EVALUASI GEOMETRI JALAN ANGKUT TERHADAP …
Transcript of EVALUASI GEOMETRI JALAN ANGKUT TERHADAP …
EVALUASI GEOMETRI JALAN ANGKUT TERHADAP
PRODUKTIVITAS DUMP TRUCK KOMATSU TYPE HD 785 PADA
KEGIATAN PENAMBANGAN BATU GAMPING DI BUKIT KARANG
PUTIH PT. SEMEN PADANG SUMATERA BARAT
SKRIPSI
Oleh:
SALMAN PUTRA
TEKNIK PERTAMBANGAN
YAYASAN MUHAMMAD YAMIN
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI
(STTIND) PADANG
2017
EVALUASI GEOMETRI JALAN ANGKUT TERHADAP
PRODUKTIVITAS DUMP TRUCK KOMATSU TYPE HD 785 PADA
KEGIATAN PENAMBANGAN BATU GAMPING DI BUKIT KARANG
PUTIH PT. SEMEN PADANG SUMATERA BARAT
SKRIPSI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna memperoleh gelar Sarjana Teknik
Oleh :
SALMAN PUTRA
1210024427049
TEKNIK PERTAMBANGAN
YAYASAN MUHAMMAD YAMIN
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI
(STTIND) PADANG
2017
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI
Judul : Evaluasi Geometri Jalan Angkut Terhadap Produktivitas Dump Truck Komatsu Type HD 785 Pada Kegiatan Penambangan Batu Gamping Di Bukit Karang Putih PT. Semen Padang Sumatera Barat
Nama : SALMAN PUTRA
NPM : 1210024427049
Program Studi : Teknik Pertambangan
Padang, November 2017Menyetujui:
Pembimbing I, Pembimbing II,
Rusnoviandi Lubis, ST, MM Dr. Murad MS, MT NIDK. 8824210016 NIDN. 007116308
Ketua Prodi, Ketua STTIND Padang,
Dr. Murad, MS, MT H. Riko Ervil, MTNIDN. 007116308 NIDN. 1014057501
i
RINGKASAN
EVALUASI GEOMETRI JALAN ANGKUT TERHADAP
PRODUKTIVITAS DUMP TRUCK KOMATSU TYPE HD 785 PADA
KEGIATAN PENAMBANGAN BATU GAMPING DI BUKIT KARANG
PUTIH PT. SEMEN PADANG SUMATERA BARAT
Nama : Salman PutraNPM : 1210024427049Pembimbing I : Rusnoviandi Lubis S.T, M.M.Pembimbing II : Dr. Murad MS, M.T.
PT. Semen Padang melakukan penambangan batu gamping di kuari bukit karang putih yang terletak di kelurahan batu gadang, kec. Lubuk kilangan sekitar 1,5 km dari pabrik. Lokasi penambangan terletak pada ketinggian 273-400 meter di atas permukaan laut. Dalam melakukan operasi pengangkutan menggunakan dump truck Komatsu type HD 785 yang dimiliki oleh PT. Semen Padang. Operasi pengangkutan memegang peranan yang sangat penting. Kelancaran dan keamanan operasi pengangkutan tidak pernah lepas dari interaksi antara jalan angkut dan dump truck. Jalan angkut tambang batu gamping di kuari bukit karang putih berada sepanjang 450 meter. Dari ketinggian 273,7 meter sampai 351 meter dari permukaan laut. Jalan ini terbagi menjadi 2 segmen, yaitu dengan nama segmen 1-2. Jalan tambang ini mempunyai kemiringan yang sangat besar. Rata-rata kemiringan sebesar 14,8%. agar operasional pengangkutan dapat berjalan dengan lancar, bebrapa aspek juga harus diperhatikan seperti saluran penirisan, tanggul, dan superelevasi. Untuk perhitungan geometri jalan angkut didapat lebar jalan lurus minimum adalah 22,4 meter, lebar jalan tikungan adalah 18,58 meter, superelevasi untuk tikungan adalah 1,7 meter, jari-jari tikungan adalah 9,9 meter, dan produksi dump truck adalah 4.329,364 Ton/shift. Geometri jalan diperlukan juga pendukung keamanan jalan dan keselamatan kerja pada jalan yaitu kecepatan maksimum alat angkut pada kondisi jalan lurus adalah 25 km/jam, maka jarak berhenti alat angkut tersebut rata-rata adalah 17 meter. Rata-rata jarak berhenti alat angkut saat melewati tikungan adalah 12,3 meter.
Kata Kunci: Geometri jalan angkut, Produktivitas alat angkut.
i
ABSTRACT
GEOMETRY EVALUATION OF PATHWAY TOWARDS PRODUCTIVITY DUMP TRUCK KOMATSU TYPE HD 785 IN THE MINING STONE
CONTACT IN BUKIT KARANG PUTIH PT. CEMENT PADANG WEST SUMATERA
Nama : Salman PutraNPM : 1210024427049Pembimbing I : Rusnoviandi Lubis S.T, M.M.Pembimbing II : Dr. Murad MS, M.T.
PT. Semen Padang is mining limestone in a white coral hill located in Batu Gadang, kec. Lubuk Kilangan about 1.5 km from the factory. The mining site is located at an altitude of 273-400 meters above sea level. In carrying out the transport operation using Komatsu type HD 785 dump truck owned by PT. Semen Padang. Transport operations play a very important role. The smoothness and safety of transport operations never escape the interaction between haul roads and dump trucks. The haul road of a limestone quarry in white coral reef is 450 meters long. From a height of 273.7 meters to 351 meters above sea level. This road is divided into 2 segments, namely by name of segment 1-2. The mine road has a very large slope. Average slope of 14.8%. so that transport operations can run smoothly, some aspects must also be considered such as drainage channels, dikes, and superelevation. For the calculation of haul road geometry, the minimum straight road width is 22.4 meters, the width of the bend is 18.58 meters, the super-elevation for the curve is 1.7 meters, the turning radius is 9.9 meters, and the dump truck production is 4.329,364 Ton / shift. Road geometry also required road safety and road safety support ie the maximum speed of the conveyance on straight road conditions is 25 km / h, then the mean haul stop is 17 meters. The average stopping distance of the conveyance when passing the bend is 12.3 meters.
Keywords: Road transport geometry, Productivity of conveyance.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa pencipta
seluruh alam semesta yang telah memberikan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya
dapat menyusun laporan Tugas Akhir ini dengan judul “Evaluasi Geometri Jalan Angkut
Terhadap Produktivitas Dump Truck Komatsu Type HD 785 Pada Kegiatan Penambangan
Batu Gamping di Bukit Karang Putih PT. Semen Padang Sumatera Barat” yang dibuat
sebagai salah satu syarat untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik
Program Studi Teknik Pertambangan Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang.
Pada kesempatan ini saya tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Rusnoviandi Lubis ST, MM. selaku pembimbing I dalam penulisan tugas akhir
ini.
2. Bapak Dr. Murad MS, MT. selaku Ketua Jurusan Teknik Pertambangan Sekolah Tinggi
Teknologi Industri (STTIND) Padang serta pembimbing II dalam penulisan tugas akhir
ini.
3. Bapak Lindo ST. sebagai pembimbing lapangan serta karyawan PT. Semen Padang
yang terkait dalam membantu penyusunan tugas akhir ini.
4. Kepada kedua Orang Tua saya yang tak hentinya memberi dukungan moral dan materil
sehingga selesainya tugas akhir ini.
5. Rekan-rekan Mahasiswa Jurusan Teknik Pertambangan STTIND Padang yang tidak
bisa disebutkan namanya satu persatu.
iv
Dalam penulisan tugas akhir ini penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan, oleh
sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari seluruh
pihak demi kesempurnaan dan semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi kita semua.
Padang, November 2017
Salman Putra
ii
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN……………………………………………………………….. i
ABSTRACT…………………………………………………………………. ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah .................................................................. 3
1.3 Batasan Masalah........................................................................ 3
1.4 Rumusan Masalah ..................................................................... 3
1.5 Tujuan Penelitian ...................................................................... 4
1.6 Manfaat Penelitian .................................................................... 4
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Landasan Teori ...................................................................... 5
2.2.1 Produktivitas Alat muat dan alat angkut........................ 7
2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Dump Truck 8
2.2.2.1 Korelasi Cycle Time Excavator Dan Dump Truck ..... 8
2.2.2.2 Pengangkutan (Hauling).......... ................................... 9
2.2.2.3 Keserasian Kerja Alat Mekanis (Match Factor).......... 10
2.2.2.4 Rolling Rasistance ...................................................... 11
2.2.2.5 Grade Rasistance ........................................................ 13
iii
2.2.2.6 Coefisien Of Traction ................................................. 13
2.2.2.7 Aceleration.................................................................. 14
2.2.2.8 Ketinggian Daerah Dari Permukaan Laut................... 15
2.2.2.9 Faktor Efesiensi .......................................................... 15
2.2.2.10 Swell Factor .............................................................. 15
2.2.2.11 Density Material........................................................ 16
2.2.3 Perhitungan Produktivitas Alat Muat Dan Angkut ....... 16
2.2.4 Geometri Jalan Angkut ................................................. 17
2.2.5 Penelitian Sejenis........................................................... 29
2.2 Kerangka Konseptual ................................................................ 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian.......................................................................... 44
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 44
3.2.1 Tempat Penelitian............................................................. 44
3.2.2 Waktu Penelitian .............................................................. 44
3.3 Variabel Penelitian .................................................................... 44
3.4 Data, Jenis Data dan Sumber Data ............................................. 45
3.4.1 Data .................................................................................. 45
3.4.2 Jenis Data ......................................................................... 45
3.4.3 Sumber Data............................................................................ 46
3.5 Teknik Pengumpulan Data........................................................ 46
3.6 Teknik Pengolahan Data ........................................................... 46
3.7 Analisa Data .............................................................................. 47
3.8 Kerangka Metodologi................................................................ 47
iv
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Pengumpulan Data .................................................................... 49
4.1.1 Jarak Dari Front Penambangan Ke Crusher 3 ....................... 49
4.1.2 Waktu Edar (Cycle Time)........................................................ 49
4.2. Pengolahan Data...................................................................... 50
4.2.1. Produktivitas Alat Angkut Dump Truck Komatsu Type HD 785 50
4.2.2. Geometri Jalan Angkut .......................................................... 51
BAB V ANALISA HASIL PENGOLAHAN DATA
5.1 Produktivitas Alat Angkut Dump Truck Komatsu Type HD 785
Observasi Sebelum Perbaikan Geometri Jalan Angkut ............ 53
5.2 Geometri Jalan Angkut Yang Ideal........................................... 54
5.2.1 Lebar Jalan Angkut ................................................................. 54
5.2.2. Jari-Jari Tikungan................................................................... 57
5.2.3. Kemiringan Jalan Pada Tikungan (Superelevasi) .................. 58
5.2.4. Kemiringan Jalan Angkut (Grade)......................................... 58
5.3. Perbandingan Geometri Jalan Sebelum Dan Sesudah Evaluasi.... 61
5.4. Produktivitas Alat Angkut Dump Truck Komatsu Type HD 785
Observasi Sesudah Perbaikan Geometri Jalan Angkut ............. 61
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ............................................................................... 63
6.2 Saran.......................................................................................... 64
DAFTAR KEPUSTAKAAN
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Arahan Tahanan Gulir........................ ................................ 11
Gambar 2.2. Lebar Jalan Angkut Pada Kondisi Lurus............................ 19
Gambar 2.3. Lebar Jalan Angkut Pada Tikungan Untuk 2 Jalur............. 20
Gambar 2.4. Gaya Sentrifugal Pada Tikungan………………………………… 22
Gambar 2.5. Penyebaran Beban Roda Melalui Lapisan Perkerasan Jalan 25
Gambar 2.6. Kontruksi Lapisan Perkerasan Jalan ..................................... 26
Gambar 2.7. Kerangka Metodologi …………………………………………… 31
Gambar 3.1. Alur Penelitian ..................................................................... 43
Gambar 5.1. Bentuk Penampang Dari Lebar Jalan Lurus ......................... 54
Gambar 5.2. Lebar Jalan Pada Tikungan .................................................. 57
Gambar 5.3. Penampang Jalan Produksi Pada Segmen 1 PT. Semen Padang
................................................................................................................... 59
Gambar 5.4. Penampang Jalan Produksi Pada Segmen 2 PT. Semen Padang
................................................................................................................... 60
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Harga Tahanan Gelinding ………………………………….. 12
Tabel 2.2 Kemiringan Dan Tahanan Kemiringan .................................. 13
Tabel 2.3 Coeficient Of Traction Untuk Berbagai Kondisi Jalan ........... 14
Tabel 2.4 Rekomendasi Aashto Untuk Koefisien Gesekan Samping ..... 23
Tabel 2.5 Daya Dukung Material……………………………………………… 28
Tabel 4.1 kondisi jalan secara umum ..................................................... 52
Tabel 5.1 tabel rekapitulasi perbandingan geometri jalan sebelum dan
sesudah evaluasi ..................................................................... 61
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
A. Peta Topografi PT. Semen Padang.
B. Peta Situasi Jalan Tambang.
C. Data Produksi PT. Semen Padang.
D. Spesifikasi Alat-alat Mekanis.
E. Cycle Time Dump Truck Hasil Observasi Sebelum Perbaikan jalan.
F. Dokumentasi Lapangan dan Kondisi jalan Tambang Kuari Bukit Karang
Putih.
G. Perhitungan Konversi Kemiringan Jalan Angkut (Grade) Dari Satuan
Derajat Ke Satuan Persen.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Bahan galian merupakan mineral dalam bentuk aslinya, yang dapat
ditambang untuk keperluan manusia. Mineral-mineral dapat terbentuk menurut
berbagai macam proses, seperti kristalisasi magma, pengendapan dari gas dan
uap, pengendapan kimiawi dan organik dari larutan pelapukan, metamorfisme,
presipitasi dan evaporasi, dan sebagainya. Berdasarkan UU No 4 tahun 2009
pengelompokan bahan galian industri dimasukan kedalam pertambangan batuan
Batugamping ini tersusun oleh mineral kalsit (CaCo3), terjadi secara
organik, mekanik atau kimia. Batugamping ini pada umumnya membentuk
perbukitan merupakan areal perladangan dan semak belukar. Potensi bahan galian
batugamping hampir terdapat di seluruh wilayah Indonesia yang dapat
memajukan perekonomian daerah dan pendapatan nasional meningkat.
Lokasi penambangan batugamping terletak di bukit karang putih,
kelurahan batu gadang, kecamatan lubuk kilangan sekitar 1,5 km dari pabrik.
Ketinggian daerah penambangan sekitar 273-400 meter dari permukaan laut.
Berdasarkan data dari perusahaan target produksi adalah 709.961
ton/bulan, sedangkan produksi yang real adalah 695.070 ton/bulan. Tidak
tercapainya target produksi diperkirakan karena tingginya waktu edar dari alat
angkut. Hal ini disebabkan karena kurang optimalnya geometri jalan angkut yang
ada pada bukit karang putih, dan terlihat masih adanya dump truck yang berhenti
karena menunggu dump truck lain lewat.
2
Kegiatan operasi pengangkutan di bukit karang putih menggunakan Dump
Truck Komatsu type HD 785. Dalam pencapaian target produksi penambangan
operasi pengangkutan memegang peranan yang sangat penting demi kelancaran
dan keamanan. Operasi pengangkutan tidak pernah lepas dari interaksi antara
jalan angkut dan alat angkut itu sendiri. Jalan angkut quarry yang tanah dasarnya
adalah batugamping dan merupakan jalan angkut dua jalur tentu memberikan
kontribusi yang besar bagi kelancaran dan keamanan, namun salah satu penyebab
karena kurang idealnya geometri jalan, yaitu lebar jalan pada beberapa segmen
yang belum memenuhi syarat lebar minimum. Saat curah hujan tinggi adanya air
yang menggenangi lokasi penambangan dan juga mengakibatkan jalan angkut
menjadi licin, itu juga salah satu penyebab target produksi tidak tercapai.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka peneliti akan membahas
dan meneliti tentang geometri jalan angkut pada PT Semen Padang dalam bentuk
suatu penelitian Tugas Akhir dengan judul “Evaluasi Geometri Jalan Angkut
Terhadap Produktivitas Dump Truck Komatsu Type HD 785 Pada Kegiatan
Penambangan Batu Gamping Di Bukit Karang Putih PT. Semen Padang
Sumatera Barat”.
3
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah di atas, maka dapat
diidentifikasi beberapa masalah diantaranya:
1. Saat curah hujan tinggi adanya air yang menggenangi lokasi tambang dan jalan
angkut menjadi licin.
2. Adanya geometri jalan yang terlalu kecil.
3. Tidak adanya saluran penirisan pada jalan tambang.
4. Tidak adanya tanggul di sepanjang jalan angkut.
5. Waktu tunggu excavator terlalu lama.
6. Tidak tercapainya target produksi
1.3. Batasan Masalah
Supaya penelitian ini lebih terarah, maka penulis membatasi penelitian ini.
Penulis hanya membahas tentang geometri jalan tambang terhadap kinerja HD
785 dari front penambangan ke crusher 3 pada Bukit Karang Putih.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada identifikasi dan batasan masalah maka dapat
dirumuskan diantaranya:
1. Berapakah produktivitas alat angkut HD 785 yang bekerja dari front ke crusher
3 ?
2. Berapakah geometri jalan angkut yang real dari front tambang ke crusher 3
untuk saat ini?
3. Berapakah geometri jalan angkut yang ideal dari front tambang ke crusher 3 ?
4
1.5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian pada rumusan masalah maka dapat ditentukan tujuan
penelitian sebagai berikut:
1. Menghitung produktivitas alat angkut HD 785 yang bekerja dari front tambang
ke crusher 3.
2. Menghitung geometri jalan angkut yang real dari front tambang ke crusher 3
untuk saat ini.
3. Menghitung geometri jalan angkut yang ideal dari front tambang ke crusher 3.
1.6. Manfaat Penelitian
1. Bagi Perusahaan
Dapat menjadi bahan dan pertimbangan bagi PT Semen Padang dalam
melaksanakan operasi produksi untuk mencapai target produksi.
2. Bagi Peneliti
Dapat mengaplikasikan ilmu di bangku perkuliahan ke dalam bentuk
penelitian, dan meningkatkan kemampuan peneliti dalam menganalisa suatu
permasalahan serta menambah wawasan peneliti khususnya di bidang keilmuan
teknik pertambangan.
3. Bagi institusi STTIND Padang
Dapat dijadikan sebagai salah satu masukan untuk pembuatan jurnal dan
dapat dijadikan sebagai referensi dan pedoman bagi mahasiswa yang akan
melakukan penelitian khususnya di bidang keilmuan teknik pertambangan.
5
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Profil PT. Semen Padang
PT Semen Padang merupakan pabrik semen tertua di Indonesia yang
didirikan tanggal 18 Maret 1910 dengan nama NV Nederlandsch Indhische
Portland Cement Maatschappij (NV NIPCM). Pada awalnya tahun 1906, dua
orang ilmuwan Belanda Ir. Carl Christopus Law dan Ir. Koninberg menemukan
bebatuan di Bukit Karang Putih dan Bukit Ngalau yang diduga dapat dijadikan
bahan baku pembuatan semen. Setelah diteliti di laboratorium Voor Material
Landerzoeki (Belanda), menunjukkan bahwa bebatuan tersebut merupakan bahan
baku pembuatan semen yaitu batu kapur (lime stone) dan batu silica (silica stone).
Pada tanggal 25 Januari 1907 Christopus mengajukan izin pendirian
pabrik semen ke Amsterdam (Belanda), hal ini mengundang minat pihak swasta
Belanda untuk mengolah deposit bahan baku semen tersebut. Sehingga
didirikanlah sebuah pabrik semen pada tanggal 18 Maret 1910 dengan nama NV
NIPCM. Proses berdirinya pabrik ini melalui beberapa periode :
a. Periode I (1910-1942)
Pabrik ini berada di bawah kekuasaan Belanda yang berkedudukan di
Amsterdam. Pabrik mulai beroperasi tahun 1913 dengan kapasitas
produksi 22.900 ton/tahun dan tahun 1939 mencapai angka produksi
tertinggi sebesar 170.000 ton / tahun.
b. Periode II (1942-1945)
Saat terjadi perang dunia II, Jepang mulai menguasai Indonesia sehingga
pabrik diambil alih oleh Manajemen Asano Cement. Pada tahun 1944
perusahaan ini dibom Sekutu dan menghancurkan tiga kiln dan
menewaskan banyak karyawan.
c. Periode III (1945-1947)
Pada tahun 1945, pabrik diambil alih oleh karyawan bersamaan dengan
kekalahan Jepang dari sekutu dan selanjutnya diserahkan kepada
6
pemerintah Republik Indonesia, kemudian berganti nama menjadi Kilang
Semen Indarung.
d. Periode IV (1947-1958)
Pada Agresi Militer Belanda I (1947), pabrik dikuasai oleh Belanda dan
berganti nama menjadi NV Padang Portland Cement Maatschappij (NV
PPCM). Jumlah produksi sangat sedikit karena banyak karyawan yang
mengungsi. Setelah konferensi Meja Bundar (1949), pabrik kembali
berjalan normal. Pada tahun 1957 produksi mencapai 154.000 ton / tahun.
e. Periode V (1958-1961)
Berdasarkan peraturan pemerintah (PP) No. 50 tanggal 5 Juli 1958, maka
NV PPCM dinasionalisasikan dan selanjutnya ditangani oleh Badan
Pengelola Perusahaan Industri dan Tambang (BAPPIT) Pusat. Pada tahun
1958 produksi semen sebesar 80.828 ton, tahun1959 sebesar 120.714 ton,
tahun 1960 sebesar 107.695 ton.
f. Periode VI (1961-1971)
Status perusahaan diubah menjadi Perusahaan Negara setelah tiga tahun
dikelola BAPPIT. Kapasitas produksi pada tahun itu mencapai 170.071
ton.
g. Periode VII (1971-1995)
Setelah resmi bernama PT Semen Padang, maka pengangkatan Direksi
ditentukan berdasarkan RUPS sesuai dengan keputusan Menteri Keuangan
No. 304/MK/1972 yang berlaku semenjak perusahan berstatus PT
(Perseroan).
h. Periode VIII (1995-sekarang)
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.
5326/MK.06/1995, pemerintah melakukan konsolidasi atas tiga pabrik
semen milik pemerintah yaitu PT Semen Padang, PT Semen Tonasa, dan
PT semen Gresik yang terealisasi pada tanggal 15 September 1995,
sehingga saat ini PT Semen Padang berada di bawah PT Semen Gresik.
7
Sejak diambil alih oleh Pemerintahan Republik Indonesia (RI), PT. Semen
Padang terus berkembang dengan pesat dan meningkatkan kapasitas produksinya
sebagai berikut :
1. Rehabilitas pabrik Indarung I dimulai pada tahun 1970 sampai tahun 1973.
Kapasitas produksinya meningkat dari 120.000 ton / tahun menjadi 220.000
ton / tahun. Rehabilitas Indarung I tahap kedua pada tahun 1973-1976 dengan
peningkatan kapasitas produksi dari 220.000 ton / tahun menjadi 330.000 ton /
tahun. Namun, sekarang pabrik Indarung I tidak berproduksi lagi.
2. Proyek Pabrik Indarung II dimulai pada tahun 1977 dengan pembuatan semen
menggunakan proses kering yang bekerja sama dengan F.L. Smidth & Co. AS
(Denmark). Proyek Indarung II selesai pada tahun 1980 dengan kapasitas
produksi mencapai 600.000 ton/tahun. Selanjutnya, dilakukan proyek
optimalisasi Indarung II, sehingga kapasitas produksinya menjadi 660.000
ton/tahun.
3. Pada tahun 1981, dibangun dua buah pabrik yaitu proyek Indarung IIIA yang
selesai pada tahun 1983 dengan kapasitas produksi 660.000 ton/tahun dan
proyek Indarung IIIB yang selesai pada tahun 1987 dengan kapasitas produksi
660.000 ton/tahun.
4. Pada tahun 1991-1994, proyek Indarung IIIC dilakukan secara swakelola oleh
PT Semen Padang dengan kapasitas produksi 660.000 ton/tahun, dan
selanjutnya Indarung IIIB dan IIIC diberi nama menjadi Indarung IV.
5. Pada tahun 1996, dimulai proyek Indarung V dengan kapasitas produksi
mencapai 2.300.000 ton/tahun. Maka dengan beroperasinya Indarung V, total
produksi menjadi 5.240.000 ton/tahun.
2.2.1 Produktivitas Alat Muat dan Alat Angkut
Produktivitas alat angkut dipengaruhi oleh waktu siklusnya. Waktu
siklus dump truck terdiri dari waktu pemuatan, waktu pengangkutan, waktu
pembongkaran muatan, waktu perjalanan kembali, dan waktu antri.
8
2.2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produksi Dump Truck
2.2.2.1 Korelasi Cycle Time Excavator dan Dump Truck
Dump Truck sebagai alat utama dalam kegiatan pengangkutan sangat
berperan dalam pencapaian target produksi pada tambang terbuka yang
menerapkan sistem excavator–dump truck. Selain itu dump truck juga merupakan
alat berat yang dapat disesuaikan dengan alat gali/muat yang melayaninya.
Waktu edar dump truck merupakan faktor yang sangat mempengaruhi
produktivitas alat muat itu sendiri. Semakin kecil waktu edar maka produktivitas
alat tersebut semakin baik, begitu juga dengan sebaliknya. Menurut Peurifoy
waktu edar dump truck terdiri dari beberapa bagian, yaitu loading time (waktu isi),
dumping time (waktu membongkar muatan), hauling time (waktu angkut), return
time (waktu kembali dalam kondisi kosongan), spoting time (waktu manuver di
daerah penggalian ditambah dengan manuver di daerah penimbunan), dan delay
time (waktu tunggu dump truck sebelum di isi oleh alat muat).
Waktu edar excavator adalah fill dipper (waktu yang dibutuhkan untuk
mengisi bucket), swing (waktu manuver bucket untuk mengisi dump truck), dump
(waktu bucket menumpahkan material), return time, (waktu kembali untuk
mengisi bucket), serta delay time (waktu tunggu sebelum mengisi bak dump
truck).
2.2.2.2 Pengangkutan/hauling
Pengangkutan adalah kegiatan usaha pertambangan untuk
memindahkan mineral dan/atau batubara dari daerah tambang dan/atau tempat
9
pengolahan dan pemurnian sampai tempat penyerahan. Peralatan pengangkutan
yang biasa dipakai adalah dump truck. Produksi perjam dump truck dapat dihitung
dengan persamaan sebagai berikut:
P = ………………. (1)q x 3600 x E
Cm
(Sumber :Indonesianto, 2005)
Keterangan :
P = Produksi dump truck per jam (m3/jam)
q = Kapasitas produksi per siklus (m3)
E = Efisiensi kerja alat
Cm= Waktu siklus (detik)
Kapasitas produksi persiklus dump truck dihitung dengan rumus:
q = q1 x K x n ……………… (2)
(Sumber :Indonesianto, 2005)
Keterangan :
q = Kapasitas perduksi persiklus (m3)
q1 = Kapasitas bucket monjong (m3)
n = Jumlah siklus yang diperlukan untuk mengisi dump truck
K = Faktor bucket
2.2.2.3 Keserasian Kerja Alat Mekanis (match factor)
Match factor merupakan faktor untuk menentukan tingkat keserasian kerja
alat-alat mekanis (backhoe dan dump truck). Salah satu faktor yang ikut
mempengaruhi keserasian kerja dua alat mekanis diatas adalah kondisi jalan
10
angkut. Untuk menentukan nilai match factor dapat digunakan persamaan sebagai
berikut (Yanto Indonesianto, 2005, hal 51):
MF = ………………. (3) CtaxNmCTmxNa
Keterangan :
MfF = Faktor keserasian kerja alat mekanis
CTm = Waktu edar alat muat
Cta = Waktu edar alat angkut
Na = Jumlah alat angkut
Nm = Jumlah alat muat
Bila dari hasil perhitungan diperoleh:
MF < 1
Berarti persentase kerja alat gali muat kurang dari 100%,
sedangkan persentase kerja alat angkut 100%, sehingga terdapat waktu tunggu
untuk alat gali muat.
MF = 1
Berarti persentase kerja alat gali muat dan alat angkut maksimal
100% sehingga tidak terdapat waktu tunggu bagi kedua alat tersebut.
MF > 1
Berarti persentase kerja alat angkut kurang dari 100%, sedangkan
persentase kerja alat gali muat 100%, sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat
angkut.
11
2.2.2.4 Rolling Resistance
Rolling resistance merupakan tahanan gelinding/gulir yang terdapat pada
roda yang sedang bergerak akibat adanya gaya gesek antara roda dengan
permukaan tanah yang arahnya selalu berlawanan seperti terlihat pada Gambar 2.1
Keterangan :
O : Titik Pusat RodaW : Berat kendaraan
W p : Gaya tarik kendaraanr : Jari-jari roda
F : Tahanan GulirN : Gaya yang melawan berat
kendaraana : ½ Jarak sisi roda yang ambles
P dengan pusat roda ground r
F
a N
Sumber: Partanto Prodjosumarto, 1996.
Gambar 2.1 Arah Tahanan Gulir
Basarnya tergantung pada kondisi permukaan tanah yang dilewati
(kekerasan dan kehalusan), tipe roda, dan berat dari kendaraan tersebut. Secara
teoritis nilai dari tahanan gelinding dapat ditentukan dengan persamaan berikut
(Partanto Prodjosumarto, 1996, hal 156):
……………… (4)WPRR
Dimana :
RR = Rolling resistance (lb/ton)
P = gaya tarik pada kabel penarik (lb)
W = berat kendaraan (ton)
12
Untuk menentukan nilai tahanan gulir adalah sulit untuk dilakukan
karena sebenarnya jenis dan tekanan ban serta kecepatan kendaraan ikut
mempengaruhi harga rolling resistance. jadi nilai rolling resistance ditentukan
dalam persen berat, seperti terlihat pada Table 2.1.
TABEL 2.1Harga Tahanan Gelinding
Sumber: Partanto Prodjosumarto, 1996.
2.2.2.5 Grade Resistance
Grade resistance adalah besarnya gaya berat yang melawan atau
membantu gerak kendaraan karena kemiringan jalur jalan yang dilewati oleh
kendaraan tersebut. Pengaruh kemiringan terhadap harga GR adalah naik untuk
kemiringan positif (akan memperbesar rimpul) dan turun untuk kemiringan
negatif (akan memperkecil rimpul). Besarnya GR tergantung pada kemiringan
jalan (%) dan berat kendaraan tersebut (ton). Besarnya GR dinyatakan rata-rata 20
KONDISI JALAN ANGKUT RR Untuk Ban Karet
lb/ton
Jalan keras dan licin 40
Jalan yang diaspal 45 – 60
Jalan keras dengan permukaan terpelihara baik 45 – 70
Jalan yang sedang diperbaiki dan terpelihara 85 – 100
Jalan yang kurang terpelihara 85 – 120
Jalan berlumpur dan tidak terpelihara 165 – 210
Jalan berpasir dan berkerikil 240 – 275
Jalan berlumpur dan sangat lunak 290 - 370
13
lb dari rimpul untuk setiap gross berat kendaraan beserta isinya pada setiap
kemiringan 1 %. Harga GR untuk tiap kemiringan jalan dapat dilihat pada
Tabel 2.2.
TABEL 2.2Kemiringan Dan Tahanan Kemiringan
Sumber: Partanto Prodjosumarto, 1996.
2.2.2.6. Coeficient of Traction
Coeficient of Traction (CT) adalah suatu faktor yang menunjukan berapa
bagian dari seluruh berat kendaraan itu pada ban atau track yang dapat dipakai
untuk menarik atau mendorong kendaraan. Dengan kata lain CT adalah suatu
faktor dimana jumlah berat kendaraan pada ban/track penggerak harus dikalikan
KEMIRINGANGR KEMIRINGAN GR
(%) (lb/ton) (%) (lb/ton)
1 20 11 218
2 40 12 238.4
3 60 13 257.8
4 80 14 277.4
5 100 15 296.6
6 119.8 20 392.3
7 139.8 25 485.2
8 159.2 30 574.7
9 179.2 35 660.6
10 199 40 742.8
14
dengan permukaan jalan sebelum roda slip. Besarnya harga coefficient of traction
tergantung pada:
a. Keadaan ban atau track, yaitu keadaan dan bentuk kembangan ban.
b. Keadaan jalan (basah/kering, keras/lunak, bergelombang/rata).
c. Berat kendaraan yang diterima roda.
Besarnya harga coefficient of traction untuk macam-macam keadaan jalan
dapat dilihat pada Tabel 2.3.
TABEL 2.3Coeficient Of Traction Untuk Berbagai Kondisi Jalan
KONDISI JALAN BAN KARET
(%)
Jalan kering dan keras 80 – 100
Jalan tanah liat kering 50 – 70
Jalan tanah liat basah 40 – 50
Jalan berpasir basah dan berkerikil 30 – 40
Jalan berpasir kering yang terpisah/terpencar 20 – 30
Sumber: Partanto Prodjosumarto, 1996.
2.2.2.7 Aceleration (percepatan)
Aceleration merupakan waktu yang diperlukan untuk mempercepat
kendaraan dengan menggunakan rimpull yang tidak dipergunakan untuk
menggerakan kendaraan pada jalur tertentu. Lamanya waktu yang dibutuhkan
unutk mempercepat kendaraan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
15
a. Berat kendaraan, semakin berat kendaraan maka waktu yang dibutuhkan akan
semakin lama untuk mempercepat kendaraan.
b. Kelebihan rimpull, semakin banyak rimpull yang berlebih maka akan semakin
cepat kendaraan dipercepat.
c. Grade (kemiringan) jalan angkut yang dilalui.
2.2.2.8 Ketinggian Daerah Dari Permukaan Laut
Perubahan kadar Oksigen dalam udara akan berpengaruh pada horse
power suatu kendaraan yang sedang beroperasi pada daerah dengan ketinggian
tertentu. Semakin tinggi suatu daerah maka persediaan oksigen akan berkurang,
maka kemampuan alat juga akan ikut berkurang.
2.2.2.9 Faktor Efisiensi
Nilai keberhasilan suatu pekerjaan sangat sulit ditentukan secara tepat
karena mencakup beberapa faktor seperti manusia, mesin, dan kondisi kerja. Nilai
keberhasilan dari suatu pekerjaan dipengaruhi oleh effisiensi waktu, effisiensi
kerja atau kesediaan alat untuk dioperasikan dan efisiensi operator.
2.2.2.10 Swell Factor
Swell factor adalah faktor pengembangan material yang merupakan
perbandingan antara volume material dalam keadaan insitu (belum digali = BCM)
dan volume material dalam keadaan loose (telah digali = LCM). Besarnya swell
factor dapat dihitung dengan persamaan berikut (Yanto Indonesianto, 2005, hal 7)
V insitu Swell Factor = x 100 % …………… (5)
V loose
16
2.2.2.11 Density Material
Berat isi material akan digali, dimuat, dan diangkut oleh alat-alat mekanis
akan mempengaruhi:
1. Kecepatan kendaraan
2. Kemampuan kendaraan untuk mengatasi tahanan kemiringan dan tahanan
gulir.
3. Volume material yang dapat diangkut.
2.2.3 Perhitungan Produktivitas Alat Muat dan Angkut
1. Dump truck
Pengangkutan adalah kegiatan usaha pertambangan untuk memindahkan
mineral dan/atau batubara dari daerah tambang dan/atau tempat pengolahan dan
pemurnian sampai tempat penyerahan. Peralatan pengangkutan yang biasa dipakai
adalah dump truck. Produksi perjam dump truck dapat dihitung dengan persamaan
sebagai berikut. (perhitungan produktivitas dump truck mengacu ke halaman 6
sub. 2.2.2.2.)
2. Excavator (Back Hoe)
Excavator merupakan alat gali sekaligus alat muat material ke dump
truck. Untuk menghitung produksi excavator dapat menggunakan persamaan
berikut:
Q = …………….. (6)q x 3600 x E
Ctm
(Sumber :Indonesianto, 2005)
17
Keterangan :
Q = Produktifitas excavator per jam (m3 / jam)
q = Kapasitas produksi persiklus (m3)
E = Efisiensi kerja
Ctm= Waktu siklus perdetik
a. Kapasitas Persiklus
Kapasitas produksi persiklus excavator dapat ditentukan dengan rumus :
q = q1 x K ……………… (7)
(Sumber: Indonesianto, 2005)
Keterangan :
Q = Produktivitas per siklus (m3)
q1 = Kapasitas bucket monjong (m3)
K = Faktor bucket Kerja
2.2.4 Geometri Jalan Angkut
Geometri jalan merupakan bagian dari perencanaan yang lebih ditekankan
pada perencanaan bentuk fisik sehingga dapat memenuhi fungsi dasar jalan yaitu
memberikan pelayanan yang optimum pada arus lalu lintas yang beroperasi di
atasnya.
Pada pengertiannya, geometri jalan tambang yang memenuhi syarat adalah
bentuk dan ukuran-ukuran dari jalan tambang tersebut sesuai dengan tipe (bentuk,
ukuran dan spesifikasi) alat angkut yang digunakan dan kondisi medan yang ada
sehingga dapat menjamin serta menunjang segi keamanan dan keselamatan
18
operasi pengangkutan. Geometri jalan tersebut merupakan hal yang mutlak harus
dipenuhi. (Yanto indonesianto, 2005)
Adapun faktor-faktor yang merupakan geometri penting yang akan
mempengaruhi keadaan jalan angkut adalah lebar jalan, jari-jari tikungan dan
kemiringan jalan.
1. Lebar Jalan
Lebar jalan angkut pada tambang pada umumnya dibuat untuk pemakaian
jalur ganda dengan lalu lintas satu arah atau dua arah. Dalam kenyataanya,
semakin lebar jalan angkut maka akan semakin baik dan lalu lintas pengangkutan
semakin aman dan lancar. Akan tetapi semakin lebar jalan angkut, biaya yang
dibutuhkan untuk pembuatan dan perawatan juga akan semakin besar. Untuk itu
perlu dilakukan agar keduanya bisa optimal.
a. Lebar jalan angkut pada kondisi lurus
Lebar jalan angkut minimum yang dipakai sebagai jalur ganda pada jalan
lurus dapat dilihat pada (gambar 2.2). Penentuan lebar jalan lurus didasarkan pada
rule of thumb yang dikemukakan oleh AASHTO Manual Rural Higway Design
(1990) yaitu jumlah jalur dikali dengan lebar dump truck ditambah setengah lebar
truk untuk masing-masing tepi kiri, kanan, dan jarak antara dua dump truck yang
sedang bersilangan. Persamaan yang digunakan adalah (Yanto Indonesianto,
2005, hal 58) :
L(m) = n.Wt + (n+1) (1/2.Wt) ……………. (8)
19
Keterangan :
L(m) = lebar jalan angkut minimum, meter
n = jumlah jalur
Wt = lebar alat angkut total, meter
(Sumber: Yanto Indonesianto, Pemindahan Tanah Mekanis, 2005)
Gambar 2.2Lebar Jalan Angkut Pada Kondisi Lurus
a. Lebar Jalan Pada Tikungan
Lebar jalan angkut pada tikungan selalu dibuat lebih besar dari pada jalan
lurus. Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi adanya penyimpangan lebar alat
angkut yang disebabkan oleh sudut yang dibentuk oleh roda depan dengan badan
truk saat melintasi tikungan (lihat Gambar 2.14). Untuk jalur ganda, lebar jalan
minimum pada tikungan dihitung berdasarkan pada:
a. Lebar jejak roda
b. Lebar juntai atau tonjolan (overhang) alat angkut bagian depan dan belakang
pada saat membelok
c. Jarak antar alat angkut saat bersimpangan
d. Jarak alat angkut terhadap tepi jalan.
20
(Sumber: Yanto Indonesianto, Pemindahan Tanah Mekanis, 2005)
GAMBAR 2.3Lebar Jalan Angkut Pada Tikungan Untuk 2 Jalur
Persamaan yang digunakan adalah (Yanto Indonesianto, 2005, hal 58) :
W = 2 ( U + Fa + Fb + Z ) + C
C = Z = ½ ( U + Fa + Fb ) ………………… (9)
Keterangan :
W = lebar jalan angkut pada tikungan (meter)
U = jarak jejak roda (meter)
Fa = lebar juntai depan (meter)
Fb = lebar juntai belakang (meter)
Z = lebar bagian tepi jalan (meter)
C = jarak antara alat angkut saat bersimpangan (meter)
2. Jari–jari dan Superelevasi (kemiringan jalan pada tikungan)
Kemampuan alat angkut truk untuk melewati tikungan terbatas, maka
dalam pembuatan tikungan harus memperhatikan besarnya jari-jari tikungan jalan.
Masing-masing jenis truk mempunyai jari-jari lintasan jalan yang berbeda.
Perbedaan ini dikarenakan sudut penyimpangan roda depan pada setiap truk
21
belum tentu sama. Semakin kecil sudut penyimpangan roda depan maka jari-jari
lintasan akan terbentuk akan semakin besar. Dengan semakin besarnya jari-jari
lintasan maka kemampuan truk untuk melintasi tikungan tajam berkurang.
Dalam pembuatan jalan menikung, jari-jari tikungan harus dibuat lebih
besar dari jari-jari lintasan alat angkut atau minimal sama. Jari-jari tikungan jalan
angkut juga harus memenuhi keselamatan kerja di tambang atau memenuhi faktor
keamanan yang dimaksud adalah jarak pandang bagi pengemudi di tikungan, baik
horizontal maupun vertikal terhadap kedudukan suatu penghalang pada jalan
tersebut yang diukur dari mata pengemudi.
Hal lain yang tidak bisa diabaikan dalam pembuatan tikungan adalah
superelevasi, yaitu kemiringan melintang jalan pada tikungan. Besarnya angka
superelevasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Yanto Indonesianto,
2005, hal 59):
………………. (10)R
Vfe127
2
Keterangan :
e = angka superelevasi
f = faktor gesekan
V = kecepatan, km/jam
R = jari-jari tikungan, meter
Untuk mengatasi gaya sentrifugal yang bekerja pada alat angkut yang
sedang melewati tikungan jalan ada dua cara yang dapat dilakukan, yaitu :
pertama, dengan mengurangi kecepatan dan cara ke dua adalah membuat
kemiringan ke arah titik pusat jari-jari tikungan. Yang mana kemiringan ini
berfungsi untuk menjaga alat angkut tidak terguling saat melewati tikungan
22
dengan kecepatan tertentu. Cara pertama sangat tidak efisien karena waktu hilang
yang ditimbulkan akan besar, oleh karena itu cara kedua dianggap lebih baik.
Apabila suatu kendaraan bergerak dengan kecepatan tetap pada datar atau
miring dengan lintasan berbentuk lengkung seperti lingkaran, maka pada
kendaraan tersebut bekerja gaya sentrifugal mendorong kendaraan secara radial
keluar dari jalur jalannya, berarah tegak lurus terhadap kecepatan (lihat gambar
2.4). Untuk dapat mempertahankan kendaraan tersebut tetap pada jalurnya, maka
perlu adanya gaya yang dapat mengimbangi gaya tersebut sehingga terjadi suatu
keseimbangan.
Sumber: Yanto Indonesianto, 2005.
Gambar 2.4Gaya Sentrifugal Pada Tikungan
Untuk menghitung besarnya gaya sentrifugal dapat digunakan rumus:
Fsf = ……………… (11)gG
RV 2
Keterangan :
Fsf = Gaya SentrifugalG = Berat Kendaraang = Gaya grafitasi bumiV = Kecepatan kendaraanR = Jari-jari lengkung lintasan
23
Untuk menentukan angka koefisien gesek samping berdasarkan kecepatan
kendaraan yang beroperasi dapat menggunakan tabel 2.4.
TABEL 2.4Rekomendasi Aashto Untuk Koefisien Gesekan Samping
Kecepatan rencana (mph) 20 30 40 50 60 70 80
Kecepatan rencana (km/jam) 32 48 64 80 97 113 129
Koefisien 0,17 0,16 0,15 0,14 0,12 0,10 0,08
Sumber: Yanto Indonesianto, 2005.
3. Kemiringan Jalan Produksi dan Grade Resistance
Kemiringan jalan angkut dapat berupa jalan menanjak ataupun jalan
menurun, yang disebabkan perbedaan ketinggian pada jalur jalan. Kemiringan
jalan berhubungan langsung dengan kemampuan alat angkut, baik dalam
pengereman maupun dalam mengatasi tanjakan. Kemampuan dalam mengatasi
tanjakan untuk setiap alat angkut tidak sama, tergantung pada jenis alat angkut itu
sendiri. Sudut kemiringan jalan biasanya dinyatakan dalam persen, yaitu beda
tinggi setiap seratus satuan panjang jarak mendatar.
Tahanan kemiringan (grade resistance) ialah besarnya gaya berat yang
melawan atau membantu gerak kendaraan karena kemiringan jalur jalan yang
dilaluinya. Tahanan kemiringan tergantung dua faktor, yaitu:
a. Besarnya kemiringan yang biasanya dinyatakan dalam persen.
b. Berat kendaraan itu sendiri yang dinyatakan dalam ton.
Besarnya tahanan kemiringan rata-rata dinyatakan dalam 20 lbs dari
rimpull untuk tiap gross ton berat kendaraan beserta isinya pada kemiringan 1 %.
24
Kemiringan suatu jalan biasanya dinyatakan dalam persentase, dimana
kemiringan 1 % merupakan kemiringan permukaan yang menanjak atau menurun
1 meter secara vertikal dalam jarak horizontal 100 meter. Kemiringan dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Yanto Indonesianto, 2005,
hal 60):
h Grade (%) = 100 % …………….. (12)
x
Keterangan:h: Beda tinggi antara dua titik yang diukur (meter)
x: Jarak datar antara dua titik yang diukur (meter)
c. Daya Dukung Jalan Terhadap Beban Yang Melintas
Daya dukung jalan adalah kemampuan jalan untuk menopang beban yang
ada di atasnya. Menentukan daya dukung tanah secara tepat hanya dapat
dilakukan oleh seorang ahli mekanika tanah yang berkualifikasi. Walaupun
demikian, Kontruksi Perkerasan Jalan
Susunan lapis perkerasan jalan yang digunakan di dalam dan di luar
tambang adalah menggunakan metode Un-Bound Method, yaitu seluruh kontruksi
perkerasan terdiri dari butiran-butiran lepas (tanpa adanya bahan pengikat
aspal/semen) yang mempunyai sifat seperti lapisan pasir ialah meneruskan gaya
tekan kesegala penjuru dengan sudut rata-rata 45 0 terhadap garis vertikal,
sehingga penyebaran gaya tersebut merupakan bentuk kerucut dengan sudut
puncak 900 (Gambar 2.5)
Kontruksi jalan secara un-bound method harus memenuhi dua syarat
utama, yaitu : permukaan jalan harus cukup kuat untuk menahan beban atau berat
25
kendaraan yang berada diatasnya (gaya tekan kendaraan harus lebil kecil dari daya
dukung tanah), permukaan jalan harus dapat menahan gesekan dari roda
kendaraan dan pengaruh air hujan/air permukaan. Dalam menentukan jenis
perkerasan jalan produksi banyak dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain
dipilih jenis perkerasan yang paling ekonomis yang disesuaikan dengan peralatan
yang ada dan tenaga yang mengerjakannya.
WP
h 450 450LapisanPerkerasan
Tanah Dasar
Gambar tanpa skalar = h
ttttt
Sumber: Yanto Indonesianto, 2005.
Gambar 2.5 Penyebaran Beban Roda Melalui Lapisan Perkerasan Jalan
Secara umum kontruksi lapisan jalan (Gambar 2.6) terdiri dari lapisan-
lapisan sebagai berikut:
1. Surface Course (lapisan permukaan)
Fungsi lapisan permukaan adalah sebagai berikut:
a. Lapisan perkerasan penahan beban roda, lapisan yang mempunyai stabilitas
tinggi untuk menahan beban roda selama masa pelayanan.
26
b. Lapisan aus (wearing course), lapisan yang langsung menderita gesekan akibat
rem kendaraan sehingga mudah menjadi aus.
c. Lapisan yang menyebarkan beban kelapisan yang berada dibawahnya.
Jalur Lalu Lintas Pundak jalan(Berm. Shoulder)
Lapisan Penutup(Surface)
Perkerasan Atas(Base)
Perkerasan Bawah(Sub-Base)
Tanah Dasar(Sub Grade)
Gambar Tanpa Skala
Sumber: Yanto Indonesianto, 2005.
Gambar 2.6Kontruksi Lapisan Perkerasan Jalan
2. Base Course (lapisan pondasi atas)
Fungsinya antara lain:
a. Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan
menyebarkan beban kelapisan di bawahnya.
b. Lapisan peresapan untuk lapisan pondasi bawah.
c. Bantalan terhadap lapisan permukaan.
Material yang akan digunakan untuk lapisan pondasi atas adalah material
yang cukup kuat, yang memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
27
a. Gradasi butiran harus bervariasi sehingga dapat saling mengunci.
b. Kualitas bahan harus baik, baik kekerasan maupun bentuk butiran.
3. Sub Base Course (lapisan pondasi bawah)
Fungsi lapisan pondasi bawah antara lain:
a. Bagian dari kontruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda ke tanah
dasar.
b. Lapisan peresapan, agar rembesan air tanah tidak terkonsentrasi di lapisan
pondasi maupun tanah dasar.
Untuk lapisan pondasi bawah tidak boleh mengandung unsur tanah liat
lebih besar dari 14 % (Persyaratan dari Departemen Pekerjaan umum).
4. Sub Grade (lapisan tanar dasar)
Pada umumnya masalah yang menyangkut lapisan tanah dasar adalah :
a. perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) karena beban yang berlebihan.
b. Sifat mengembang (swelling) dan menyusut (shrinkage) dari tanah tertentu
akibat perubahan kadar air.
c. Daya dukung tanah dasar yang tidak merata pada daerah tertentu dengan
macam tanah yang sangat berbeda.
d. Kondisi geologi dari lokasi jalan (patahan, sesar).
Daya dukung tanah dasar (sub grade) pada perencanaan perkerasan dapat
di ketahui dengan metode “california bearing Ratio” (CBR), yaitu suatu cara
penentuan daya dukung tanah yang pada prinsipnya daya dukung tanah
dibandingkan dengan kekerasan batu pecah dan lumpur. Harga CBR dinyatakan
28
dalam persen. Jadi, harga CBR adalah nilai yang menyatakan kualitas tanah dasar
dibandingkan dengan standar berupa batu pecah yang mempunyai nilai CBR
sebesar 100% dalam memikul beban lalulintas dan lumpur mempunyai nilai 0 %.
Daya dukung tanah dasar dipengaruhi oleh jenis tanah, tingkat kepadatan
tanah, kadar air, kondisi drainase, dan lain-lain. Tanah dengan tingkat kepadatan
tinggi akan mengalami perubahan volume yang kecil jika terjadi perubahan kadar
air dan mempunyai daya dukung yang lebih besar jika dibandingkan dengan tanah
sejenis yang tingkat kepadatannya lebih rendah. informasi umum daya dukung
tanah untuk berbagai jenis tanah telah tersedia seperti terlihat pada (Tabel 2.5).
TABEL 2.5Daya Dukung Material
NoKlasifikasi
Tanah Dasar
Jenis Tanah
Kekuatan Tanah Dasar
yang diperbolehkan
(Kg/cm2)
1. Tanah bagus
Tanah pasir,berbatu atau berkerikil 9
2. Tanah baik Tanah pasir 2,75
3. Tanah sedang Tanah liat atau silt 1,75
4. Tanah jelek
Tanah liat atau silt mengandung tanah organic 1,25
5. Tanah jelek sekali
Tanah rawa atau veen tanah berlumpur -
Sumber: Yanto Indonesianto, 2005.
29
Untuk keperluan pembuatan jalan angkut, daya dukung tanah harus
disesuaikan dengan jumlah beban yang didistribusikan melalui roda. Jika daya
dukung tanah dasar suatu jalan angkut lebih rendah dari jumlah beban yang
melintas di atasnya maka dapat dilakukan usaha-usaha antara lain:
1. Pemadatan,
2. Penambahan lapisan di atas tanah dasar.
Persamaan untuk mengetahui besarnya tekanan alat angkut terhadap tanah
atau ground pressure (GP) dapat digunakan persamaan dibawah ini:
Berat Kendaraan (kosong + muatan) (kg)GP =
n. Luas permukaan ban yang menyentuh permukaan tanah (cm2)
Keterangan : n = jumlah roda belakang dump truck
2.2.5. Penelitian Sejenis
1. Zulkifly Sayuti, dkk (2013).
Operasi pengangkutan bongkaran Over Burden ke Disposal PT. Kitadin
TDM menggunakan Dump Truck Komatsu HD 785-5 dan Caterpillar 777D.
Operasi pengangkutan memegang peranan yang sangat penting. Keamanan dan
kelancaran operasi pengangkutan tidak pernah lepas dari interaksi antara jalan
angkut dan alat angkut itu sendiri. Geometri jalan angkut di Pit Seam 11 PT.
Kitadin TDM belum memenuhi syarat jalan angkut tambang yang baik. Selain itu
tidak ada saluran penirisan di tepi jalan angkut tambang yang mengakibatkan
badan jalan angkut tambang tergenang air pada saat hujan. Oleh karena itu di
lakukan pengkajian terhadap geometri jalan angkut dan perencanaan pembutan
30
saluran penirisan di tepi jalan angkut di Pit Seam 11 Selatan PT. Kitadin TDM
untuk keamanan dan kelancaran operasi pengangkutan. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah mengkaji secara teknis kondisi jalan angkut tambang
di Pit Seam 11 Selatan dan merencanakan dimensi saluran penirisan jalan yang
akan digunakan di tepi jalan angkut tambang. Berdasarkan spesifikasi alat angkut
terlebar yaitu Caterpillar 777D diperoleh lebar jalan angkut minimum untuk dua
jalur pada jalan lurus yaitu 21,35 m dan pada jalan tikungan yaitu 26,21 m. Super
elevasi atau kemiringan pada tikungan adalah 1,04 m. Cross slope sebesar 42,7
cm. Grade jalan yang mampu di atasi oleh HD -785 sebesar 10,3%.Dimensi
saluran penirisan di tepi jalan, ditentukan dengan menggunakan rumus Manning,
setelah analisis data curah hujan tahun 2004-2008 dengan curah hujan harian
sebesar 85,22 mm/hari, dan perolehan daerah tangkapan hujan seluas 519.779 m2.
Saluran penirisan tersebut berbentuk trapezium dengan panjang sisi saluran 1.396
m, lebar dasar saluran 1.392 m, kedalaman aliran 1.209 m, dan lebar muka air
2.794 m.
Kata kunci: Pit, Dump Truck, geometri, spesifikasi alat, penirisan, dimensi
saluran.
2. Dodik teguh arifianto, dkk. (2012)
Dari hasil evaluasi, perhitungan perencanaan jalan rel sebagaimana
dijelaskan diatas didapatkan rincian sebagaimana berikut:
a. Jalan rel trase pasirian-klakah dapat digunakan denan adanya
penyesuaian desain sebagaimana tertera pada Ripnas, Peraturan
Dinas PJKA, dan Keputusan Mentri Perhubungan terbaru.
31
b. Desain geometri jalan rel yang digunakan adalah dengan desain
trase eksisting. Untuk lebih detail mengenai perhitungan desain
geometri jalan rel dapat dilihat pada tugas akhir penuis.
c. Struktur yang dipergunakan didapatkan sebagaimana berikut:
dipergunakan R54 dengan passing ton tahunan: > 20 juta ton.
Beban gandar: 18 ton. Lebar sepur: 1.067 mm jarak bantalan beton:
50 cm. Tipe penambat pandrol (Elastik), Sambungan: las ditempat,
tebal balas atas: 55 cm. Tebal balas bawah (sub balas): 21 cm jarak
dari sumbu jalan rel ke tepi atas lapisan bawah didapatkan sebagai
berikut: pada sepur lurus 200 cm pada tikungan 260 cm.
d. Dalam perencanaan dihindari perlintasan sebidang
overpass/jembatan. Untuk lebih detail bagaimana bentuk
perlintasan yang digunakan dapat dilihat dalam tugas akhir penulis.
Biaya yang dibutuhkan dalam pembangunan jalan rel ini sebesar
Rp. 362.153.010.000,00.
3. aldiansyah, dkk. (2016)
Penelitian ini lebih ditekankan pada geometri jalanya itu pada lebar jalan
dan kemiringan memanjang (grade) jalan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mendapatkan geometri jalan yang dibuat sesuai dengan standarisasi, untuk
mendapatkan kemiringan memanjang (grade) yang sesuai. Metode penelitian
yang dilakukan di lapanganya itu dengan cara melakukan pengukuran jalan
hauling hingga menuju front penambangan dengan memperhitungkan jarak, lebar,
32
dan kemiringan dengan menyesuaikan standarisasi perhitungan teknis, kemudian
dari data tersebut diolah menggunakan autocad 2007 sehingga memudahkan
dalam proses analisis. Proses pengambilan data yang dilakukan di lapanganya itu
dengan melakukan pengamatan secara langsung mengenai studi kasus seperti
melakukan pengukuran jarak, lebar, dan kemiringan jalan dan aspek pendukung
kegiatan pengangkutan seperti melihat alat angkut yang digunakan di lapangan.
Hasil penelitian yang didapatkan bahwa lebar jalan angkut untuk keadaan lurusya
itu 5 m dan 9 m sedangkan pada keadaan tikunganya itu 8,11 m dan 14,25 m.
Kesimpulan yang didapatkan bahwa keadaan lebar jalan pada STA 57 – 58 masih
mengalami kekuranganya itu 4 m dan harus dilakukan penambahanya itu sebesar
1 m dan kemiringan memanjang pada STA 9 – 10 yaitu mencapai 30,48% dan
harus dilakukan pemotongan sebesar 25%.
4. Fernanda Yuliandi, (2010)
Terdapat kombinasi alat muat dengan alat angkut yang harus
ditingkatkan produksi. Yaitu kombinasi 1 unit PC 750SE-6 dengan 9 unit Hino
FM260JD. Target produksi yang ditetapkan sebesar 250.000 Ton/bulan, secara
perhitungan tercapai sebesar 235.181,3 Ton/bulan untuk alat muat dan
231.877,8 Ton/bulan untuk alat angkutnya. Hal ini dikarenakan masih
tingginya faktor hambatan yang menyebabkan rendahnya efisiensi kerja
sehingga produksi yang dihasilkan oleh alat muat dan alat angkut belum
mampu mencapai target produksi. Untuk meningkatkan produksi alat muat dan
alat angkut dilakukan dengan cara melakukan pencegahan dan pengurangan
terhadap hambatan-hambatan yang terjadi terutama hambatan yang dapat
33
ditekan maka akan dapat meningkatkan waktu kerja efektif, dari peningkatan
efisiensi kerja diperoleh efisiensi kerja alat muat yang semula 71 % meningkat
menjadi 77 % dan efisiensi kerja alat angkut yang semula 67 % meningkat
menjadi 73 %. Maka produksi alat muat meningkat dari 235.181,3 Ton/bulan
menjadi 255.055,8 Ton/bulan. Sedangkan produksi pada alat angkut meningkat
dari 231.877,8 Ton/bulan menjadi 252.643 Ton/bulan.
5. Efigenia Maya Alvas, (2009).
Sasaran pengupasan lapisan tanah penutup sebesar 164.000
BCM/bulan.Pada kenyataannya lapisan tanah penutup yang terkupas hanya
sebesar114.566 BCM/bulan.Tidak tercapainya sasaran produksi tanah penutup
dikarenakan berkurangnya waktu kerja efektif yang disebabkan adanya
hambatan-hambatan yang dapat mengurangi waktu kerja yang telah disediakan.
Berkurangnya waktu kerja efektif ini akan memperkecil efisiensi kerja.
Efisiensi kerja backhoe-1 adalah 67,08 % dan efisiensi kerja dump truck yang
dilayaninya 51,22 %. Efisiensi kerja backhoe-2 adalah 60,21 % dan efisiensi
kerja dump truck yang dilayani 56,94 %. Faktor keserasian kerja kombinasi
backhoe-1 dengan 3 unit dump truck adalah 0,92. Faktor keserasian kerja
kombinasi backhoe-2 dengan 2 unit dump truck adalah 0,78. Upaya pencapaian
sasaran produksi dilakukan dengan meningkatkan waktu kerja efektif dengan
cara mengurangi waktu-waktu hambatan yang terjadi pada kegiatan pengupasan
lapisan tanah penutup. Sehingga pengurangan dilakukan terhadap waktu-waktu
hambatan secara langsung akan meningkatkan efisiensi kerja dari peralatan
mekanis. Dimana efisiensi kerja yang dipakai adalah efisiensi kerja terkecil dari
34
peralatan mekanis. Efisiensi kerja dump truck yang melayani backhoe-1 adalah
64,40 %. Efisiensi kerja dump truck yang melayani backhoe-2 adalah 65,57%.
Produksi yang dihasilkan sebesar 137.983 BCM/bulan sehingga sasaran
produksi belum terpenuhi.Untuk mencapai target produksi sebesar 164.000
BCM/bulam maka di sarankan menambah jumlah alat angkut.
6. Ady Winarko, dkk. (2014).
PT Ulima Nitra merupakan salah satu perusahaan tambang batubara di
Sumatera Selatan. Salah satu lokasi penambangan yang dikelola oleh PT Ulima
Nitra berada di Desa Muara Maung, Kecamatan Merapi Barat, Kabupaten Lahat.
Sistem penambangan yang diterapkan adalah metode tambang terbuka dengan
menggunakan excavator backhoe sebagai alat gali muat dan dump truck Scania
P380CB-6X4 sebagai alat angkut overburden. Produkivitas alat angkut yang
rendah menyebabkan target produksi overburden tidak tercapai. Faktor-faktor
yang mempengaruhinya yaitu waktu kerja, waktu edar, kesediaan alat, dan kondisi
jalan angkut. Curah hujan yang tinggi juga mempengaruhi kegiatan operasional.
Untuk meningkatkan kerja alat gali-muat dan alat angkut, maka dilakukan
evaluasi teknis mengenai kondisi geometri jalan angkut overburden, agar
produktivitas alat angkut meningkat dan target produksi untuk tahun 2014 sebesar
240.000 BCM/bulan dapat tercapai. Setelah dilakukan evaluasi teknis, ditemukan
bahwa geometri jalan angkut belum memenuhi kriteria, diantaranya grade jalan
yang melebihi grade maksimal, lebar jalan yang kurang, tidak ada saluran
drainase, tidak ada crossfall, tidak ada tanggul pengaman dan tidak ada
superelevasi pada tikungan. Setelah dilakukan perbaikan jalan angkut berupa
35
pelebaran jalan dan penerapan crossfall, pembuatan tanggul pengaman, ditch serta
saluran drainase, didapatkan bahwa produktivitas unit meningkat. Produksi
teoritis setelah perbaikan jalan adalah 274.300,15 BCM/bulan. Terdapat
peningkatan produksi sebesar 98.291,73 BCM/bulan dari produksi sebelum
perbaikan jalan sebesar 176.008,42 BCM/bulan.
7. Wahyu aryando, dkk. (2016).
PT. Bukit Asam merupakan perusahaan tambang batubara milik negara
yang memiliki daerah operasi di Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim, Sumatra
Selatan. Dengan izin usaha Pertambangan 15.421 Ha. Pada saat ini PT. Bukit
Asam untuk Unit Penambangan Tanjung Enim (UPTE) beroperasi di empat lokasi
(site), yaitu Tambang Air Laya (TAL), Muara Tiga Besar Utama (MTBU), Muara
Tiga Besar Selatan (MTBS) dan Banko. Tambang Banko terdiri dari Tambang
Banko Barat dan Tambang Banko Tengah. Tambang Banko Barat juga dibagi lagi
menjadi menjadi dua bagian daerah penambangan yaitu Banko Barat Pit 1
(meliputi pit 1 barat dan pit 1 Timur) dan Banko Barat Pit 3 (meliputi pit 3 Barat
dan pit 3 timur). Kegiatan penambangan batubara di PT. Bukit Asam, Tbk Unit
Penambangan Tanjung Enim (UPTE) dilakukan dengan menggunakan metode
strip mining. Target produksi lapisan tanah penutup batubara di Banko Barat Pit 1
sebesar 350.000 BCM/bulan ,sedangkan produksi lapisan tanah penutup batubara
yang terealisasi saat ini adalah sebesar 259.616, 7 BCM/bulan. Kegiatan
penambangan PT. Bukit Asam di Banko Barat Pt 1 dilakukan dengan
menggunakan kombinasi excavator dan truck. Setiap lapisan di Banko Barat Pit 1
memiliki kekerasan material yang masih bisa digaru menggunakan ripper
36
(bulldozer Caterpillar D9R dan D8R), alat muat material yang digunakan yaitu
excavator dengan tipe Caterpillar 385C, dan alat angkut material yang digunakan
yaitu Dump Truck tipe 773E dan Scania P420. Keberadaan alat mekanis ini sangat
penting dalam upaya mengejar target produksi yang telah ditentukan oleh
perusahaan itu sendiri. Pentingnya memperkirakan produksi dari alat muat dan
alat angkut ini karena ada keterkaitan dengan target produksi yang harus dicapai
oleh perusahaan, serta hubungan antara sasaran produksi dengan produksi alat
juga akan menentukan jumlah alat muat dan alat angkut yang harus dipakai guna
memenuhi target tersebut.
8. Ardyan Febrianto, dkk. (2016)
PT. Rian Pratama Mandiri (RPM) adalah salah satu perusahaan kontraktor
pertambangan yang bergerak dalam penambangan batubara. PT. Rian Pratama
Mandiri melaksanakan kegiatan penambangan di lokasi izin Perjanjian Karya
Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) site Asam-Asam Timur milik PT.
Arutmin Indonesia dengan luas area 2.498 Ha di Kecamatan Kintap, Kabupaten
Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan. Sistem penambangan yang dipakai
adalah open pit mining. Pit RPM adalah salah satu pit yang ada di PT. Rian
Pratama Mandiri. Kegiatan penambangan dimulai dengan melakukan pengupasan
overburden sebelum melakukan coal getting. Dalam melakukan pengupasan
overburden di pit RPM, peralatan yang digunakan adalah backhoe Doosan
S500LC-V dengan kapasitas bucket 3,2 m3 yang menggunakan metode pemuatan
single back-up dan top loading. Alat angkut yang digunakan adalah truk jungkit
Hino 700ZS 4141 dengan kapasitas bak 18 m3. Pit RPM akan meningkatkan nilai
37
stripping ratio sehingga target produksi pengupasan overburden yang harus
dicapai adalah 515 BCM/jam. Perhitungan produksi pengupasan menggunakan
simulasi teori antrian yang memasukkan parameter waktu tunggu alat angkut pada
waktu edar alat angkut. Setelah dilakukan perhitungan dengan simulasi teori
antrian diketahui produksi pengupasan saat ini yaitu 385,00 BCM/jam dengan
angka keserasian kerja alat pada fleet 1 0,64; fleet 2 0,81 dan fleet 3 0,68. Faktor
teknis yang mempengaruhi produksi adalah kondisi kerja, volume penggalian
serta pemuatan, efisiensi operasi dan keserasian kerja alat. Rekomendasi yang
diberikan untuk meningkatkan produksi yaitu perbaikan geometri jalan dan area
pemuatan yang tidak sesuai standar, penambahan jumlah curah bucket pada
material claystone dari 4 curah menjadi 5 curah, mengurangi hambatan kerja
mekanis dan operasi, dan penambahan jumlah alat angkut masing-masing satu
unit pada fleet 1 dan fleet 3. Produksi pengupasan berdasarkan simulasi dengan
teori antrian akan meningkat menjadi 520,38 BCM/jam dengan angka keserasian
kerja alat pada fleet 1 1,01; fleet 2 0,97 dan fleet 3 0,91.
9. Genta Dwi Pramana, dkk. (2016)
PT. Citra Tobindo Sukses Perkasa adalah perusahaan yang bergerak di
bidang pertambangan yang terletak di Jalan Muara Tembesi KM 41, desa Bukit
Paranginan, Kecamatan Mandiangan, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi.
Sistem penambangan yang digunakan oleh PT. Citra Tobindo Sukses Perkasa
adalah sistem tambang terbuka. Kegiatan pengupasan overburden pada saat ini
dilakukan dengan menggunakan backhoe Volvo EC460BLC dan diangkut
menggunkan articulated dump truck Volvo A40F menuju lokasi penimbunan.
38
Jarak angkut terjauh dari lokasi penambangan menuju ke lokasi penimbunan
adalah 900 meter. Permasalahan yang terjadi pada saat ini adalah belum
tercapainya target produksi pengupasan overburden sebesar 150.000 BCM/bulan.
Produksi nyata dari kombinasi antara alat gali-muat dan alat angkut saat ini
sebesar 109.952,00 BCM/bulan, sehingga masih terdapat kekurangan sebesar
40.048,00 BCM/bulan. Hal ini disebabkan rendahnya waktu kerja efektif sebagai
akibat dari hambatan-hambatan yang ada sehingga menyebabkan efisiensi kerja
alat yang rendah serta kondisi kerja dan jalan angkut yang kurang baik yang ada
di lokasi penambangan. Upaya yang dapat dilakukan agar target produksi
pengupasan overburden dapat tercapai ada beberapa alternatif. Alternatif pertama
yaitu perbaikan waktu edar yang dapat dilakukan dengan memperbaiki kondisi
yang ada di lapangan, seperti memperbaiki pola pemuatan, memperlebar kondisi
jalan angkut dan memperbaiki tempat kerja alat. Alternatif kedua yaitu dengan
melakukan peningkatan terhadap waktu kerja efektif. Setelah dilakukan perbaikan
alternatif I yaitu perbaikan waktu edar maka didapat kemampuan produksi sebesar
135.850,699 BCM/bulan, namun hasil tersebut belum mencapai target produksi
pengupasan overburden yang telah ditetapkan. Alternatif kedua yang dapat
dilakukan yaitu peningkatan waktu kerja efektif, sehingga kemampuan produksi
menjadi 132.694,296 BCM/bulan dan masih belum dapat memenuhi target
produksi pengupasan overburden yang telah ditetapkan. Alternatif III yang
dilakukan yaitu melakukan perbaikan terhadap waktu edar dan peningkatan waktu
kerja efektif dari alat. Setelah dilakukan perbaikan tersebut didapat kemampuan
39
produksi sebesar 150.015,943 BCM/bulan dan telah dapat memenuhi target
produksi pengupasan overburden yang ditetapkan.
10. Akhmad Rifandi, dkk. (2016).
PT. Rian Pratama Mandiri (RPM) adalah salah satu perusahaan kontraktor
pertambangan yang bergerak dalam penambangan batubara. PT. Rian Pratama
Mandiri melaksanakan kegiatan penambangan di lokasi izin Perjanjian Karya
Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) site Asam-Asam Timur milik PT.
Arutmin Indonesia dengan luas area 2.498 Ha di Kecamatan Kintap, Kabupaten
Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan. Sistem penambangan yang dipakai
adalah open pit mining. Pit RPM adalah salah satu pit yang ada di PT. Rian
Pratama Mandiri. Kegiatan penambangan dimulai dengan melakukan pengupasan
overburden sebelum melakukan coal getting. Dalam melakukan pengupasan
overburden di pit RPM, peralatan yang digunakan adalah backhoe Doosan
S500LC-V dengan kapasitas bucket 3,2 m3 yang menggunakan metode pemuatan
single back-up dan top loading. Alat angkut yang digunakan adalah truk jungkit
Hino 700ZS 4141 dengan kapasitas bak 18 m3. Pit RPM akan meningkatkan nilai
stripping ratio sehingga target produksi pengupasan overburden yang harus
dicapai adalah 515 BCM/jam. Perhitungan produksi pengupasan menggunakan
simulasi teori antrian yang memasukkan parameter waktu tunggu alat angkut pada
waktu edar alat angkut. Setelah dilakukan perhitungan dengan simulasi teori
antrian diketahui produksi pengupasan saat ini yaitu 385,00 BCM/jam dengan
angka keserasian kerja alat pada fleet 1 0,64; fleet 2 0,81 dan fleet 3 0,68. Faktor
teknis yang mempengaruhi produksi adalah kondisi kerja, volume penggalian
40
serta pemuatan, efisiensi operasi dan keserasian kerja alat. Rekomendasi yang
diberikan untuk meningkatkan produksi yaitu perbaikan geometri jalan dan area
pemuatan yang tidak sesuai standar, penambahan jumlah curah bucket pada
material claystone dari 4 curah menjadi 5 curah, mengurangi hambatan kerja
mekanis dan operasi, dan penambahan jumlah alat angkut masing-masing satu
unit pada fleet 1 dan fleet 3. Produksi pengupasan berdasarkan simulasi dengan
teori antrian akan meningkat menjadi 520,38 BCM/jam dengan angka keserasian
kerja alat pada fleet 1 1,01; fleet 2 0,97 dan fleet 3 0,91.
2.2. Kerangka Konseptual
Dalam penelitian ini terdapat kerangka konseptual yang akan membantu
penulis dalam menyelesaiakan penelitian ini, yang terdiri atas:
1. Input, yaitu data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu terdiri dari :
a. Data primer
1) Jarak dari front penambangan ke crusher 3.
2) Jumlah jalur
3) Jarak antara alat angkut
4) Kecepatan HD 785
5) Cycle time HD 785
6) Geometri jalan angkut
b. Data sekunder
1) Spesifikasi HD 785
2) Peta kemajuan tambang
3) Data produksi HD 785
41
2. Proses, yaitu teknik pemecahan masalah yang digunakan dalam penelitian ini
yang terdiri atas:
e. Produksi HD 785
f. Geometri jalan angkut
1) lebar jalan
2) jari-jari dan superelevasi
3) kemiringan jalan produksi dan grade resistance
3. Out put, yaitu hasil yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu :
Menentukan produktivitas alat angkut serta geometri jalan angkut yang
real dan geometri jalan yang ideal sesuai dengan spesifikasi alat angkut pada PT
Semen Padang.
42
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.7 dibawah ini.
Gambar 2.18.
Gambar 2.7Kerangka Konseptual
1. Berapakah produktivitas alat angkut HD 785 yang bekerja dari front ke crusher 3?
2. Berapakah geometri jalan angkut yang real dari front tambang ke crusher 3 untuk saat ini?
3. Berapakah geometri jalan angkut yang ideal dari front tambang ke crusher 3?
1. Menghitung/menganalisis produktivitas alat angkut HD 785 yang bekerja dari front tambang ke crusher 3.
2. Menghitung/menganalisis geometri jalan angkut yang real dari front tambang ke crusher 3 untuk saat ini.
3. Menghitung/menganalisis geometri jalan angkut yang ideal dari front tambang ke crusher 3.
Data
Mendapakan produktivitas alat angkut serta geometri jalan yang real dan geometri jalan yang ideal sesuai dengan spesifikasi alat angkut pada PT Semen Padang.
Input Proses Output
Analisa
Data Primer :
1. Jarak dari front penambangan ke crusher 3.
2. Jumlah jalur3. Jarak antara alat
angkut4. Kecepatan HD
785.5. Cycle time HD
785.6. Geometri jalan
angkut.
Data Sekunder :
1. Spesifikasi HD 785
2. Peta kemajuan tambang,
3. Data Produksi HD 785.
43
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian yang bersifat
terapan, yaitu penelitian yang hati-hati, sistematik dan terus menerus terhadap
suatu masalah dengan tujuan untuk digunakan dengan segera untuk keperluan
tertentu.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1 Tempat Penelitian
Penulis melakukan penelitian pada jalan angkut dari front penambangan ke
crusher 3 pada penambangan Batugamping Bukit Karang Putih Kelurahan
Indarung Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang Provinsi Sumatera Barat.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penulis melakukan penelian mulai dari bulan Desember 2016 sampai
Januari 2017. Untuk lebih jelasnya perhatikan lampiran C.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan segala sesuatu yang akan menjadi obyek
pengamatan penelitian. Sesuai dengan permasalahan yang diteliti maka variabel
penelitian adalah lebar jalan, jari-jari dan superelevasi, kemiringan jalan produksi
dan grade resistance.
44
3.4 Data, Jenis Data dan Sumber Data
3.4.1 Data
Data yang di butuhkan pada penelitian ini adalah:
1. Data primer.
a. Jarak penambangan dari front penambangan ke crusher 3
b. Jumlah jalur.
c. Jarak antara alat angkut.
d. Kecepatan dump truck komatsu type HD 785
e. Cycle time dump truck komatsu type HD 785
f. Geometri jalan angkut
2. Data sekunder:
a. Spesifikasi dump truck komatsu type HD 785
b. Peta kemajuan tambang
c. Data produktivitas dump truck komatsu type HD 785
3.4.2 Jenis Data
Jenis data yang akan dikumpulkan berupa :
1. Data primer, yaitu data yang dikumpulkan dengan melakukan pengamatan
secara langsung di lapangan
2. Data Sekunder, yaitu merupakan data penunjang yang digunakan dalam
perhitungan dan pengolahan data, diperoleh dari data-data yang sudah ada
di PT Semen Padang Sumatera Barat, buku atau studi kepustakaan dan
beberapa literatur yang mendukung penelitian ini
45
3.4.3 Sumber Data
Sumber data yang peneliti dapatkan berasal dari pengamatan langsung di
PT Semen Padang Sumatera Barat dan studi kepustakaan.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan dua cara yaitu:
1. Studi pustaka, yaitu mengumpulkan data yang dibutuhkan dengan
membaca buku literatur yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas
dalam penelitian sehingga dapat digunakan sebagai landasan dalam
pemecahan masalah.
2. Studi lapangan, yaitu mengumpulkan data yang dibutuhkan dengan
melakukan pengamatan langsung di lapangan.
3.6 Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan rumus-rumus sebagai berikut:
1. Produktivitas Alat Angkut Dump Truck Komatsu Type HD 785. (mengacu
persamaan (1) halaman 6).
2. Geometri jalan angkut.
a. Lebar jalan
1) Lebar jalan pada kondisi lurus.
(mengacu persamaan (8) halaman 16).
2) Lebar jalan pada tikungan.
(mengacu persamaan (9) halaman 18).
46
b. Jari-jari dan superelevasi
(mengacu persamaan (10) halaman 19).
c. Kemiringan jalan produksi dan grade resistance
(mengacu persamaan (12) halaman 22).
3.7 Analisa Data
Setelah melalui tahap dalam pengumpulan data dan pengolahan data maka
dilakukan analisa data dari pengelohan data yang didapat.
3.8 Kerangka Metodologi
Langkah-langkah yang dilakukan penulis dalam melakukan penelitian
seperti diagram alir penelitian di bawah ini
Evaluasi Geometri Jalan Angkut Terhadap Produktivitas Dump Truck Komatsu Type HD 785 Pada Kegiatan Penambangan Batu Gamping Di Bukit Karang Putih PT. Semen Padang Sumatera Barat.
Identifikasi Masalah1. saat curah hujan tinggi adanya air yang menggenangi jalan tambang.2. adanya geometri jalan yang terlalu kecil.3. tidak adanya saluran penirisan pada jalan tambang.4. tidak adanya tanggul disepanjang jalan angkut5. waktu tunggu excavator terlalu lama.6. tidak tercapainya target produksi.
Tujuan1. Menghitung/menganalisis produktivitas alat angkut HD
785 yang bekerja dari front penambangan ke crusher 3.2. Menghitung/menganalisis geometri jalan angkut yang real
dari front penambangan ke crusher 3 untuk saat ini.3. Menghitung/mengalisis geometri jalan angkut yang ideal
dari front penambngan ke crusher 3.
47
HasilSebagai Bahan Evaluasi Perusahaan.
Analisa data1 Produktivitas dump truck Komatsu type HD 785 dalam
ton/shift kerja.2 Membandingkan geometri jalan angkut yang real dan ideal.
Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian
Data primer
1. Jarak dari front penambangan ke crusher 3.
2. Jumlah jalur.3. Jarak antara alat
angkut.4. Kecepatan dump
truck HD 785.5. Cycle time dump
truck HD 785.6. Geometri jalan
angkut.
Pengumpulan data
Pengolahan data1. Produktivitas dump truck komatsu type HD 785 (dengan persamaan
Yanto Indonesianto)2. Geometri jalan angkut (dengan persamaan Yanto Indonesianto)
a. Lebar jalan b. Jari-jari tikunganc. superelevasid. grade
Data sekunder
1. Spesifikasi dump truck HD 785.
2. Peta kemajuan tambang.
3. Data produksi dump truck HD 785.
48
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Dalam bab ini disajikan hasil penelitian, yaitu secara berurutan tentang
deskripsi data, pengolahan data, dan pembahasan.
4.1. Pengumpulan Data
Untuk melakukan pengolahan data, tentunya perlu terlebih dahulu
dikumpulkan data-data yang berhubungan dengan tujuan penelitian, data yang
dikumpulkan tersebut terdiri dari data primer dan data sekunder, berikut adalah
data-data yang dikumpulkan:
4.1.1. Jarak Dari Front Penambangan Ke Crusher 3
Pada penambangan batugamping di kuari bukit karang putih alat angkut yang
digunakan adalah dump truck komatsu type HD 785. Dump truck tersebut
membawa batugamping dari front penambangan ke crusher 3. Jarak dari front ke
crusher 3 adalah 450 meter. Dengan kecepatan rata-rata dump truck 30 km/jam.
4.1.2. Waktu Edar (Cycle Time)
Keadaan jalan angkut yang kurang mendukung menyebabkan alat angkut
tidak dapat melaju dengan kecepatan optimal sehingga waktu edar tinggi. Hasil
pengamatan menunjukan bahwa rata-rata waktu edar alat angkut dalam tiap
tripnya adalah 692,4 detik. Untuk lebih jelasnya perhatikan lampiran D.
49
4.2. Pengolahan Data
Pada pengolahan data, ada beberapa topik yang akan dibahas, pengolahan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus-rumus
beserta langkah-langkah tahapan pengolahan data.
4.2.1. Produktivitas Alat Angkut Dump Truck Komatsu Type HD 785
Untuk mengetahui produksi pershift dump truck HD 785 dapat dihitung
menggunakan rumus di bawah ini.
P = q x 3600 x E
Cm
(Sumber :Yanto Indonesianto, 2005)
Dimana:
E = 80%
q1 = 17 m3
K = 95%
n = 3
q = 17 m3 x 0,95 x 3 = 48,45 m3
Ctm = 692,4 detik
P = q x 3600 x E CmP = (48,45 m3) x 3600 x 0,80 692,4 detik
= 201,525 (m3/jam) x Berat Jenis.
= 201,525 (m3/jam) x 2,387 (m3)
= 481,040 (ton/jam) x 9 (jam/shift)
= 4.329,925 (ton/shift)
50
4.2.2 Geometri Jalan Angkut
Geometri jalan angkut yang diamati meliputi lebar jalan, jari-jari tikungan,
superelevasi serta jarak pandang dan jarak henti.
1. Lebar Jalan Angkut
Jalan angkut tambang batugamping kuari bukit karang putih merupakan
jalan angkut dua jalur yang menghubungkan front penambangan dengan unit
peremuk. Lebar jalan angkut ialah antara 14,1 meter – 16,1 meter.
2. Superelevasi
Pada tikungan diperlukan suatu besaran yang dinamakan ‘superelevasi’
yang gunanya untuk melawan gaya sentrifugal yang arahnya menuju keluar jalan.
Sebelum menghitung superelevasi dari jalan maka terlebih dahulu di ketahui
kecepatan rencana kendaraan atau peralatan angkut yang akan digunakan adalah
25 km/jam, Gravitasi bumi 9,8 meter/detik, radius tikungan yang real yaitu 11,8
meter. Maka dapat dihitung kemiringan jalan pada tikungan (superelevasi) dengan
cara sebagi berikut:
e = V 2
gR
e = = = 1,4meter25 2km/jam
9,8m
s x 11,8 m
173,6 m/s
9,8m
s x 11,8 m
Jadi berdasarkan perhitungan di atas maka di dapatkan superelevasi dari
tikungan jalan yang real adalah 1,4 meter.
51
3. Kemiringan jalan (grade)
Dalam pembuatan jalan harus memperhatikan kemiringan jalan, Karena
akan berpengaruh terhadap kecepatan dump truck dan produksi. Untuk
mengetahui grade jalan dapat dihitung menggunakan rumus:
Grade = Δh x 100%Δx
Grade segmen 1 = Δh x 100% Δx= 25 x 100% 250= 10%
Grade segmen 2 = Δh x 100% Δx= 6,4 x 100% 200= 3,2 %
Tabel 4.1.Kondisi jalan secara umum
segmen Elevasi(mdpl)
Beda elev(m)
Jarak(m)
Grade(%)
Lebar rata-rata
(m)1 273,72 298,7 25 250 10 16,1
2 298,73 292,3 6,4 200 3,2 14,1
Berdasarkan tabel di atas mengenai data geometri jalan yang real di PT Semen
Padang, selanjutnya dapat disimpulkan untuk melakukan perbaikan jalan karena
belum memenuhi standar minimum dari alat angkut tersebut.
52
BAB V
ANALISA HASIL PENGOLAHAN DATA
5. 1. Produktivitas Alat Angkut Dump Truck Komatsu Type HD 785 Hasil
Observasi Sebelum Perbaikan Geometri Jalan angkut.
Produksi dump truck pershift dapat dihitung dengan persamaan sebagai
berikut:
P = q x 3600 x E
Cm
keterangan:
E = 80%
q1 = 17 m3
K = 95%
n = 3
q = 17 m3 x 0,95 x 3 = 48,45 m3
Ctm = 692,4 detik
P = q x 3600 x E Cm
P = (48,45 m3) x 3600 x 0,80 692,4 detik
P = 201,525 (m3/jam) x Berat Jenis
P = 201,525 (m3/jam) x 2,387 m3
P = 481,040 (ton/jam) x 9 jam/shift
P = 4.329,925 (ton/shift)
53
5.2. Geometri Jalan Angkut Yang Ideal
5.2.1. Lebar Jalan Angkut
Berdasarkan landasan teori yang ada maka, lebar jalan angkut itu terbagi
atas dua bagian yaitu:
1. Lebar Jalan Angkut Lurus
Berdasarkan spesifikasi alat angkut (lampiran d) yang akan digunakan
pada kegiatan operasi produksi di PT. Semen Padang adalah Dump Truck
Komatsu Type HD - 785, yang mempunyai ukuran lebar 6,4 meter, jumlah jalur
yang akan digunakan adalah 2 jalur, maka lebar jalan angkut minimum pada jalan
lurus dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:
L min = n.Wt + (n+1)(1/2.Wt)
= 2 x 6,4 + (2 + 1) (0,5 x 6,4)
= 22,4 meter.
Gambar 5.1. Bentuk Penampang dari lebar jalan lurus
54
2. Lebar Jalan Angkut Pada Belokan
Untuk menghitung lebar jalan angkut pada belokan tentu pertama sekali
kita mengetahui besaran angka dari spesifikasi alat yang akan digunakan. Dimana
berdasarkan spesifikasi alat (lampiran d) yang digunakan lebar juntai roda depan,
belakang (fa dan Fb), dan sudut penyimpang dari roda dump truck yang akan
digunakan. maka pertama sekali kita harus menghitung nilai dan besaran dari
juntai roda depan, belakang (Fa dan Fb), dan sudut penyimpangan roda tersebut.
Untuk menghitung (Fa dan Fb) begitu juga dengan sudut penyimpang roda, kita
harus mengetahui terlebih dahulu Jarak poros roda depan dengan bagaian depan
truck (Ad) dan Jarak poros roda belakang dengan bagaian depan belakang (Ab),
Turning radius, Jarak antar AS roda depan dan AS roda belakang dump truck
(Wb) Berdasarkan spesifikasi alat dump truck yang akan digunakan maka dapat
diketehui nilai dari:
a. Jarak antar AS roda depan dan AS roda belakang truck (Wb) = 4,950 m
b. Jarak poros roda depan dengan bagian depan truck (Ad) = 1,295 m
c. Jarak poros roda belakang dengan bagian belakang truck (Ab) = 1,710 m
d. Jarak antara jejak roda (U) = 2,850 m
e. Turning radius = 10,8 m
Untuk lebih jelasnya perhatikan lampiran D.
Setelah diketahui hal di atas kita dapat menghitung sudut penyimpangan
roda ( sin β), lebar juntai roda depan, belakang (fa dan Fb) yaitu:
55
a. Sin β = Wb / Turning radius
β = Sin -1 (4,950 m / 10,8 m)
= Sin -1 0,45
= 26,80.
b. Fa = Ad x Sin β
= 1,295 x sin 26,80
= 1,295 x 0,45
= 0,58 meter.
c. Fb = Ab x Sin β
= 1,710 x 0,45
= 0,76 meter.
Berdasarkan referensi dan rumus yang akan digunakan terlebih dahulu
harus mengetahui ukuran dari jarak antara dua truck yang akan bersimpangan (C),
dan jarak sisi luar truck ketepi jalan (Z), maka untuk mengetahui nilai C dan Z
terlebih dahulu harus mengetahui nilai dari jarak antara jejak roda (U) = 2,850
meter, lebar juntai roda depan (Fa) = 0,58 meter, lebar juntai roda belakang (Fb) =
0,76 meter.
Maka C dan Z dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:
d. C – Z = (U + Fa + Fb) /2
= (2,850 + 0,58 + 0,76 ) /2
= 2,095 m
Untuk menghitung ukuran dari lebar jalan angkut pada jalan tikungan
maka di ketahui lebar jejak roda (U) 2,850 meter, lebar juntai roda depan (Fa)
56
0,58 m, lebar juntai belakang (Fb) 0,76 m, lebar bagian tepi jalan dan lebar antara
kendaraan 2,095 m. Maka dapat dihitung lebar jalan pada belokan sebagai berikut:
W min = 2(U + + Fb + Z) + Fa C
= 2 (2,850 + 0,58 + 0,76 + 2,095) /2
= 16, 842 meter.
Jadi berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan maka didapatkan lebar
jalan minimum pada jalan lurus adalah 22,4 meter dan lebar jalan minimum pada
tikungan adalah 16,842 meter.
Gambar 5.2. lebar jalan pada tikungan
5.2.2 Jari Jari Tikungan
Tujuan jari-jari tikungan adalah untuk mengimbangi gaya sentrifugal yang
di akibatkan karena kendaran melalui tikungan sehingga tidak stabil, sebelum
menghitung besaran dari jari-jari tikungan berdasarkan spesifikasi alat (lampiran
d) yang digunakan maka diketahui jarak poros roda depan dan belakang (Wb) =
4,950 meter, dan sudut penyimpangan roda depan sebesar (Sinβ) = 300 truck
sehingga jari-jari pada tikungan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
57
R = Wb
sin β
R = = = 9,9 meter4,950
sin 26,8
4,950
0,5
Jadi berdasarkan perhitungan diatas maka diketahui jari-jari tikungan pada jalan
angkut adalah 9,9 meter.
5.2.3 Kemiringan Jalan Pada Tikungan (Superelevasi)
Pada tikungan diperlukan suatu besaran yang dinamakan ‘superelevasi’
yang gunanya untuk melawan gaya sentrifugal yang arahnya menuju keluar jalan.
Sebelum menghitung superelevasi dari jalan maka terlebih dahulu di ketahui
kecepatan rencana kendaraan atau peralatan angkut yang akan digunakan adalah
30 km/jam, Gravitasi bumi 9,8 meter/detik, radius tikungan sesuai spesifikasi alat
yaitu 9,9 meter. Maka dapat dihitung kemiringan jalan pada tikungan
(superelevasi) dengan cara sebagi berikut:
e = V 2
gR
e = = = 1,7 meter25 2km/jam
9,8m
s x 9,9 m
173,6 m/s
9,8m
s x 9,9 m
Jadi berdasarkan perhitungan di atas maka di dapatkan superelevasi dari
tikungan jalan yang akan digunakan adalah 1,7 meter.
5.2.4 Kemiringan Jalan Angkut (Grade)
Dalam pembuatan jalan maka harus memperhatikan kemiringan dari jalan
yang akan dibuat dan digunakan pada kegiatan produksi. Dalam perhitungan
58
kemiringan ini ada dua segment jalan yang memiliki ketinggian yang berbeda
(tidak landai), maka harus menghitung kemiringan pada segment-segment tersebut
agar mengetahui besar dari kemiringan per-segment tersebut, (tidak memiliki
kemiringan lebih dari 15 %).
1. Segment satu
Gambar 5.3Penampang jalan produksi pada segment satu
PT. Semen Padang.
Pada bagian satu dalam pengukuran memiliki ketinggian (∆h) = 25 meter,
dan panjang (∆x) = 250 meter, maka dapat dihitung kemiringan (grade) jalan
tersebut yaitu:
Grade = ∆h
∆xX100%
Grade = 25
250X100%
= 10 %.
25 m
250 m
59
2. Segment dua
Gambar 5.4Penampang jalan produksi pada segment dua
PT. Semen Padang.
Pada bagian dua dalam pengukuran, memiliki ketinggian (∆h) = 6,4 meter,
dan panjang (∆x) = 200 meter, maka dapat dihitung kemiringan (grade) jalan
tersebut yaitu:
Grade = ∆h
∆xX100 %
Grade = 6,4
200X100 %
= 3,2 %
6,4 m
200 m
60
5.3 Perbandingan Geometri Jalan Sebelum dan Sesudah Dilakukan
Evaluasi.
Tabel 5.1. Tabel Rekapitulasi Perbandingan Geometri Jalan Sebelum dan
Sesudah Evaluasi.
No. Geometri jalan angkut Real Ideal
1 Lebar jalan lurus (segmen 1) 16,1 meter 22,4 meter
2 Lebar jalan tikungan (segmen 2) 14,1 meter 18, 58 meter
3 Jari-jari tikungan (segmen 2) 11,8 meter 9,9 meter
4 Superelevasi kemiringan jalan pada tikungan (segmen 2)
1,4 meter 1,7 meter
5 Grade %
a. (segmen 1)
b. (segmen 2)
15%
12,5%
10%
3,2%
5.4. Produktivitas Alat Angkut Dump Truck Komatsu Type HD 785 Hasil
Observasi Setelah Perbaikan Geometri Jalan angkut.
Produksi dump truck pershift dapat dihitung dengan persamaan sebagai
berikut:
P = q x 3600 x E
Cm
keterangan:
61
E = 80%
q1 = 17 m3
K = 95%
n = 3
q = 17 m3 x 0,95 x 3 = 48,45 m3
Ctm = 647,5 detik
P = q x 3600 x E Cm
P = (48,45 m3) x 3600 x 0,80 647,5 detik
P = 215,499 (m3/jam) x Berat Jenis
P = 215,499 (m3/jam) x 2,387 m3
P = 514,397 (ton/jam) x 9 jam/shift
P = 4.629,578 (ton/shift)
62
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Dari hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Produktivitas dump truck Komatsu type HD 785 sebelum perbaikan geometri
jalan angkut yang berproduksi dari front penambangan ke crusher 3 yaitu
sebesar 4.329,364 (ton/shift)
2. Produktivitas dump truck Komatsu type HD 785 sesudah perbaikan geometri
jalan angkut yang berproduksi dari front penambangan ke crusher 3 yaitu
sebesar 4.629,578 (ton/shift)
3. Geometri jalan angkut (real) dari front penambangan ke crusher 3 pada PT.
Semen Padang yaitu:
a. jalan lurus 16,1 meter.
b. jalan tikungan 14,1 meter.
c. Jari-jari tikungan 11,8 meter.
d. Superelevasi 1,4 meter.
e. Kemiringan jalan segmen 1 sebesar 15% dan segmen 2 sebesar 12,5%.
4. Geometri jalan angkut (ideal) dari front penambangan ke crusher 3 pada PT.
Semen Padang yaitu:
a. Jalan lurus 22,4 meter.
b. Jalan tikungan 18,58 meter.
c. Jari-jari tikungan 9,9 meter.
63
d. Superelevasi 1,7 meter.
e. Kemiringan jalan segmen 1 sebesar 10% dan segmen 2 sebesar 3,2%.
6.2. Saran
Adapun saran dari hasil penelitian untuk PT. Semen Padang yaitu:
a. Diharapkan untuk memperbaiki lebar jalan lurus, agar tidak ada yang
menunggu ketika dump truck berpapasan sehingga produksi meningkat.
b. Membuat saluran air, agar ketika terjadi hujan lebat tidak ada air yang
menggenangi jalan dan mengungari terjadi kecelakaan kerja pada dump truck.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Ady Winarko, dkk, 2014, Evaluasi teknis geometri jalan angkut overburden untuk mencapai target produksi 240.000 BCM/bulan di site project mas lahat PT. Ulima Nitra sumatera selatan, Universitas Sriwijaya, Palembang.
Akhmad Rifandy, dkk, 2016, Kajian teknis geometri jalan hauling pada PT. Guruh Putra Bersama site desa gunung sari kecamatan tabang kabupaten kutai kartanegara, universitas kutai kartanegara, Kalimantan timur.
Aldiyansyah, dkk, 2016, Analisis geometri jalan di tambang utara pada PT. IFISHDECO kecamatan tinanggea kabupaten konawe selatan provinsi Sulawesi tenggara, Universitas Muslim Indonesia, Makassar
Anonim, 2016, Data-data, Laporan dan Arsip PT Semen Padang.
Ardyan Febrianto, dkk, 2016, Kajian teknis produksi alat gali-muat dan alat angkut pada pengupasan overburden di tambang batubara PT. Rian Pratama Mandiri kabupaten tanah laut provinsi Kalimantan selatan, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”, Yogyakarta.
Efigenia Maia Alves Almeida, 2012, Kajian teknis alat gali muat dan alat angkut dalam upaya memenuhi sasaran produksi pengupasan lapisan tanah penutup pada penambangan batubara di PT. Yustika Utama Energi Kalimantan Timur, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”, Yogyakarta.
Fernanda Yuliandy, 2016, Kajian teknis produktifitas alat muat dan alat angkut batubara pada penambangan batubara di PT. Bukit Asam site MTBU Tanjung Enim Sumatera Selatan, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”, Yogyakarta.
Genta Dwi Pramana, dkk, 2016, Kajian teknis produksi alat gali-muat dan alat angkut untuk memenuhi target produksi pengupasan overburden penambangan batubara PT. Citra Tobindo Sukses Perkasa kabupaten sarolangun provinsi jambi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”, Yogyakarta.
Komatsu Ltd.1984, “ Pengantar Alat Berat” , PT. United Tractors, Jakarta
Partanto Prodjosumarto. 1996, Pemindahan Tanah Mekanis, Jurusan Teknik Pertambangan, ITB, Bandung.
Riko, Ervil dkk. 2016. Buku Panduan Penulisan dan Ujian Skripsi STTIND Padang, Padang.
Sumarya, 2008. Bahan Kuliah Alat Berat dan Pemindahan Tanah Mekanis. Buku ajar STTIND Padang.
Wahyu Aryando, dkk, 2016, Kajian teknis produktivitas alat gali muat dan alat angkut pada pengupasan tanah penutup batubara di Banko Barat pit 1 PT. Bukit Asam (persero) tbk UPTE, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”, Yogyakarta.
Yanto Indonesianto, 2005, Pemindahan Tanah Mekanis, UPN “Veteran” Yogyakarta.
Zulkifli Sayuti, dkk, 2013, Kajian teknis geometri jalan angkut tambang dan rencana pembuatan saluran penirisan di tepi jalan angkut tambang (studi kasus: pit seam 11 selatan PT. Kitadin TDM Kalimantar Timur), Universitas Hasanuddin, Makassar.
663300 Em 663400 Em 663500 Em 663600 Em 663700 Em 663800 Em 663900 Em 664000 Em 664100 Em 664200 Em 664300 Em 664400 Em 664500 Em 664600 Em 664700 Em 664800 Em 664900 Em
9891200 Nm
9891300 Nm
9891400 Nm
9891500 Nm
9891600 Nm
9891700 Nm
9891800 Nm
9891900 Nm
9892000 Nm
9892100 Nm
9892200 Nm
9892300 Nm
9892400 Nm
9892500 Nm
9892600 Nm
9892700 Nm
9892800 Nm
9892900 Nm
9893000 Nm
9893100 Nm
9893200 Nm
9893300 Nm
9893400 Nm
1 3 4 52 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 26 27 28 29 302523 24
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
L
M
N
O
P
Q
R
S
T
U
V
W
X
Y
Z
AA
AB
AC
AD
AE
AF
AG
AH
AI
AJ
AK
AL
AM
AN
AO
Bengkel Tam
bang
225
350
475
475
475
500
500
500
175
175
175
175
175
175
250
250
250
250
200
200
225
225
225
450
4
625
650
650
650
650
650
675
675
675
675
675
700
400
400
400
400
425
425
425
425
450
450
450
475
475
475
47
500
500
500
500
500
525
525
525
525
550
550
550
550
550
550
275
300
425
425
450
450
450
550
550
375
250
400
400
200
200
200
625
625
600
600
600
625
625
600
600
300
300
300
300
300
525
525
275
275
275
275
275
450
450
450
325
325
325
325
325
350
350
350375
375
375
400
400
400
425
425
225225
250
250
275
300
475
600
575
575
575
575
575
575
KETERANGAN
Beching Sistem Quarry
Tepi Front Penambangan
Jalan Tambang/Akses Transportasi
Infrastrukstur Crushing Plant
Infrastruktur Conveyor Line
Infrastruktur Bangunan
Ti k Eksplorasi Bes ndo '2012
Sedimen Pond/Check Dam
Saluran Drainase
Patok BM Tambang
Patok Batas WIUP 206,96 Ha
Garis Batas WIUP 206,96Ha
Infrastruktur Jembatan
Sungai Utama
Contur Interval 5 m/Index Contur 25 m
Ti k Elevasi Ke nggian (Mdpl)
Realisasi Areal Reklamasi 206 Ha
Rencana & Realisasi Lokasi Penambangan
NEWCRUSHERLSC‐VI
I N D E X P E T A
PT. SEMEN PADANGPETA TOPOGRAFI
BUKIT KARANG PUTIH KONDISI OKTOBER 2016
BERDASARKAN IZIN USAHA PERTAMBANGANOPERASI PRODUKSI BATUKAPUR
NOMOR : 03-007/03.07/II/IUP-OP/2014LUAS 206,96 Ha
Diukur Oleh : Fransisko
Digambar Oleh : Re i
Diperiksa Oleh : Heru Nurudin
Mengetahui,
Hari Djoko MMKa. Biro PPET
Padang, 30 Okt 2016
Yelmi Arya P., ST.Staf Biro PPET
A1
0 25 50 75 1001:3000
FRONT‐IV PENGEMBANGAN
FRONT‐III BOTOM
FRONT‐III TOPPerkampungan Sako
AREA IUP 412 Ha
BUKIT TAJARANG
FRONT‐V TOP
FRONT‐VIB
GD. AMONIA (AN)
GD. NONEL
GD. DINAMIT
OSP
MOSHER‐1
POS 2(JATARU)
POS
FRONT‐V BOTOM
BM-01
BM-02
BM-03
BM-04
BM-07
BM-08
333.7
361.6
337.5
339.2
354.6
256.2
263.8
260.7
246.7
242.3
241.0
254.5
232.20.0
223.0 217.2
400.2
388.7 425.0
431.3
432.3
436.3436.6 438.6439.8
445.0
433.3
447.9
444.9
454.2349.5
348.5
341.3
335.7
467.4
336.8
361.3
251.9
241.0
199.9
359.5
336.3
327.4
329.0
569.8
534.8
540.2
543.3
547.0
552.3
561.3
348.2
350.4
346.4
349.3
346.4
353.5
348.0
340.9
334.6346.0
343.0
341.7
340.7
313.1
309.5
289.5
290.6
287.3
285.7
287.2
290.1
288.5
258.5
256.6
253.9
253.3
258.2
256.9257.2
256.0
252.7
253.5
253.3
248.5
254.7
253.7
250.4
245.2
234.9
239.7
249.2
248.6
246.0
247.3
250.9
230.8
226.9
225.0
222.9
228.6
229.9
214.1
206.8
206.8
232.6
229.1
220.8
217.9
220.4
222.3
204.4
256.7
225.2
234.3
219.2
216.5
228.0
188.7
248.1
250.1
241.3
262.7264.4
264.5
278.3277.3
275.8
276.4
238.6
237.9
235.3
237.7
240.7
462.3
457.9
448.8
443.6
439.7
437.7
442.0
249.9
292.0
329.6
221.1
220.1
224.7
231.7
236.4
231.8
275.6
217.3
222.0
226.5
228.6
229.8
233.4
237.1
237.4237.4
237.1
239.4
244.0
244.7 248.4
259.1
256.6
330.7
336.4
319.7
320.6
345.8
347.9
352.1
361.1
370.3
379.4
390.0
395.8
401.3
404.0
411.1
419.0
421.6416.5
418.3421.5
423.1
426.0
420.3
430.7
430.7
427.3
434.4
472.6475.4
482.3486.5 492.5
495.1
499.2
499.3
504.0
388.8
386.0
384.3
501.7
294.3
295.6
363.6
366.8
334.3
301.8
318.4
320.6
301.3
300.4
327.8
337.8
555.0
547.2
541.7
520.3
513.1
508.0
508.3
526.7
539.5
256.8
249.3 259.7
336.9
344.7
269.0
286.2
265.6
270.7
279.8
518.6
513.0
272.0
245.8
275.7
506.8
321.0
327.7
478.5
484.8488.5
503.1
154.4
154.5
154.8
153.6
153.1
152.2
154.8
154.8
159.9
155.9
153.2
160.9 160.5
156.5
156.6
159.2
159.3
160.5
159.2
159.8
160.2
158.5
159.5159.8
159.8
158.7
158.9
158.3
159.9
157.8
159.7
158.7
158.2157.8
157.8
162.7
160.8160.7
160.7160.9
157.8158.8
158.8
158.8
161.6
158.8158.8
157.8
157.8
157.8
157.8
159.3166.4
161.3165.1
169.9
180.2
180.2
265.8
249.7
523.4
524.6
504.6
489.9
486.4
484.9
495.3
494.6
502.4
495.1
274.2
274.2
275.8
341.1
340.9
276.2
265.6
262.1
258.2
492.1
468.6
458.0
523.5
323.6
307.3
297.6
294.2
269.8
269.9
259.3
259.2
248.2
248.2
241.7
241.5
243.8
240.1
229.2
229.2
240.4
235.0
252.4
258.9
277.3
287.3
287.3
301.9
310.8
311.9
336.3
341.4
333.4
321.6
329.8
319.7 322.4
326.0
335.3
334.6
336.9
331.8
325.8
379.3
376.4
378.6
370.3
380.6
375.8
373.2
371.7
367.6
366.9
359.3
351.1
349.5
347.5
341.2
335.4
370.5
373.8
359.2
377.1
376.4
367.4
355.7
483.4
499.7
509.1
510.5
496.7
506.7
499.5
562.2
562.5
565.6
569.2
569.6
571.4
578.5575.6
584.3588.0
588.0589.7
588.4
581.2
588.1
587.7
585.5
268.7
269.3
269.3
262.9
249.3
267.6
268.7
264.1 267.7
249.1
273.2
275.4
277.8
277.6
275.1
274.1269.9
269.0
264.2
269.3
447.5
486.1
464.0
215.5
220.7
442.5
445.5
449.7
456.3451.7
462.9
495.8
470.5 499.7
465.0
476.9
482.2
503.6
471.5
499.9
495.2
504.1
506.7
510.4
512.7
547.2
542.2
488.9
522.9
539.8
494.7
580.6
581.8589.0
587.0
584.8
594.7
587.6
562.5
606.3
295.6
308.3
318.0
304.3296.1
287.5
274.1
293.9
303.3
296.7
315.1
312.5
580.9
234.8
237.1
247.3245.4
250.5
257.6
425.2
440.1434.0
427.4
421.1
410.9
402.3
424.4422.8
420.3
413.2
418.6
418.6415.3
399.3431.7
406.0
450.1
427.7
418.1
432.6
429.7427.7
424.0427.9
424.6
433.1
468.8
236.7
234.8
596.1
240.1
278.5
255.2
255.6
242.8244.9
246.3
304.3
290.4
298.8
283.0
304.1
304.1
305.1
305.8
296.6298.2
319.3
609.4
611.5
631.2
639.3
613.9
595.9
295.8295.9
304.9
247.1
237.2
236.9309.7
309.7
297.7
309.4
309.5
310.6
314.6
312.2
317.9
319.6
308.7
298.3
305.5
312.2
315.3
321.5
347.1
228.0
228.0
228.0
218.5
227.1
225.6
225.0
221.7
226.2
227.0
235.4
236.0
254.0
256.5
231.6
224.9
225.8
229.2
230.8
232.7
231.7
222.1
218.5
219.0
218.9
214.7
210.1
233.5
272.2
267.9
245.9
245.4
249.0
249.2
259.3
259.9
265.4
268.9
247.8247.4
248.3
529.0
225.3
227.6
228.4
228.8
227.6
228.4
227.6
218.6
226.3219.9
219.8
219.8
225.6
226.5
228.8227.7
234.5
236.9
235.3234.4
234.4
240.1
237.9
239.1241.8
240.1
240.0
240.0
240.1
240.1
250.2
249.1
240.1
248.0
249.3
255.6
253.3
259.3
248.4
518.5
534.8
538.0
552.6
557.5
556.4
570.3
568.5
570.1
553.2
552.9
537.8
557.4
552.7
551.8
554.2
486.6
481.1
485.2
488.1
491.2
535.3
540.5
512.1
605.8
603.2
581.4
561.8
611.0
609.9
609.3
227.8
227.7
235.4230.1
219.7
197.4
205.7
207.1
215.2223.9
186.1
190.4 213.4
229.3
229.3
260.7
249.0
251.7
240.2
237.3
591.9
485.9
488.2
540.0
551.8
536.4
213.3
194.6
179.3
228.0
KRP-1 KRP-2
KRP-3 KRP-4
KRP-5 KRP-6
KRP-7
KRP-8KRP-9
KRP-10KRP-11
KRP-12KRP-13
KRP-14KRP-15
KRP-16KRP-17
KRP-18KRP-19
KRP-20KRP-21
KRP-01
KRP-02
KRP-03
KRP-04
KRP-05
KRP-06
KRP-07
KRP-08
KRP-09
KRP-10
KRP-11
KRP-12
KRP-13
KRP-14
KRP-15
KRP-16
KRP-17
KRP-18
KRP-19
KRP-20
KRP-21
BH-13
LSC‐2
CHECKDAM TIM
UR (LA‐VIII)
LSC‐3A‐B
CHECKDAM LOS
MOSHER‐2
FRONT‐I
FRONT‐II
FRONT‐VIA
FRONT‐VII
HOPPERSIZER
OSP &KANTORJURDAK
SABODAM
JALAN LA7
JALAN BARU
WORKSHOP
BENGKEL
TAMBA
NG
PH TAMBANG
CHECKDAM
BARAT
POS 3 (CD LOS)
PERUMAHANPENDUDUKSIKAYAN
PAT & PABTOFFICE
PPET OFFICE
TANGKISOLAR
MUSHOLA
GUDANG HANDAK(EKSISTING)
S. Batang Idas
S. Batang Idas
POS2
CHECKDAM PA
RAKO
PI
FRONT‐IV
WORKSHOP KP. LERENG
CHECK
DAM KP. LER
ENG
MINING OFFICE DEPT
301.7
250
KRP‐01
SP07
KRP‐01
LAMPIRAN B
PETA SITUASI JALAN TAMBANG
Segmen 1Segmen 2
LAMPIRAN C
TARGET PRODUKSI PT. SEMEN PADANG
C-1
LAMPIRAN D
SPESIFIKASI ALAT – ALAT MEKANIS
Pada penambangan batu gamping quarry bukit Karang Putih
PT. Semen Padang terdapat beberapa alat berat yang beroperasi untuk
mendukung aktivitas penambangan dengan spesifikasi sebagai berikut.
C.1. Alat - Alat Muat
1. Excavator Backhoe Ex – 3500
Jenis : Backhoe
Type : EX – 3500
Merk : Hitachi
Kapasitas mangkuk : 17 m3
Daya : 1760 HP
Berat : 215.000 kg
Panjang Track : 7.400 mm
Jarak Jangkauan Maksimal : 14.070 mm
Jarak Jangkauan Minimal : 9.400 mm
Jarak Antara Track : 7,40 m
Lebar Track : 1000 mm
Tinggi Hingga Kabin : 8,115 mm
Panjang Tanpa Kabin : 10.700 mm
2. Excavator Backhoe Ex – 2500
Jenis : Backhoe
Type : EX –2500
Merk : Hitachi
C-2
Kapasitas Mangkuk : 12,5 m 3
Daya : 1000 HP
Berat : 177.00 kg
Panjang Track : 7.400 mm
Jarak Jangkauan Maksimal : 14.070 mm
Jarak Jangkauan Minimal : 9.260 mm
Jarak Antara Track : 5,70 m
Lebar Track : 800 mm
Tinggi Hingga Kabin : 6,115 mm
Panjang Tanpa Kabin : 8.700 mm
C.2. Alat – Alat Angkut
1. Dump Truck Caterpillar Type 777 – D
Tenaga penggerak : 920 HP
Kapasitas Munjung : 62,3 m 3
Berat kosong : 80.000 kg
Kecepatan tertinggi ( isi ) : 70 km / jam
Panjang tong : 10,79 m
Tinggi pemuatan : 4,77 m
Tinggi penumpahan : 10,27 m
Panjang bak : 7, 92 m
Model mesin : 3508 ( EUI )
Kapasitas tangki bahan bakar : 1000 liter
Jumlah silinder : 12
Jarak antara roda : 4,77 m
Lebar : 6,463 m
C-3
2. Dump Truck Komatsu Type HD – 785
Tenaga penggerak : 1010 HP
Kapasitas Munjung : 53 m 3
Berat kosong : 60.400 kg
Kecepatan tertinggi ( isi ) : 60 km / jam
Panjang ton : 10,10 m
Tinggi pemuatan : 4,14 m
Tinggi penumpahan : 9,42 m
Panjang bak : 6, 86 m
Model mesin : SA. 12 V. 140
Kapasitas tangki bahan bakar : 1240 liter
Jumlah silinder : 12
Jarak antara roda : 4,95 m
Lebar : 6,463 m
C.3. Spesifikasi Alat Bor
1. Furukawa HCR 1500-ED II
Merk : Furukawa
Type : Furukawa HCR 1500-ED II
Diameter Bit : 6,4 Inch
Diameter rod : 4 inch
Transport length : 9,8 m
Total weght : 16.3800 Kg
Transming speed : 1,6 – 4,8 km / h
Gradebility : 50 0 C
Rad oscilation : 10 0 C 15 0 C
Grown : Clearence 400 mm
Panjang ( menara turun ) : 3,2 m
C-4
Panjang ( menara naik ) : 8,5 m
Lebar : 4,3 m
Tinggi ( menara naik ) : 14,7m
Tinggi : 5,6 m
Sumber tenaga : Mesin diesel
Model sumber tenaga : 12 V 110 TA
Daya : 150 Hp
Jumlah jack : 3 buah
Diameter jack : 110 mm
Kapasitas kompressor : 780 cfm, 350 psi
Model kompressor : HJ 5 F
System track : Type Exavator
Panjang track : 5,5 m
2. SANDVIK DP1100
Merk : Sandvik
Type : Sandvik DP1100
Pabrik : Tanfore Finlandia
Diameter Bit : 5,5 Inch
Diameter rod : 3,0 inch
Transport length : 9,8 m
Total weght : 14.300 Kg
Transming speed : 1,8 – 3,5 km / h
Gradebility : 40 0 C
Rad oscilation : 10 0 C 15 0 C
Grown : Clearence 400 mm
Bom swing : 30 0
Bom lift : 15 – 14
Bom Extension : 1,5 mm
C-5
Radistor : 430 liter
Fuel : 380 liter
Hydraulic oil : 14 liter
Compressor : 27 liter
Engine : 5,5 liter
Gear box : 1,7 liter
Feed fear : 2,7 liter
Winch : 0,75
Temperatur compressor : max 80 0 C
Temperatur mesin : 95 0 C
Temperatur hydraulic : max 80 0 C
Tekanan udara mesin : max 2 bar
Fine separator : DC 1000 H
Primary cycline : PE 80 H
Suctian Head : PE 80 S
Hydraulic motor : 150 milimeter
Separator capasity : 99,90 %
Lampiran ECycle Time Dump Truck Hasil Observasi Sebelum Perbaikan Jalan
NoWaktu muat
(Detik)
Waktu angkut (Detik)
Waktu Manuver Tumpah(Detik)
Waktu tumpah(Detik)
Waktu balik
(Detik)
Waktu berpapasan
(Detik)
Waktu manuver
Muat(Detik)
Cycle time
(Detik)
1 110 202 25 12 180 40 35 6042 108 210 20 19 190 33 40 6203 105 200 19 15 189 59 48 6354 120 220 20 20 199 27 45 6515 140 240 24 16 201 39 41 7016 135 205 30 18 190 40 53 6717 105 217 25 20 175 39 41 6228 126 230 31 27 197 43 42 6969 132 226 29 21 199 37 45 68910 130 233 25 22 200 31 40 68111 114 209 27 20 184 39 44 63712 119 210 22 18 195 34 56 65413 130 221 21 25 202 40 52 69114 126 225 23 20 218 41 53 70615 120 205 30 27 205 39 48 67416 110 215 27 28 190 37 41 64817 139 255 18 17 199 34 40 70218 125 217 28 29 195 32 44 67019 138 227 37 25 203 37 50 71720 158 250 25 26 189 33 40 72121 160 278 16 18 189 34 49 74422 150 267 18 20 199 50 43 74723 154 269 19 15 179 27 42 70524 166 250 20 20 190 32 43 72125 174 260 20 19 200 43 50 76626 189 280 19 18 190 29 46 77127 178 255 19 19 180 31 54 73628 156 263 19 20 190 51 51 75029 178 278 20 19 189 30 42 75630 180 170 25 20 210 29 50 684
Total 4175 6987 701 565 5627 1110 1368 20770
Rata-rata
139,2 232,9 23,4 18,8 187,6 37 45,6 692,4
Jadi cycle time Dump Truck adalah 692,4Sumber : Pengamatan langsung dilapangan
Cycle Time Dump Truck Hasil Observasi Sesudah Perbaikan jalan
NoWaktu muat
(Detik)
Waktu angkut (Detik)
Waktu Manuver Tumpah(Detik)
Waktu tumpah(Detik)
Waktu balik
(Detik)
Waktu manuver
Muat(Detik)
Cycle time
(Detik)
1 110 202 25 12 180 35 6042 108 210 20 19 190 40 6203 105 200 19 15 189 48 6354 120 220 20 20 199 45 6515 140 240 24 16 201 41 7016 135 205 30 18 190 53 6717 105 217 25 20 175 41 6228 126 230 31 27 197 42 6969 132 226 29 21 199 45 68910 130 233 25 22 200 40 68111 114 209 27 20 184 44 63712 119 210 22 18 195 56 65413 130 221 21 25 202 52 69114 126 225 23 20 218 53 70615 120 205 30 27 205 48 67416 110 215 27 28 190 41 64817 139 255 18 17 199 40 70218 125 217 28 29 195 44 67019 138 227 37 25 203 50 71720 158 250 25 26 189 40 72121 160 278 16 18 189 49 74422 150 267 18 20 199 43 74723 154 269 19 15 179 42 70524 166 250 20 20 190 43 72125 174 260 20 19 200 50 76626 189 280 19 18 190 46 77127 178 255 19 19 180 54 736
28 156 263 19 20 190 51 75029 178 278 20 19 189 42 75630 180 170 25 20 210 50 684
Total 4175 6987 701 565 5627 1368 20770Rata-rata 139,2 232,9 23,4 18,8 187,6 45,6 647,5
Jadi cycle time Dump Truck adalah 647,5Sumber : Pengamatan langsung dilapangan
Produksi perjam dumptruck dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
P = q x 3600 x E
Cm
(Sumber :Indonesianto, 2005)
Keterangan :
P = Produksi dump truckper jam (m3/jam)
q = Kapasitas produksi per siklus (m3)
E = Efisiensi kerja alat
Cm= Waktu siklus (detik)
Kapasitas produksi persiklus dump truck dihitung dengan rumus:
q = q1 x K x n
(Sumber :Indonesianto, 2005)
Keterangan :
q = Kapasitas perduksi persiklus (m3)
q1 = Kapasitas bucket monjong (m3)
n = Jumlah siklus yang diperlukan untuk mengisi dump truck
K = Faktor bucket
LAMPIRAN F
DOKUMENTASI LAPANGAN
GAMBAR 1. KONDISI JALAN LURUS (GRADE 10%, JARAK 250 METER)
GAMBAR 2. KONDISI JALAN TIKUNGAN (GRADE 3,2%, JARAK 200 METER)
GAMBAR 3. PROSES DUMPING KE CRUSHER 3
GAMBAR 4. PROSES DUMP TRUCK KETIKA MENUNGGU ANTRIAN DUMPING
GAMBAR 5. PROSES LOADING
GAMBAR 6. PENGUKURAN DILAPANGAN UNTUK LEBAR JALAN LURUS
GAMBAR 7. PENGUKURAN DILAPANGAN UNTUK LEBAR JALAN TIKUNGAN
LAMPIRAN G
Perhitungan konversi kemiringan jalan angkut (grade) segmen 1 dari satuan derajat ke satuan persen.
54◦ = %
= 54°
360°X100 %
= 5400
360
= 540
36
= 15%.
Perhitungan konversi kemiringan jalan angkut (grade) segmen 2 dari satuan derajat ke satuan persen.
45◦ = %
= 45°
360°X100 %
= 4500
360
= 450
36
= 12,5%.
BUKTI PENGAMBILAN DATA PENELITIAN
Nama : Salman Putra
Npm : 1210024427049
Program Studi : Teknik Pertambangan
Jurusan : Teknik Pertambangan
Tempat penelitian : Quarry Bukit Karang Putih PT.Semen Padang , Nagari
ngalau, kecamatan Indarung, Kota Padang, Provinsi
Sumatera Barat.
Judul Penelitian : Evaluasi Geometri Jalan Angkut Terhadap Produktivitas
Dump Truck Komatsu Type HD 785 Pada Kegiatan
Penambangan Batu Gamping Di Bukit Karang Putih PT.
Semen Padang Sumatera Barat.
Pembimbing I : Rusnoviandi Lubis ST, MM
Pembimbing II : Dr. Murad MS, MT
Mahasiswa yang bersangkutan telah melakukan penelitian dari tanggal
07 November 2016 sampai 27 Februari 2017. Dalam rangka tugas akhir di sekolah
tinggi teknologi industri (STTIND) padang.
Padang , 28 February 2017
Pembimbing Lapangan
Lindo, ST
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Salman Putra
NPM : 1210024427049
Program Studi : Teknik Pertambangan
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya susun dengan judul:
“Evaluasi Geometri Jalan Angkut Terhadap Produktivitas Dump Truck Komatsu Type HD 785 Pada Kegiatan Penambangan Batu Gamping di Bukit
Karang Putih PT. Semen Padang Sumatera Barat”
Adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan plagiat
dari Skripsi orang lain. Apabila kemudian dari pernyataan saya tidak benar, maka
saya bersedia menerima sanksi akademis yang berlaku (dicabut predikat kelulusan
dan gelar kesarjanaanya).
Demikian Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.
Padang, November 2017
Pembuat Pernyataan
(Salman Putra)NPM.1210024427049
BIODATA WISUDAWAN
No. Urut :
Nama : Salman Putra
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat / Tgl Lahir : Jakarta / 22 Mei 1994
NPM : 1210024427049
IPK : 3,05
Predikat Lulus : Sangat Memuaskan
Judul Skripsi : Evaluasi Geometri Jalan Angkut
Terhadap Produktivitas Dump Truck
Komatsu Type HD 785 Pada Kegiatan
Penambangan Batu Gamping Di Bukit
Karang Putih PT. Semen Padang
Sumatera Barat
Dosen
Pembimbing
: 1. Rusnoviandi Lubis, ST, MM
2. Dr. Murad MS, MT
Asal SMA : SMK TANJUNG PRIOK I JAKARTA
Nama Orang Tua : Sudirman
Alamat / Tlp / Hp : Kp. Ladang No. 160. Kelurahan Kurai
Taji Kecamatan Nan Sabaris
Kabupaten Padang Pariaman Provinsi
Sumatera Barat.
081365448621
Email : [email protected]