ANALISIS DAN KAJIAN HUKUM RANCANGAN ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/9077/1/c6f81cdb5d888ab50ba4d3...2...
Transcript of ANALISIS DAN KAJIAN HUKUM RANCANGAN ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/9077/1/c6f81cdb5d888ab50ba4d3...2...
i
LAPORAN PENELITIAN
ANALISIS DAN KAJIAN HUKUM
RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PERUSAHAAN DAERAH
AIR MINUM TIRTA AMERTHA JATI
Oleh :
Dr. Gde Made Swardhana.,SH.,MH
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2016
ii
ANALISIS DAN KAJIAN HUKUM
BUPATI JEMBRANA
PROVINSI BALI
PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA
NOMOR …TAHUN… 2016
TENTANG
PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PERUSAHAAN DAERAH
AIR MINUM TIRTA AMERTHA JATI
iii
KATA PENGANTAR
Pemerintah Kabupaten Jembrana bekerjasama dengan Fakltas Hukum Universitas Udayana untuk menyusun Analisis
dan Kajian Hukum terhadap Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana Nomor … Tahun …tentang Penyertaan Modal
Daerah Pada Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Amertha jati. Berdasarkan kerjasama tersebut Fakultas Hukum pengerjaannya
ditugaskan kepada Pusat Perancangan Hukum Fakultas Hukum Universitas Udayana (PPH FH-UNUD), yang selanjutnya ditunjuk
peneliti yang bertugas melakukan penelitian hukum dan menuangkannya dalam Kajian hukum terkait dengan Rancangan Peraturan
Daerah tersebut di atas.
Analisis dan Kajian Hukum terhadap Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana Nomor … Tahun …tentang
Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Umum ini sebagai karya penelitian hukum ‒ tidak
menutup, bahkan sangat mengharapkan, kritik dan saran dari pembaca, untuk penyempurnaannya. Terutama dalam konsultasi
publik, masukan dari masyarakat sangat diperlukan dalam penyempurnaan.
Terimakasih disampaikan kepada pimpinan Fakultas Hukum Universitas Udayana dan Pemerintah Kabupaten
Jembrana, sehingga Peneliti mempunyai kesempatan mengembangkan bidang keilmuannya dan dapat menyelesaikan dengan baik.
Denpasar, September 2016
Tim Peneliti
iv
DAFTAR ISI
Cover Depan …………………………………………………………………………………………………………………. i
Cover Dalam …………………………………………………………………………………………………………………. ii
Kata Pengantar …………………………………………………………………………………………………………………. iii
Daftar Isi …………………………………………………………………………………………………………………. iv
Analisis dan Kajian …………………………………………………………………………………………………………………. 1
Penjelasan …………………………………………………………………………………………………………………. 23
Kesimpulan …………………………………………………………………………………………………………………. 25
v
vi
1
ANALISIS DAN KAJIAN
RANPERDA
KAJIAN
KETERANGAN
BUPATI JEMBRANA
PROVINSI BALI
PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA
NOMOR TAHUN 2016
TENTANG
PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA
PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA AMERTHA JATI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATl JEMBRANA,
BUPATI JEMBRANA
PROVINSI BALI
PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA
NOMOR TAHUN 2016
TENTANG
PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PERUSAHAAN
DAERAH AIR MINUM TIRTA AMERTHA JATI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATl JEMBRANA,
Lampiran II
angka 2 UU P3
2
Menimbang : a. bahwa berdasarkan Laporan Hasil
Pemeriksaan Badan Pemeriksa
Keuangan Republik Indonesia atas
Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah kabupaten Jembrana Tahun
2015 Nomor
02.C/LHP/XIX.DPS/05/2016,
tanggal 30 Mei 2016,
merekomendasikan agar penyertaan
Modal pada PDAM Tirta Amertha
Jati didukung dengan Peraturan
Daerah.
b. bahwa sesuai dengan ketentuan
Pasal 75 Peraturan Pemerintah
Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah,
Penyertaan Modal Daerah
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
ketentuan Pasal 333 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah perlu membentuk
peraturan daerah tentang Penyertaan Modal
Daerah Pada Perusahaan Daerah Air Minum
Tirta Amerta Jati
Angka 27 Lampiran II
UU P3
3
kepada Badan Usaha Milik
Daerah ditetapkan dengan
Peraturan Daerah;
c. bahwa berdasarkan
pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, dan
huruf b, perlu menetapkan
Peraturan Daerah tentang
Penyertaan Modal Daerah Pada
Perusahaan Daerah Air Minum
Tirta Amertha Jati.
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang
Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
2. Undang_Undang Nomor 69 Tahun 1958
tentang Pembentukan Daerah-Daerah
Angka 39 Lampiran II
UU P3
4
2. Undang-Undang Nomor 69
Tabun 1958 tentang
Pembentukan Daerah-daerah
Tingkat II dalam Wilayah
Daerah-daerah Tingkat I Bali,
Nusa Tenggara Barat dan Nusa
Tenggara Timur (Lembaran
Negara Republik Indonesia
Tahun 1958 Nomor 122,
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor
1655);
3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun
1999 tentang Penye1enggaraan
Negara yang Bersih dan Bebas
dari Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme (Lembaran Negara
Tingkat II dalam Wilayah Daerah-
Daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara
Barat dan Nusa Tenggara Timur dst...;
3. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 224,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah
diubah beberapa kali, terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang – Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 58
Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah ;
5
RepublikIndonesia Tahun 1999
Nomor 75, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia
Nomor 3851);
4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun
2004 tentang Perbendaharaan
Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4355);
5. Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 82,
6
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor
5234);
6. Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang
Permerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244,
Tambahan Lembaran Negara
Repubiik Indonesia Nomor
5587), sebagaimana telah diubah
beberapa kali, terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 9 Tahun
2015 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang
7
Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan
Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5679);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 58
Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005
Nomor 140, Tambahan
Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4578);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 42
8
Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sumber Daya Air
(Lembaran Negara Republik
indonesia Tahun 2008 Nomor
82, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia
Nomor 4858);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 43
Tahun 2008 tentang Air Tanah
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 83,
Tambahan Lernbaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 4859);
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri
9
Nomor 23 Tahun 2006
tentang Pedoman Teknis dan
Tatacara Pengaturan Tarif Air
Minum pada Perusahaan
Daerah Air Minum;
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 2 Tahun 2007 tentang
Organ Kepegawaian Perusahaan
Daerah Air Minum
12. Peraturan Daerah Kabupaten
Daerah Tingkat II Jembrana
Nomor 15 Tahun 1991 tentang
Pendirian Perusahaan Daerah Air
Minum Kabupaten Daerah
Tingkat II Jembrana
(Lembaran Daerah Kabupaten
10
Daerah Tingkat II Jembrana
Tahun 1992 Nomor 66 Seri D
Nomor 66), sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Daerah
Kabupaten Jembrana Nomor 4
Tahun 2001 tentang Perubahan
Pertama Atas Peraturan Daerah
Kabupaten Jembrana Nomor
15 Tahun 1991 tentang
Pendirian Perusahaan Daerah Air
Minum Kabupaten Daerah
Tingkat II Jembrana (Lembaran
Daerah Kabupaten Jembrana
Tahun 2001 Nomor 13,
Tambahan Lembaran Daerah
Kabupaten Jembrana Nomor 3);
11
13. Peraturan Daerah Kabupaten
Jembrana Nomor 9 Tahun
2012 tentang Perusahaan
Daerah Air Minum Tirta Amertha
Jati (Lembaran Daerah
Kabupaten Jembrana Tahun
2012 Nomor 25, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten
Jembrana Nomor 25);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKlLAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JEMBRANA
dan BUPATI JEMBRANA
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKlLAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JEMBRANA
dan BUPATI JEMBRANA
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG
12
PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR
MINUM TIRTA AMERTHA JATI.
PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM
TIRTA AMERTHA JATI.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang
dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Jembrana.
2. Pemerintah Daerah adalah
Pemerintah Kabupaten Jembrana.
3. Bupati adalah Bupati Jembrana.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
yang selanjutnya disingkat DPRD
adalah Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kabupaten Jembrana.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Jembrana.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten
Jembrana.
3. Bupati adalah Bupati Jembrana.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya
disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kabupaten Jembrana.
5. Perusahaan Daerah Air Minum yang selanjutnya
disingkat PDAM adalah Perusahaan Daerah Air
Perumusan
norma hukum
di dalam Pasal
terdapat
beberapa kata
yang
dilakukan
pengulangan
misalnya :
-SKPD
-APBD
13
5. Perusahaan Daerah Air Minum yang
selanjutnya disingkat PDAM adalah
Perusahaan Daerah Air Minum Tirta
Amertha Jati yang merupakan
Badan Usaha Milik Pemerintah
Daerah Kabupaten Jembrana
sebagai penyelenggaraan sistem
penyediaan air minum.
6. Penyertaan Modal Daerah adalah
penempatan dan/atau penanaman
dan/atau pemisahan kekayaan
Daerah dalam bentuk uang dan/atau
barang yang dapat dinilai dengan
uang yang dimiliki oleh Pemerintah
Daerah.
7. Anggaran Pendapatan dan Belanja
Minum Tirta Amertha Jati yang merupakan Badan
Usaha Milik Pemerintah Daerah Kabupaten
Jembrana sebagai penyelenggaraan sistem penyediaan
air minum.
6. Penyertaan Modal Daerah adalah penempatan
dan/atau penanaman dan/atau pemisahan
kekayaan Daerah dalam bentuk uang dan/atau
barang yang dapat dinilai dengan uang yang dimiliki
oleh Pemerintah Daerah.
7. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang
selanjutnya disingkat APBD adalah rencana
keuangan tahunan pemerintah daerah yang
dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah
Daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan
Peraturan Daerah.
8. Direksi adalah Direktur Perusahaan Daerah Air
Minum Tirta Amertha Jati.
14
Daerah yang selanjutnya
disingkat APBD adalah rencana
keuangan tahunan pemerintah
daerah yang dibahas dan disetujui
bersama oleh Pemerintah Daerah
dan DPRD, dan ditetapkan dengan
Peraturan Daerah.
8. Direksi adalah Direktur
Perusahaan Daerah Air Minum Tirta
Amertha Jati.
9. Dewan Pengawas adalah Dewan
Pengawas Perusahaan Daerah Air
Minum Tirta Amertha Jati.
9. Dewan Pengawas adalah Dewan Pengawas
Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Amertha Jati.
10. SKPD.....
11. APBD
15
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal2
Maksud Penyertaan Modal Daerah
adalah untuk memperkuat struktur
permodalan PDAM dan
meningkatkan kapasitas usaha serta
menumbuh kembangkan potensi
daerah dalam rangka
meningkatkan pendapatan asli
daerah.
Pasal 3
Tujuan penyertaan modal daerah
untuk meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat dalam
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal2
Maksud Penyertaan Modal Daerah adalah untuk
memperkuat struktur permodalan PDAM dan
meningkatkan kapasitas usaha serta menumbuh
kembangkan potensi daerah dalam rangka
meningkatkan pendapatan asli daerah.
Pasal 3
Tujuan penyertaan modal daerah untuk
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat
dalam memenuhi kebutuhan pokok masyarakat
akan air minum yang sehat.
Materi muatan
terkait dengan
maksud dan
tujuanlebih
tepat apabila
dimasukkan
dalama
Penjelasan
Umum
16
memenuhi kebutuhan pokok
masyarakat akan air minum yang
sehat.
BAB III
BESARAN DAN SUMBER DANA
Pasal 4
(1) Penyertaan Modal Daerah diberikan
kepada PDAM sebesar Rp. 572.034.000
(lima ratus Tujuh Puluh Dua Juta Tiga
Puluh Empat Ribu Rupiah), yang
sebelumnya sampai akhir Tahun 2015
sebesar Rp. 7.116.935.156,58 (Tujuh
BAB III
BESARAN DAN SUMBER DANA
Pasal 4
(1) Penyertaan Modal Daerah diberikan kepada PDAM
sebesar Rp. 572.034.000 (lima ratus Tujuh Puluh Dua
Juta Tiga Puluh Empat Ribu Rupiah), yang sebelumnya
sampai akhir Tahun 2015 sebesar Rp. 7.116.935.156,58
(Tujuh Milyar Seratus Enam Belas Juta Sembilan Ratus
Tiga Puluh Lima Ribu Seratus Lima Puluh Enam Rupiah
17
Milyar Seratus Enam Belas Juta
Sembilan Ratus Tiga Puluh Lima Ribu
Seratus Lima Puluh Enam Rupiah
Lima Puluh Delapan Sen).
(2) Penyertaan Modal daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) menjadi
sebesar Rp. 7.688.969.156,58 (Tujuh
Milyar Enam Ratus Delapan Puluh
Delapan Juta Sembilan Ratus Enam
Puluh Sembilan Ribu Seratus Lima
Puluh Enam Rupiah Lima Puluh
Delapan Sen).
(3) Penyertaan Modal Daerah
sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) bersumber dari Pengalihan
Penyertaan Modal Pemerintah
Pusat, Setoran Modal, APBD 2015
Lima Puluh Delapan Sen).
(2) Penyertaan Modal daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) menjadi sebesar Rp. 7.688.969.156,58 (Tujuh
Milyar Enam Ratus Delapan Puluh Delapan Juta
Sembilan Ratus Enam Puluh Sembilan Ribu Seratus
Lima Puluh Enam Rupiah Lima Puluh Delapan Sen).
(3) Penyertaan Modal Daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) bersumber dari Pengalihan
Penyertaan Modal Pemerintah Pusat, Setoran
Modal, APBD 2015 dan APBD Tahun 2016.
18
dan APBD Tahun 2016.
BAB IV
HASIL USAHA
Pasal 5
(1) Bagian hasil usaha/laba
penyertaan modal daerah menjadi
pendapatan daerah yang
disetorkan ke kas daerah dan
dialokasikan dalam APBD.
(2) Tata cara pembagian hasil
usaha/laba dengan PDAM, diatur
lebih lanjut dalam naskah
perjanjian penyertaan modal.
BAB IV
HASIL USAHA
Pasal 5
(1) Bagian hasil usaha/laba penyertaan modal
daerah menjadi pendapatan daerah yang
disetorkan ke kas daerah dan dialokasikan
dalam APBD.
(2) Tata cara pembagian hasil usaha/laba dengan
PDAM, diatur lebih lanjut dalam naskah
perjanjian penyertaan modal.
19
BAB V
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 6
(1) Bupati melakukan pembinaan
terhadap penyertaan modal
daerah pada PDAM.
(2) Dalam melakukan pembinaan
sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Bupati dibantu oleh Satuan
Kerja Perangkat Daerah.
BAB V
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 6
(1) Bupati melakukan pembinaan terhadap
penyertaan modal daerah pada PDAM.
(2) Dalam melakukan Pembinaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Bupati dibantu oleh
Satuan Kerja Perangkat Daerah.
Pasal 7 Pasal 7
20
Bupati berwenang melakukan
pengawasan terhadap penyertaan
modal daerah pada PDAM.
Bupati berwenang melakukan
pengawasan terhadap penyertaan
modal daerah pada PDAM.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 8
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 8
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya
dalam Lembaran Daerah Kabupaten Jembrana.
Lampiran II
Huruf L UUP3
21
Jembrana.
Ditetapkan di Negara
Pada tanggal
BUPATI JEMBRANA,
I PUTU ARTHA
Diundangkan di Negara.
Pada tanggal
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN JEMBRANA,
Ditetapkan di Negara
Pada tanggal
BUPATI JEMBRANA,
…………………………..
Diundangkan di Negara.
Pada tanggal
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN JEMBRANA,
PP 80 Tahun
2015
22
GEDE GUNADNYA
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA TAHUN …..
NOMOR ….
NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA,
PROVINSI BALI : ….
………………………………….
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA TAHUN …..
NOMOR ….
NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA,
PROVINSI BALI : ….
23
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA
NOMOR TAHUN 2016
TENTANG
PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PERUSAHAAN DAERAH
AIR MINUM TIRTA AMERTHA JATI
I. UMUM
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Repubiik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679), Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 310)
Pemerintah Daerah dapat menganggarkan kekayaan pemerintah daerah untuk penyertaan modal (investasi daerah) baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Dalam rangka meningkatkan pelayanan air bersih pada masyarakat di wilayah Kabupaten Jembrana dan sebagai upaya agar PDAM dapat lebih memberikan kontribusi pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) maka Pemerintah
Kabupaten Jembrana perlu melaksanakan penyertaan modal dan/atau menambah penyertaan modal pada PDAM dimaksud.
II. PASAL DEMI PASAL
24
Pasal 1 Cukup jelas
Pasal 2
Cukup jelas Pasal 3
Cukup jelas Pasal 4
Cukup jelas Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas Pasal 7
Cukup jelas Pasal 8
Cukup jelas
Pasal 9 Cukup jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR
25
KESIMPULAN
Simpulan
Bedasarkan kajian dalam rancangan peraturan daerah kabupaten jembrana tentang Penyertaan Modal Daerah
PadaPerusahaan DaerahAir Minum Tirta Amertha Jati perlu dilakukan pengkajian terkait dengan :
1. permasalahan berkaitan dengan belum adanya dasar pengaturan tentang penanaman modal di kabupaten
jembrana, adanya pengaturan dalam Undang-undang yang mengamanatkan pembuatan Peraturan Daerah
tentang penyertaan modal.Permasalahan tersebut diatasi dengan pembuatan Peraturan Daerah yang baru
dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah, yang salah satu urusan pemerintahan daerah adalah mengatur
tentang penanaman modal .
2. penyusunan Peraturan Daerah diperlukan sebagai dasar penyelesaian masalah tersebut di atas sehingga
penanaman modal memiliki landasan dan kepastian dalam penyertaan modal dan bagi pemerintah daerah
dalam memfasilitasi melakuakan pengawasan terkait dengan penanaman modal .
3. pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis, yuridis pembentukan Rancangan Peraturan Daerah tentang
penyertaan modal.
26
Saran
Berdasakan pengkajian yang telah dilakukan ada beberapa saran yang perlu ditindak lanjuti sebagai berikut :
1. Perlu dilakukan pengkajian terkait dengan perumusan norma yang lebih baik berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. .Konsep Awal Rancangan Peraturan Daerah tentang Penyertaan Modal ini mendapat saran dan kritik menuju
penyempurnaan naskah ini.
3. masalah-masalah penyertaan modal di luar ruang lingkup materi muatan Peraturan Daerah yang akan
dibentuk, agar diadakan pengaturan dan pengkajian terhadap peraturan daerah lain yang memiliki materi
muatan yang sama.