dari Puskesmas Singosariyang terdiri 16.334 jiwa penduduk yangmenjadi anggota BPJS Kesehatan di daerahwilayah Puskesmas Singosari adalah 11.001jiwa (2.593 KK) dengan rincian peserta NonPBI berjumlah 3.662 jiwa dan mandiri 2.530jiwa dan PBI berjumlah 4.809 jiwa. Dari datatersebut dapat diketahui bahwa di wilayahPuskesmas Singosari persentase masyarakatyang memilik jaminan kesehatan adalah67,35%. Sehingga dapat dikatakan capaiankepemilikan jaminan kesehatan di WilayahKerja Puskesmas Singosari masih rendah.

Oleh sebab itu peneliti tertarik untukmelakukan penelitian tentang penggunaanBPJS mandiri.

METODEPenelitian ini menggunakan metode

penelitian deskriptif. Adapun jumlah sampeldalam penelitian ini berjumlah 92 orang yangtidak menjadi peserta BPJS Mandiri.Sedangkan pemilihan sampel dalam penelitianini adalah dengan Metode AccidentalSampling. Besar sampel ditentukan sesuaidengan rumus Slovin.

Adapun instrumen penelitian yangdigunakan untuk mengumpulkan data adalahberupa kuesioner (daftar pertanyaan) tentang

pendidikan, pengetahuan, penghasilan, jumlahanak, kepemilikan jaminan kesehatan lainnyaserta ketidakpemilikan BPJS Mandiri.

Teknik analisis yang digunakan dalampenelitian ini adalah analisa univariat untukmendeskripsikan karakteristik setiap variabelpenelitian. Pada umumnya dalam analisis inihanya menghasilkan distribusi frekuensi danpersentase dari tiap variabel.

HASILDistribusi Responden BerdasarkanPendidikan

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa dari 92responden yang ada, yang memiliki persentasetertinggi adalah responden dengan pendidikanrendah (SD dan SMP) sebanyak 45 orang atau48.9 %.

Tabel 1. Distribusi Responden BerdasarkanPendidikan di Wilayah KerjaPuskesmas Singosari KotaPematangsiantar Tahun 2017

Pendidikan Frekuensi Presentase (%)Rendah(SD, SMP) 45 48.9Menengah(SMA) 41 44.6Tinggi(D3, S1) 6 6.5Total 92 100,0

Distribusi Responden MenurutPengetahuan

Dari tabel.2 dapat dilihat bahwa dari 92responden yang ada yang memiliki persentasetertinggi adalah responden denganpengetahuan cukup dengan jumlah sebanyak68 orang atau 73,9 %.

Dikatakan bahwa responden memilikipengetahuan baik jika dapat menjawabpertanyaan lebih dari 75%, cukup jika dapatmenjawab pertanyaan 60-75 % dan rendah jikadapat menjawab pertanyaan di bawah 60 %.

Tabel 2. Distribusi Responden BerdasarkanPengetahuan BPJS di WilayahKerja Puskesmas Singosari KotaPematangsiantar Tahun 2017

Pengetahuan Frekuensi Presentase (%)Baik 6 6,5

Cukup 68 73,9

Kebijakan 1 (2) (2018) : 109 - 116110

Page 31: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

Kurang 18 19,6

Total 123 100,0

Distribusi Responden Berdasarkan PernahMendapat Informasi BPJS di WilayahKerja Puskesmas Singosari KotaPematangsiantar Tahun 2017

Dari tabel.3 dapat dilihat bahwa dari 92responden yang ada pernah mendapatinformasi tentang BPJS dengan jumlahsebanyak 92 orang atau 100 %.

Tabel 3. Hasil analisis distribusi respondenmenurut cakupan IDL

PernahMendapat

Informasi BPJSFrekuensi Presentase

(%)

Ya 92 100

Tidak 0 0

Total 92 100,0

Distribusi Responden Menurut SumberInformasi di Wilayah Kerja PuskesmasSingosari Kota Pematangsiantar Tahun2017

Dari 3 sumber informasi yang didapatresponden tentang BPJS maka persentaseterbesar adalah sumber informasiteman/keluarga, dengan persentase 81,5, %.Sementara persentase terkecil adalah informasidari Petugas Kesehatan dengan persentase18,5% seperti pada Tabel 4.

Tabel 4. Gambaran Distribusi RespondenMenurut Sumber Informasi diWilayah Kerja Puskesmas SingosariKota Pematangsiantar Tahun 2017

Distribusi Responden Menurut PertanyaanPengetahuan BPJS di Wilayah KerjaPuskesmas Singosari Kota PematangsiantarTahun 2017

Dari 12 pertanyaan tentang pengetahuanmaka persentase terbesar adalah pertanyaantentang Tanggal batas akhir pembayaran premiperbulannya, dengan persentase 92,4 %.Sementara persentase terkecil adalahpertanyaan tentang Badan PenyelenggaraJaminan Kesehatan Nasional, denganpersentase 13 % pada tabel 5.

Tabel 5. Gambaran Distribusi RespondenMenurut Pertanyaan PengetahuanBPJS di Wilayah Kerja PuskesmasSingosari Kota PematangsiantarTahun 2017

PertanyaanBenar Salah Total

N % N % N %BadanPenyelenggaraJaminanKesehatanNasional

12 13 80 87 92 100

Manfaatasuransikesehatan

84 91,3 8 8,7 92 100

Syaratpendaftaranpeserta BPJS

76 82,6 16 17,4 92 100

Pembayaranpremi bagiPesertaditentukanoleh

54 58,7 38 41,3 92 100

KepesertaanBPJS olehSeluruhanggotakeluarga

81 88 11 12 92 100

Masa aktifkartu BPJSdapatdinikmatipeserta

20 21,7 72 78,3 92 100

Tanggal batasakhirpembayaranpremiperbulannya

85 92,7 7 7,6 92 100

Hakpelayanankesehatanyang diterimapeserta

43 46,7 49 53,3 92 100

Peserta BPJSyang bisamenikmatipeningkatan

62 67,4 30 32,6 92 100

SumberInformasi

Ya Tidak Total

N % N % N %

PetugasKesehatan 17 18,5 75 81,5 92 100

Teman /Keluarga 75 81,5 17 18,5 92 100

Media(TV,

Koran,Radio)

26 28,3 66 71,7 92 100

Gambaran Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Keluarga Tidak Memiliki BPJS Mandiri Di WilayahKerja Puskesmas Singosari Kota Pematangsiantar Tahun 2017¹Eka Saudur Sihombing dan ²Juliana R. Damanik

111

Page 32: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

kelasperawatan

Fasilitas yangmembedakantingkatankelas dalamBPJS

21 22,8 71 77,2 92 100

Pelayanankacamata danpemasangangigi palsumerupakanpelayananyangditanggungBPJS

80 87 12 13 92 100

Peserta BPJSMembayarbiayapersalinankepadafasilitaskesehatanyangmenolongpersalinannya

74 80,4 18 19,6 92 100

Distribusi Penghasilan RespondenDari tabel 6 dapat dilihat bahwa dari 92

responden yang ada, maka yang memilikipersentase tertinggi adalah responden denganpenghasilan rendah yaitu sebanyak 63 orangatau 68,5 %.

Dimana jika penghasilan rendah denganpenghasilan di bawah UMR, sedangkanpenghasilan tinggi di atas UMR.

Tabel 6. Distribusi Responden BerdasarkanJumlah Penghasilan di WilayahKerja Puskesmas Singosari KotaPematangsiantar Tahun 2017.

JumlahPenghasilan Frekuensi Persentase

Tinggi 29 31,5Rendah 63 68,5Total 92 100

Distribusi Kepemilikan JaminanKesehatan Responden

Dari 4 alasan tidak menjadi pesertaBPJS Mandiri yang didapat dari respondenmaka persentase terbesar adalah alasan syaratmendaftar yang rumit dengan persentase 62,%. Sementara persentase terkecil adalahpelayanan kesehatan yang belum memuaskandengan persentase 19,6%.

Tabel 7. Gambaran Distribusi RespondenMenurut Alasan Tidak MenjadiPeserta BPJS Mandiri di WilayahKerja Puskesmas Singosari KotaPematangsiantar Tahun 2017.

Tidak AlasanMenjadi

Peserta BPJSMandiri

Ya Tidak Total

N % N % N %

Biaya premibulananterlalu mahal

54 58,7 38 41,3 92 100

SyaratmendaftaryangRumit

57 62 35 38 92 100

Antrian pasiendipuskesmas/RSterlalupanjang 30

30 32,6 62 67,4 92 100

PelayananKesehatanyangbelummemuaskan

18 19,6 74 80,4 92 100

Distribusi Responden BerdasarkanKepemilikan Jaminan Kesehatan Lainnyadi Wilayah Kerja Puskesmas Singosari KotaPematangsiantar Tahun 2017

Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa dari 92responden yang ada, yang memiliki persentasetertinggi adalah responden yang tidak memilikijaminan kesehatan lainnya yaitu sebesar 86orang atau 93,5 %.

Tabel 8. Distribusi Responden BerdasarkanKepemilikan Jaminan KesehatanLainnya di Wilayah KerjaPuskesmas Singosari KotaPematangsiantar Tahun 2017.

KepemilikanJamkesLainnya

Frekuensi Persentase

Ada 6 6,5Tidak 86 93,5Total 92 100

PEMBAHASANGambaran Pengaruh Faktor Pendidikandengan Ketidakpemilikan BPJS MandiriKeluarga di Wilayah Kerja PuskesmasSingosari Kota Pematangsiantar Tahun2017

Kebijakan 1 (2) (2018) : 109 - 116112

Page 33: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

Ketidakpemilikan BPJS Mandirikeluarga di Wilayah Kerja PuskesmasSingosari Kota Pematangsiantar Tahun 2017,dari 92 responden 48,9% berpendidikanrendah.

Menurut Azwar (2009), Pendidikanmerupakan salah satu faktor yangmempengaruhi sikap. Pendidikan dapatmeningkatkan kematangan intelektualseseorang. Kematangan intelektual iniberpengaruh pada wawasan, cara berfikir, baikdalam cara pengambilan keputusan maupundalam pembuatan kebijakan. Semakin tinggipendidikan semakin baik pengetahuan tentangkesehatan.

Menurut Lofgren, dkk dalam Handayani(2013), pendidikan mempengaruhi persepsirisiko, derajat keengganan menerima risikodan persepsi terhadap besarnya kerugian.Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakinbertambah pengetahuan dan kebutuhannyaterhadap pelayanan kesehatan, yangselanjutnya meningkatkan keinginan untukasuransi kesehatan.

Menurut Sakinah, dkk (2014) terdapathubungan yang signifikan antara tingkatpendidikan dengan kesadaran masyarakatdalam berasuransi kesehatan di KelurahanPoris Gaga Tangerang. Jadi semakin tinggitingkat pendidikan seseorang mampumeningkatkan pemahaman dan pengetahuanmasyarakat tentang asuransi, sehingga mampumenimbulkan tingkat kesadaran yang tinggidalam berasuransi kesehatan. Menurut datadari BPJS Kesehatan Surakarta sampai denganbulan April 2014 bahwa dari beberapa desa diSurakarta, maka Desa Mojosongo KecamatanBrebes merupakan desa dengan cakupanpeserta BPJS tertinggi. Dan dari hasil analisayang dilakukan bahwa distribusi tingkatpendidikan tinggi (SMA, Diploma I, Strata III)lebih besar dari pada tingkat pendidikanrendah (SMP dan tidak sekolah) di DesaMojosongo. Sehingga dapat dikatakan bahwapendidikan mempengaruhi keinginan untukikut BPJS. (Purwandari, dkk 2014).

Menurut Rohmawati (2014), terdapathubungan pendidikan dengan pemilihan jenisiuran peserta JKN Mandiri.

Dalam penelitiannya dikatakan bahwaresponden dengan pendidikan dasar cenderungmemilih jenis iuran kelas III. Sementararesponden dengan pendidikan tinggi cenderungmemilih jenis iuran kelas I.

Dari hasil penelitian di Wilayah KerjaPuskesmas Singosari, dapat dilihat bahwasemakin rendah pendidikan, maka keinginanuntuk menjadi peserta BPJS Mandiri semakinkecil. Hal ini dikarenakan semakin rendahpendidikan seseorang, maka kurang mampumeningkatkan pemahaman dan pengetahuantentang manfaat asuransi, sehinggamenimbulkan kesadaran yang rendah dalamberasuransi kesehatan. Pendidikanmeningkatkan kematangan intelektualseseorang. Dengan kematangan intelektualseseorang mempengaruhi wawasan, caraberpikir dan cara pengambilan keputusan,khususnya dalam hal ini menjadi peserta BPJSMandiri. Dari sebagian responden yangmemiliki pendidikan tinggi ada yang tidak maumenjadi peserta BPJS mandiri. Hal inidisebabkan karena responden memilikiasuransi kesehatan swasta (komersil), sehinggaenggan untuk menjadi peserta BPJS Mandiri.

Gambaran Faktor Pengetahuan denganKetidakpemilikan BPJS Mandiri Keluargadi Wilayah Kerja Puskesmas Singosari KotaPematangsiantar Tahun 2017

Dari hasil analisis univariat bahwa adapengaruh faktor pengetahuan denganketidakpemilikan BPJS Mandiri keluarga diWilayah Kerja Puskesmas Singosari KotaPematangsiantar Tahun 2017, dari 92responden 73,9% berpengetahuan cukup.Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan initerjadi setelah orang melakukan pengindraanterhadap suatu objek tertentu. Penerimaanperilaku baru atau adopsi perilaku jika didasaridengan pengetahuan, kesadaran dan sikap yangpositif, maka perilaku tersebut akan bersifatlanggeng. Sebaliknya apabila perilaku tersebuttidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaranmaka tidak akan berlangsung lama.

Menurut Tyas (2014), terdapathubungan antara Pengetahuan dengan sikapkepala keluarga terhadap program JKN.Responden yang memiliki pengetahuan yangbaik, cenderung untuk mendukung ProgramJKN. Sementara responden yang memilikipengetahuan kurang dan cukup cenderunguntuk tidak mendukung Program JKN.Menurut Noviansyah, dkk dalam Rohmawati(2014), bahwa terdapat hubungan antarapengetahuan dengan Kepemilikan BPJSMandiri. Responden dengan pengetahuan yangbaik cenderung memiliki BPJS Mandiri.

Gambaran Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Keluarga Tidak Memiliki BPJS Mandiri Di WilayahKerja Puskesmas Singosari Kota Pematangsiantar Tahun 2017¹Eka Saudur Sihombing dan ²Juliana R. Damanik

113

Page 34: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

Dari hasil penelitian di Wilayah KerjaPuskesmas Singosari, dapat dilihat bahwa jikapengetahuan masyarakat kurang, makakeinginan untuk menjadi peserta BPJS Mandirisemakin kecil. Pengetahuan merupakan hasildari tahu yang diperoleh dari hasil pengindraanterhadap suatu objek tertentu. Pengetahuanmerupakan aspek pokok untuk menentukanperilaku seseorang untuk menyadari atau tidakmampu untuk mengatur perilakunya sendiri.Perilaku baru yang didasari oleh pengetahuandan kesadaran, cenderung bersifat langgengdibandingkan dengan perilaku baru yang tidakdidasari pengetahuan dan kesadaran. Selain itu,keterpaparan dengan media komunikasi akanberhubungan dengan kadar pengetahuannya.

Berdasarkan sumber informasi yangditerima responden dapat disampaikan bahwainformasi dari teman atau keluarga mempunyainilai paling tinggi yaitu 81,5 %, dari Media(TV, Koran, Radio) sebanyak 28, 3 %, dan daripetugas kesehatan hanya 18,5 %. Hal ini sesuaidengan hasil penelitian Tiaraningrum (2014)bahwa peran teman/keluarga memang masihkental dalam budaya Indonesia. Partisipasimasyarakat dalam kepesertaan JKN di daerahMojongso, Kota Surakarta terbukti meningkatoleh karena mendapat informasi keluarga(35,3%), dan karena ajakan orang lain (32%).Peneliti lain yang mendukung, bahwa perananmedia massa terkait sosialisasi JKN olehpemerintah dan pihak terkait cukup berhasildalam meneruskan kebijakan pemerintah untukmendorong perbaikan pelayanan kesehatan dankesejahteraan masyarakat khususnyamendorong partisipasi masyarakat dalambidang kesehatan (Jahang B. S., 2008).

Kenyataan yang peneliti dapatkan dilapangan pengetahuan masyarakat yang cukupternyata tidak menjadi faktor yang mutlak,masih banyak faktor-faktor lain yangberhubungan seperti pemahaman, kepercayaandan penilaian seseorang terhadap suatu objekyang dimiliki masyarakat tentang JKN,masyarakat yang berpenghasilan rendahberpendapat bahwa setiap jaminan kesehatanatau asuransi kesehatan sosial dari Pemerintahselayaknya mereka dapatkan secara gratisuntuk membantu dalam persoalan kesehatanmasyarakat.

Dari sebagian responden ada yangmemiliki pengetahuan tinggi, tetapi tidakberminat menjadi peserta BPJS Mandiri. Halini disebabkan karena adanya keyakinanmengenai kerugian yang diperoleh bila

menjadi peserta jaminan kesehatan, yaitupelayanan kesehatan yang lambat/lama,pelayanan kesehatan yang kurang lengkap,dilayani dengan kurang ramah. Selain itu adajuga penyebabnya dikarenakan adanyakesulitan dalam mengurus administrasi untukpendaftaran, pengobatan maupun pengklaiman.Adanya pengalaman yang kurang memuaskandari orang lain tentang manfaat pelayananBPJS juga merupakan salah satu penghambatseseorang menjadi peserta BPJS.

Hal ini juga didukung oleh penelitiantentang kesiapan pekerja sektor informal (sopirtruk kontainer) dalam membayar JaminanKesehatan Nasional (JKN) di Kota Semarangbahwa terdapat hubungan pengetahuan dengansupir truk dengan keanggotaan BPJS. Sebagianbesar subjek penelitian memiliki pengetahuanyang kurang tentang Jaminan KesehatanNasional. Sehingga responden lebih memilihuntuk membayar perobatan dari pada harusmenggunakan jaminan kesehatan.

Gambaran Pengaruh Faktor Penghasilandengan Ketidakpemilikan BPJS MandiriKeluarga di Wilayah Kerja PuskesmasSingosari Kota Pematangsiantar Tahun2017

Dari hasil analisis univariat bahwa adapengaruh faktor penghasilan dengankeanggotaan BPJS Mandiri keluarga diWilayah Kerja Puskesmas Singosari KotaPematangsiantar Tahun 2017, dari 92responden 68,5% berpenghasilan rendah.Tingkat pendapatan adalah penghasilan yangtimbul dari aktifitas masyarakat setiapbulannya sesuai standar upah minimumpendapatan perkapita daerah. Tingkatkesejahteraan masyarakat, diukur denganpendapatan per kapita yang masih rendah,mungkin bisa dikatakan penyebab utamarendahnya masyarakat dalam berasuransikesehatan.

Asuransi kesehatan adalah produk yangdibeli untuk mengantisipasi kerugian jikaterjadi risiko. Karena pendapatan masyarakatIndonesia masih tergolong rendah makakebutuhan perlindungan asuransi tidaktergolong sebagai kebutuhan primer.Masyarakat yang membelinya masih terbataspada masyarakat dengan pendapatan tinggi.Golongan ini adalah golongan usia muda yangprofesional atau golongan masyarakat usiaproduktif.

Kebijakan 1 (2) (2018) : 109 - 116114

Page 35: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

Pada Penelitian Gunistiyo (2006)tentang tingkat kesadaran berasuransimasyarakat kota Tegal bahwa ada hubunganyang signifikan antara tingkat pendapatanmasyarakat dengan kesadaran masyarakatdalam berasuransi. Semakin tinggi pendapatanseseorang maka semakin tinggi kesadaranmasyarakat dalam berasuransi. (Sakinah,2014).

Dari hasil penelitian di Wilayah KerjaPuskesmas Singosari dapat dilihat bahwa jikapenghasilan masyarakat rendah, makakeinginan untuk menjadi peserta BPJS Mandirisemakin kecil.

Penghasilan merupakan pendapatanyang diperoleh oleh seseorang dari hasilkerjanya setiap bulan. Jika penghasilan yangdiperoleh oleh seseorang rendah, makaasuransi kesehatan bukanlah menjadi halprioritas dalam kehidupannya. Karenamenganggap bahwa asuransi kesehatanbukanlah merupakan kebutuhan pokok. Akantetapi jika penghasilan seseorang semakintinggi, maka keinginan untuk memilikiasuransi kesehatan semakin tinggi. Karenasemakin tinggi penghasilan seseorang, merasabahwa asuransi kesehatan merupakan suatukebutuhan dalam memberi jaminan kesehatanbaginya dan keluarganya. Dari sebagianresponden terdapat yang memiliki penghasilanyang tinggi tapi tidak menjadi peserta BPJS.Hal ini disebabkan karena memiliki asuransikesehatan swasta (komersil) yang preminyajauh lebih besar, sehingga merasakan manfaatpelayanan kesehatan lebih baik, sehingga tidakmau menjadi peserta BPJS.

Gambaran Pengaruh Faktor Jumlah Anakdengan Ketidakpemilikan BPJS MandiriKeluarga di Wilayah Kerja PuskesmasSingosari Kota Pematangsiantar Tahun2017

Dari hasil analisis univariat bahwa adapengaruh faktor jumlah anak denganketidakpemilikan BPJS Mandiri keluarga diWilayah Kerja Puskesmas Singosari KotaPematangsiantar Tahun 2017, dari 92responden 57,6% mempunyai jumlah anak >2orang (besar).

Dari hasil penelitian di Wilayah KerjaPuskesmas Singosari dapat dilihat bahwa jikasemakin besar jumlah anak, maka keinginanuntuk menjadi peserta BPJS Mandiri semakinkecil. Hal ini dikaitkan dengan Peraturan BPJSNomor 4 Tahun 2014, yang mengatakan

bahwa peserta perorangan harus mendaftarkandirinya dan anggota keluarganya kedalamprogram JKN. Dengan bertambah banyakjumlah anak, maka semakin besar iuran yangharus dibayarkan, sehingga mengurangi minatmasyarkat menjadi peserta BPJS Mandiri.

Gambaran Pengaruh Faktor KepemilikanJaminan Kesehatan Lainnya denganKetidakpemilikan BPJS Mandiri Keluargadi Wilayah Kerja Puskesmas Singosari KotaPematangsiantar Tahun 2017

Dari hasil analisis univariat bahwa tidakada pengaruh faktor kepemilikan jaminankesehatan lainnya dengan ketidakpemilikanBPJS Mandiri keluarga di KotaPematangsiantar Tahun 2017, dari 92responden 93,5% tidak memiliki jaminankesehatan lainnya.

Dari hasil penelitian di Wilayah KerjaPuskesmas Singosari dapat dilihat bahwamasyarakat yang tidak memiliki jaminankesehatan lainnya cenderung tidak maumengikuti BPJS Mandiri. Sementaramasyarakat yang tidak memiliki asuransikesehatan swasta yang cenderung tidak maumengikuti BPJS Mandiri, adalah sebagianbesarnya merupakan masyarakat dengantingkat sosial ekonomi rendah. Sehingga tidakmemiliki kemampuan untuk membayar iuransetiap bulan.

Selain itu faktor lain yang menyebabkanseseorang tidak mau menjadi peserta BPJSMandiri adalah karena adanya informasi daripengalaman orang lain yang tidak memuaskantentang manfaat pelayanan kesehatan dariasuransi BPJS itu sendiri. Dari sebagianresponden yang memiliki asuransi kesehatanswasta tidak memiliki minat menjadi pesertaBPJS. Hal ini disebabkan karena respondenenggan menggunakan pelayanan kesehatanpublik, yang dianggap kurang memuaskandibanding pelayanan kesehatan swasta.

KESIMPULAN1. Distribusi responden persentasi tertinggi

pada pendidikan rendah (SD dan SMP)sebanyak 45 orang atau 48.9 %, umurkategori dewasa madya (40-60 tahun)sebanyak 55,4 %, pengetahuan cukupsebanyak 68 orang (73,9%), pernahmendapat informasi tentang BPJS sebanyak92 orang (100%), sumber informasiTeman/Keluarga 81,5%, pertanyaan tentangTanggal batas akhir pembayaran premi

115Gambaran Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Keluarga Tidak Memiliki BPJS Mandiri Di WilayahKerja Puskesmas Singosari Kota Pematangsiantar Tahun 2017¹Eka Saudur Sihombing dan ²Juliana R. Damanik

Page 36: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

perbulannya, dengan persentase 92,4 %,penghasilan rendah yaitu sebanyak 63 orangatau 68,5 %, jumlah anak besar (> 2)sebanyak 53 orang (57,6 %), alasan biayapremi bulanan yang terlalu mahal 57%,tidak memiliki jaminan kesehatan lainnyayaitu sebesar 86 orang (93,5 %).

2. Terdapat pengaruh faktor pendidikan,pengetahuan, penghasilan, jumlah anakterhadap keinginan keluarga terhadapketidakpemilikan BPJS Mandiri keluarga diwilayah kerja Puskesmas Singosari KotaPematangsiantar Tahun 2017.

3. Tidak terdapat pengaruh faktor kepemilikanjaminan kesehatan lainnya terhadapketidakpemilikan BPJS Mandiri keluarga diwilayah kerja Puskesmas Singosari KotaPematangsiantar Tahun 2017.

SARAN1. Diharapkan kepada BPJS Kesehatan

Cabang Pematangsiantar agar semakinmeningkatkan sosialisasi tentang JaminanKesehatan Nasional (JKN) bekerjasamadengan instansi terkait, yang dalam hal iniDinas Kesehatan Kota Pematangsiantar.

2. Dinas Kesehatan Kota Pematangsiantarlebih memonitoring dan mengevaluasipelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasionalmulai dari kepesertaan, pelayanankesehatan dasar (Puskesmas) sampaikepada pelanyanan kesehatan tingkatlanjutan di Rumah Sakit provider BPJSKesehatan.

3. Dinas Kesehatan Kota Pematangsiantarbersama Dinas Sosial dan PemberdayaanPerempuan dan Anak dan Dinas terkaitmendorong Pemerintah Daerah KotaPematangsiantar untuk menyediakananggaran jaminan kesehatan bagimasyarakat miskin dan tidak mampu yangbelum menjadi peserta BPJS Kesehatan.

DAFTAR PUSTAKAAdisasmito, Wiku. 2012. Sistem Kesehatan.Edisi Pertama. Jakarta : Rajawali Pers.

Badan Pusat Statistik Kota Pematangsiantar.2017. Jumlah Penduduk dan Rumah TanggaMenurut Kecamatan Kota PematangsiantarTahun 2015. [Online] Darihttps://siantarkota.bps.go.id/frontend/linkTabelStatis/view/id/66 [Diakses : 6 Juli 2017].

Badan Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan.2016. Grafik Peserta JKN Per 1 Juli 2017.[Online] Darihttps://bpjskesehatan.go.id/bpjs/index.php/jumlahPeserta [Diakses : 6 Juli 2017].

Handayani, dkk. 2013. Faktor-faktor yangMempengaruhi Kemauan MasyarkatMembayar Iuran Jaminan Kesehatan diKabupaten Hulu Sungai Selatan [Online]. Darihttp://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2013/05/pustakaunpad_faktor_faktor_yang_mempengaruhi_kemauan_masyarakat.pdf [Diakses: 10 Mei 2017].

Hermanto, 2014. Kesiapan Pekerja SektorInformal (Sopir Trukcontainer) DalamMembayar Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)Di Kota Semarang [Online] darihttp://eprints.dinus.ac.id/6658/1/jurnal_13741.pdf [Diakses : 13 Juni 2017].

Rohmawati, 2014. Hubungan PengetahuanSikap Dan Sosial Ekonomi Dengan PemilihanJenis Iuran Keikutsertaan JKN Mandiri PadaWilayah Cakupan JKN Tertinggi Di Surakarta.[Online] dari http://eprints. ums.ac.id/32416/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf[Diakses : 14 September 2017].

Tyas, 2014. Hubungan Pengetahuan DenganSikap Kepala Keluarga Tentang ProgramJaminan Kesehatan Nasional Di kelurahanPurwosari Kecamatan Laweyan KotaSurakarta. (Online) darihttp://perpusnu.web.id/karyailmiah/documents/3624/Ika Ayuning Tyas (Diakses : 14September 2017).

Kebijakan 1 (2) (2018) : 109 - 116116

Page 37: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU YANG MEMILIKIBAYI 12-24 BULAN DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR

LENGKAP DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARTINI TAHUN 2017

(THE RELATIONSHIP OF MOTHER’S KNOWLEDGE AND BEHAVIORTHOSE HAVING BABY 12-24 MONTHS WITH BASIC COMPLETEIMMUNIZATION GIVING IN WORKING AREA OF COMMUNITY

HEALTH CENTER KARTINI YEAR 2017)

¹Pinondang Hotria Siregar dan ²Eulis Susanti

Staf Pengajar Universitas EFARINA Pematangsiantar Jl. Sudirman No. 8 [email protected]

Diterima : 25 April 2018; Direvisi 7 Juni 2018; Disetujui 26 Juni 2018

ABSTRAK

Program imunisasi merupakan satu upaya untuk melindungi penduduk terhadap penyakittertentu, terutama yang dianggap rentan terjangkit penyakit menular, seperti bayi dan anak usiasekolah. Ibu adalah orang yang berperan besar dalam pengambilan keputusan untuk memenuhikelengkapan imunisasi anak. Cakupan tinggi rendahnya kelengkapan imunisasi di suatu daerahdiduga dapat dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap ibunya. Tujuan penelitian ini adalahuntuk mengetahui hubungan Pengetahuan dan Sikap ibu yang memiliki bayi 12- 24 bulandengan pemberian Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) di wilayah kerja Puskesmas Kartini Tahun2017. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian crosssectional. Waktu penelitian dilaksanakan Bulan Agustus 2017 Wilayah Kerja PuskesmasKartini, yaitu Kelurahan Simarito dan Kelurahan Sipinggol-Pinggol Kota Pematangsiantar.Populasi adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi berusia 12-24 bulan di Wilayah KerjaPuskesmas Kartini sebanyak 123 orang. Pengumpulan data dilakukan melalui kuisioner dandianalisis menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak ada hubunganantara pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi dasar lengkap (nilai p = 0,610). Begitu jugatidak ada hubungan antara sikap ibu dengan pemberian imunisasi dasar lengkap (nilai p= 0,541).Hal ini menunjukan pengetahuan dan sikap ibu bukan menjadi salah satu faktor yang dapatmempengaruhi kelengkapan imunisasi. Ibu yang memiliki pengetahuan tinggi dan sikap positiftidak melengkapi imunisasi pada anaknya karena pengalaman yang kurang memuaskan, sikapdan perilaku petugas yang kurang memotivasi pemberian imunisasi, penyuluhan yang rendahdan kesulitan untuk membawa anaknya untuk diimunisasi.

Kata kunci : imunisasi, pengetahuan dan sikap ibu

ABSTRACT

Immunization program is an effort to protect the population against certain diseases, especiallythose considered vulnerable to infectious diseases, such as infants and school-age children.Mother is a person who plays a major role in decision-making to meet the completeness ofchildhood immunization. High coverage of the low completeness of immunization in an areamay be influenced by the knowledge and attitude of the mother. The purpose of this study is toknow the relationship Knowledge and Attitudes of mothers who have babies 12 to 24 monthswith the provision of Basic Immunization Complete (BIC) in the work area Puskesmas KartiniYear 2017. This research is quantitative research using cross sectional research design. Thetime of the research was conducted in August 2017 Working Area of Puskesmas Kartini,Simarito and Sipinggol-Pinggol Urban Village Pematangsiantar. The population is all mothers

©2018 Bappeda Kota Pematangsiantar [email protected]

Page 38: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

who have babies aged 12-24 months in the work area of Kartini health center as many as 123people. Data were collected through questionnaire and analyzed using Chi Square test. Theresults showed that there was no correlation between mother knowledge with complete basicimmunization (p value = 0,610). There is also no relationship between mother's attitude withcomplete basic immunization (p = 0,541). This shows the knowledge and attitude of the motheris not one of the factors that can affect the completeness of immunization. Mothers with highknowledge and positive attitudes do not complement immunization to their children due tounsatisfactory experiences, attitudes and behavior of officers who are less motivated to provideimmunization, low counseling and difficulty in getting their children immunized.

Keywords : immunization, knowledge and attitude

PENDAHULUANPembangunan kesehatan bertujuan untuk

mencapai kemampuan sehat bagi setiappenduduk agar dapat mewujudkan derajatkesehatan masyarakat yang optimal sebagaisalah satu tujuan untuk kebijaksanaan umumdari tujuan nasional. Untuk mewujudkan tujuanpembangunan kesehatan maka dibentuk SistemKesehatan Nasional (Budioro, 2001).

Menurut Ranuh et al, (2008), padapelaksanaan Sistem Kesehatan Nasional(SKN), imunisasi merupakan salah satu bentukintervensi kesehatan yang sangat efektif dalamupaya menurunkan angka kematian bayi danbalita.

Di Negara Indonesia, KementerianKesehatan telah menyusun program sebagaiusaha yang dilakukan untuk menekan penyakitPD3I pada anak, Seperti ProgramPengembangan Imunisasi (PPI) pada anak sejaktahun 1956. Keberhasilan bayi dalammendapatkan lima jenis imunisasi dasar (BCG,DPT-Hepatitis, Polio, dan Campak) diukurmelalui indikator imunisasi dasar lengkap. PadaTahun 2007 cakupan imunisasi dasar lengkapdi Indonesia rata-rata 41,6 %, meningkat padatahun 2010 dengan rata-rata cakupan 53,8 %dan Tahun 2013 kembali meningkat mencapai59,2 % (Kementerian Kesehatan, 2013).

Imunisasi sangat dibutuhkan dalamupaya pencegahan penyakit. Hal ini sesuaidengan Peraturan Menteri Kesehatan RepublikIndonesia Nomor 42 Tahun 2013. Peraturantersebut menyatakan tentang penyelenggaraanimunisasi bahwa untuk meningkatkan derajatkesehatan masyarakat dan mempertahankanstatus kesehatan seluruh rakyat diperlukantindakan imunisasi sebagai tindakan preventif(Kementerian Kesehatan, 2013). Namuncakupan imunisasi saat ini di Dunia, AsiaTenggara dan di Indonesia masih tergolongrendah yang dapat disebabkan oleh banyakfaktor. Faktor tersebut dapat disebabkan oleh

faktor usia, pendidikan, penghasilan,ketersediaan waktu ibu (Reza, 2006). MenurutRanuh (2008), faktor yang mempengaruhirendahnya cakupan imunisasi adalahpengetahuan dan kesadaran ibu.

Menurut Ningrum (2008) rendahnyacakupan imunisasi disebabkan oleh faktorpengambilan keputusan. Ibu yang berusia ≥30tahun cenderung untuk tidak melakukanimunisasi lengkap dibanding ibu yang berusia< 30 tahun, pendidikan tinggi keterkaitan eratdengan pemberian imunisasi anak. Semakinbanyak jumlah anak terutama ibu yang masihmempunyai bayi yang merupakan anak ketigaatau lebih akan membutuhkan banyak waktuuntuk mengurus anak-anaknya tersebutsehingga semakin sedikit ketersediaan waktubagi ibu untuk mendatangi tempat pelayananimunisasi (Reza, 2006). Pengetahuan ibu yangkurang tentang imunisasi dan rendahnyakesadaran ibu membawa anaknya ke Posyanduatau Puskesmas juga menyebabkan rendahnyacakupan imunisasi. Untuk mendapatkanimunisasi yang lengkap karena takut anaknyasakit, dan ada pula yang merasa bahwaimunisasi tidak diperlukan untuk bayinya,kurang informasi atau penjelasan dari petugaskesehatan tentang manfaat imunisasi, sertahambatan lainnya (Ranuh dkk, 2008).

Puskesmas Kartini adalah salah satupuskesmas yang memberikan pelayanankesehatan di masyarakat khususnya KesehatanIbu dan Anak berada di Kelurahan Simarito,Kecamatan Siantar Barat. Puskesmas Kartinimemiliki wilayah kerja yang mencakupKelurahan Simarito dan Sipinggol-pinggol.Survey awal peneliti lakukan dengan melihatdan membaca data laporan cakupan Imunisasimulai tahun 2015 s/d tahun 2016 mengalamipenurunan. Cakupan imunisasi di PuskesmasKartini pada Tahun 2015 mencapai 90,5% dantahun 2016% sebesar 57,3%. Hal ini dapatmenunjukan bahwa ibu yang memberikan

Kebijakan 1 (2) (2018) : 117 - 124118

Page 39: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

imunisasi dasar lengkap pada bayinya semakinberkurang.

Berdasarkan laporan data di atas, denganpenurunan angka yang signifikan, kemudianpeneliti melakukan wawancara langsung untukmendapatkan informasi dari ibu balita tentangkelengkapan Imunisasi Dasar. Penelitimenanyakan mengapa ibu tidak membawaanaknya imunisasi, ibu mengatakan bahwatidak memahami kalau imunisasi itu pentingkepada anaknya dengan alasan pengalamanyang lalu bahwa anaknya pertama sehat sajawalaupun tidak di imunisasi dan juga ibu sibukdengan pekerjaan sehingga tidak membawaanaknya untuk imunisasi.

METODEPenelitian ini dilaksanakan di Wilayah

Kerja Puskesmas Kartini, di 2 (dua) kelurahanyaitu Kelurahan Simarito dan KelurahanSipinggol-Pinggol Kota Pematangsiantar.Waktu penelitian dilaksanakan Bulan Agustus2017.

Populasi dalam penelitian ini adalahseluruh ibu yang mempunyai bayi berusia 12-24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kartinisebanyak 123 orang. Jenis data pada penelitianini adalah jenis data kategorik yang merupakanhasil data dari penggolongan danpengklasifikasian. Data atau variabel kategorikpada umumnya berisi variabel yang berskalanominal dan ordinal.

Instrumen penelitian merupakan alatyang dipakai untuk mengumpulkan data yaitudaftar pertanyaan atau kuesioner yangdisiapkan untuk mendapatkan informasi dariresponden dan daftar tilik atau daftar cheklistuntuk mengetahui status imunisasi dasar bayi.

Analisis univariat dilakukan untukmendapatkan gambaran pada masing-masingvariabel independent maupun variabeldependent. Data akan disajikan dalam bentukdistribusi frekuensi.

Analisa Bivariat dilakukan untukmengetahui hubungan variabel independentdan dependent. Analisis dilakukan dengan ujiChi-Square dengan tingkat kepercayaan 95%(= 0,05).

HASIL DAN PEMBAHASANDistribusi Responden Menurut TingkatPengetahuan Ibu

Berdasarkan hasil penelitian terhadap123 responden diperoleh tingkat pengetahuanresponden seperti pada :

Tabel 1. Tingkat Pengetahuan RespondenTingkat

Pengetahuan Frekuensi Presentase (%)

Kurang 27 22,0

Cukup 51 41,5

Baik 45 36,6

Total 123 100,0

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwadari 123 responden yang memiliki persentasetertinggi adalah responden dengan kategoripengetahuan cukup sebanyak 51 orang atausebesar 41,5% sedangkan yang paling keciladalah ibu yang memiliki pengetahuan yangkurang. Banyaknya informasi, melaluiberbagai media tentang imunisasi merupakansalah satu faktor yang dapat menyebabkan ibu-ibu memiliki pengetahuan yang tinggi diwilayah Kerja Puskesmas Kartini.

Distribusi Responden Menurut Sikap IbuBerdasarkan hasil penelitian terhadap 123responden diperoleh tingkat sikapresponden seperti pada tabel 2.

Tabel 2. Hasil analisis distribusi respondenmenurut tingkat sikap ibu.

Sikap Ibu Frekuensi Presentase (%)

Negatif 3 2,4

Positif 120 97,6

Total 123 100,0

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwadari 123 responden yang memiliki persentasetertinggi adalah responden dengan kategorisikap positif sebanyak 120 orang atau sebesar97,6 % sedangkan yang memiliki sikap negatif2,4%. Banyaknya ibu-ibu yang memiliki sikappositif tentang imunisasi dasar lengkapdimungkinkan karena mendapat penyuluhandengan baik tentang imunisasi dasar lengkapdari para petugas di lapangan.

Distribusi Responden Menurut CakupanImunisasi Dasar Lengkap

119Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Yang Memiliki Bayi 12-24 Bulan Dengan Pemberian ImunisasiDasar Lengkap Di Wilayah Kerja Puskesmas Kartini Tahun 2017¹Pinondang Hotria Siregar dan ²Eulis Susanti

Page 40: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

Berdasarkan hasil penelitian terhadap123 responden diperoleh cakupan imunisasidasar lengkap responden seperti pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil analisis distribusi respondenmenurut cakupan IDL

Cakupan ImunisasiDasar Lengkap Frekuensi Presentase (%)

Tidak Lengkap 24 19,5

Lengkap 99 80,5

Total 123 100,0

Hubungan antara Pengetahuan denganCakupan Imunisasi Dasar Lengkap

Berdasarkan hasil penelitian terhadap123 responden diperoleh hubungan antarapengetahuan dengan cakupan pemberianimunisasi dasar lengkap seperti pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil analisis distribusi respondenmenurut hubungan pengetahuandengan cakupan IDL

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwadari 27 oarang ibu yang memiliki pengetahuanyang kurang, 5 orang memiliki imunisasi dasartidak lengkap dan 22 orang memiliki imunisasidasar lengkap. Dari 51 orang yang memilikipengetahuan cukup, 12 orang memilikiimunisasi dasar tidak lengkap dan 39 orangyang memiliki imunisasi dasar lengkap. Dari45 orang yang memiliki pengetahuan baik,yang memiliki imunisasi dasar tidak lengkapsebesar 7 orang dan yang memiliki imunisasidasar lengkap sebesar 38 orang.

Dari hasil uji Chi Square diperoleh P-value = 0,610 lebih besar dari 0,05. Hal iniberarti tidak terdapat pengaruh antarapengetahuan ibu dengan cakupan imunisasidasar lengkap di Puskesmas Kartini Tahun2017.

Hubungan antara Sikap dengan CakupanImunisasi Dasar Lengkap

Berdasarkan hasil penelitian terhadap123 responden diperoleh hubungan antarasikap dengan cakupan imunisasi dasar lengkapseperti pada tabel 5.

Tabel 5. Hasil analisis distribusi respondenmenurut hubungan sikap dengancakupan IDL.

Sikap

Imunisasi DasarLengkap Total P-value

TidakLengkap Lengkap

Negatif 1 2 30,541Positif 23 97 120

Total 24 99 123

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwadari 3 oarang ibu yang memiliki sikap negatif,1 orang memiliki imunisasi dasar tidak lengkapdan 2 orang memiliki imunisasi dasar lengkap.Dari 120 orang yang memiliki sikap positif, 23orang memiliki imunisasi dasar tidak lengkapdan 97 orang yang memiliki imunisasi dasarlengkap.

Dari hasil uji Chi Square diperoleh P-value = 0,541 lebih besar dari 0,05. Hal iniberarti tidak terdapat pengaruh antara sikap ibudengan cakupan imunisasi dasar lengkap diPuskesmas Kartini Tahun 2016.

Hubungan Pengetahuan Ibu Yang MemilikiBayi 12-24 Bulan dengan PemberianImunisasi Dasar Lengkap di Wilayah KerjaPuskesmas Kartini

Menurut Notoatmodjo (2010),pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan initerjadi setelah orang melakukan pengindraanterhadap suatu objek tertentu. Fitriani (2011)menyatakan juga bahwa perilaku yang didasarioleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari olehpengetahuan. Berdasarkan hasil penelitian diatas menunjukan bahwa ibu-ibu yang memilikitingkat pengetahuan yang tinggi terhadapimunisasi memiliki persentase yang palingbesar. Banyaknya ibu-ibu yang memilikipengetahuan tinggi dapat disebabkan olehadanya upaya-upaya yang dilakukan untukmemperoleh informasi tentang imunisasi dasar.

Hasil wawancara dengan respondenyang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggimenyatakan bahwa mereka mendapatkan

Pengetahuan

Imunisasi DasarLengkap

Total P- valueTidakLengkap Lengkap

Kurang 5 22 27

0,610Cukup 12 39 51Baik 7 38 45Total 24 99 123

Kebijakan 1 (2) (2018) : 117 - 124120

Page 41: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

pentingnya imunisasi dengan cara menggaliinformasi dari petugas pada saat pelaksanaanimunisasi, mendengarkan berita/iklan ditelevisi atau informasi langsung dari mulut kemulut, maupun melihat informasi denganmembaca buku, majalah, tabloid, dan brosur-brosur tentang imunisasi. Dari pengumpulandata yang telah dilakukan diketahui bahwaberdasarkan informasi yang diperoleh daripetugas ketika pelaksanaan imunisasi, makaresponden dapat mengetahui tentang tujuanimunisasi yang diberikan, manfaat imunisasi,jenis-jenis imunisasi dan cara pemberianimunisasi dasar lengkap (Gustin, 2012).

Dari hasil analisis bivariat dengan uji chisquare ditemukan p-value = 0,610 (hipotesisditolak, p>0,05). Berarti tidak ada hubunganantara pengetahuan dengan cakupan imunisasidasar lengkap di Puskesmas Kartini. Hasilpenelitian ini serupa dengan beberapa hasilpenelitian sebelumnya, seperti menurut Gustin(2012) yang menyimpulkan bahwa tidak adahubungan sikap ibu dengan pemberianimunisasi dasar lengkap di wilayah kerjaPuskesmas Malalak Kabupaten Agam tahun2012 dan Hasil penelitian Syahputra (2015)yang menyatakan bahwa variabel yang tidakberpengaruh terhadap tindakan ibu dalampemberian imunisasi dasar lengkap di Wilayahkerja Puskesmas Kuta Baro Kecamatan KutaBaro Kabupaten Aceh Besar adalah variabelpengetahuan. Hal ini juga senada denganpenelitian Josiman (2012) yang menyebutkanbahwa pengetahuan ibu mempunyai tingkatkeeratan dengan kelengkapan imunisasi yangtergolong rendah atau dengan kata lain bahwapengetahuan ibu tidak berhubungan denganpemberian imunisasi dasar lengkap.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu,dan terjadi setelah orang melakukanpengindraan terhadap suatu objek tertentu.Penerimaan perilaku baru jika didasari denganpengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif,maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng.Sebaliknya apabila perilaku tersebut tidakdidasari oleh pengetahuan dan kesadaran,maka tidak akan berlangsung lama. MenurutPrayogo (2009) menyatakan bahwa terdapatbeberapa ibu yang mengimunisasikan anaknyasecara lengkap namun pengetahuannya rendah.Sehingga menurut Prayogo tidak terdapathubungan antara pengetahuan dengankeikutsertaan program Imunisasi DasarLengkap.

Hasil penelitian Mulyanti (2010)menyebutkan juga bahwa ibu-ibu banyak yangtidak memberikan imunisasi dasar lengkapwalau tingkat pengetahuannya tinggi.Pengalaman yang sering mengakibatkan bahwabayi yang diimunisasi akan selalu demam atausakit menjadi salah satu faktor yangmengakibatkan tidak memberikan imunisasipada bayinya dan kekurangpuasan terhadappelayanan petugas di lapangan.

Berdasarkan hasil pengamatan saatpenelitian di wilayah kerja Puskesmas Kartini,banyak responden yang tidak memberikanimunisasi lengkap, sebanyak 19,5% padabayinya disebabkan juga karena anak kurangsehat pada saat jadwal pemberian imunisasi.Selain itu, pada saat imunisasi sedang beradadi lokasi kerja atau di luar kota sehingga lupamemberikan imunisasi pada anaknya dansampai di Pematangsiantar sudah lewat usiabayinya. Begitu juga dengan masih adanyakepercayaan masyarakat bahwa tidak bolehmembawa anak keluar rumah sebelum berusia40 hari, sehingga mereka tidak membawa anakuntuk mendapatkan pelayanan imunisasisebelum usia 40 hari seperti pemberianimunisasi HB-0.

Hasil penelitian Astrianzah (2011)menyatakan bahwa tidak ada hubungan antaratingkat pengetahuan ibu yang memiliki balitausia 1-2 tahun di wilayah kerja PuskesmasManyaran dengan status pemberian Imunisasidasar lengkap pada balita. Menurut Astrianzah,bahwa pengetahuan bukan merupakan satu-satunya faktor yang mempengaruhikelengkapan imunisasi seseorang, jikapengetahuan ibu tinggi, tapi tidak didukungfaktor lain seperti keterjangkauan saranapelayanan kesehatan dan dukungan tenagakesehatan, maka cakupan imunisasi dasarlengkap tidak terpenuhi.

Menurut Vidia (2013) padapenelitiannya tentang faktor-faktor yangBerhubungan dengan Kelengkapan ImunisasiDasar pada Bayi di Desa Truko KecamatanKangkung Kabupaten Kendal Tahun 2013diperoleh informasi juga bahwa tidak terdapathubungan antara pengetahuan dengan cakupanimunisasi dasar lengkap. Hasil penelitian inisejalan dengan penelitian yang dilakukan olehTri Afriani tentang faktor-faktor yangberhubungan dengan kelengkapan imunisasidasar pada anak dan pengelolaan vaksin dipuskesmas dan posyandu di Kecamatan BejiKota Depok yang menunjukkan bahwa tidak

121Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Yang Memiliki Bayi 12-24 Bulan Dengan Pemberian ImunisasiDasar Lengkap Di Wilayah Kerja Puskesmas Kartini Tahun 2017¹Pinondang Hotria Siregar dan ²Eulis Susanti

Page 42: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

didapatkan hubungan yang bermakna antarapengetahuan ibu mengenai imunisasi dengankelengkapan imunisasi.

Menurut peneliti berdasarkan hasilpenelitian melalui pengisian kuisioner danwawancara bahwa ada ibu yangberpengetahuan tinggi dan tidak patuh dalammembawa bayinya untuk di imunisasi.Alasannya di karenakan kurang pedulinya ibuterhadap jaminan kesehatan bayinya dan jugaberdasarkan pengalaman anak-anak merekasebelumnya yang tetap sehat walaupun tidakdiberikan imunisasi secara lengkap.Selanjutnya ada ibu yang berpengetahuankurang baik dan patuh membawa bayinyauntuk di imunisasi sesuai jadwal karena ibumemiliki keinginan untuk menjaga kesehatandan terhindar dari penyakit denganmemberikan imunisasi pada bayinya.Selanjutnya ada ibu yang berpengetahuankurang dan tidak patuh membawa anak diimunisasi hal ini dipengaruhi oleh keterbatasanpengetahuan, informasi maupun pengalamanmereka, terutama pada ibu muda yang barumemiliki anak yang pertama.

Hubungan Sikap Ibu Yang Memiliki Bayi12-24 Bulan dengan Pemberian ImunisasiDasar Lengkap di Wilayah KerjaPuskesmas Kartini

Berdasarkan distribusi respondendiperoleh informasi bahwa sikap ibu diwilayah kerja Puskesmas Kartini sangatdidominasi oleh ibu-ibu yang memiliki sikappositif, sebanyak 97,6%. MenurutNotoatmodjo (2010), sikap merupakankesiapan atau kesediaan untuk bertindak, danbukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.Dalam kata lain, fungsi sikap belummerupakan tindakan (reaksi terbuka) atauaktivitas, akan tetapi merupakan predisposisiperilaku (tindakan) atau reaksi (tertutup). Halini menggambarkan bahwa walaupun memilikisikap positif terhadap imunisasi akan tetapitidak menjamin ibu-ibu akan memberikanimunisasi lengkap kepada bayinya.

Dari hasil analisis bivariat dengan uji chisqurae ditemukan p-value = 0,541 (hipotesisditolak). Hal ini tidak ada hubungan antarasikap dengan cakupan imunisasi dasar lengkapdi Puskesmas Kartini Tahun 2016. Hasilpenelitian ini sejalan dengan Gustin (2012)yang mendapatkan informasi bahwa setelahdilakukan uji statistik chi-square diperolehnilai p = 0,231 (p> 0,05) sehingga disimpulkan

bahwa tidak ada hubungan sikap ibu denganpemberian imunisasi dasar lengkap di wilayahkerja Puskesmas Malalak Kabupaten Agamtahun 2012 (hipotesa ditolak). Tidak adanyahubungan sikap dengan pemberian imunisasikarena cukup banyak responden yang memilikisikap positif namun tidak memberikanimunisasi dasar lengkap pada anaknya.

Sesuai dengan pendapat Orion (2012)bahwa banyak faktor yang dapatmempengaruhi perwujudan sikap terhadaptindakan dan perbuatan. Begitu juga, tidak adahubungan antara sikap dengan pemberianimunisasi di area kerja Puskesmas Kartini jugakarena dapat dipengaruhi oleh faktor lain yangdapat mempengaruhi perilaku seseorang,seperti faktor ketersediaan sarana dan fasilitaskesehatan yang sulit dan sikap perilaku petugasyang kurang dapat memotivasi ibu untukmemberikan imunisasi dasar lengkap.Beberapa responden masih menganggap bahwaimunisasi yang diberikan pada bayi sampaiusia 6 bulan sudah mencukupi atau karenafaktor lupa (kesibukan di rumah) untukmembawa anak ke fasilitas sehinggaberdampak pada tidak lengkapnya imunisasidasar yang diperoleh balita yang bersangkutan.Selain itu, faktor keluarga (orang tua atausuami) yang melarang anaknya untukdiimunisasi dapat mengakibatkan jugarendahnya ibu-ibu membawa anaknya untukdiimunisasi secara lengkap di Puskesmas.

Berdasarkan hasil penelitian, dari 97,6%yang memiliki sifat positif ternyata hanya78,9% responden yang memberikan imunisasidasar lengkap kepada bayinya. Justru dariresponden yang memiliki sikap negatif tetapiselalu membawa anaknya diimunisasi kePuskesmas. Hasil ini sesuai dengan penelitianFebriana (2009) yang menunjukan juga bahwasikap tidak memiliki hubungan yang bermaknadengan kelengkapan imunisasi dasar. Sekitar81,58% orangtua memberikan sikap positif,namun sikap tersebut tidak diikuti dengantingginya angka kelengkapan imunisasi yanghanya mencapai 46,78%.

KESIMPULAN1. Tingkat pengetahuan ibu yang tergolong

tinggi/baik terhadap imunisasi dasarlengkap sebesar 36,6% akan tetapi hanya30,9% yang memberikan imunisasi dasarlengkap pada bayinya. Tidak ada hubunganantara Pengetahuan Ibu yang Memiliki Bayi12-24 bulan dengan Pemberian Imunisasi

Kebijakan 1 (2) (2018) : 117 - 124122

Page 43: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

Dasar Lengkap di Wilayah KerjaPuskesmas Kartini dengan nilai p-valuesebesar 0,610 (lebih besar dari p=0,05,hipotesis ditolak).

2. Sebanyak 97,6% responden memiliki sikappositif namun hanya 78,9% responden yangmemberikan imunisasi dasar lengkapkepada bayinya. Tidak ada hubungan antaraSikap Ibu yang Memiliki Bayi 12-24 bulanDengan Pemberian Imunisasi DasarLengkap di Wilayah Kerja PuskesmasKartini dengan nilai p-value sebesar 0,541(lebih besar dari p=0,05, hipotesis ditolak).

SARANDiharapkan kepada pihak Pemerintah

Kota Pematangsiantar khususnya DinasKesehatan bersama dengan pihak Puskesmasuntuk memberikan informasi kesehatan berupapromosi kesehatan dan upaya peningkatanpelayanan kesehatan dalam pemberianImunisasi pada bayi dan balita.

DAFTAR PUSTAKAAstrianza, D. (2011). Hubungan Antara TingkatPengetahuan Ibu, Tingkat Sosial Ekonomidengan Status Imunisasi Dasar Lengkap PadaBalita. Skripsi Program Pendidikan SarjanaKedokteran Fakultas Kedokteran. UniversitasDiponegoro. Semarang.

Budioro B, (2001).Pengantar Ilmu KesehatanMasyarakat. Semarang : Badan Penerbit Undip.

Febriana S. (2009). Kelengkapan ImunisasiDasar Anak Balita dan Faktor-Faktor yangBerhubungan di Poliklinik Anak Rumah SakitDaerah Tarakan Maret 2008. SkripsiUniversitas Indonesia. Jakarta.

Gerungan, W.A. (2009). Psikologi Sosial.Bandung: Refika Aditama

Gustin, R.K. (2012). Hubungan Pengetahuandan Sikap Tentang Imunisasi TerhadapPemberian Imunisasi Dasar Lengkap PadaBalita Di Wilayah Kerja Puskesmas MalalakKabupaten Agam Tahun 2012. JurnalKesehatan STIKes Prima NusantaraBukittinggi, Vol.3 No 2 Juli 2012. Padang.

Josiman A. (2012). Hubungan antara TingkatPengetahuan Ibu tentang Imunisasi denganStatus Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Bayi

di Wilayah Kerja Puskesmas Depok 1Yogyakarta. Skripsi Universitas RespatiYogyakarta. Yogyakarta:.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.(2013). Buku Saku Faq (Frequently AskedQuestions). BPJS Kesehatan. Jakarta:Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.(2013). Peraturan Menteri Kesehatan RepublikIndonesia No. 42 tahun 2013 tentangPenyelenggaraan Imunisasi. Jakarta:Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.(2014). Peraturan Menteri Kesehatan RepublikIndonesia No. 28 tahun 2014 tentang PedomanPelaksanaan Program Jaminan KesehatanNasional. Jakarta: Kementerian KesehatanRepublik Indonesia.

Ningrum, E.P. (2008). Faktor-faktor yangMempengaruhi Kelengkapan Imunisasi Dasarpada Bayi di Puskesmas Banyudono KabupatenBoyolali. Berita Ilmu Keperawatan, 1,1, 7-12.

Notoatmodjo, S.(2010). Metodologi PenelitianKesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2007). Kesehatan MasyarakatIlmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan danPrilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. S

Orion M. (2012).Can Social Network InformTreatment Use for persons withCo-OccuringSubstance Use and Mental Health Problems?,Diakses dari : http://dx.doi.org. Pada tanggal 16Juni 2014.

Prayogo, A.(2009). Kelengkapan ImunisasiDasar Anak Usia 1.5 Tahun. Sari Pediari 11,1.Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM.

Ranuh, I.G.N. (2008). Pedoman Imunisasi diIndonesia. Jakarta : Ikatan Dokter AnakIndonesia.

Reza. (2006). Faktor-faktor yang Berhubungandengan Status Imunisasi Dasar pada Anak diPuskesmas Pauh Kota Padang Tahun 2006.

123Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Yang Memiliki Bayi 12-24 Bulan Dengan Pemberian ImunisasiDasar Lengkap Di Wilayah Kerja Puskesmas Kartini Tahun 2017¹Pinondang Hotria Siregar dan ²Eulis Susanti

Page 44: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

Depok : Tesis FKM UI.http//www.digilib.ui.ac.id.

Syahputra, A. (2015). Hubungan AntaraPengetahuan dan Sikap Ibu TerhadapImunisasi Dasar Pada Bayi di Wilayah KerjaPuskesmas Kuta Baro Aceh Besar. SkripsiUniversitas Syiah Kuala. Banda Aceh

Kebijakan 1 (2) (2018) : 117 - 124124

Page 45: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

PELATIHAN VOKAL DASAR ANAK-ANAK PANTI ASUHAN ELIMPEMATANGSIANTAR

(CHILDREN’S BASIC VOCAL TRAINING OF ELIM ORPHANAGEPEMATANGSIANTAR)

¹Jubelando O Tambunan dan ²Deswidya Sukrisna Hutauruk

Departemen Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UniversitasEFARINA Pematangsiantar Jl. Sudirman No. 8 Pematangsiantar

[email protected]

Diterima : 26 April 2018; Direvisi 29 Mei 2018; Disetujui 26 Juni 2018

ABSTRAK

Teknik vokal merupakan suatu cara memproduksi suara yang baik dan benar, sehingga suarayang keluar terdengar jelas, indah, merdu, dan nyaring. Teknik vokal merupakan unsurpendukung utama dalam menyanyi dimana menyanyi merupakan kegiatan yang digemarikebanyakan orang, salah satunya digemari oleh anak-anak. Yang melatarbelakangi kegiatanbahwa perlunya pendidikan seni khususnya bernyanyi bagi anak-anak dalam lingkungan pantiasuhan untuk mengurangi tingkat stres dan depresi anak-anak yang berada dilingkungan pantiasuhan. Tujuan pengabdian ini adalah untuk mengetahui peningkatan pemahaman anak terhadapteknik vokal dasar dalam upaya peningkatan keterampilan bernyanyi pada saat sebelumpelatihan dengan sesudah dilakukan pelatihan. Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan dalambentuk suatu pelatihan berupa workshop bertempat di Rumah Doa Panti Asuhan ElimPematangsiantar dengan metode ceramah, diskusi dan Praktik vokal dasar bernyanyi. Hasil darikegiatan pengabdian ini adalah bertambahnya wawasan pengetahuan dan keceriaan anak-anakPanti Asuhan Elim Pematangsiantar mengenai vokal dasar bernyanyi sehingga mengurangitingkat stress dan depresi anak-anak di lingkungan panti asuhan. Anak-anak di Panti Asuhanjuga menunjukkan timbal balik yang sangat baik dan positif. Anak-anak panti asuhan yangmengikuti kegiatan pelatihan ini menunjukkan perhatian yang sangat tinggi terhadap materipengabdian yang disampaikan oleh tim pengabdian.

Kata kunci : pelatihan, vokal, panti asuhan

ABSTRACT

Vocal technique is a method of producing a good and right voice, so that the voice that isproduced sounds clear and beautiful. Vocal technique is a main supporting factor in singing inwhich singing is a favorable activity of many people, especially children. Decreasing stress anddepression is a main background of educating arts, especially singing among children living inan orphanage. The aim of this voluntary program is to find the improvement of children'sachievement on basic vocal technique in increasing singing skills before and after applying themethod. This voluntary program is conducted as a training in the form of workshop in RumahDoa Panti Asuhan Elim Pematang Siantar. The method used is speech, discussion, and singingbasic Vocal practice. The result of this activity is the increasing of skill of singing andincreasing of happiness on children in Elim Orphanage Pematang Siantar. Children in thisorphanage also show positive feed-back. They show a very good interest to the speaker as longas the program.

Keywords : training, vocal, orphanage

©2018 Bappeda Kota Pematangsiantar [email protected]

Page 46: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

PENDAHULUANPanti asuhan merupakan sebuah

lembaga yang berperan dalam menampunganak-anak yatim dan piatu (kehilangan satuatau kedua orangtuanya). Anak yang berada dilingkungan keluarga, panti asuhan danterlantar menunjukkan tumbuh kembang yangberbeda baik secara biologis, fisiologisterutama psikis. Kebanyakan anak yangtumbuh diluar lingkungan keluarga terutamamengalami gangguan dalam pertumbuhanpsikisnya. Anak-anak dan remaja merupakanpopulasi yang rentan terhadap depresi terutamabertempat tinggal di panti asuhan. Banyakfaktor dapat mempengaruhi perkembanganmental remaja. Institusi seperti panti asuhan,remaja yang dirawat di rumah sakit, danremaja dengan penyakit yang kronis dimanaterjadi perubahan-perubahan secara fisikmaupun psikis di temukan angka kejadiandepresi yang tinggi. Pertumbuhan danperkembangan anak dapat terganggu jikaterjadi perpisahan dengan keluarga, orangtuameninggal atau dicampakkan orang tua, sertaperilaku kekerasan oleh orang tua baik secaraverbal maupun fisik. Kerusakan lingkungan inisangat berdampak pada anak sehingga mampumengakibatkan depresi.

Depresi merupakan kondisi emosionalyang biasanya ditandai dengan kesedihan yangamat sangat, perasaan tidak berarti danbersalah, menarik diri dari orang lain, dantidak dapat tidur, kehilangan selera makan,hasrat seksual, dan minat serta, kesenangandalam aktivitas yang biasa dilakukan (Davisonet al, 2010:372). Salah satu metode untukmengatasi stres atau depresi seperti :pendekatan farmakologis, perilaku, kognitif,meditasi, hypnosis, dan musik (Hardjana,1994). Metode musik merupakan salah satucara untuk membantu mengatasi stres. Secarakeseluruhan musik dapat berpengaruh secarafisik maupun psikologis. Secara psikologis,musik dapat membuat seseorang menjadi lebihrileks, mengurangi stres, menimbulkan rasaaman dan sejahtera, melepaskan rasa gembiradan sedih, dan membantu serta melepaskanrasa sakit. Implementasi musik salah satunyaadalah bernyanyi. Bernyanyi merupakan salahsatu media yang sering digunakan untukmengurangi tingkat depresi.

Dalam Sihombing Basani, 2013dipaparkan pendidikan seni melalui kegiatanbernyanyi sebagai aspek pengembanganpendidikan karakter pada anak usia dini,

dimana seluruh aspek pengembangan masuk didalamnya, antara lain :a. Ekspresi dan emosi anak, peran bernyanyi

bagi anak-anak adalah sebagai mediaekspresi tentang apa yang dirasakan,dipikirkan, diimpikan secara pribadi;

b. Mengembangkan kecakapan hidup, melaluikegiatan bernyanyi anak akan lebih mudahmemaknai pesan moral yang ingindisampaikan;

c. Kemampuan berbahasa;d. Hubungan sosial, kegiatan bernyanyi tidak

bisa lepas dari hubungan sosial, baikdengan lingkungan, masyarakat, temanmaupun keluarga.

Maka dari itu anak-anak di Panti AsuhanElim Pematangsiantar perlu metode untukmengekspresikan emosi dan tingkat stressmereka agar tidak mengarah pada perilakuburuk salah satunya dengan bernyanyi.

METODEMetode yang digunakan dalam

pelaksanaan kegiatan ini adalah ceramah,diskusi, dan Praktik langsung vokal dasarbernyanyi dengan teknik workshop denganmenggunakan alat bantu multimedia berupalaptop, LCD, piano dan teks/not koor.

Beberapa kegiatan yang dilakukan padasaat praktik vokal dasar seperti:a. Pemanasanb. Belajar vokal dengan teknik pernafasanc. Pengucapan kata yang baik dan benar

(artikulasi)d. Melatih kekuatan suara

Kegiatan pengabdian ini dilaksanakandalam bentuk suatu pelatihan selama duaminggu mulai dari tanggal 12 Februari 2018hingga 25 Maret 2018 dengan anggotasebanyak 38 orang anak dan dilaksanakan diPanti Asuhan Elim Pematangsiantar. Haripertama dilaksanakan dengan Penyampaianmateri tentang penjabaran vokal dasar danteknik yang berkaitan dengan vokal dasarkemudian dilanjutkan dengan tanyajawab/diskusi tentang teknik vokal dasartersebut. Hari kedua dan selanjutnyadilaksanakan dengan melakukan prakteklangsung teknik vokal dasar dalam bernyanyi.

Langkah-langkah pelaksanaan kegiatanadalah sebagai berikut:a. Tim pengabdian melakukan sosialisasi awal

pelatihan, agar terjadi komunikasi timbalbalik tentang bagaimana cara yang efektifuntuk mengajak anak lebih senang

Kebijakan 1 (2) (2018) : 125 - 130126

Page 47: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

mengikuti proses pembelajaran teknikvokal dasar menyanyi ini untukmengembangkan wawasan danpengetahuan serta keterampilan mengenaiteknik vokal dasar dalam bernyanyi.

b. Tim pengabdian membahas tentang teknikvokal dasar secara teoritis denganmemberikan arahan dan ceramah sertadiskusi/tanya jawab kepada anak-anak PantiAsuhan Elim yang akan mengikutipelatihan.

c. Tim pengabdian memberikan arahan danbimbingan kepada anak-anak untukmempraktekkan atau melakukan simulasiteknik vokal dasar bernyanyi. Para pesertadibagi kedalam 4 kelompok berdasarkannada suara seperti Sopran, Alto, Tenor danBass.

Kegiatan yang dilakukan dalammencapai tujuan pengabdian kepadamasyarakat ini adalah sebagai berikut:a. Persiapan.

1) Mengurus surat izin dan surat tugasuntuk melaksanakan kegiatanpengabdian kepada masyarakat.

2) Menghubungi pimpinan Panti AsuhanElim Pematangsiantar untukmenetapkan jumlah peserta dan jadwalpelaksanaan pengabdian kepadamasyarakat.

b. Pelaksanaan.Kegiatan pengabdian kepada masyarakat inidilaksanakan selama dua minggu mulai daritanggal 12 Februari 2018 hingga 25 Maret2018 dengan anggota sebanyak 38 orang anakdan dilaksanakan di Rumah Doa Panti AsuhanElim Pematangsiantar.

HASIL DAN PEMBAHASANKegiatan pengabdian ini memberikan

pengaruh yang sangat baik dan positif terutamakepada anak-anak di Panti Asuhan ElimPematangsiantar.

Gambar 1. Anak-anak Panti Asuhan ElimPematangsiantar

Para peserta menunjukkan reaksi yangpositif terhadap teknik vokal dasar yang akandipraktekkan dengan menunjukkan mimikwajah yang ceria.

Narayana, 2016 menjelaskan semakinlama remaja tinggal di panti (cut off point > 4tahun) maka resiko untuk menjadi depresiringan 8,6 kali lebih besar daripada remajayang tinggal kurang dari atau sama dengan 4tahun dan semakin kecil usia remaja masuk kepanti (cut off point 13 tahun) maka resikoterkena depresi berat 7,96 kali lebih tinggidaripada remaja yang berusia 13 tahun ataulebih. Sehingga perlu di perhatikan usia pantiyang masih kecil yang masuk ke panti untuk diberikan perhatian khusus untuk mengurangipotensi berkembang menjadi depresi berat.Sehingga kegiatan pelatihan vokal dasar untukbernyanyi ini sangat mendukung dalammengurangi tingkat depresi anak.

Gambar 2. Melakukan Praktik Vokal Dasar

Sebelum melakukan pelatihan praktikdasar bernyanyi dilakukan pemanasansebelumnya agar pita suara tidak mengalamikerusakan yang dapat mempengaruhi kualitasbernyanyi.

Gambar 3. Praktik Melatih kekuatan suara

127Pelatihan Vokal Dasar Anak-Anak Panti Asuhan Elim Pematangsiantar¹Jubelando O Tambunan dan ²Deswidya Sukrisna Hutauruk

mengikuti proses pembelajaran teknikvokal dasar menyanyi ini untukmengembangkan wawasan danpengetahuan serta keterampilan mengenaiteknik vokal dasar dalam bernyanyi.

b. Tim pengabdian membahas tentang teknikvokal dasar secara teoritis denganmemberikan arahan dan ceramah sertadiskusi/tanya jawab kepada anak-anak PantiAsuhan Elim yang akan mengikutipelatihan.

c. Tim pengabdian memberikan arahan danbimbingan kepada anak-anak untukmempraktekkan atau melakukan simulasiteknik vokal dasar bernyanyi. Para pesertadibagi kedalam 4 kelompok berdasarkannada suara seperti Sopran, Alto, Tenor danBass.

Kegiatan yang dilakukan dalammencapai tujuan pengabdian kepadamasyarakat ini adalah sebagai berikut:a. Persiapan.

1) Mengurus surat izin dan surat tugasuntuk melaksanakan kegiatanpengabdian kepada masyarakat.

2) Menghubungi pimpinan Panti AsuhanElim Pematangsiantar untukmenetapkan jumlah peserta dan jadwalpelaksanaan pengabdian kepadamasyarakat.

b. Pelaksanaan.Kegiatan pengabdian kepada masyarakat inidilaksanakan selama dua minggu mulai daritanggal 12 Februari 2018 hingga 25 Maret2018 dengan anggota sebanyak 38 orang anakdan dilaksanakan di Rumah Doa Panti AsuhanElim Pematangsiantar.

HASIL DAN PEMBAHASANKegiatan pengabdian ini memberikan

pengaruh yang sangat baik dan positif terutamakepada anak-anak di Panti Asuhan ElimPematangsiantar.

Gambar 1. Anak-anak Panti Asuhan ElimPematangsiantar

Para peserta menunjukkan reaksi yangpositif terhadap teknik vokal dasar yang akandipraktekkan dengan menunjukkan mimikwajah yang ceria.

Narayana, 2016 menjelaskan semakinlama remaja tinggal di panti (cut off point > 4tahun) maka resiko untuk menjadi depresiringan 8,6 kali lebih besar daripada remajayang tinggal kurang dari atau sama dengan 4tahun dan semakin kecil usia remaja masuk kepanti (cut off point 13 tahun) maka resikoterkena depresi berat 7,96 kali lebih tinggidaripada remaja yang berusia 13 tahun ataulebih. Sehingga perlu di perhatikan usia pantiyang masih kecil yang masuk ke panti untuk diberikan perhatian khusus untuk mengurangipotensi berkembang menjadi depresi berat.Sehingga kegiatan pelatihan vokal dasar untukbernyanyi ini sangat mendukung dalammengurangi tingkat depresi anak.

Gambar 2. Melakukan Praktik Vokal Dasar

Sebelum melakukan pelatihan praktikdasar bernyanyi dilakukan pemanasansebelumnya agar pita suara tidak mengalamikerusakan yang dapat mempengaruhi kualitasbernyanyi.

Gambar 3. Praktik Melatih kekuatan suara

127Pelatihan Vokal Dasar Anak-Anak Panti Asuhan Elim Pematangsiantar¹Jubelando O Tambunan dan ²Deswidya Sukrisna Hutauruk

mengikuti proses pembelajaran teknikvokal dasar menyanyi ini untukmengembangkan wawasan danpengetahuan serta keterampilan mengenaiteknik vokal dasar dalam bernyanyi.

b. Tim pengabdian membahas tentang teknikvokal dasar secara teoritis denganmemberikan arahan dan ceramah sertadiskusi/tanya jawab kepada anak-anak PantiAsuhan Elim yang akan mengikutipelatihan.

c. Tim pengabdian memberikan arahan danbimbingan kepada anak-anak untukmempraktekkan atau melakukan simulasiteknik vokal dasar bernyanyi. Para pesertadibagi kedalam 4 kelompok berdasarkannada suara seperti Sopran, Alto, Tenor danBass.

Kegiatan yang dilakukan dalammencapai tujuan pengabdian kepadamasyarakat ini adalah sebagai berikut:a. Persiapan.

1) Mengurus surat izin dan surat tugasuntuk melaksanakan kegiatanpengabdian kepada masyarakat.

2) Menghubungi pimpinan Panti AsuhanElim Pematangsiantar untukmenetapkan jumlah peserta dan jadwalpelaksanaan pengabdian kepadamasyarakat.

b. Pelaksanaan.Kegiatan pengabdian kepada masyarakat inidilaksanakan selama dua minggu mulai daritanggal 12 Februari 2018 hingga 25 Maret2018 dengan anggota sebanyak 38 orang anakdan dilaksanakan di Rumah Doa Panti AsuhanElim Pematangsiantar.

HASIL DAN PEMBAHASANKegiatan pengabdian ini memberikan

pengaruh yang sangat baik dan positif terutamakepada anak-anak di Panti Asuhan ElimPematangsiantar.

Gambar 1. Anak-anak Panti Asuhan ElimPematangsiantar

Para peserta menunjukkan reaksi yangpositif terhadap teknik vokal dasar yang akandipraktekkan dengan menunjukkan mimikwajah yang ceria.

Narayana, 2016 menjelaskan semakinlama remaja tinggal di panti (cut off point > 4tahun) maka resiko untuk menjadi depresiringan 8,6 kali lebih besar daripada remajayang tinggal kurang dari atau sama dengan 4tahun dan semakin kecil usia remaja masuk kepanti (cut off point 13 tahun) maka resikoterkena depresi berat 7,96 kali lebih tinggidaripada remaja yang berusia 13 tahun ataulebih. Sehingga perlu di perhatikan usia pantiyang masih kecil yang masuk ke panti untuk diberikan perhatian khusus untuk mengurangipotensi berkembang menjadi depresi berat.Sehingga kegiatan pelatihan vokal dasar untukbernyanyi ini sangat mendukung dalammengurangi tingkat depresi anak.

Gambar 2. Melakukan Praktik Vokal Dasar

Sebelum melakukan pelatihan praktikdasar bernyanyi dilakukan pemanasansebelumnya agar pita suara tidak mengalamikerusakan yang dapat mempengaruhi kualitasbernyanyi.

Gambar 3. Praktik Melatih kekuatan suara

127Pelatihan Vokal Dasar Anak-Anak Panti Asuhan Elim Pematangsiantar¹Jubelando O Tambunan dan ²Deswidya Sukrisna Hutauruk

Page 48: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

Anak-anak panti asuhan yang mengikutikegiatan pelatihan ini menunjukkan perhatianyang sangat tinggi terhadap materi pengabdianyang disampaikan oleh tim pengabdian. Parapeserta juga aktif bertanya danmengungkapkan masalah-masalah yangdialaminya selama mengikuti latihan vokalsuara.

Gambar 4. Mengulang Vokal Suara

Para peserta terlihat kompak saatmelatih dan mengulang berkali-kali vokalsuara mereka bersama tim lainnya baik timsopran, alto, tenor maupun bass.

Workshop pelatihan vokal dasar dalamupaya peningkatan keterampilan bernyanyidilaksanakan untuk Anak Panti Asuhan ElimPematangsiantar. Semua kegiatan berjalansesuai dengan jadwal acara yang telah disusunsebelumnya.

Tabel 1. Jumlah Peserta PelatihanJumlahPeserta

Yang TelahPaham

Yang KurangPaham

38 orang 16 0rang 22 orang

Dari 38 orang peserta pelatihan, 16orang yang sudah paham mengenai teknikvokal dasar bernyanyi dan telah mampumempraktekkannya dalam bernyanyi dengancara memproduksi suara yang baik dan benar,sehingga suara yang keluar terdengar jelas,indah, merdu, dan nyaring. Hal ini didukungdalam kegiatan bernyanyi tujuannya dapatmembuat siswa menjadi segar (Yonathan,2013).

Yang lainnya masih sedikit memahamimengenai metode tersebut dan belum mampu

menerapkan secara langsung sehingga harusdilatih lagi berulang-ulang.

Namun secara keseluruhan antusias anakdalam kegiatan pelatihan ini sangat tinggi danpositif. Mereka tertarik dalam mengikutipelajaran dan pelatihan yang diberikan.

Terdapat beberapa faktor yangmempengaruhi produksi suara:- Tempo / speed / kecepatan- Power / kekuatan- Volume (adjustable)- Tone / tinggi-rendah suara- Timbre / karakteristik / warna suara- Olah nafas, ideal dengan nafas perut- Kondisi Fisik dan Emosi/Psikologis

Pengetahuan dan keterampilan anaksebelum dilaksanakan pelatihan masih kurang,namun setelah diberikan arahan dan pelatihan,nampak peningkatan pengetahuan danketerampilan mereka secara signifikan.Terlihat bahwa mereka telah mampumempraktekkan teknik vokal dasar dalambernyanyi. Mereka mampu mengatur tempo,volume, tone, power, olah nafas dan timbre.

Setelah adanya pelatihan ini, diharapkanpeserta pelatihan dapat memanfaatkanpengetahuan dan keterampilan ini untukmengoptimalkan, mengimplementasikanteknik vokal dasar dalam bernyanyi serta dapatmenjadi bahan serta persiapan yang baik padasaat mengikuti paduan suara baik lokal,nasional bahkan internasional terkhusus diPanti Asuhan Elim Pematangsiantar.

Secara umum kegiatan pengabdiankepada masyarakat yang dilaksanakan oleh timpengabdian masyarakat ini tidaklahmenemukan kendala yang cukup berarti, dalamartian bahwa pelaksanaan kegiatan ini cukuplancar. Hanya saja karena keterbatasan danauntuk pelaksanaan pengabdian ini, makamenyebabkan keterbatasan bentuk, jenis, danwaktu pelaksanaan kegiatan.

KESIMPULANDapat disimpulkan bahwa kegiatan

pelatihan ini mampu meningkatkan apresiasianak Panti Asuhan Elim Pematangsiantarmelalui pelatihan vokal dasar. Kemampuananak mengenai teknik vokal dasar bernyanyisecara umum sudah meningkat setelahdilaksanakannya pelatihan yang terbentukmelalui penerapan/praktek teknik vokal dasarsecara langsung dengan respon anak yangcukup baik. Dimana 16 orang anak dari 38orang telah paham mengenai teknik vokal

Kebijakan 1 (2) (2018) : 125 - 130128

Page 49: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

dasar bernyanyi dan telah mampumempraktekkannya dalam bernyanyi dengancara memproduksi suara yang baik dan benar,sehingga suara yang keluar terdengar jelas,indah, merdu, dan nyaring. Anak-anak yangmengikuti pelatihan secara keseluruhanmenunjukkan antusias yang tinggi dan positifterhadap kegiatan ini. Peningkatanpengetahuan dan keterampilan ini menjadistimulan agar anak-anak dilingkungan PantiAsuhan khususnya Panti Asuhan ElimPematangsiantar tidak mengalami stres dandepresi serta dapat menjadi bahan persiapanmengikuti paduan suara hingga tingkatInternasional.

Perlu adanya program pelatihan lanjutanyang masih berhubungan dengan teknik vokaldasar yaitu pelatihan choral untuk semakinmenambah pengetahuan dan peningkatanketerampilan anak dalam bernyanyi.

SARANMelihat kegiatan pelatihan vokal dasar

merupakan kegiatan yang bermanfaat untukmengurangi tingkat stres dan depresi bagianak-anak yang berada dilingkungan pantiasuhan, maka diharapkan adanya partisipasiPemerintah Daerah dalam mendukungpelaksanaan kegiatan pelatihan vokal terhadapPantai Asuhan yang ada di daerah untukmeningkatkan wawasan pengetahuan dankeceriaan anak-anak yang mengalami stres dandepresi karena kehilangan orang tuanya.

DAFTAR PUSTAKAAnita, A. U. L. 2013. Upaya MeningkatkanTeknik Vokal Pada Paduan Suara InovatifDengan Menggunakan Metode Imitasi DanDrill.Yogyakarta : Fakultas Bahasa dan Seni.

Fithrah R., Toruan J., Maestro E. 2012.Peningkatan Kemampuan Bernyanyi MelaluiSolfegio Dalam Pembelajaran Vokal di ManLubukalung. Padang : Fakultas Bahasa danSeni.

Kurnianingsih W. 2013. Pembelajaran Vokaldi Purwacaraka Musik Studio Semarang.Semarang : Fakultas Bahasa dan Seni.

Rahmawati I, Haroen H, Juniarti N. 2008.Perbedaan Tingkat Stres Sebelum DanSesudah Terapi Musik Pada Kelompok RemajaDi Panti Asuhan Yayasan Bening Nurani

Kabupaten Sumedang. Padjajaran : FakultasIlmu Keperawatan.

Rosmaniah S M., Myliartini R., Sukmayadi Y.2013. Studi Tentang Kontrol Nada DalamPembelajaran Vokal Tingkat Dasar Di PurwaCaraka Music Studio Cimahi.Jurnal : Vol 1,No.3, Desember 2013.

Silaen HT. 2006. Praktek Instrumen Mayor I-Vokal. Yogyakarta : Fakultas Bahasa dan Seni

Sukma C A P. 2016. Pembelajaran tehnikvokal dalam bernyanyi Pada anak usia 8-10tahun di sriwijaya musik yogyakarta.Yogyakarata : Fakultas Seni Pertunjukan

Wedia D. 2015. Teknik Vokal Dan TeknikBerbicara Dan Aplikasinya Pada DuniaPendidikan. Pemerhati pendidikan, sarjanaperencanaan pendidikan

129Pelatihan Vokal Dasar Anak-Anak Panti Asuhan Elim Pematangsiantar¹Jubelando O Tambunan dan ²Deswidya Sukrisna Hutauruk

Page 50: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

Kebijakan 1 (2) (2018) : 125 - 130130

This page is intentionally left blank

Page 51: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

SASTRA DAN KOTA :PANDANGAN KOTA DALAM PUISI

(LINGUISTICS AND CITY :CITY VIEW IN A POETRY)

Intan Maulina, S.Pd, M.S

Staf Pengajar Universitas EFARINA Pematangsiantar Jl. Sudirman No.8 [email protected]

Diterima : 28 April 2018; Direvisi 29 Mei 2018; Disetujui 26 Juni 2018

ABSTRAK

Sastra dan Kota memiliki hubungan yang sangat romantis, itulah sebabnya banyak karya sastrayang dilatarbelakangi dengan persoalan-persoalan pada masyarakat perkotaan. Tidak hanyamasalah bahkan gambaran tentang kota itu sendiri. Secara umum, tulisan ini bertujuan untukmendapatkan gambaran bagaimana perubahan sosial budaya yang diakibatkan oleh arusurbanisai dan modernism yang terjadi dan dialami masyarakat kota. Secara khusus, karya sastrayang dibahas dalam artikel ini adalah kumpulan puisi yang ditulis oleh Isbedy Stiawan ZS. Ada6 buah puisi yang dibahas keenamnya mewakili masalah-masalah yang muncul dari lingkunganpaling dekat pengarang. Artikel ini juga membuktikan bahwa karya sastra berfungsi sebagaimedium yang penting untuk mengkritik pembangunan dan perubahan dari kehidupanmasyarakat perkotaan.

Kata kunci : sastra kota, sastra Indonesia, puisi, modernisasi

ABSTRACT

Literature and the City have a very romantic relationship, which is why many literary works aremotivated by the problems in urban society. They are not only about human problems, but alsothe description of the city itself. In general this paper aims to get a potrait of how social andcultural changes influenced by the urbanism within the people in a city. Specifically, the literaryworks which are discussed inthis paper are poems written by Isbedy Stiawan ZS. There are sixpoems discussed six representing problems arising from the author's nearest environment. Thispaper also proofs that literary works function as an important medium to criticize thedepelopment and change of the society life in urban setting.

Keywords : urban literature, Indonesian literature, poetry, modernism

PENDAHULUANSastra adalah ungkapan pribadi manusia

yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan,ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentukgambaran konkret yang membangkitkanpesona dengan alat bahasa. Sehingga sastramemiliki unsur-unsur berupa pikiran,pengalaman, ide, perasaan, semangat,kepercayaan (keyakinan), ekspresi atauungkapan, bentuk dan bahasa Sumardjo &Saini (1997: 3-4)

Selain itu, sastra juga merupakan salahsatu hasil karya manusia untuk memenuhikebutuhannya. Manusia yang hidup di duniaini memerlukan banyak kebutuhan, sepertimakanan, pakaian agar tidak kedinginan,rumah agar tidak kehujanan dan kepanasan,manusia juga perlu ilmu kedokteran agar tidakjatuh sakit dan manusia perlu hiburan agarmendapat kesenangan. Manusia perlu berpikirdan mencipta untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya itu. Maka munculah karyasastra. Ada kebutuhan manusia yang berupa

©2018 Bappeda Kota Pematangsiantar [email protected]

Page 52: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

kebendaan, ada pula kebutuhan manusia yangbersifat kerohanian seperti aturan-aturan hidupdalam hidup bersama, kesenian untuk hiburan.Semua hasil kerja manusia untuk memenuhikebutuhannya itu disebut kebudayaan.

Karya sastra adalah suatu fenomenasosial. Karya sastra terkait dengan pembacadan segi kehidupan manusia yang diungkapkandi dalamnya. Karya sastra sebagai fenomenasosial tidak hanya terletak pada segipenciptaannya tetapi pada hakikat karya itusendiri sebagai reaksi sosial seorang penulisterhadap fenomena sosial yang dihadapimendorong ia menulis karya sastra. Oleh sebabitu, mempelajari karya sastra berartimempelajari suatu kehidupan sosial, mengkajimanusia, kehidupan, budaya, ideologi,perwatakan, bahkan menyangkut masalah-masalah lain yang lebih luas yang terkaitdengan kehidupan manusia (Semi, 1990: 53).

Sastra juga merupakan bagian bentukbudaya yang universal. Sastra merupakanproduk karya seni kreatif dan yang menjadiobjek adalah manusia dengan segalapermasalahan dan disampaikan atau diwadahioleh bahasa yang khas dan mengandung nilaiestetik. Sastra tidak pernah sama antara satutempat di dunia ini dengan tempat lain, tidakpernah sama antara waktu dengan waktu yanglain. Selain itu, karya sastra merupakan suatutiruan alam, mimesis, tetapi juga merupakansuatu produk imajinasi dan produk kreativitas(Semi, 1990: 53).

Ahmadi (2003:228) juga menjelaskanbahwa masyarakat perkotaan sering disebutjuga urban community. Pengertian masyarakatkota lebih ditekankan pada sifat-sifatkehidupannya serta ciri-ciri kehidupannyayang berbeda dengan masyarakat pedesaan.Perhatian khusus masyarakat kota tidakterbatas pada aspek-aspek seperti pakaian,makanan, dan perumahan, tetapi mempunyaiperhatian lebih luas lagi. Orang-orang kotasudah memandang penggunaan kebutuhanhidup, artinya tidak hanya secukupnya atau apaadanya. Hal itu disebabkan oleh karenapandangan warga kota sekitarnya. Hartomodan Aziz (1999:237-248) menjelaskan cirisosial masyarakat kota adalah memiliki lapisansosial ekonomi yang berbeda, individualisme,toleransi yang lemah, terdapat jarak sosial, danpenilaian sosial yang juga berbeda.

Masyarakat perkotaan yang lelah denganbanyak pekerjaan yang dihadapi padakeseharian ingin mencari pelarian dari

penatnya kesibukan, maka mereka senangduduk di kafe-kafe. Belakangan kafe tempatmeminum kopi mulai menjamur di perkotaan,tidak terkecuali Kota Pematangsiantar. Bahkankafe tidak hanya dijadikan tempatberkumpulnya para anak muda namun jugamenjadi gaya hidup bagi sebagian masyarakatperkotaan. Banyak juga dijumpai rapat tidaklagi diadakan di ruangan kantor namun direstoran atau pun kafe. Fenomena ini juga lahyang menjadikan kafe menjamur di perkotaan.

Sastra dan kota memiliki hubungan yangsangat erat, di mana biasanya di kota lahdilakukan produksi sastra, seperti percetakan,pendidikan, distribusi dan perekonomian. Kotajuga banyak dijadikan latar dalam cerita disebuah karya sastra, seperti penokohan, jugakonflik kehidupan masyarakatnya. Artikel iniakan membahas tentang gambaran sebuah kotadalam buku puisi yang di tulis oleh IzbedyStiawan ZS yang berjudul Kota, Kita danMalam. Buku puisi ini terdiri dari 47 judulpuisi. Isbedy Stiawan ZS adalah salah seorangsastrawan senior yang lahir di Tanjungkarang,Lampung. Beliau tidak hanya menulis puisinamun juga cerpen, esai dan karya jurnalistikdi sejumlah media massa terbitan Jakarta dandaerah.

Penelitian dan karya ilmiah tentanghubungan karya sastra dengan fenomenamasyarakat kota memang belum terlalu banyakdilakukan, namun sudah sering menjadipembahasan oleh para kritikus sastra danpeneliti. Sebagai contoh peneliti sebelum sayayaitu Sudarmoko (2012), pernah membuatpenelitian tentang Sastra, Kota, dan SumateraBarat : Perubahan Masyarakat Perkotaandalam Karya Sastra. Dalam tulisannyaSudarmoko meneliti tentang perubahan yangterjadi pada masyarakat kota di SumateraBarat, tulisan ini bertujuan untuk mendapatkangambaran bagaimana perubahan sosial budayayang diakibatkan oleh arus urbanisasi danmodernisme yang terjadi dan dialami olehmasyarakat Sumatera Barat. Secara khusus,karya sastra yang dibahas dalam artikel adalahprosa yang ditulis oleh para pengarang dariSumatera Barat.

Yopi Ahmais Sakinah (2017) dalamartikelnya juga pernah menuliskan tentangPotret Sosial Masyarakat Desa DanMasyarakat Kota Dalam Novel Bekisar MerahKarya Ahmad Tohari.Artikel ini memuattentang permasalahan kehidupan sosialmasyarakat desa dan masyarakat kota dalam

Kebijakan 1 (2) (2018) : 131 - 138132

Page 53: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

novel Bekisar Merah karya Ahmad Tohari.Tujuan penelitian ini adalah untukmendeskripsikan potret sosial masyarakat desadan kota dalam novel dan kaitannya denganrealitas yang ada di tengah masyarakat. Hasilpenelitian ini ditemukan bahwa masyarakatdesa memiliki sikap homogenitas sosial,hubungan primer akrab, kontrol sosial erat,gotong royong baik, ikatan sosial ketat, magisreligius, dan pola kehidupan sama. Padamasyarakat kota ditemukan pelapisan sosialekonomi berbeda, individualisme, toleransisosial yang kurang, jarak sosial, dan penilaiansosial berbeda. Potret sosial masyarakat desadan kota dalam novel memiliki kaitan yangerat dan nyata dengan realitas masyarakatsebenarnya.

METODEMetode merupakan cara kerja dalam

memahami obyek yang menjadi sasaranpeneltian. Peneliti dapat memilih salah satudari berbagai metode yang ada sesuai dengantujuan, sifat, obyek sifat ilmu atau teori yangmendukungnya. Dalam penelitian, objeklahyang menentukan metode yang akandigunakan (Koentjaraningrat, 1977-8).

Untuk menyelesaikan penelitian ini,peneliti menggunakan metode deskriptif.Menurut Ratna (2007:39), metode analisisdeskriptif adalah metode yang digunakandengan cara menganalisis dan menguraikandata untuk menggambarkan keadaan objekyang diteliti yang menjadi pusat perhatianpenelitian. Metode deskriptif digunakan untukmendeskripsikan gejala, peristiwa, kejadianyang terjadi pada saat penelitian berlangsung(Sudjana dan Ibrahim, 1989: 64). Penelitianyang menggunakan metode deskriptif analisistidak terbatas pada pengumpulan data danpenyusunan data, tetapi meliputi interpretasidari data tersbut (Surakhmad, 1994:139).Sedangkan menurut Sukmadinata (2009:72),penelitian deskriptif adalah suatu bentukpenelitian yang paling dasar, yang bertujuanuntuk mendeskripsikan atau menggambarkanfenomena-fenomena yang ada, baik fenomenayang bersifat alamiah atau pun rekayasamanusia.

Dengan kata lain, metode deskriptifadalah suatu metode yang digunakan untukmendeskripsikan keadaan objek yang ditelitidengan menguraikan hal-hal yang menjadipusat perhatian dan mendukung objekpenelitian tersebut. Penelitian deskriptif tidak

memberikan perlakuan, manipulasi, ataupengubahan pada variable-variabel bebas,tetapi menggambarkan suatu kondisi apaadanya. Metode deskriptif ini disertai dengankegiatan analisis agar diperoleh pemahamandan pembahasan yang mendalam mengenaistatistika dan nilai budaya yang terdapat dalampuisi dan kemungkinan untuk digunakansebagai bahan riset di dalam duniakesusastraan.

Dalam penelitian ini yang menjadipopulasi dan sampel adalah karya sastra dalambentuk puisi yaitu buku karya Izbedy StiawanZS yang berjudul Kota, Kita dan Malam yangterdiri dari 47 judul puisi. Peneliti memilihpuisi ini sebagai sumber data dalam penelitianini karena pertimbangan penulis terhadap bukupuisi ini yang memiliki pesan tersendiri dantepat untuk dijadikan jurnal tentang pengaruhpuisi dan kota. Dalam menentukan sampelpenelitian ini sesuai dengan tujuan penelitian,peneliti menggunakan teknik penyampelanpurposive atau purposive sampling, yakniteknik penentuan sampel berdasarkan tujuanpenelitian. Teknik ini digunakan apabilapeneliti mempunyai pertimbangan tertentudalam menetapkan sampel sesuai dengantujuan penelitiannya. Sampel ditentukan sesuaikarakter puisi untuk dijadikan sebagai bahananalisis.

Untuk mendapatkan data yang memadaipenelitian ini menggunakan teknikdokumentasi. Data utama adalah berupakumpulan puisi Kota, Kita, Malam karyaIsbedy Stiawan ZS. Adapun tambahanpengumpulan data dalam penelitian ini sebagaiberikut :a. Memilih puisi-puisi yang dijadikan bahan

utama objek penelitian.b. Menentukan puisi-puisi untuk dijadikan

objek penelitian.Pengumpulan data dilakukan dengan

teknik dokumentasi, yaitu studi pustaka.Teknik ini dilakukan untuk menggali teoriyang relevan dengan hal-hal yang dikaji dalampenelitian ini yaitu menemukan data yangberhubungan dengan potret sosial masyarakatkota yang terdapat dalam puisi Kota, Kita,Malam, karya Isbedy Stiawan ZS, kemudianmenganalisis dan menunjukkan data tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASANDari 47 jumlah puisi dalam buku Isbedy

Stiawan ZS ini ada 15 puisi yang menceritakantentang kota secara puitis, lalu diambil sebagai

133Sastra Dan Kota :Pandangan Kota Dalam PuisiIntan Maulina, S.Pd., M.S

Page 54: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

contoh yang paling mudah dipahami danmendeskripsikan kota dengan lebih estetik ada6 judul puisi, teknik analisis data yangdilakukan dalam penelitian ini adalah :a. Menemukan data yang berhubungan

dengan potret sosial masyarakat kota yangterdapat dalam puisi Kota, Kita, Malamkarya Isbedy Stiawan ZS,

b. Menganalisis datac. Pembahasan datad. Menyimpulkan hasil temuan, dane. Menulis laporan penelitian

Berikut adalah keenam puisi yangditemukan dan berhubungan dengan potretsosial masyarakat kota atau urban communityyang terdapat dalam buku Isbedy Stiawan ZS,yaitu:1. Kota Asing, mengungkap sisi

tersembunyi masyarakat perkotaan.“Selamat malam, kota yang kurinduKini dalam pelukku,” katamu

Lalu jalan, lelampu, simpang tiga danTaman di tengah kota bagai lembarBuku terbuka minta ditulis. MungkinKisah perjalananmu atau cemasDan kesal

Sebagai malam aku melihatmu. TerbenamDi ini kota. Mandi lelampu, basah olehjalan yang tak sahabat. Kau memanggilkerabat, tapi tak juga ada tanganyang ingin menyalamimu

kota ini amat asingsesepi saat tanpa kawan

/21 September 2016

Dalam puisi yang berjudul Kota Asingini pada bait pertama Isbedy Stiawan ZS sudahmenyuguhkan cerita tentang kota yangdirindukan oleh tokoh utama, “Selamat malam,kota yang kurindu kini dalam pelukku,”bagaimana kota yang biasanya dipenuhidengan kerumitan ternyata saat ditinggalkanjuga bisa membuahkan rindu. Isbedymenceritakan tentang sosok yang telah lamapergi dan akhirnya bisa kembali ke kotanya,namun kota itu tak lagi sama seperti dulu.

Pada bait kedua yang berisi, “Lalu jalan,lelampu, simpang tiga dan taman di tengahkota bagai lembar buku terbuka minta ditulis.Mungkin kisah perjalananmu atau cemas dankesal,” dari potongan puisi ini pembaca dapat

merasakan bagaimana kehidupan masyarakatdi perkotaan. Bagaimana pengarang mencobamenggambarkan sebuah kota melalui jalan,lelampuan, persimpangan juga taman yangberada di tengah kota. Diceritakan jalananyang sepi begitu tidak bersahabat denganmasyarakat, juga para saudara yangdigambarkan melalui kerabat ternyata sudahtak lagi saling perduli. Sebuah kota yangsesungguhnya begitu ramai seharusnyadigambarkan dalam sebuah tulisan ini namunternyata bagi sebagian orang justru kotamembawa kesepian yang asing bagi mereka.Saling tidak perduli, tidak lagi ingin kenalmana saudara atau tetangga, semua saling tidakperduli.

Hartomo dan Aziz (1999:237)menjelaskan bahwa masyarakat kotamerupakan masyarakat yang memilikitoleransi yang lemah. Segala persoalan yangterjadi pada anggota masyarakat lain, tidakterlalu mengundang simpati. Hal inidikarenakan masyarakat kota memilikikesibukan sendiri-sendiri dan mengurangiperhatian terhadap sesamanya.

2. Hanya Menungu, menunjukkankehidupan perkotaan melalui kemajuantransportasi.

Kita hanya menunggusedang halte dan jalanterus menjauhtanpa bus berkunjung

Jalanlah yang bergeraksedang kita hanya menantisampai bus datanglalu mengangkut ke entah

Kita hanya menungguya, hingga kau datangsekedar berdendang

/18.9.2016

Dalam puisi Hanya Menunggu ini padabait pertama dan kedua Isbedy menceritakantentang halte dan bus, di mana biasanya inimenunjukkan bahwa sebuah kota telah ditatasedemikian rapi bahkan tempat untukmenunggu bus pun sudah ditetapkan dan keduahal ini tentu hanya bisa ditemui di perkotaan.Disini Isbedy sengaja menulis kata bus tidakdengan angkutan kota sebab pasti di beberapa

Kebijakan 1 (2) (2018) : 131 - 138134

Page 55: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

kota besar akan lebih banyak menggunakanbus dan tidak lagi angkutan kota karenaangkutan kota dinilai akan lebih seringmengundang kemacetan dan kecelakaan dijalan raya. Dan bus jika dipadupadankan dalamsebuah puisi lebih bernilai estetik untuk dibaca.

Hartomo dan Aziz (1999:237)menyatakan bahwa perbedaan status,kepentingan, dan situasi kondisi kehidupankota mempunyai pengaruh terhadap sistempenilaian yang berbeda mengenai gejala-gejalayang timbul di kota. Perbedaan kondisikehidupan memberikan penilaian yang berbedadi dalam masyarakat tersebut. Inilah yangterjadi dalam puisi yang berjudul HanyaMenunggu ini.

3. Mula Kucium Tanah, menggambarkankota tempat kelahiran yang telahberubah bahkan juga masyarakatnya.

Sebab di sini mula kucium tanahmaka tak kutingalkan kota inidan biarlah jalan dan segala tandamelengkapi namaku, akhir kelak

Meski ini kota sudah angkuhhampir melupakan ciuman pertamadi keningku, adzan dan takbirditelingaku

Sebagai ikatan kasih

Kini kota yang dulu kurasa ramahpelan-pelan jadi pongahjalan-jalan kehilangan rambu,nama-nama jalan kian asing.

Aku berputar-putarmeghabiskan umursebelum sampai padamu

/Kemiling 10 Agustus 2016

Dalam potongan puisi Mula KuciumTanah ini menceritakan bagaimana kota tempatkelahiran sudah tak lagi sama, seperti yangdituliskan dalam paragrap awal dan ke dua.Ditandai dengan awal lahir ia mencium aromatanah juga suara adzan dan takbir yang biasadikumandangkan di telinga seorang anak yangbaru saja lahir ke dunia. Ada sisi religiusdalam bait ini disisipkan oleh Isbedy, artinyamasa lalu di mana kemajuan belum seperti saat

ini masyarakat perkotaan juga masihmerupakan masyarkat yang religius.

Keramahan yang dulunya masih sangatmenjalari setiap warga tak lagi terlihat dalampuisi ini. Rambu jalanan yang dulunya menjaditanda pengenal di sudut-sudut kota tak lagitampak sama bahkan banyak bermunculannama-nama jalan yang baru akibatperkembangan kota yang begitu pesat.

Hartomo dan Aziz (1999:237)menyatakan bahwa masyarakat kota adalahmasyarakat yang individualis. Sikapindividualisme ini timbul karena perbedaanantara pendidikan dan status sosial. Sifatgotong-royong sudah jarang ditemui di kota.Masyarakat kota lebih rentan menyelesaikanmasalah sendiri tanpa harus bermusyawarahterlebih dahulu dengan anggota masyarakatlainnya. Tingkat pendidikan warga kota yangtinggi menyebabkan warga kota mampumenyelesaikan masalah dengan perorangan.

4. Jangan Jadikan Aku Batu di Kota Ini,menceritakan tentang modernitas,bencana alam juga kepentingan elit.

Jangan jadikan aku batudi kota ini--- sebongkahyang kelak kau ukirsebagai patung di taman

Sewaktu-waktu hanyamenunggu tamudatang dan pergi. tanpasenyuman,

Apalagi siuman--- tepi jelmakanaku sebagai air, hujan yangmenyejukkan. bukan banjirhingga kotaku ini tak bertanda

Bukit-bukit diruntuhkan, pantaiditimbun demi kota baru—ah,untuk kematian kami. sebuahkematian tak perlu kuburan;ombak akan mengubur---

Maka sekali lagi, janganjadikan aku batu. sebongkahyang kelak kau ukir sebagaipatung menemaniWalikota pada jam-jamKunjungan ke jalan-jalan

/10 Agustus 2016.

135Sastra Dan Kota :Pandangan Kota Dalam PuisiIntan Maulina, S.Pd., M.S

Page 56: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

Ketika sebuah kota dibangun tentu akanbanyak daerah yang dikeruk tanahnya, apakahitu berupa bukit atau pepohonan yang jugamenjadi korban dari pembangunan kota.Seperti yang dituliskan Isbedy pada bait keempat, pengarang ingin menceritakankeresahannya terhadap hal tersebut, sebab jikasemua tempat sudah dijadikan pembangunandan mengatasnamakan kepentinganmasyarakat, lalu demi pembangunan kotamaka pemerintah dan pemodal tak segan untukmenggerus habis pepohonan, meratakan bukit-bukit jika sudah demikian maka bencana jugatak segan untuk datang. Semisal banjir yangdisebabkan tidak ada lagi pepohonan, selokanyang tersumbat atau yang disebabkan olehsampah yang menggunung.

5. Di Sebuah Kota: Seulas Bibir, AromaKopi, kemajuan kota yang ditandaidengan banyaknya kafe dan tempathiburan.

Lalu malam: dan kota ini yang pertamakali kumasuki menebarkanparfum serta aroma kopi. “kaukahyang menyeduh dan kau sajikanuntukku di meja perjumpaan ini?”aku masih ragu. mungkin tamu lainlebih dulu datang lalu memesandua cangkir kopi dan seulas bibiryang dijumpai di jalan sebelumsampai di sini

Dan serasa akulah yang datanglebih dulu. menikmati seulasbibir dan secangkir kopi--- dipetik dari kebun sendiri ---

Sebuah kota yang ku kujungisaat malam menghampiri dan aku kianmenepi.di sudut detak jam di hamparan hampiryang kau tunggu

Jika kuinginkan secangkir,tak mesti kau sajikan seulas bibir--- aku masih lama di kota iniingin kuselipkan malam-malamku: kutitipkan kisahku agar suatuKelak kau membacanya ---

Dengan mata-hatimubukan caci-bencisebab pernah terluka

/8 Oktober 2016

Dalam puisi Di Sebuah Kota: SeulasBibir, Aroma Kopi ini cerita lebih berpusatpada tempat hiburan di mana sebuah kota majujuga bisa ditandai dengan banyaknya kafe-kafeatau warung kopi, tempat masyarakat biasanyabersosialisasi dengan teman sejawat atau punsekedar teman mengobrol. Dalam potonganpuisi pada bait pertama ini, “Lalu malam: dankota ini yang pertama kali kumasukimenebarkan parfum serta aroma kopi. “kaukahyang menyeduh dan kau sajikan untukku dimeja perjumpaan ini?” Isbedy menggambarkanhal yang begitu sering kita jumpai diperkotaan. Masyarakat kota yang seringberkumpul di tempat hiburan, lebih bersikapmodern, biasanya masyarakat kota ini akanberkunjung ke tempat hiburan hanya sekedaringin mencicipi kuliner atau sekadar minumkopi dan mengobrol dengan teman, atau bisajuga ingin mencari kekasih.

Tempat umum dan tempat hiburanseperti ini akan lebih berpeluang untukmenemukan seseorang yang dianggap spesial,bisa dengan kesamaan latar belakang atau punkarena memiliki hobi yang sama.

Di Pematangsiantar yang merupakankota yang sedang berkembang pesat ini jugabanyak bisa dijumpai tempat hiburan ataukafe-kafe tempat masyarakat kota biasaberkumpul. Di sekitar kampus, perkantoranatau pusat kota akan banyak ditemui tempat-tempat semacam ini.

6. Di Tiang Lampu Kau Bersandar, bentukmodernitas, masyarakat sosial dankemajuan pembangunan.

Di sebuah tiang lampu tengah kotakau bersandar. Ingin merengkuhseluruh keriuhan ke dalam senyummuhingga tak ada lagi lekuk

Dari tubuh kota yang sebelumnyacuma kau singgahi dari mimpi; kotakembar--- orang-orang menyebut--- takbertepi, juga bebukitan dan berlurah

Di kota yang hanya memiliki dua jalanutama dan ribuan jebakan, kau akanjadi tikus

Bersandar di sebuah tiang lampu jalan

Kebijakan 1 (2) (2018) : 131 - 138136

Page 57: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

hanya menanti giliran kematiansebelum siang atau selepas malam

/Lamban Sastra, 5 Oktober 2016

Dalam puisi Di Tiang Lampu KauBersandar ini pengarang coba menceritakan disetiap baitnya bagaimana tiang-tiang padatengah kota menjadi saksi dan puncak lampu-lampu jalanan yang indah bisa menjadi begitupuitis. Di kota juga selalu dijumpai jalan utamayang panjang dan lebar dengan sebuah namayang mudah dicari, namun ketika harusmemasuki jalanan kecil maka tentu akan mulaidibingungkan dengan nama-nama jalanan apalagi bagi orang asing. Digambarkan di sinibahwa siapa saja bisa tersesat jikamemasukinya.

Kaitan Antara Sastra Dan KotaMasyarakat kota memiliki lapisan

kehidupan yang berbeda, sehinggamenyebabkan penilaian yang berbeda pula,penggambaran mengenai wilayah perkotaansebagai latar dan sumber masalah yang banyakdiolah dalam karya sastra merupakan hal yanglumrah bagi para penyair, secara umum yangmenjadi pilihan bagi penyair itu sendiri adalahhal-hal yang berkaitan dengan kehidupanpribadi. Dapat ia rasakan, kemudian dapatmenciptakan karakter dari apa yang iabanyangkan dengan latar belakang budaya,visualisasi dan deskripsi baik melalui karyasastra, bahasa dan penyelesaian konflik yangterjadi di dalam tulisan tersebut.

Dengan demikian, berdasarkan karyasastra yang dibahas dalam artikel ini, kemajuanyang telah diperoleh dalam modernitas,terutama dalam masyarakat perkotaan, diikutioleh berbagai perubahan dan masalah yangharus disadari oleh masyarakat. Sifat dinamisdan kompleks yang tergambar dalammasyarakat perkotaan, dibandingkan denganmasyarakat pedesaan atau rural, memberikanruang yang lebar bagi sastrawan untuk ikutserta mengingatkan dalam karya-karya mereka.Kehidupan di perkotaan tentu memilikikompleksitas yang berbeda.

KESIMPULANSastra tidak bisa dipisahkan dari

kehidupan manusia, sebagaimana majunyasuatu bangsa justru masyarakatnya akan lebihmencintai kemajuan peradaban termasuk

melalui sastra. Masyarakat di kota dituntutlebih paham tentang sastra. Dari banyaknyakarya sastra tentu ada juga yang menceritakanlatar belakang kisahnya yaitu berupa suasanadi perkotaan. Termasuk kumpulan puisi karyaIsbedy Stiawan ZS ini dengan judul Kota, Kita,Malam. Buku ini dibagi menjadi tiga temayaitu Kota dibagian awal, kemudian Kitadibagian kedua, lalu Malam pada bagian akhir.

Di bagian pertama inilah terdapat 15puisi bertemakan kota namun penelitimengambil 6 puisi yang paling berkesan danbegitu indah. Dari ke 6 puisi ini bisadideskripsikan bagaimana sebenarnyakehidupan di kota, tentang masyarakatnya,tentang lapu-lampu jalanan, tentang padatnyabangunan yang terlalu cepat tumbuhmenjadikan tokoh dalam cerita tersebutmenjadi asing pada kota kelahirannya sendiri.

Banyaknya persoalan masyarakat kota,seperti dampak modernisme, gaya hidup,pekerjaan, norma, produk kebudayaan populer,hingga kemajuan teknologi, telah membawaperubahan penting dalam masyarakat. Selainsisi baik dari perubahan-perubahan tersebut,terdapat banyak sisi kelam dan akibat burukyang ditimbulkan. Kehadiran karya sastra yangmengangkat isu dan tema urban atau perkotaanmerupakan pengingat, yang dapat dijadikanbahan pertimbangan untuk memikir ulangsituasi yang telah dan sedang terjadi. Pembacadapat membandingkan perubahan-perubahanyang terjadi dalam masyarakat di kota-kotabesar dengan kota-kota menengah dan keciljuga di pedesaan. Karya sastra yang dianalisisdalam tulisan ini sebagian besar mengungkapfenomena urbanisme dalam kota.

SARANDalam ke 6 puisi ini kita bisa melihat

pertumbuhan sebuah kota, karena inilahpersoalan-persoalan yang dihadirkan dalampuisi-puisi di buku ini tidak asing bagipembaca. Sebab itu, kita, pembaca, dapatmengapresiasi dan mengaitkan persoalan yangada dengan karya sastra tersebut, serta mencaribenang merah, lalu menumbuhkan kesadaranterhadap situasi yang ada.

Sebagaimana kota tempat kita yaituPematangsiantar yang sedang bertumbuhkembang, mulai dari banyaknya bangunanyang kian marak dibangun, juga tempathiburan dan kafe-kafe yang menunjukkansalah satu tolak ukur kota tersebut sedangberkembang. Kafe-kafe menjadi tempat favorit

137Sastra Dan Kota :Pandangan Kota Dalam PuisiIntan Maulina, S.Pd., M.S

Page 58: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

masyarakat kota untuk bersosialisasi danmelakukan rapat-rapat membicarakan proyekbaru atau pun untuk mencari hiburan semata.

Persoalan masyarakat kota yangkompleks dan mulai tidak perduli sesama bisaperlahan dihindari atau dikurangi denganmengadakan kegiatan sosial bersama, baiktentang kebudayaan, atau juga dapat disentuhlewat apresiasi sastra. Kegiatan ini bisadilakukan di tempat-tempat umum, semisalpembacaan puisi atau menampilkanpementasan drama di kafe-kafe.

Seiring berkembangnya jaman, minatbaca masyarakat kota juga tentu akanmeningkat, dalam beberapa hal PemerintahKota Pematangsiantar dapat turut bersamamembangun peradaban sastra dalam kotamelalui:1. Turut aktif mendukung masyarakat dalam

mengekspesikan diri di bidang sastra.2. Memfasilitasi berbagai tempat umum yang

dapat dijadikan tempat bangkitnya minatmasyarakat di bidang sastra semisal tempatpertunjukan seni, drama, teater ataupembacaan puisi.

3. Sastra dapat menjadi solusi positif bagimasyarakat kota, tempat berkumpul danbersosial dan berekspresi dengan baik.

DAFTAR PUSTAKAAhmadi, Abu. 2003. Ilmu Sosial Dasar MataKuliah Dasar Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Antar Semi. 1990. Menulis efektif. Padang ;CV Ankasa Raya

Hartomo dan Aziz. 1999. Ilmu Sosial Dasar.Jakarta: Bumi Aksara

Hartomo dan Aziz, Arnicun. 2001. MKDU:Ilmu Sosial Dasar. Jakarta : Bumi Aksara.

Koentjaraningrat. 1977. Metode-MetodePenelitian Masyarakat. Jakarta : P.T Gramedia

Naaman, Mara. 2011. Urban Space inContemporary Egyptian Literature: Portraitsof Cairo.

Nana Syaodih Sukmadinata. 2009. MetodePenelitian Pendidikan. Bandung: RemajaRosdakaryaNew York : Palgrave Macmillan.

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode,dan Teknik Penelitian Sastra. Denpasar:Pustaka Pelajar.

Semi, M. Atar. 2012. Metode PenelitianSastra. Bandung : Angkasa

Rotella, Carlo. 1998. October Cities: TheRedevelopment of Urban Literature.California:

Stiawan, Isbedy ZS. 2016. Kota, Kita, Malam.Yogyakarta : BASABASI

Sudarmoko. 2012. Sastra, Kota, dan SumateraBarat : Perubahan Masyarakat Perkotaandalam Karya Sastra, Leiden UniversityInstitute for Area Studies, Leiden, TheNetherlands

Sudjana, Nana dan Ibrahim. 1989. Penelitiandan Penelitian Pendidikan, Bandung : SinarBaru.

Sumardjo, Jacob & Saini K.M. 1997. ApresiasiKesusastraan. Jakarta : Gramedia.

Kebijakan 1 (2) (2018) : 131 - 138138

Page 59: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, MOTIVASI KERJA DANDISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI DI

PEMERINTAH KOTA PEMATANGSIANTAR

(THE INFLUENCE OF LEADERSHIP STYLE, WORKINGMOTIVATION, AND WORKING DISCIPLINE TO EMPLOYEEPERFOTMANCE IN PEMATANGSIANTAR GOVERNMENT)

Arolina Sidauruk

Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kota PematangsiantarJalan Merdeka No. 4 Pematangsiantar

[email protected]

Diterima : 3 Mei 2018; Direvisi 5 Juni 2018; Disetujui 26 Juni 2018

ABSTRAK

Diterapkannya sistem desentralisasi memberikan kewenangan yang besar pada daerah untukmengembangkan kapasitas pemerintah daerah dalam penyelenggaraan urusan pemerintahanmelalui pengembangan kapasitas sumber daya aparatur. Namun demikian, keberhasilantersebut terletak pada peran seorang pemimpin, terutama kepala daerah atau kepala wilayah.Gaya atau perilaku kepemimpinan seorang kepala daerah atau kepala wilayah akan sangatberpengaruh terhadap pelayanan terhadap peningkatan kualitas pelayanan publik mengingat diera reformasi sekarang ini, masyarakat semakin cerdas dan kritis dalam melihat danmerespon serta menyikapi segala bentuk implementasi pelayanan publik yang wajibdiberikan pemerintah kepada masyarakat. Sebagai contoh gaya yang otoriter kepadabawahan dalam organisasi publik maupun terhadap masyarakat jelas tidak akan cocok. Belumlagi perhatian yang ditujukan kepada motivasi dan disiplin kerja terhadap kinerja pegawaiguna mencapai hasil yang diharapkan. Penelitian ini dilakukan untuk memotret Pengaruh GayaKepemimpinan, Motivasi Kerja dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Pegawai di PemerintahKota Pematangsiantar.

Kata kunci : gaya kepemimpinan, motivasi, disiplin kerja

ABSTRACT

The adoption of a decentralized system provides substantial authority in the regions to developthe capacity of local governments in administering government affairs through capacitybuilding of apparatus resources. Nevertheless, the success lies in the role of a leader, especiallythe head of the region or the head of the region. The style or behavior of the leadership of aregional head or regional head will greatly affect the service to improve the quality of publicservices considering in the current era of reform, the more intelligent and critical society inseeing and responding and mensikapi all forms of public service implementation that must begiven by the government to the community. For example an authoritarian style to subordinatesin public organizations as well as to society is obviously unsuitable. Not to mention theattention directed to Motivation and work discipline on the performance of employees in orderto achieve the expected results. This study was conducted to photograph the Influence ofLeadership Style, Work Motivation and Work Discipline on Employee Performance InPematangsiantar City Government.

Keywords : style of leadership, motivation, discipline work

©2018 Bappeda Kota Pematangsiantar [email protected]

Page 60: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

PENDAHULUANPada sebuah organisasi pemerintahan,

sumber daya manusia yang ada didalamnyaterdiri dari pemimpin dan pegawai. SetiapSatuan Organisasi Perangkat Daerahmerupakan suatu organisasi pemerintah yangmemiliki personil/pegawai. Untukmewujudkan sikap kerja pegawai yang baik,diperlukan berbagai cara yang dapat dilakukanoleh seorang pemimpin suatu organisasipemerintah, yaitu dengan menggunakan gayakepemimpinan yang tepat. Peranan seorangpemimpin penting untuk mencapai tujuanorganisasi yang diinginkan demikian jugahalnya dengan organisasi pemerintahan diKota Pematangsiantar, terutama yang berkaitandengan peningkatan kinerja pegawai dalammelaksanakan pekerjaannya. Kinerja pegawaimerupakan hasil kerja yang dapat dicapaiseseorang atau sekelompok orang dalam suatuorganisasi sesuai wewenang dan tanggungjawab masing-masing dalam rangkamewujudkan tujuan organisasi.

Menurut Kerlinger dan Padhazur (2002)faktor kepemimpinan mempunyai peran yangsangat penting dalam meningkatkan kinerjapegawai karena kepemimpinan yang efektifmemberikan pengarahan terhadap usaha-usahasemua pegawai dalam mencapai tujuan-tujuanorganisasi. Gaya kepemimpinan yang efektifdibutuhkan seorang pemimpin dalampelayanan publik. Dengan demikian, gayakepemimpinan menjadi pedoman yang baikdalam peningkatan kinerja pegawai yangdipimpinnya. Berdasarkan latar belakangtersebut, maka perlu diteliti: “Pengaruh GayaKepemimpinan, Motivasi Kerja danDisiplin Kerja terhadap Kinerja Pegawai diPemerintah Kota Pematangsiantar”.

Dari uraian pendahuluan di atas, makapenulis merumuskan permasalahan sebagaiberikut :a. Bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan,

sikap serta lingkungan kerja dapatmempengaruhi kinerja PNS dilingkunganPemerintahan Kota Pematangsiantar?

b. Bagaimana motivasi dan disiplin kerja PNSdilingkungan Pemerintahan KotaPematangsiantar?

c. Bagaimana kebutuhan fisiologis, keamanandan keselamatan kerja, kebutuhan sosial,penghargaan dan aktualisasi diri dapatmempengaruhi kinerja SDM padaPemerintahan Kota Pematangsiantar?

d. Bagaimana pengaruh jarak tempat tinggalPNS dilingkungan Pemerintahan KotaPematangsiantar?

METODEPenelitian ini dilakukan dengan metode

kualitatif, Menurut Saryono (2010), Penelitiankualitatif merupakan penelitian yangdigunakan untuk menyelidiki, menemukan,menggambarkan, dan menjelaskan kualitasatau keistimewaan dari pengaruh sosial yangtidak dapat dijelaskan, diukur ataudigambarkan melalui pendekatan kuantitatif.Data yang digunakan adalah data primer darihasil wawancara dengan beberapa PNSdikalangan Pemerintah Daerah KotaPematangsiantar. Selain itu ada data sekunderberupa dokumen resmi data yang diperolehdianalisis dengan tahapan, yaitu melakukanreduksi data, sajian data dan penarikankesimpulan.

Objek penelitian ini dilakukan diPemerintah Kota Pematangsiantar secarakeseluruhan dan khususnya di SekretariatDaerah Kota Pematangsiantar kondisi tahun2017/2018.

HASIL DAN PEMBAHASANJumlah pegawai di Pemerintah Kota

Pematangsiantar kondisi Tahun 2016 tercatat5.050 orang. Sebanyak 24,09 % diantaranyamerupakan golongan IV, 52,43 % merupakangolongan III, 17,78 % golongan II dan 1,70 %sisanya merupakan golongan I seperti tertuangdalam tabel dibawah ini :

Tabel Jumlah PNS Kota PematangsiantarMenurut Golongan Tahun 2010-2016

Tahun Golongan TotalI II III IV

(1) (2) (3) (4) (5) (6)2016 86 898 2.648 1.217 5.0502015 100 1.306 3.176 1.951 6.5332014 100 1.306 3.176 1.951 6.5332013 97 1.136 2.885 1.952 6.0702012 68 1.291 2.789 1.973 6.1212011 78 1.472 2.443 2.441 6.4712010 70 1.650 2.509 2.395 6.567

Meskipun jumlah Pegawai dari tahunketahun tidak tetap, seiring dengan berjalannyawaktu bahwa keberadaan PNS dari berbagaipangkat dan golongan sangatlah menentukanperkembangan kualitas pelayanan publik untuk

Kebijakan 1 (2) (2018) : 139 - 144140

Page 61: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

keberhasilan pembangunan di KotaPematangsiantar. Hal ini dapat terlihat darikehadiran para PNS tersebut di setiap hari.Sesuai dengan Peraturan WalikotaPematangsiantar dalam menegakkan disiplindikalangan PNS, khusus di Sekretariat DaerahKota Pematangsiantar. Misal jumlah PNSterdata sebanyak kurang lebih 490 orang, tetapiyang apel setiap hari hanya separuh darijumlah pegawai yang terdaftar. Hingga saat inibelum ada kepastian apa yang menjadi alasanPNS yang tidak pernah mengikuti apel tersebutuntuk tidak hadir. Sebab kehadiran PNS dikantor selalu diawali dengan apel pagi. Tidakada pengecualian kehadiran, baik golonganatau pangkat tertentu. Tapi fakta dilapanganmenunjukkan bahwa masih banyak PNS yangtidak pernah apel baik pagi maupun sore harisecara terus menerus, sehingga kesannya paraPNS yang hadir adalah orang yang sama setiaphari. Padahal mereka telah menerima berbagaifasilitas dari Pemerintah seperti : pemakaiankendaraan roda empat serta roda dua bagi yangmenduduki jabatan/eselon dan pemberianinsentif serta lauk pauk. Hal ini tentumenimbulkan kecemburuan bagi PNS yangrajin mengikuti apel dan disiplin. Padahal kitatidak menyadari bahwa masyarakat sebenarnyaselalu mengamati dan menilai faktor tersebutsangat dipengaruhi oleh gaya kepemimpinandikalangan PNS dan sangat mempengaruhikinerja, motivasi dan disiplin Pegawai di KotaPematangsiantar. Untuk itu perlu diadakanpenelitian dan menjawab pertanyaanBagaimana sebenarnya Pengaruh GayaKepemimpinan, sikap serta lingkungan kerjadapat mempengaruhi kinerja PNSdilingkungan Pemerintahan KotaPematangsiantar?

Berikut ini tipe dan gaya kepemimpinan :a. Gaya pemimpin otokratik

Dilihat dan persepsinya seorangpemimpin yang otokratik adalah seseorangyang sangat egois. Seorang pemimpin yangotoriter akan menujukkan sikap yangmenonjolkan keakuannya. antara lain dalambentuk:1) Kecenderungan memperlakukan para

bawahannya sama dengan alat-alat laindalam organisasi seperti mesin dan dengandemikian kurang menghargai harkatmartabat mereka.

2) Pengutamaan orientasi terhadappelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa

mengkaitkan pelaksanaan tugas itu dengankepentingan dan kebutuhan parabawahannya.

3) Pengabaian peranan para bawahan dalamproses pengambilan keputusan.

Gaya kepemimpinan yang dipergunakanpemimpin yang otokratik antara lain:- Menuntut ketaatan penuh dari para

bawahannya.- Dalam menegakkan disiplin menunjukkan

keangkuhannya.- Bernada keras dalam pemberian perintah

atau instruksi.Dari uraian di atas pengaruh kepemimpinanterhadap disiplin pegawai sangat jelaskelihatan, sebab bisa saja gaya pemimpin yangotokratik kurang cocok dizaman sekarang,apalagi sang pemimpin kurang memperhatikankesejahteraan bawahannya.

b. Gaya pemimpin yang demokratisMenurut GR. Terry pemimpin yang

demokratis mampu menimbulkan partisipasiaktif dari bawahannya menuju pada tujuanyang ingin dicapainya oleh organisasi/lembagayang bersangkutan. Tipe kepemimpinan yangdemokratis sangat jarang dijumpai pada eraglobalisasi sekarang ini, sebab masih adapemimpin yang kurang memanfaatkanbawahannya pada setiap kegiatan. Contohnyabanyak pemimpin hanya mengenal beberapaorang saja dan sering melanggar tupoksimasing-masing bawahan. Sehingga PNS yanglain menjadi apatis dalam setiap kegiatan,padahal tanggung jawabnya di kegiatantersebut sangatlah besar. Akibat dari perlakuanpemimpin seperti ini, bawahan menjadi tidaknyaman, saling sikut dan ada yang merasadekat kepada sang pemimpin.

c. Gaya kepemimpinan bebas (Laissezfaire)

Gaya kepemimpinan bebas (Laissezfaire) adalah cara seorang pimpinan dalammenghadapi bawahannya dengan memakaimetode pemberian keleluasaan pada bawahan.Pada gaya kepemimpinan bebas ini pemimpinmemberikan kebebasan secara mutlak kepadabawahannya, sedangkan pemimpin sendirihanya memainkan peranan kecil, pemimpinmemfungsikan dirinya sebagai penasehat yangdilakukan dengan memberi kesempatanberkompromi atau bertanya bagi anggotakelompok yang memerlukan. Bawahanmemiliki kebebasan penuh untuk proses

141Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Motivasi Kerja Dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja PegawaiDipemerintah Kota PematangsiantarArolina Sidauruk

Page 62: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

pengambilan keputusan dan meneyelesaikanpekerjaan dengan cara yang menurut karyawanpaling sesuai dengan partisipasi minimal daripemimpin. Pemimpin tidak pernah melakukanpengawasan terhadap sikap, tingkah lakuperbuatan dan kegiatan bawahan karenapemimpin telah percaya dan menyerahkansepenuhnya wewenang kepada bawahansehingga pemimpin tidak mengambil andildalam proses kepemimpinannya.

Gaya kepemimpinan ini dapatmengembangkan dan meningkatkankemampuan karyawan dalam pengambilankeputusan yang tepat serta kreativitas untukmemecahkan suatu permasalahan. Denganadanya kepemimpinan yang bebas ini parakaryawan dapat menunjukkan persoalan yangdianggap penting di dalam organisasi dan tidakselalu bergantung pada atasan. Gayakepemimpinan ini juga memiliki sisi negatifyaitu, jika karyawan terlalu bebas tanpa adapengawasan yang kuat dari atasan, adakemungkinan penyimpangan dari peraturandan prosedur yang ada dapat terjadi.Pengambilan keputusan yang dapat memakanbanyak waktu bila karyawan kurangberpengalaman dan dapat terjadi salah tindak.

Pertanyaan berikutnya adalahBagaimana motivasi dan disiplin kerja PNSdilingkungan Pemerintahan KotaPematangsiantar?

Sebelum menjawab pertanyaan ini, adabaiknya kita lebih dahulu mengetahui apa yangdimaksud dengan motivasi. Motivasi menurutMalayu. Motivasi berasal dari kata latinmovere yang berarti dorongan atau pemberiandaya penggerak yang menciptakan kegairahankerja seseorang agar mereka mau bekerjasama, bekerja efektif, dan terintegrasi dengansegala daya upayanya untuk mencapaikepuasan. (Malayu, 2005:143)

Menurut Uno, motivasi dapat diartikansebagai dorongan internal dan eksternal dalamdiri seseorang yang diindikasikan denganadanya hasrat dan minat; dorongan dankebutuhan; harapan dan cita-cita; penghargaandan penghormatan. (Uno, 2007).

Menurut pengamatan dilapangan bahwasebenarnya PNS di Pemerintah KotaPematangsiantar sangat mengharapkan adanyafaktor pendorong atau motivasi untukpeningkatan SDM, terkadang dengan alasandana yang tidak tersedia, PNS menjadi malasbekerja, insentif yang belum memadai kalahdengan kebutuhan di rumah tangga dan

kebutuhan sekolah anak-anak, hal inilah yangmemicu merosotnya kinerja dan disiplin paraPNS. Sebagai bentuk apresiasi PemerintahKota Pematangsiantar terhadap PNS yang telahmampu menunjukkan prestasinya, seharusnyadiberikan suatu penghargaan. Tujuanpemberian penghargaan adalah untukmemotivasi gairah dan loyalitas PNS sertamendorong pegawai lain untuk lebih giat danmampu menggali potensi yang ada padadirinya.

Bagi PNS di Pemerintah KotaPematangsiantar bentuk penghargaan yangdiberikan adalah pemberian insentif (TPP)yang jumlah besarannya bervariasi sesuaijabatan, pangkat dan golongan. Hal inidimaksudkan untuk memotivasi PNS untuklebih rajin, disiplin, efektif dan efisien dalammelaksanakan tugas sehari-hari. Sedangkan diunit perencanaan ada bentuk penghargaanberupa pendidikan jenjang S2 dan S3 yangdiharapkan akan mampu bersaing dengandaerah-daerah lain dalam hal Sumber DayaManusia. Menjadi seorang pemimpin dalamsebuah lembaga bukanlah pekerjaan yangmudah, apalagi bila usaha kita sudahmenyentuh level internasional. Akan adabanyak sorotan dan kritikan yang kita terimauntuk membuat sebuah lembaga yang sehatdengan tingkat menajemen yang baik, sehinggadibutuhkan cara memotivasi PNS yang benar.

Permasalahan berikutnya adalahBagaimana kebutuhan fisiologis, keamanandan keselamatan kerja, kebutuhan sosial,penghargaan dan aktualisasi diri dapatmempengaruhi kinerja SDM padaPemerintahan Kota Pematangsiantar?

Menurut Abraham Maslow kebutuhanfisiologi sangat mendasar, paling kuat danpaling jelas dari antara sekian kebutuhanadalah untuk mempertahankan hidupnya secarafisik. Yaitu kebutuhan untuk makan, minum,tempat tinggal, sexs tidur dan oksigen.Manusia akan menekan kebutuhannyasedemikian rupa agar kebutuhan fisiologis(dasar) nya tercukupi.

Sudah menjadi rahasia umum, bahwahampir seluruh PNS mempunyai pinjaman keBank Pemerintah, hal ini akibat banyaknyakebutuhan yang harus ditutupi, antara lain;biaya sekolah/kuliah anak, biaya hidup sehari-hari, dan biaya-biaya untuk mengikuti adat(kebutuhan sosial). Tentu hal ini sangatlahmempengaruhi kinerja PNS. Demikian jugahalnya dengan Kebutuhan Aktualisasi Diri,

Kebijakan 1 (2) (2018) : 139 - 144142

Page 63: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

kebutuhan ini mencakup pemenuhan diri (self-fulfillment), realisasi seluruh potensi, dankebutuhan untuk menjadi kreatif. Mereka yangtelah mencapai level aktualisasi diri menjadilebih manusiawi, lebih asli dalammengekspresikan diri, tidak terpengaruh olehbudaya. Agak berbeda dengan perkembangankebutuhan lain, bila kebutuhan penghargaan initerpenuhi, tidak secara otomatis kebutuhanmeningkat ke aktualisasi diri. Maslowmenemukan bahwa mereka yang lepas darikebutuhan penghargaan dan mencapaikebutuhan aktualisasi diri adalah yangmemberikan penghargaan tinggi terhadap nilai-nilai kebenaran, keindahan, keadilan, dan nilai-nilai sejenis yang oleh Maslow disebut sebagaiB-values (Being-values kebutuhan akanpertumbuhan).

Kebutuhan ini meliputi kebutuhan akanpenghargaan terhadap diri, keyakinan,kompetensi, dan pengetahuan bahwa orang lainmendukung dengan penghargaan yang tinggi.Menurut Maslow, kebutuhan akanpenghargaan ini terdiri dari dua tingkatan,yaitu : reputasi dan harga diri (self-esteem).

Apa pentingnya memberikanpenghargaan pada PNS?

Dengan memberikan penghargaan padabawahan yang berprestasi menunjukkan bahwasebagai pimpinan, sudah peduli dan wajibmemberikan penghargaan kepada bawahanatas apa yang telah mereka dedikasikan untuklembaga. Jadi bila ada satu bawahan yangmendapat reward cukup menarik dari sangpemimpin, maka PNS yang lain pun akan turuttermotivasi untuk mendapatkan hal yang sama.

Oleh karena itu pemimpin harus bisamengajak mereka untuk bekerja sama denganbaik, buatlah suatu perjanjian bahwa setiapprestasi akan mendapatkan penghargaan diakhir tahun. Hal ini jauh akan lebih berkesandan membuat mereka merasa senang, karenamerasa bahwa kinerja mereka selama ini tidaksia-sia. Sampai saat ini jarang sekali pemimpinyang mau berusaha memberikan penghargaanpada bawahannya, padahal bawahantersebutlah yang membantunya untukmendapat penilaian dan pengakuan yanglebih baik dari pihak atasan. Denganmenghargai jasa mereka, itu sudah lebih daricukup dan bisa membuat sang pemimpin lebihdihargai serta disegani sebagai atasan.

Dengan adanya pemberian penghargaansebagai salah satu cara motivasi kerjadiharapkan pemimpin bisa mendapatkan

kinerja bawahan yang cukup baik dan lebihbaik dari sebelumnya.

Oleh karena kurangnya disiplin pegawaidalam kehadiran sehari-hari tentumenimbulkan pertanyaan “Bagaimanapengaruh jarak tempat tinggal kinerja PNSdilingkungan Pemerintahan KotaPematangsiantar”

Pengertian Jarak tempat tinggal :Menurut Kamus Bahasa Indonesia yang

dimaksud jarak adalah ruang sela yangmenunjukkan panjang luasnya antara satu titikketitik yang lain. Berdasarkan defenisi tersebutkurang lebih artinya adalah jauh dekatnyaruang sela yang harus ditempuh oleh PNS.Tempat tinggal adalah keberadaan PNSbernaung atau tinggal disebuah rumah, tempattinggal yang dimaksud adalah tempat tinggalbersama orang tua, keluarga, endekost ataumenumpang pada rumah orang lain.

Jadi tempat tinggal yang dimaksuddalam tulisan ini adalah rumah yang ditempatiPNS sehari-hari.

Dari keterangan di atas bahwasesungguhnya jarak menunjukkan keberadaanseseorang untuk beraktifitas, seiring denganwaktu. Demikian juga halnya dengan jaraktempuh para PNS yang bekerja di PemerintahKota Pematangsiantar, belum dapatdikategorikan dengan kata “Jauh”, sebabletak/lokasi perkantoran disetiap OrganisaiPerangkat Daerah dengan domisili PNS bisaditempuh dengan hitungan menit. Contohnyaletak Kantor Walikota Pematangsiantar sangatstrategis, terletak di pusat Kota. Kendaraanberbagai jenis lalu lalang, bahkan PNS 70%mempunyai roda 2 (dua) dan 30% mempunyairoda 4 (empat). Akses ke segala penjuru sangatmemungkinkan untuk beraktivitas lebih baik.Hal ini tergambar dari rutinitas para PNS yangsangat menonjol antara lain, dapat meluangkanwaktunya untuk mengantar jemput anak kesekolah, dapat mengikuti adat/pesta,mengerjakan pekerjaan sampingan untukmembantu ekonomi keluargadan sebagainya.

KESIMPULANBerdasarkan rumusan masalah, hasil danpembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa:1. Gaya kepemimpinan yang efektif

dibutuhkan seorang pemimpin untuk dapatmeningkatkan kinerja semua pegawaidalam mencapai tujuan organisasi sebagaiinstansi pelayanan publik. Gaya

143Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Motivasi Kerja Dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja PegawaiDipemerintah Kota PematangsiantarArolina Sidauruk

Page 64: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

kepemimpinan dapat menjadi pedomanyang baik dalam peningkatan kinerjapegawai.

2. Motivasi sangat berpengaruh positif dansignifikan terhadap kepuasan kerja PegawaiNegeri Sipil. Hal ini menunjukkan bahwasemakin baik motivasi yang diberikan makakepuasan kerja pegawai akan semakinmeningkat. Motivasi berpengaruh positifdan signifikan terhadap kinerja PegawaiNegeri Sipil.

3. Kepuasan kerja berpengaruh positif dansignifikan terhadap kinerja Pegawai NegeriSipil. Juga menunjukkan bahwa semakintinggi kepuasan kerja pegawai maka kinerjapegawai akan semakin dapat diperhitungkan.

4. Jarak menunjukkan keberadaan seseoranguntuk beraktifitas, seiring dengan waktu.Diharapkan seorang PNS harus mampumempergunakan waktu sebaik mungkinuntuk meningkatkan kinerja, pelayananpublik dan tanggung jawab terhadapkeluarga.

SARANBerdasarkan pembahasan dan

kesimpulan yang telah dipaparkan, maka dapatdisarankan kepada pihak Pemerintah danPimpinan OPD agar dapat lebihmemperhatikan tingkat kebutuhan pegawaiterutama kebutuhan akan penghargaan, berupafasilitas, insentif dan peningkatan SDMmelalui pendidikan. Dengan adanya pengakuanatas hasil kerja, serta penghargaan kepadapegawai yang berprestasi, diharapkan dapatmeningkatkan motivasi pegawai di dalambekerja. Sistem pengawasan yang telah adasaat ini sebaiknya ditinjau kembali agarkegiatan pengawasan dapat dilakukan secaraadil, sehingga disiplin, kinerja dapat lebihditingkatkan.

Dengan adanya penegakan aturan danperlakuan yang adil dari Pimpinan kepadabawahan akan dapat memberikan kepuasanterhadap pegawai dalam bekerja dan meraihprestasi. Selain itu, kuantitas serta kualitaspekerjaan yang dihasilkan oleh para pegawaihendaknya lebih ditingkatkan, maka kinerjaserta target organisasi diseluruh OPD akandapat tercapai dengan maksimal.

DAFTAR PUSTAKAMalayu S.P. Hasibuan. 2007. ManajemenSumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara.

Kharul, 2008, Pengaruh Gaya Kepemimpinandan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja.

Sugiyono, 2009, Metodologi Penelitian,Kualitatif dan R&D cetakan ke- 6 Februari2009.

Hasibuan. S. P Malayu, (2008). ManajemenSumber Daya Manusia, (Ed. Rev). Jakarta :Bumi Aksara.

Mangkuprawira, Sjafri. 2003. ManajemenSumber Daya Manusia Strategik. Jakarta :Ghalia Indonesia.

Masrukhin dan Waridin. 2004. PengaruhMotivasi Kerja, Kepuasan Kerja, BudayaOrganisasi Dan Kepemimpinan TerhadapKinerja Pegawai. EKOBIS. Vol 7, No 2. Hal :197-209.

Mangkuprawira, Sjafri. 2003. ManajemenSumber Daya Manusia Strategik. Jakarta:Ghalia Indonesia.

Masrukhin dan Waridin. 2004. PengaruhMotivasi Kerja, Kepuasan Kerja, BudayaOrganisasi Dan Kepemimpinan TerhadapKinerja Pegawai.

EKOBIS. Vol 7, No 2. Hal: 197-209.Teori motivasi Abraham maslow (Robins,2006)

Kebijakan 1 (2) (2018) : 139 - 144144

Page 65: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

ANALISIS KEBIJAKAN PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAUDI KOTA PEMATANGSIANTAR

(ANALYSIS OF GREEN OPEN SPACE DEVELOPMENT POLICY INPEMATANGSIANTAR CITY)

¹Robert Tua Siregar, ²Benny Simatupang, dan ³Dermawan Perangin-angin

Staf Pengajar Pascasarjana, Universitas Simalungun Jl. Sisingamangaraja, No. 9 [email protected]

Diterima : 16 Mei 2018; Direvisi 7 Juni 2018; Disetujui 26 Juni 2018

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik yangtersedia saat ini di Kota Pematangsiantar serta mengetahui kebutuhan dan pengelolaanpengembangan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik yang sesuai dengan tuntutan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 di Kota Pematangsiantar. Penelitian ini menggunakan jenispenelitian meliputi data kualitatif dan kuantitatif. Dimana yang termasuk dalam jenis datakualitatif ini adalah, kondisi fisik lokasi studi, kebijakan pemerintah dalam mengelola RTHpublik, Data kuantitatif, yaitu data yang menjelaskan kondisi lokasi penelitian dengan tabulasiangka–angka yang dapat dikalkulasikan untuk mengetahui nilai yang diinginkan denganmenggunakan metode perhitungan sederhana. Dalam studi ini yang termasuk jenis datakuantitatif yaitu, luasan RTH, jumlah penduduk dan perkembangan penduduk. Hasil penelitianmenunjukan bahwa, Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau Publik menjadi entry point dalammenilai keberhasilan pembangunan suatu wilayah/daerah. Peranan Ruang Terbuka Hijau tidakterlepas dari berbagai fungsi yang melingkupinya, yaitu fungsi ekologis, sosial, ekonomi, danestetis. Berdasarkan temuan dari penelitian mengenai ketersediaan Ruang Terbuka Hijau Publikeksisting di Kota Pematangsiantar hanya seluas 2.621,93 Ha (32,78 %) dari keseluruhan luasKota Pematangsiantar yang mencapai 79,971 Km2

Kata kunci : ruang terbuka hijau, fungsi peranan, penggunaan lahan kota.

ABSTRACT

This study aims to determine the extent of Green Open Space (RTH) Public currently availablein the City Pematangsiantar and know the needs and management of development of GreenOpen Space Green Open Space (RTH) Public in accordance with the demands of Law Number26 Year 2007 in Pematangsiantar City. This research uses this type of research includingqualitative and quantitative data. Where included in this type of qualitative data is, the physicalcondition of the study location, government policy in managing public green space, quantitativedata, ie data that describes the condition of the research location with tabulation of numbers -numbers that can be calculated to determine the desired value by using a simple calculationmethod . In this study which includes the type of quantitative data that is, the extent of greenopen space, population and population development. The results showed that, the availability ofOpen Space Green Public became the entry point in assessing the success of development of aregion / region. The role of Open Space Green is inseparable from the various functions thatencompass it, namely ecological, social, economic, and aesthetic functions. Based on thefindings of research on the availability of existing public green open space in PematangsiantarCity is only 2.621,93 Ha (32,78 %) of the total Pematangsiantar City reaching 79,971 Km²

Keywords : green open space, role function, and urban land use.

©2018 Bappeda Kota Pematangsiantar [email protected]

Page 66: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

PENDAHULUANSecara fundamental ruang terbuka hijau

pada dasarnya memiliki nilai sosial danekonomis yang sangat tinggi bagi kehidupanmasyarakat khususnya di daerah perkotaan.Diantaranya dengan tersedianya ruang terbukahijau maka fungsi ekologi akan berjalandengan baik karena kadar karbondioksidadapat diserap oleh tumbuh-tumbuhan dantanaman yang ada disekitar lingkungan,disamping itu meningkatkan jumlah oksigenserta dapat menjadi area resapan air. Bahkandalam nilai sosial dimana dapat menjadikanpertemuan warga dalam menjalankansilaturahmi dengan keluarga masing-masing,sedangkan dalam aspek ekonomis denganadanya ruang terbuka hijauh dapatdimanfaatkan untuk menanam berbagai varitasbuah-buahan dan tumbuh-tumbuhan untukdikonsumsi atau dijual.

Dalam Undang – Undang Nomor 26Tahun 2007 dikemukakan bahwa sebagai salahsatu dasar yang mengayomi upaya untukmewujudkan lingkungan yang berkualitasmelalui pengelolaan ruang terbuka hijau kotasesuai dengan kebutuhan kota. Maka ruangterbuka hijau terdiri dari ruang terbuka hijaupublik dan ruang terbuka hijau privat. Proporsiruang terbuka hijau pada wilayah kota palingsedikit 30 % (tiga puluh persen) dari luaswilayah kota. Proporsi ruang terbuka hijaupublik pada wilayah kota paling sedikit 20 %(dua puluh persen) dari luas wilayah kotasedangkan ruang terbuka privat 10 % (sepuluhpersen).

Pematangsiantar merupakan salah satukota penunjang pariwisata yang menyediakanberbagai aktivitas perdagangan dan jasa. Kotaini telah menjadi daerah strategis sebagaiperlintasan menuju tempat wisata Danau Toba.Sebagai daerah perkotaan, keberadaan danketersediaan akan Ruang Terbuka Hijau (RTH)menjadi skala prioritas dalam meningkatkankualitas dan kondisi lingkungan yang asri,nyaman dan bersih. Disamping itu manfaatekonomi dan sosial dari ketersediaan ruangterbuka hijau tidak dapat dipisahkan darikeberadaan Kota Pematangsiantar.

Pada saat ini Ruang Terbuka Hijau(RTH) eksisting di Kota Pematangsiantarmencapai ±2.621,93 Ha atau sekitar 32,78 %dari luas keseluruhan wilayah KotaPematangsiantar. Bila dibandingkan denganjumlah luas ruang terbuka hijau eksistingdengan kebutuhan ruang terbuka hijau

berdasarkan luas wilayah mencapai ± 2.399,2Ha, dengan jumlah penduduk seluas 125,2 Ha,dan kebutuhan pemenuhan oksigen pendudukseluas 693,041 Ha, maka secara umum luaskebutuhan ruang terbuka hijau KotaPematangsiantar masih terpenuhi. Namun biladibandingkan dengan luas ruang terbuka hijauyang dialokasikan sejak tahun 2009 olehPemerintah Kota Pematangsiantar yangmemiliki luas keseluruhan ruang terbuka hijauseluas 25,5 Ha (Badan Lingkungan HidupKota Pematangsiantar, 2009), maka jumlah inimasih sangat jauh dari luas kecukupan akankebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkanketiga pendekatan tersebut.

Berdasarkan berbagai permasalahanmengenai ruang terbuak hijau di KotaPematangsiantar, maka penulis hanyamembatasi masalah kajian dengan melakukanpenelitian pada permasalahan mengenaiketersediaan, kebutuhan dan pengelolaan ruangterbuka hijau (RTH) bagi Publik (masyarakat)di Kota Pematangsiantar. Bagaimanakahpengelolaan pengembangan Ruang TerbukaHijau (RTH) Publik di Kota Pematangsiantar?

Dalam penelitian ini yang menjadi objekpenelitian adalah Kota Pematangsiantar.Penetapan lokasi ini sebagai objek penelitiandisebabkan perkembangan KotaPematangsiantar tidak terlepas darimeningkatnya aktivitas pembangunan disegalabidang. Disamping itu peningkatan jumlahpenduduk juga menjadi salah satupertimbangan pemilihan lokasi ini karenaseiring dengan meningkatnya kebutuhan akanlahan yang dapat mengurangi ruang terbukahijau di wilayah Kota Pematangsiantar.

METODEUntuk menjawab rumusan masalah serta

sesuai dengan tujuan penelitian, makadigunakan metode analisis berupa:a. Metode Analisis Deskriftif

Dengan pendekatan deskriptif (uraian–uraian, pengertian-pengertian, serta penjelasanterhadap objek penelitian) analisis inibertujuan untuk menggambarkan keadaanwilayah studi dan eksisting penggunaan lahan,sesuai dengan data yang diperoleh selanjutnyadiklasifikasikan kedalam bentuk tabel uraiandan peta.b. Metode Analisis Kuantitatif

Metode analisis yang digunakan iniadalah analisis bunga berganda untukmenjawab arahan pengembangan ruang

146 Kebijakan 1 (2) (2018) : 145 - 153

Page 67: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

terbuka hijau di Kota Pematangsiantar denganmengetahui perkiraan jumlah penduduk padatahun yang akan datang, yaitu dengan rumus:Pt = Po (1 + r)n

KeteranganPt = Jumlah penduduk tahun akhirPo = Jumlah penduduk tahun awalr = Rata-rata pertumbuhan penduduk yang

diselidiki berdasarkan data masa lampau.1 = Ketetapan rumusn = Tahun proyeksi (Warpani;1984)c. Analisis Perkiraan Kebutuhan Ruang

Terbuka Hijau KotaModel yang digunakan dalam

menentukan kebutuhan Ruang Terbuka HijauKota (RTHK) ini berdasarkanstandar/pedoman yang berlaku bahwa 30%ketersediaan RTH dari luas wilayah Kotasehingga pemenuhan 30% menjadi

pertimbangan lokasi-lokasi RTH tersebut. Halini disesuaikan dengan kondisi pengelolaandan sistem yang berlaku di Indonesia.

HASIL DAN PEMBAHASAN1. Kondisi Eksisting

Luas daratan Kota Pematangsiantaradalah 79,971 Km

2, yang secara Administratif

terdiri dari 8 Kecamatan, yaitu : KecamatanSiantar Marihat, Kecamatan SiantarMarimbun, Kecamatan Siantar Selatan,Kecamatan Siantar Barat, Kecamatan SiantarUtara, Kecamatan Siantar Timur, KecamatanSiantar Martoba, dan Kecamatan SiantarSitalasari.

Adapun luas wilayah pada masing-masing kecamatan di Kota Pematangsiantardapat dikemukakan pada tabel di bawah ini:

Tabel 1. Luas Wilayah Kota Pematangsiantar Berdasarkan Jumlah KecamatanNo Kecamatan/Distric Luas (Km2) Persentase Luas

Kecamatan(%)Jumlah

Desa/Kelurahan(1) (2) (3) (4) (5)1 Siantar Marihat 7,825 9,78 72 Siantar Marimbun 18,006 22,52 63 Siantar Selatan 2,020 2,53 64 Siantar Barat 3,205 4,01 85 Siantar Utara 3,650 4,56 76 Siantar Timur 4,520 5,65 77 Siantar Martoba 18,022 22,54 78 Siantar Sitalasari 22,723 28,41 5

79,971 100,00 53Sumber : BPS, Kota Pematangsiantar Dalam Angka 2015

Berdasarkan tabel 1 di atas dapatdikemukakan bahwa kecamatan yang terluas diKota Pematangsiantar adalah KecamatanSiantar Sitalasari dengan luas wilayahmencapai 22,723 Km2 (28,41%), selanjutnyadisusul Kecamatan Martoba dengan luas18,022 Km2 (22,54%), Kecamatan Marimbundengan luas 18,006 Km2 (22,52%), KecamatanMarihat dengan luas 7,825 Km2 (9,78%),Kecamatan Siantar Timur dengan luas 4,520Km2 (5,65%), Kecamatan Siantar Utara denganluas 3,650 Km2(4,56%), Kecamatan SiantarBarat dengan luas 3,205 Km2 (4,01%) danukuran wilayah yang paling kecil adalahterletak di Kecamatan Siantar Selatan yaitudengan luas 2,020 Km2 (2,53%).

Dalam menyusun suatu Rencana RuangTerbuka Hijau (RTH) pada Kota

Pematangsiantar tentu tidak terlepas darikondisi mikro dan makro wilayah yang akandisusun. Maka harus dipahami secarafundamental mengenai kondisi fisik KotaPematangsiantar baik itu dalam aspek letakadministrasi dan geografis, demografi, kondisitanah dan iklim serta pola pemanfaatan lahanyang akan dijadikan sebagai ruang terbukahijau.

Strategi untuk melaksanakan kebijakanpengelolaan dan pemantapan kawasan lindungyaitu dengan mempertahankan kawasanlindung melalui upaya rehabilitasi lahan sertameningkatkan kualitas kawasan lindungmelalui pelaksanaan sistem, aturan, prosedur,kriteria dan standar teknis yang berlaku.Kebijakan pemerintah Kota Pematangsiantaryang dijabarkan dalam program penataan

147Analisis Kebijakan Pengembangan Ruang Terbuka Hijau Di Kota Pematangsiantar¹Robert Tua Siregar, ²Benny Simatupang, Dan ³Dermawan Perangin-angin

Page 68: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

wilayah melalui program-programpembangunan. Kondisi Eksisting RuangTerbuka Hijau Publik Kota Pematangsiantar.

Ruang Terbuka Hijau adalah bagian dariruang-ruang terbuka (open space) suatuwilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan,tanaman dan vegetasi (endemik, introduksi)guna mendukung manfaat langsung dan atautidak langsung yang dihasilkan oleh RTHPublik dalam kota tersebut yaitu, keamanan,kesejahteraan, dan keindahan wilayahperkotaan. Dari hasil observasi lapangan diKota Pematangsiantar, terdapat beberapakawasan RTH yang dapat diidentifikasi,diantaranya adalah hutan kota, taman kota,taman bermain olahraga, jalur hijau sempadansungai, jalur hijau tepi jalan dan median jalan,

dan serta ruang terbuka pemakaman.Berdasarkan analisis penutupan lahan, makaluas Ruang Terbuka Hijau eksisting yangterdapat di Kota Pematangsiantar adalah seluas2.621,93 Ha dari keseluruhan luas wilayahKota Pematangsiantar yang berada pada 19lokasi dengan penyebarannya di 8 (delapan)kecamatan.

Data mikro mencakup hasil surveylapangan dengan melihat sebaran danmelakukan identifikasi/overlay Ruang TerbukaHijau di Kota Pematangsiantar serta alternatif-alternatif lahan yang dapat dijadikan sebagaiRuang Terbuka Hijau. Adapun klasifikasiruang terbuka hijau di Pematangsiantar dapatdikemukakan pada tabel di bawah ini:

Tabel 2. Identifikasi Luasan RTH Kota PematangsiantarNo Jenis Ruang Terbuka Hijau Luas (Ha) Persentase (%)1. Hutan Kota 376 4,72. Taman Kota 28,50 0,353. Taman Lingkungan 48,45 0,604. Tempat Pemakaman Umum 86,41 1,085. Jalur Hijau Jalan 42,3 0,526. Jalur Sempadan Rel Kereta Api 14,9 0,187. Sempadan Sungai 933 11,668. Sempadan Mata Air 75,36 0,949. Lap. Olah Raga 37,78 0,4710. Perkarangan Perumahan 767,02 9,5911. Kawasan Perkantoran 16,98 0,2112. Kawasan Perdagangan 46,84 0,5813. Kawasan Pendidikan 37,06 0,4614. Kawasan Kesehatan 18,25 0,2215. Kawasan Industri 67,74 0,8416. Pelatihan Militer 2,98 0,0317. Kawasan Pariwisata 15,84 0,1918. Kawasan Perikanan 1,0 0,0119. Kawasan Fasilitas Lainnya 5,52 0,06Jumlah Luasan Eksisting RTH 2.621,93 32,78

Sumber : Hasil Analisis

Dari hasil penelitian, berdasarkan luaswilayah Kota Pematangsiantar yang dianalisisdari standar yang ditetapkan yaitu 30% dariluas wilayah, maka dapat diketahui bahwaluasan minimum kebutuhan ruang terbukahijau Kota Pematangsiantar dari luasan2.621,93 Ha atau 32,78 %. Luas kebutuhanruang terbuka hijau berdasarkan luas wilayahdapat diketahui dari hasil pengalian antara

luas wilayah administrasi KotaPematangsiantar dengan standar kebutuhanyang telah ditetapkan. Maka untuk tahun 2018dan beberapa tahun kedepan kemungkinanluasan kebutuhan ruang terbuka hijau initidak akan berubah terkecuali terdapatperubahan luasan wilayah administrasi KotaPematangsiantar. Karena luas kebutuhanruang terbuka hijau yang ditetapkan sebesar

148 Kebijakan 1 (2) (2018) : 145 - 153

Page 69: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

30% dihitung dari luas wilayah administrasikota telah terpenuhi.

2. Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik KotaPematangsiantar

Kondisi eksisting dan kebutuhanterhadap Ruang Terbuka Hijau (RTH) padadasarnya merupakan suatu bagian yang mutlakdiperhatikan pada suatu daerah perkotaansecara berkesinambungan. Dalam melihatlingkup mikro Ruang Terbuka Hijau (RTH) diKota Pematangsiantar, didasarkan padabeberapa penilaian, diantaranya adalah:a. Analisis Kependudukan

Pengembangan sosial dankependudukan diarahkan untuk menghimpuninformasi yang terkait dengan penilaian apakahsumberdaya manusia yang ada di KotaPematangsiantar mampu untuk mengelolahdan memanfaatkan berbagai potensi alam yangdimiliki. Analisis kependudukan, dapat dikajidalam beberapa aspek, diantaranya adalahtingkat pertumbuhan penduduk. Diharapkandengan alat analisis tersebut dapat memberikangambaran umum tentang potensi sumberdayamanusia Kota Pematangsiantar sebagaipetunjuk dalam pengembangan perencanaanRuang Terbuka Hijau (RTH). Salah satumetode analisis yang dapat diterapkan adalahmetode ekstrapolasi, yaitu dengan melihatkecenderungan pertumbuhan penduduk dimasalalu dan melanjutkan kecenderunganpertumbuhan tersebut pada masa yang akandatang dalam betuk proyeksi. Adapun proyeksipertumbuhan penduduk Kota Pematangsiantardalam rentang 2010 – 2035 dengan melihatrata-rata pertumbuhan sebesar 0,9412 %(Sumber: BPS Kota Pematangsiantar DalamAngka 2016) dapat dikemukakan pada tabel 3di bawah ini:

Tabel 3. Proyeksi Jumlah Penduduk KotaPematangsiantar Tahun 2010-2035

Tahun Proyeksi JumlahPenduduk

2010 234.6982015 245.1042020 256.8582025 269.1752030 282.0832035 295.610

Sumber: Hasil Analisis

b. Analisis Estimasi Penyediaan RTHKawasan Perkotaan

Dalam melakukan estimasi pemanfaatanlahan yang diperuntukkan sebagai RuangTerbuka Hijau (RTH) sesuai dengan fungsinyadengan mengacu pada luas wilayah KotaPematangsiantar serta keberadaan jumlahpenduduk maka penyediaan RTH berdasarkanluas wilayah di perkotaan adalah sebagaiberikut:- Ruang terbuka hijau di perkotaan terdiri

dari Ruang Terbuka Hijau Publik dan RTHPrivat.

- Proporsi RTH pada wilayah perkotaanadalah sebesar minimal 30% denganpembagian, 20% Ruang Terbuka Hijaudiperuntukkan bagi RTH Publik sedagkansebesar 10% diperuntukkan bagi RTHPrivate.

- Apabila luas RTH baik publik maupunprivat di kota yang bersangkutan telahmemiliki total luas lebih besar dariperaturan atau perundangan yang berlaku,maka proporsi tersebut harus tetapdipertahankan keberadaannya.

Proporsi 30% merupakan ukuranminimal untuk menjamin keseimbanganekosistem kota, baik keseimbangan sistemhidrologi dan keseimbangan mikroklimat,maupun sistem ekologis lain yang dapatmeningkatkan ketersediaan udara bersih yangdiperlukan masyarakat, serta sekaligus dapatmeningkatkan nilai estetika kota.

Dalam melakukan estimasi RTH di KotaPematangsiantar berdasarkan luas total KotaPematangsiantar mencapai 79,971 km2.Adapun keseluruhan luas KotaPematangsiantar wajib ditetapkan RuangTerbuka Hijau (RTH) sebesar 30 %. Makadegan demikian dapat dilakukan estimasibahwa peruntukan RTH di KotaPematangsiantar adalah sebesar 23,991 Km2.Adapun pembagiannya adalah sebagai berikut:untuk RTH Publik sebesar 20 % yaitu seluas15,994 Km2, sedangkan RTH Private sebesar10 % yaitu seluas 7,997 Km2. Adapun proyeksikebutuhan RTH di Kota Pematangsiantar dapatdikemukakan pada tabel 4. berikut ini:

149Analisis Kebijakan Pengembangan Ruang Terbuka Hijau Di Kota Pematangsiantar¹Robert Tua Siregar, ²Benny Simatupang, Dan ³Dermawan Perangin-angin

Page 70: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

Tabel 4. Proyeksi Kebutuhan RTH Publik dan Private Berdasarkan Luas Kawasan PematangsiantarJenis RTH Luas (Km2) Persentase (%)

RTHLuas

RTH (Km2)RTH Publik 79,971 20 15,99

RTH Private 79,971 10 7,99

Jumlah Total RTH 30 23,99

Sumber: Hasil Analisis

c. Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau(RTH)Publik

Dalam melakuan perbandingan RTHeksisting dengan RTH Publik di KotaPematangsiantar serta proyeksi kekurangan

dari RTH yang diperuntukkan dalammemenuhi standar sebesar 30 % dari totalwilayah dari suatu pemerintahan kota ataukabupaten dapat dikemukakan pada tabel dibawah ini:

Tabel 5. Perbandingan Luas RTH Publik Eksisting dan Proyeksi RTH Publik dan PrivateLuas RTHEksiting

Luas RTHEstimasi

Luas RTH Penambahan

JenisRTH

Luas(Km2) (%) Jenis

RTHLuas(Km2) (%) Jenis

RTHLuas(Km2) (%)

NonRTH 53,76 67,22 Non

RTH 55,98 70 NonRTH - -

RTHPublik 16,42 20,53 RTH

Publik 15,99 20 RTHPublik - -

RTHPrivate 9,79 12,24 RTH

Private 7,99 10 RTHPrivate - -

Sumber: Hasil Analisis

Berdasarkan tabel 5, maka dapatdikemukakan bahwa jumlah RTH di KotaPematangsiantar tidak perlu dilakukanpenambahan luas lahan RTH baik itu untukRTH Publik dan Private. Hal ini dapat dilihatbahwa jumlah RTH Publik yang eksisting padasaat ini sekitar 16,42 Km2 (20,53%) sedangkanRTH Private pada saat ini sekitar 9,79 Km2

(12,24%). Jika melalui estimasi dari ketetapanperaturan pemerintah mengenai luas RTHKabupaten dan Kota sebesar 30 % maka RTHKota Pematangsiantar sudah mencukupi danmemenuhi Undang-Undang Nomor 26 Tahun2007.

3. Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)Publik Di Kota Pematangsiantar

Dalam mengelola Ruang Terbuka Hijautentu diperlukan suatu konsep, perencanaandan strategi yang tersusun secarakomprehensip. Sehingga usaha dalammengimplementasikan ketersediaan RuangTerbuka Hijau dapat direalisasikan dengantahapan-tahapan yang disusun pemerintah

daerah. Berdasarkan Instruksi MendagriNomor 14 Tahun 1988 tentang PenataanRuang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaandisebutkan bahwa wewenang dan pengelolaanRuang Terbuka Hijau Kota dibagi menjadiempat kegiatan, yaitu mulai dari perencanaan,pelaksanaan, pemanfaatan dan pengendalian.Keempat kegiatan tersebut perludiimplementasikan sesuai dengan ketentuanyang berlaku dengan tidak mengabaikanperaturan-peraturan yang telah ditetapkan.

Pertama, dalam penyusunanperencanaan pembangunan Ruang TerbukaHijau Kota merupakan wewenang PemerintahDaerah, Pemerintah Daerah khusus Ibu KotaPematangsiantar yang dalam hal inidilaksanakan oleh Badan Perencanaan,Penelitian dan Pengembangan Daerah KotaPematangsiantar. Dalam proses penyusunanRTH Kota, maka Pemerintah Daerah akandibantu instansi terkait sesuai dengan fungsidan bidang tugasnya.

Kedua, dalam melaksanakan kegiatanpembangunan Ruang Terbuka Hijau Kota

150 Kebijakan 1 (2) (2018) : 145 - 153

Page 71: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

dimana peran swasta dan masyarakat jugamemiliki aspek penting dalamkeberhasilannya. Pembangunan RuangTerbuka Hijau Publik Kota Pematangsiantarkhususnya RTH Publik, senantiasadilaksanakan dibawah tanggung jawab BadanLingkungan Hidup dan sesuai satuan kerjayang ditunjuk melaksanakan kegiatan tersebut.

Ketiga, kegiatan pemanfaatan RuangTerbuka Hijau, maka pemerintah daerahhendaknya menyediakan prasarana dan saranayang diperlukan berupa tenaga ahli, pusatpendidikan dan latihan pembibitan dengandibantu dinas atau instansi yang terkait dalammenunjang keberhasilan pemanfaatan programpengembangan Ruang Terbuka Hijau Kota.Pemerintah Daerah juga harus menyediakandana yang dialokasikan dalam AnggaranPendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sertamendorong dana dari swadaya masyarakat atauswasta untuk pembangunan Ruang TerbukaHijau Kota di Kota Pematangsiantar.

Keempat, Pemerintah Daerahmengendalikan seluruh kegiatan pembangunanRuang Terbuka Hijau Kota dengan tidakmemberikan izin perubahan penggunaanRuang Terbuka Hijau Kota untuk kepentinganlainnya. Pemerintah Daerah berkewajibanmengendalikan sebagai bentuk pengawasansecara ketat tentang pemberian dan pencabutanizin Ruang Terbuka Hijau Kota. Dalampelaksanaan pengendalian tersebut, perlumengikutsertakan instansi teknis sesuai bidangtugasnya.

Agar dapat mengimplementasikankebijakan-kebijakan tersebut, maka pemerintahdaerah Kota Pematangsiantar membentuk unitkhusus yang diserahi tugas untuk mengaturdan mengelola tata ruang ruang wilayah, yaituBadan Lingkungan Hidup dan DinasKehutanan memiliki tugas pokokpenyelenggarakan penataan dan pengelolaanruang terbuka hijau, ruang terbuka kota,keindahan tata hias kota. Dalam usahamelaksanakan tugas pokok tersebut BLHmelakukan koordinasi dengan DinasKehutanan dalam merumuskan empat misiyang hendak diwujudkan. Pertama, menatadan mengembangkan RTH Kota. Dalam misiini BLH Kota Pematangsiantar berupayameningkatkan secara kuantitas maupunkualitas ruang terbuka hijau kota dan saranakeindahan kota agar tercapai ekosistemlingkungan kota Pematangsiantar yangseimbang, sehingga akan terwujud kota yang

nyaman, rindang, teduh, sejuk, asri, sehat danindah dalam memenuhi kebutuhan ruang kotayang ideal. Kedua, melaksanakan penghijaundiseluruh Ruang Terbuka KotaPematangsiantar. Penghijauan kota merupakanbagian yang sangat penting dan menjadi paru-paru kota sehingga menjadi salah satu sumberkehidupan. Oleh karena itu, keberadaan RuangTerbuka Hijau sangat diperlukan dan perludikelola secara maksimal. Ketiga,meningkatkan sarana keindahan kota. Sejalandengan penataan dan pengembangan RTHkota, maka perlu dilaksanakan penataan danpeningkatan sarana keindahan kota sebagaiunsur pembangunan bidang pertamanan.Keempat, meningkatkan peran sertamasyarakat dibidang pertamanan dankeindahan kota.

Implementasi dari kebijakan RuangTerbuka Hijau di Kota Pematangsiantartentunya tidak terlepas dari banyaknyapermasalahan yang menghambat kebijakandalam memaksimalkan ketersediaan RuangTerbuka Hijau di Kota Pematangsiantar.Dalam wawancara yang dilakukan pada salahseorang pegawai Badan Perencanaan,Penelitian dan Pengembangan Daerah KotaPematangsiantar, dimana permasalahan yangmuncul adalah kurangnya koordinasi di antarainstansi terkait serta belum adanya acuan dankesamaan sikap dan tindakan dalammengoptimalkan ketersediaan Ruang TerbukaHijau di Kota Pematangsiantar. Permasalahanini dimulai dari perencanaan sampai prosesevaluasi, bahkan keterlibatan stakeholdersangat rendah.

4. Arah Pengembangan Ruang Terbuka HijauPublik Kota Pematangsiantar

Ketersediaan RTH di KotaPematangsiantar mencakup hutan kota, tamankota dan lapangan olahraga, jalur hijau, danpemakaman. Keberadaan RTH ini tentu perludiberdayakan dan dikembangkan secaraoptimal agar memberikan kontribusi positifbagi kehidupan masyarakat KotaPematangsiantar.a. Hutan Kota

Pengembangan RTH menujuterwujudnya Kota Pematangsiantar sebagaiKota Berwawasan lingkungan, dapat dimulaidari pusat kota sebagai kawasan prioritas,mengingat tingginya kepadatan bangunan yangdimiliki dibandingkan dengan daerahpinggiran kota. Hutan Kota menjadi area

151Analisis Kebijakan Pengembangan Ruang Terbuka Hijau Di Kota Pematangsiantar¹Robert Tua Siregar, ²Benny Simatupang, Dan ³Dermawan Perangin-angin

Page 72: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

penyeimbang pembangunan kota, sebagaipenyejuk dan pengubah iklim mikro agarmenciptakan kota yang lebih nyaman bagipenduduknya.b. Taman-taman Kota dan Lapangan Olah

RagaTaman kota dan lapangan olah raga

dapat dikembangkan berdasarkan hirarki ruangadalah taman tingkat kota yang secara hirarkidapat memberikan pelayanan bagi seluruhpenduduk kota, misalnya Taman Bunga diKota Pematangsiantar. Dasar pengembangantaman kota di Kota Pematangsiantar adalahberdasarkan, pertama, luas areal taman relatifdapat memenuhi kebutuhan dan fungsi daritaman kota dengan skala kota; dan kedua,mempunyai pencapaian yang relatif mudahdari seluruh bagian wilayah kota.c. Jalur Hijau

Adapun peranan dan kontribusi dari polapenghijauan disekitar jalur akan memberikan,pertama, fungsi orology, yaitu sebagaipencegah erosi lapisan atas tanah yang subur(top soil); kedua, fungsi hidrologi, permukaanlahan yang bebas dari perkerasan(pengaspalan) akan menyerap air sehinggadapat menjaga sirkulasi air tanah (sirkulasihidrologi); ketiga, fungsi estetika, yaitu dapatmembentuk perspektif dan efek visualisasiyang indah bagi lingkungan yang padat;keempat, fungsi klimatologi yaitu dapatmenciptakan iklim mikro yang sejuk dannyaman oleh adanya faktor alam dan vegetasialam; kelima, fungsi ekologi, yaitumenciptakan keserasian hubungan antaramanusia dengan alam sekitarnya; keenam,fungsi kesehatan yaitu oleh adanya prosesasimilasi tanaman yang menghasilkan 02 danmenyerap C02 yang selanjutnya dapatmengurangi pencemaran udara sertamengurangi kebisingan yang ditimbulkan olehkegiatan manusia; dan ketujuh, fungsi sosialyaitu menciptakan suasana lingkungan yangsehat dan nyaman sehingga dapat membantumengurangi ketegangan sosial.d. Pemakaman

Ruang terbuka hijau pemakaman selainsebagai tempat pemakaman jenazah, jugadapat memiliki fungsi sebagai penunjangkeindahan kota, bahkan dapat dijadikansebagai daerah resapan air. Berdasarkanketentuan dalam pengembangan RuangTerbuka Hijau Publik Kota Pematangsiantar,maka pengembangan kebutuhan RTH Publikdapat dicapai melalui analisa maupun

ketetapan yang berdasarkan kepada Undang-Undang Penataan Ruang Nomor 26 Tahun2007 tentang ketentuan ruang terbuka hijaukota yang penyediaan proporsi RTH Publikminimal 20 % dari luas kawasan perkotaan,adapun analisa teknik lainnya adalah analisisbunga berganda yang dapat memprediksiberkembangnya pertumbuhan penduduk untuk20 tahun mendatang sehingga analisis inidikolaborasikan dengan Peraturan MenteriPekerjaan Umum Nomor 5/PRT/2008/Mtentang kebutuhan RTH Publik sesuai tingkatpelayanan penduduk.

KESIMPULANKetersediaan Ruang Terbuka Hijau

Publik menjadi entry point dalam menilaikeberhasilan pembangunan suatuwilayah/daerah. Peranan Ruang Terbuka Hijautidak terlepas dari berbagai fungsi yangmelingkupinya, yaitu fungsi ekologis, sosial,ekonomi, dan estetis. Berdasarkan temuan daripenelitian mengenai ketersediaan RuangTerbuka Hijau Publik eksisting di KotaPematangsiantar seluas 26,21 Km2 (32,78%)dari keseluruhan luas kota Pematangsiantaryang mencapai 79,97 Km2.

Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau KotaPematangsiantar harus mempertimbangkanpemenuhan ruang RTH Kota baik itu RTHPublik dan Private sebesar 30%, terdiri dariRTH Publik 20 % dan RTH Privat 10 %. RTHPublik tersebut terdiri dari jalur hijau, tamankota, hutan kota, taman olah raga danpemakaman. Distribusi RTH Publik di KotaPematangsiantar pada dasarnya belum meratauntuk tiap kelurahan berdasarkan padakepadatan penduduk.

Pelaksanaan Kebijakan PengelolaanRTH Publik dilakukan melalui penataan danpengembangan RTH kota, melakukanpenghijauan diseluruh Ruang Terbuka KotaPematangsiantar, meningkatkan saranakeindahan kota, serta meningkatkan peranserta masyarakat dibidang pertamanan dankeindahan kota.

SARANDalam menunjang dan mempertahankan

ketersediaan Ruang Terbuka Hijau Publik diKota Pematangsiantar maka perlu optimalnyaperan pemerintah setempat, masyarakat danstakeholder dalam memperhatikan danmemahami peran dan fungsi dari RTH Publikdalam eksistensi kehidupan masyarakat. Untuk

152 Kebijakan 1 (2) (2018) : 145 - 153

Page 73: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

itu diperlukan suatu perhatian yang seriusuntuk menyusun perencanaan yang terstrukturdan sistematis. Untuk itu seluruh pemangkukepentingan hendaknya memperhatikanberbagai saran sebagai berikut:1. Diperlukan penambahan dan pemeliharaan

vegetasi sebagai elemen penunjang RuangTerbuka Hijau Publik Kota agar terciptasuasana kota yang nyaman, segar danmenarik.

2. Pemerintah sebagai pemegang kebijakandiharapkan dapat melakukan kolaborasidengan pihak legislatif dan yudikatif dalammenyusun regulasi (aturan) yang dapatdijadikan sebagai acuan dalampengembangan dan penataan RuangTerbuka Hijau di Kota Pematangsiantarsehingga tercipta kota yang berwawasanlingkungan.

3. Diperlukan kerjasama yang komprehensipdan menyusun program dalam penambahanRTH Publik dalam jangka menengah danpanjang di Kota Pematangsiantar.

4. Perlunya perhatian serius dari pemerintahdalam menjaga dan memelihara ruangterbuka hijau kota berupa taman, jalur hijaujalan dan hijau pekarangan yang sebagianbesar dimanfaatkan masyarakat di luarfungsi RTH. Perhatian ini dapat dilakukandengan menyediakan bibit tanaman,penanaman dan pemeliharaan denganmelibatkan seluruh pemangku kepentingan.

5. Menyusun pedoman pengelolaan RTH,melalui penyusunan rencana detail, maupunrencana tindak lanjut sebagai penjabaranterperinci mengenai rencana RTH kawasanPerkotaan Kota Pematangsiantar, terutamabagi Organisasi Perangkat Daerah, yangterkait dengan pengelolaan RTHPematangsiantar.

DAFTAR PUSTAKASudjana. Nana (1991). Tuntunan PenyusunanKarya Ilmiah. Sinar Baru. Bandung.

Undang-Undang RI Nomor 26 Tahun 2007Tentang Penataan Ruang. Dirjen PenataanRuang. Jakarta.

Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14Tahun 1988. Tentang : Penataan RuangTerbuka Hijau Di Wilayah. Perkotaan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1Tahun 2007 tentang Penataan Ruang TerbukaHijau Kawasan Perkotaan

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaandan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau diKawasan Perkotaan

Peraturan Daerah Kota PematangsiantarNomor 7 Tahun 2003 Tentang Rencana TataRuang Wilayah Kota Pematangsiantar Tahun2002-2011

Peraturan Daerah Kota PematangsiantarNomor 4 Tahun 2012 Tentang RencanaPembangunan Jangka Panjang Daerah KotaPematangsiantar Tahun 2005-2025

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) KotaPematangsiantar Tahun 2013-2032

Simanjuntak, Bungaran Antonius, (2010),Melayu Pesisir dan Batak Pegunungan(Orientasi Nilai Budaya), Jakarta: YayasanPustaka Obor Indonesia.

Warpani, Suwardjoko. (1984), “AnalisisDaerah dan Kota”, Edisi Kedua, Bandung:ITB.

153Analisis Kebijakan Pengembangan Ruang Terbuka Hijau Di Kota Pematangsiantar¹Robert Tua Siregar, ²Benny Simatupang, Dan ³Dermawan Perangin-angin

Page 74: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

Pedoman Penulisan Naskah Ilmiah Kebijakan

Kebijakan adalah jurnal yang diterbitkan olehBadan Perencanaan, Penelitian danPengembangan Daerah Kota Pematangsiantaryang berisikan karya tulis ilmiah dalamberbagai bidang untuk memberikanreferensi/input dalam pengambilan kebijakandi Kota Pematangsiantar. Kebijakan terbitenam bulan sekali dalam satu tahun yaknibulan Juni dan Desember. Kebijakan pertamakali terbit Desember 2017 dengan NomorISSN 2599-1744 Berdasarkan Surat KeputusanKepala Pusat Nasional ISSN No. :0005.25991744/JI.3.1/SK.ISSN/2017.12tanggal 7 Desember 2017.

Naskah yang akan diterbitkan dalam jurnalKebijakan Badan Perencanaan, Penelitian danPengembangan Daerah Kota Pematangsiantarharus memenuhi ketentuan berikut :

1. naskah berupa karya asli yang belumpernah dipublikasikan di tempat lain dantidak sedang diajukan ketempat lain.

2. naskah ditulis dalam bahasa Indonesiasesuai kaidah-kaidah bahasa Indonesia yangdisempurnakan.

3. komponen utama naskah setidak-tidaknyamemuat hal-hal sebagai berikut :a. Judul, ditulis dengan jelas

menggambarkan isi tulisan.b. Identitas Penulis, dimuat di bawah

judul tulisan, memuat nama, namainstansi, alamat korespondensi dan e-mail.

c. Abstrak, ditulis dalam BahasaIndonesia dan Bahasa Inggris besertakata kuncinya, Abstrak ditulis dalam 1alinea berisi masalah, tujuan penelitian,hasil dan saran/usulan.

d. Pendahuluan, isi pendahuluan di dalamkarya tulis ilmiah berisi penjelasan padatdan ringkas tentang latar belakangpenelitian, studi pustaka yangmendukung dan relevan, serta tujuanpenelitian.

e. Metode Penelitian, berisikan disainpenelitian yang digunakan,populasi/sampel atau subjek/objek,sumber data, instrumen, analisis danteknisk analisis yang digunakan.

f. Hasil dan Pembahasan, hasil adalahtemuan penelitian yang disajikan apaadanya tanpa pendapat penulis,pembahasan adalah argumentasi penulistentang temuan penelitian sertarelevansinya dengan penelitianterdahulu. Pembahasan hasil penelitiandiarahkan pada ranah kebijakan untuksemua disipilin ilmu.

g. Kesimpulan dan Saran, berisikankesimpulan penelitian merupakaninformasi penting dan singkat mengenaihasil penelitian yang telah dilakukan. Didalam kesimpulan penulis memberikanpenjelasan apakah hasil akhir penelitiantersebut sama atau berbeda daripenelitian sebelumnya. Kemudianpenulis memberikan saran, sepertipenelitian tersebut dapat dilanjutkan dimasa depan untuk mengetahui hasilyang lebih sempurna, atau hasilpenelitian dapat diaplikasikan untukkepentingan umum.

h. Tabel dan Gambar, tabel, gambar dangrafik dapat terbaca dengan jelas sertadiberi penjelasan yang memadai, mudahdipahami dan proporsional.

i. Daftar Pustaka, daftar referensi,kutipan yang dituliskan dalam karyatulis diletakkan di dalam daftar pustaka.Daftar pustaka penelitian sesuai denganacuan model Harvard (Harvard Style).

Contoh penulisan Daftar Pustaka :BukuIwantono, S. 2010. Kiat SuksesBerwirausaha: Strategi Baru MengelolaUsaha Kecil dan Menengah. Jakarta: PT.Grasindo

Hadi, S. 1996. Metodologi Research I.Dalam: Zaluchu, F. MetodologiPenelitian Kesehatan. Yogyakarta: AndiOffset, hal 81-92

Page 75: SUSUNAN REDAKSI - Pematangsiantar ISSN : 2599 - 1744 VOL. 1 NO. 2, Juni 2018 SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Walikota Pematangsiantar Pimpinan Redaksi Robert Tua Siregar, Ph.D Anggota

Artikel dari JurnalLolong, Dina Bisara. 2011. AnalisisKematian Ibu dan Neonatal .JurnalEkologi Kesehatan 10 (3), hal 298-304.

Bagian di dalam BukuBaliinger, A dan Clark, M. 2001.Nutrisi, Pengendalian Nafsu Makan danPenyakit. Dalam: Payne-James, J. dkk.editor. Dukungan Arti fisial bagi PraktikKlinik. Edisi kedua. London: GreenwichMedical, hal 225-239.

LaporanKomisi Eropa. 2004. LaporanPendahuluan terhadap Implementasidari Strategi Pemasaran Internal 2003-2006. Luxemburg: Unit PublikasiKomisi Eropa.

KonferensiFiedelius, H.C. 2000. Miopi danPenurunan Visual: Aspek Global.Dalam: Lin, L.L.K dkk. editor. MiopiaTerbarukan II: Prosiding KonferensiInternasional ke-7. Taipei, 17-20Nopember 1998. Tokyo: Springer, hal.31-37.

TesisGarcia-Sierra, A. 2000. InvestigasiPenyebab Ca-Serviks pada Wanita UsiaSubur di Perkotaan. Tesis Ph.D,Universitas Indonesia.

Jurnal Artikel Elektronik (yangdiunduh)Gouy, J, Kapa, J, Mokae, A & Levante,T. 2010. Parting with the past: is PapuaNew Guinea poised to begin a newchapter towards development? PacificEconomic Bulletin (Online) Edisi 8.Dari:https://www.humanrights.gov.au/news/stories/freedoms-PNG.pdf (Diakses 17September 2014).

Web Page (yang dibaca)The Guardian. 2013. Bikie crackdown:gangs could be banned from securityand gym jobs (Online). Dari:http://www.theguardian.com/world/2013

/oct/16/bikie-crackdown-we-will-crush-them-says-queensland-attorney-general-jarrod-beijie-says(Diakses: 17 September 2014).

4. Prosedur NaskahNaskah yang masuk hendaknya diterimapaling lama 1 (satu) bulan sebelum waktupenerbitan untuk di-review oleh DewanRedaksi dan reviewer oleh Mitra Bebestari.Naskah diserahkan dalam 2 (dua) mediayaitu hardcopy dan softcopy yang keduanyaharus memuat isi yang sama. Nama file,judul dan nama penulis naskah dituliskanpada label CD. Pengiriman naskah kealamat redaksi melalui surat elektronik ke:[email protected]

Atau melalui pos ke:

Dewan Redaksi KEBIJAKANBadan Perencanaan, Penelitian danPengembangan Daerah KotaPematangsiantar Bidang MonitoringPenelitian dan PengembanganJl. Merdeka No. 4 Pematangsiantar