PENDUGAAN AWAL DEPOSIT EMAS WILAYAH POBOYA, PALU …

11
JGE (Jurnal Geofisika Eksplorasi) Vol. 07 No. 01, Maret 2021 (30-40) https://doi.org/10.23960/jge.v7i1.122 30 PENDUGAAN AWAL DEPOSIT EMAS WILAYAH POBOYA, PALU DENGAN METODE INVERSI HVSR FIRST CONJECTURE OF GOLD DEPOSIT POBOYA, PALU AREA USING HVSR INVERSION METHOD Yoga Dharma Persada 1* , Ilham 2 , Haura Dhiya Amaninida 3 , Puji Ariyanto 4 , Sandy Tri Gustono 5 1,2,3 Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika 4,5 Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Received: 2020, December 1 st Accepted: 2021, March 8 th Keyword: Gold deposit; HVSR; Inversion; Microtremor. Corespondent Email: [email protected] How to cite this article: Persada, Y.D., Ilham, Amaninida, H. D., Ariyanto, P., & Gustono, S.T. (2021). Pendugaan Awal Deposit Emas Wilayah Poboya, Palu Dengan Metode Inversi HVSR. Jurnal Geofisika Eksplorasi, 7(1), 30-40. Abstrak. Emas merupakan salah satu komoditas mineral yang mempunyai harga jual yang cukup tinggi. Indonesia memiliki banyak wilayah yang menyimpan deposit emas di bawah permukaan. Satu di antaranya adalah wilayah Poboya, Kecamatan Mantikulore, Palu. Metode pemetaan deposit emas yang dapat digunakan adalah seismik pasif contohnya mikrotremor. Salah satu teknik pengolahan dari metode seismik pasif adalah Horizontal to Vertical Spectral Ratio (HVSR). HVSR mencerminkan kondisi struktur lapisan di atas batuan dasar. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa potensi deposit emas terdapat di wilayah Timur hingga Selatan Poboya. Potensi terbesar terletak di Selatan bagian tersebut. Potensi deposit emas dapat ditemukan pada kedalaman sekitar 300 hingga 1500 meter di bawah permukaan. Analisis potensi tersebut didasarkan ditemukannya anomali lapisan dengan nilai kecepatan gelombang geser (Vs) yang tinggi, berkisar pada rentang nilai 3500-4000 m/s yang bersesuaian dengan batuan beku yang diduga endapan epitermal emas. Hasil pemodelan divalidasi dengan penelitian terdahulu yang memiliki kemiripan. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa metode inversi HVSR berdasarkan rekaman mikrotremor dapat dijadikan metode awal pendugaan deposit emas yang lebih efektif dan efisien. Abstract. Gold is one of the minerals which have a high value. Indonesia has many places with a high prospect to contain gold deposits. One of them is Poboya, Mantikulore sub-district, Palu. The method of mapping that can be used is passive seismic for example microtremors is HVSR. HVSR technic is to compared horizontal spectrum with vertical spectrum of passive seismic record. HVSR shown structure above basement rock. The result showed that most gold deposits were found in East to South Poboya. High prospect and potency of gold deposits were found on the Southside. The gold deposit can be found from 300 to 1200

Transcript of PENDUGAAN AWAL DEPOSIT EMAS WILAYAH POBOYA, PALU …

Page 1: PENDUGAAN AWAL DEPOSIT EMAS WILAYAH POBOYA, PALU …

JGE (Jurnal Geofisika Eksplorasi)Vol. 07 No. 01, Maret 2021 (30-40) https://doi.org/10.23960/jge.v7i1.122

30

PENDUGAAN AWAL DEPOSIT EMAS WILAYAH POBOYA,PALU DENGAN METODE INVERSI HVSR

FIRST CONJECTURE OF GOLD DEPOSIT POBOYA, PALUAREA USING HVSR INVERSION METHOD

Yoga Dharma Persada1*, Ilham2, Haura Dhiya Amaninida3, Puji Ariyanto4, Sandy Tri Gustono5

1,2,3Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika4,5Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika

Received: 2020, December 1st

Accepted: 2021, March 8th

Keyword:Gold deposit;HVSR;Inversion;Microtremor.

Corespondent Email:[email protected]

How to cite this article:

Persada, Y.D., Ilham,Amaninida, H. D., Ariyanto,P., & Gustono, S.T. (2021).Pendugaan Awal DepositEmas Wilayah Poboya, PaluDengan Metode InversiHVSR. Jurnal GeofisikaEksplorasi, 7(1), 30-40.

Abstrak. Emas merupakan salah satu komoditas mineral yang mempunyaiharga jual yang cukup tinggi. Indonesia memiliki banyak wilayah yangmenyimpan deposit emas di bawah permukaan. Satu di antaranya adalahwilayah Poboya, Kecamatan Mantikulore, Palu. Metode pemetaan deposit emasyang dapat digunakan adalah seismik pasif contohnya mikrotremor. Salah satuteknik pengolahan dari metode seismik pasif adalah Horizontal to VerticalSpectral Ratio (HVSR). HVSR mencerminkan kondisi struktur lapisan di atasbatuan dasar. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa potensi deposit emasterdapat di wilayah Timur hingga Selatan Poboya. Potensi terbesar terletak diSelatan bagian tersebut. Potensi deposit emas dapat ditemukan pada kedalamansekitar 300 hingga 1500 meter di bawah permukaan. Analisis potensi tersebutdidasarkan ditemukannya anomali lapisan dengan nilai kecepatan gelombanggeser (Vs) yang tinggi, berkisar pada rentang nilai 3500-4000 m/s yangbersesuaian dengan batuan beku yang diduga endapan epitermal emas. Hasilpemodelan divalidasi dengan penelitian terdahulu yang memiliki kemiripan.Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa metode inversi HVSRberdasarkan rekaman mikrotremor dapat dijadikan metode awal pendugaandeposit emas yang lebih efektif dan efisien.

Abstract. Gold is one of the minerals which have a high value. Indonesia hasmany places with a high prospect to contain gold deposits. One of them is Poboya,Mantikulore sub-district, Palu. The method of mapping that can be used ispassive seismic for example microtremors is HVSR. HVSR technic is to comparedhorizontal spectrum with vertical spectrum of passive seismic record. HVSRshown structure above basement rock. The result showed that most gold depositswere found in East to South Poboya. High prospect and potency of gold depositswere found on the Southside. The gold deposit can be found from 300 to 1200

Page 2: PENDUGAAN AWAL DEPOSIT EMAS WILAYAH POBOYA, PALU …

Pendugaan Awal Deposit Emas Wilayah Poboya Persada et al

31

© 2021 JGE (Jurnal GeofisikaEksplorasi). This article is an open-access article distributed under theterms and conditions of the CreativeCommons Attribution (CC BY NC)

meters beneath the surface. Analysis of result took from the high shear wave (Vs)value anomaly, with the value range from 3500 until 4000 m/s, that valuecorrelates with igneous rock which is suspected as gold epithermal. The result hadbeen validated with previous research which has similarities. Can be concludedthat inversion of HVSR using microtremor can be an effective method formapping gold deposit.

1. PENDAHULUANEmas adalah salah satu komoditi yang

memiliki nilai jual yang tinggi di Indonesia.Menjadikan emas sebagai mineral yang palingbanyak diburu. Mineral logam mulia ini dapatditemukan di bawah permukaan dalam bentukendapan atau deposit sebagai akibat dari sisaadanya aktivitas magma pada masa lampau(Junaedy & Efendi, 2016). Menurut Junaedydan Efendi (2016), mineral yang membawabijih emas pada umumnya terbagi menjadidua, yaitu mineral yang mengandung logamataupun tidak, sebagai contoh kuarsa,kalkopirit dan lain-lain.

Pada umumnya batuan pembawa mineralyang mengandung bijih emas tersebutmerupakan batuan magmatik, sebagai hasildari aktivitas magmatisme berupa batuanintrusif dan vulkanik (Indarto dkk., 2014).Berdasarkan definisi tersebut dapat diartikanbijih emas dapat ditemukan pada batuan bekuyang terbentuk di dekat dapur magma(intrusif) maupun batuan beku yang terbentukdekat permukaan hasil aktivitas vulkanisme(vulkanik). Sebagian besar batuan beku yangmembawa mineral emas merupakan batuanbeku yang berumur tersier (Indarto dkk.,2014).

Salah satu wilayah Indonesia yang memilikideposit endapan emas merupakan wilayahPoboya, Kecamatan Mantikulore, Palu.Wilayah Poboya telah dijadikan areapertambangan dengan luas wilayah mencapai49 ribu hektar dan 7 ribu hektar di antaranyamerupakan area pertambangan rakyat(Junaedy & Efendi, 2016). Tambang Poboya

merupakan area pegunungan yang terletak diantara Kota Palu dan Parigi.

Dalam pertambangan mineral diperlukanpemetaan terkait di mana wilayah yangmemiliki potensi deposit mineral tersebut,sehingga mendapatkan mineral yang dicari.Beberapa metode telah digunakan dalampendugaan awal deposit suatu mineralterutama deposit mineral emas. Metode yangsering kita dengar antara lain menggunakandata magnetik dan data gayaberat, namundalam survei awal diperlukan metode yangrelatif efisien dalam hal pengambilan data danmemiliki keakuratan yang cukup bagus.Terdapat metode lain yang juga dapatdijadikan alternatif, yaitu metode seismik pasifdengan memanfaatkan data mikrotremor.

Metode seismik pasif dengan menggunakanmikrotremor adalah salah satu metode surveiawal yang efisien dan praktis, selain itu dapatmemetakan struktur bawah permukaandengan cukup baik. Beberapa penelitianmenggunakan metode seismik pasif telahdilakukan dalam pemetaan deposit emas. Rileydkk. (2017) menggunakan metode HVSR(Horizontal to Vertical Spectral Ratio) dalampendugaan deposit emas di wilayah SouthIsland New Zealand. Sementara Hollis dkk.(2019) melakukan pencitraan tomografimenggunakan metode seismik pasif dalammemetakan potensi zona mineralisasi padasebuah tambang emas. Diinterpretasikanbahwa area yang diduga sebagai zonamineralisasi tersebut memiliki nilai kecepatangelombang geser yang lebih tinggidibandingkan area lainnya diduga sebagaiendapan epitermal emas. Anomali tersebut

Page 3: PENDUGAAN AWAL DEPOSIT EMAS WILAYAH POBOYA, PALU …

JGE (Jurnal Geofisika Eksplorasi) 07 (01) 2021, 30-40

32

yang dianalisis sebagai zona mineralisasi padawilayah pertambangan tersebut seperti yangterlihat pada Gambar 1 pada slicing A-A’’.Selain itu hasil pencitraan juga menunjukkanadanya zona intrusi magma. Zona intrusi

tersebut berkaitan dengan awal sumbernaiknya fluida yang membawa mineral emasmelalui rekahan-rekahan, dimana nantinyaakan menghasilkan endapan epitermal emas.

(a)

(b)

Gambar 1. a) Hasil pemetaan tomografi kecepatan gelombang geser 2Ddan b) Pencitraan hasil sayatan yang bersesuaian pada gambar a)terhadap kedalaman (Hollis dkk., 2019).

Penelitian lain pernah dilakukan oleh Smithdkk. (2013) dengan melakukan penelitian padasebuah tambang emas. Smith dkk. (2013)melakukan penelitian dengan teknik SPACdan HVSR dalam memetakan sedimen di atasbatuan dasar yang dibandingkan terhadap databorehole. Data yang digunakan salah satunyaadalah mikrotremor dengan perekamanmasing-masing 30 menit pada setiap titik.

Hasil penelitian berupa respon kurva HVSRyang selanjutnya dilakukan inversi untukmendapatkan model kecepatan bawahpermukaan. Berdasarkan penelitian tersebutdidapatkan hasil ketebalan lapisan sedimenatas batuan dasar berupa kristalin (Smith dkk.,2013). Berbeda dengan penelitian Smith dkk.(2013), Ramm dkk. (2019) melakukanpenelitian menggunakan dasar refleksi

Page 4: PENDUGAAN AWAL DEPOSIT EMAS WILAYAH POBOYA, PALU …

Pendugaan Awal Deposit Emas Wilayah Poboya Persada et al

33

gelombang Rayleigh dengan menggunakandata stasioner.

Berdasarkan beberapa penelitian yangrelatif baru sebelumnya, menunjukkanberbagai aplikasi HVSR ataupun penggunaandata seismik pasif dalam eksplorasi mineral,yaitu emas. Untuk wilayah Indonesia sendirimasih minim penelitian pencitraan bawahpermukaan dalam eksplorasi mineralmenggunakan data mikrotremor. Oleh karenaitu, pada penelitian ini akan dilakukan salahsatu pemanfaatan mikrotremor sebagai bagiandari seismik pasif dalam pencitraan bawahpermukaan menggunakan metode inversiHVSR berkaitan dengan deposit emas yangakan divalidasi dengan penelitian sebelumnya.Sekaligus melakukan uji metode baru yanglebih efektif dan efisien dalam survei awalpendugaan deposit emas.

2. TINJAUAN PUSTAKAMikrotremor merupakan getaran periodik

yang memiliki amplitudo rendah yangdihasilkan oleh adanya gerakan di bawah tanah(Arifin dkk., 2014). Mikrotremor terdiri dariberbagai macam gelombang, baik gelombangbadan maupun gelombang permukaan (Piña-Flores dkk., 2017). Pengolahan metodemikrotremor menggunakan metode HVSR(Horizontal to Vertical Spectral Ratio), yangmengukur kontras perbandingan antaralapisan sedimen terhadap batuan dasar(Nakamura, 2008).

HVSR merupakan spektrum gabunganyang terdiri dari spektrum gelombang badandan gelombang permukaan. Dalam penentuanstruktur bawah permukaan dilakukan inversiterhadap gelombang badan. Inversi merupakanproses matching data atau pencocokan data(Grandis, 2009). Pencocokan data yangdimaksud adalah perbandingan antara datasintesis atau model secara teoritis terhadapdata sebenarnya. Proses inversi HVSR yangdilakukan adalah membandingkan kurva

dispersi gelombang badan terhadap kurvaHVSR sebenarnya (Bignardi dkk., 2016).

Hasil dalam proses inversi tersebut akanmenghasilkan parameter-parameter. Salahsatunya adalah parameter kecepatangelombang geser (Vs). Parameter kecepatangelombang geser setiap kedalaman inilah yangakan digunakan dalam analisis zonamineralisasi emas di wilayah Poboya.

3. METODE PENELITIANData mikrotremor yang digunakan berupa

hasil perekaman akselerometer pada 16 titikyang tersebar pada sekitar wilayah Poboya.Durasi perekaman pada masing-masing titikadalah kurang lebih 45 menit. Durasi tersebutdidasarkan pada frekuensi minimum yangingin didapat. Koordinat pada masing-masingtitik dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 2.

Tabel 1. Lokasi titik pengukuran.

No Titik Latitude Longitude1 PG-076 -0.84363 119.903972 PG-077 -0.84866 119.882673 PG-078 -0.85385 119.902384 PG-079 -0.85622 119.890925 PG-080 -0.86220 119.880826 PG-081 -0.86808 119.887677 PG-082 -0.86903 119.903468 PG-083 -0.86975 119.876439 PG-084 -0.88121 119.88991

10 PG-086 -0.89438 119.8817711 PG-087 -0.89337 119.8905412 PG-088 -0.88775 119.8766013 PG-089 -0.88493 119.8801814 PG-090 -0.88458 119.9060515 PG-093 -0.90643 119.8983916 PG-094 -0.90389 119.8837617 PG-096 -0.89749 119.92098

Dilakukan filtering pada data mikrotremordengan rentang frekuensi 0.1-15 Hz untukmenghilangkan noise (bising) pada frekuensitinggi yang disebabkan oleh gangguan yang

Page 5: PENDUGAAN AWAL DEPOSIT EMAS WILAYAH POBOYA, PALU …

JGE (Jurnal Geofisika Eksplorasi) 07 (01) 2021, 30-40

34

tidak diinginkan. Data mentah tersebut akanmelalui beberapa tahap pengolahan, dariperhitungan kurva HVSR berdasarkan dataobservasi hingga proses inversi, dibantu olehsoftware OpenHVSR (Bignardi dkk., 2016).Seluruh proses inversi dituliskan pada tahap-tahap berikut, digambarkan oleh Gambar 3.

Gambar 2. Wilayah penelitian.

3.1. Perhitungan HVSR ObservasiData tersebut kemudian melalui proses

perhitungan kurva HVSR. Proses tersebutdirumuskan oleh Almendros dkk. (2004)dimana spektrum gabungan dari komponenhorizontal dibandingkan terhadap spektrumkomponen vertikal. Perhitungan spektrumdapat dilihat pada persamaan (1). Perhitungankurva HVSR berdasarkan data observasimenggunakan software Geopsy.

( )2 ( )2

( )( )

east north

Vertical

A f A fHVSR f

A f+

= (1)

Aeast dan Anorth merupakan amplitudo padakomponen east-west dan north-south.

Sementara Avertikal adalah amplitudo padakomponen vertikal.

Kurva HVSR observasi tersebut akandilakukan proses smoothing. Proses smoothingbertujuan agar mencegah terjadinya amplitudoyang tak hingga (Konno & Ohmachi, 1998).Proses smoothing ditunjukkan oleh persamaan(2).

4

sin(log( ) )( , )

log( )

b

CB C b

C

ffW f f f

f

é ùê ú= ê úê úë û (2)

f dan fc merupakan frekuensi dan frekuensitengah sedangkan b adalah koefisien bandwith.Proses smoothing berguna untukmenghilangkan munculnya puncak frekuensiyang bernilai tak hingga.3.1.1. Inversi Kurva HVSR

Proses inversi kurva HVSR dilakukandengan software OpenHVSR. Tahapan inversiterbagi menjadi dua, pertama adalahperhitungan kurva dispersi gelombang badan,dan kedua perhitungan fungsi objektif. Prosesinversi menggunakan algoritma Monte Carloatau sampel acak.3.1.2. Forward Modelling Kurva Dispersi

Gelombang BadanProses inversi diawali dengan proses

perhitungan kurva dispersi sintesis.Perhitungan kurva dispersi menggunakanprinsip forward modelling. Menggunakanparameter-parameter yang ditetapkan awalatau yang disebut dengan model awaldibentuklah kurva dispersi. Model awal dapatdilihat pada Tabel 2. Perhitungan kurvadispersi menggunakan prinsip Aki danRichard dalam pembentukan kurva dispersigelombang badan, yang dapat dilihat padapersamaan (3).

10( ) ( )[1 ( ) ln( )]ref

ref

fv f v f Q fp -= + (3)

Page 6: PENDUGAAN AWAL DEPOSIT EMAS WILAYAH POBOYA, PALU …

Pendugaan Awal Deposit Emas Wilayah Poboya Persada et al

35

Kurva dispersi dibentuk berdasarkan kurvadispersi referensi atau model awal yangdilambangkan oleh v(fref) yang berkorelasipada masing-masing frekuensi acuan fref . Nilaiv(fref) dan fref didapatkan dari input model awal.Sementara Q0 merupakan atenuasi yangdirumuskan oleh persamaan (4).

0kQ Q f= (4)

Dengan Q adalah atenuasi dapat berupaatenuasi gelombang P dan S, sementara Q0

adalah atenuasi pada frekuensi 1 Hz. Nilai darik dianggap konstan. Atenuasi berkaitandengan perambatan gelombang seismik padasuatu medium. Pada kasus ini atenuasiberkaitan dengan mikrotremor, sementara fmerupakan frekuensi.

Gambar 3. Diagram alir penelitian.

Page 7: PENDUGAAN AWAL DEPOSIT EMAS WILAYAH POBOYA, PALU …

JGE (Jurnal Geofisika Eksplorasi) 07 (01) 2021, 30-40

36

Tabel 2. Model awal yang digunakan.

Ketebalan (m) Vp (m/s) Vs (m/s) Densitas (g/cm3) Qp Qs

20 500 200 2 15 530 1000 500 2.3 30 1050 2000 1000 2.5 60 20

150 3000 1500 2.7 120 40350 4000 2000 3 240 80650 7000 3500 3.5 480 160

3.1.3. Fungsi ObjektifPerhitungan fungsi objektif diperlukan

dalam penentuan kriteria kurva HVSR yangbaik (Bignardi dkk., 2016). Kriteria kurvaHVSR yang baik adalah memiliki nilai fungsiobjektif yang positif (Bignardi dkk., 2016).Selain itu parameter model harus bernilai real.Parameter model antara lain Vp, Vs, densitas,Qp, Qs dan ketebalan. Fungsi objektif jugaberguna dalam penentuan minimum global.Fungsi objektif dirumuskan oleh persamaan(5), dengan nilai a dan b merupakan konstanyaitu 0,6 dan 0,4.

5

1( ) ( ) ( ) ( )j j

jE m aM m bS m a R m

=

= + +å (5)

Terdapat tiga kriteria dalam perumusanfungsi objektif. Pertama, misfit antara kurvaHVSR observasi dan kurva dispersi hasilforward modelling ditunjukkan oleh M(m).Misfit dirumuskan pada persamaan (6).

2

01

( ) ( )( ( ) ( )cn

c c cc

M m w f D f D f=

= -å (6)

Berdasarkan persamaan (6), misfitdigambarkan sebagai error total kuadrat,dengan Dc(f) dan D0c(f) adalah kurva dispersihasil forward modelling dan kurva HVSRobservasi. Sementara itu wc(f) adalahpembobotan untuk frekuensi tertentu apabiladiperlukan.

Kriteria kedua adalah S(m) dituliskandalam persamaan (7). S(m) adalah kriteriauntuk menentukan minimum global.Dituliskan sebagai turunan pertama dari misfitatau yang dalam artian lain disebut sebagaigradien.

2

0

1

( ) ( )( ) ( )nc

c cc

c

D f D fS m w ff f=

æ ö¶ ¶= -ç ÷¶ ¶è øå

(7)

Kriteria terakhir adalah perubahanparameter model. Perubahan parameter modelditunjukkan oleh persamaan (8).

max

min

2

, 1( ) ( ( ) ( ))

nc z k lj kl j jz

k lR m B m z m z dz

=

= -å ò (8)

Perubahan model dirumuskan olehpersamaan (8). Perubahan model dihitungdengan memperhatikan model awal dan modeluji. Sementara Bkl merupakan nilai randomyang tersebar dalam rentang nilai 0 sampai 1.Perhitungan dilakukan berulang atau yangdisebut dengan iterasi. Parameter model yangdihitung antara lain Vp, Vs, densitas, Qp danQs.3.1.4. Plotting dan Interpolasi

Setelah mencapai minimum global,parameter model dari iterasi terakhir dijadikansebagai model akhir. Kemudian akandilakukan interpolasi untuk mengisikekosongan data. Proses interpolasi dilakukansecara 3D dalam penentuan zona mineralisasiemas di wilayah Poboya.

Page 8: PENDUGAAN AWAL DEPOSIT EMAS WILAYAH POBOYA, PALU …

Pendugaan Awal Deposit Emas Wilayah Poboya Persada et al

37

4. HASIL DAN PEMBAHASANHasil inversi kurva HVSR menunjukkan

model kecepatan gelombang geser padamasing-masing titik. Model kecepatangelombang geser kemudian diinterpolasi untukmendapatkan pencitraan tiga dimensi. Hasilpencitraan tiga dimensi menunjukkanbeberapa wilayah dari daerah Poboya memilikianomali kecepatan gelombang geser padakedalaman tertentu. Pencitraan gelombanggeser secara tiga dimensi dapat dilihat padaGambar 4.

Gambar 4. Pencitraan Vs 3D wilayah Poboya.

Pada Gambar 4, terlihat terdapat zona padakedalaman dengan anomali nilai kecepatangelombang geser. Anomali kecepatangelombang geser secara signifikan terdapatpada kedalaman kurang lebih 300 meter dibawah permukaan di mana pada kedalamantersebut memiliki anomali zona dengankecepatan gelombang geser yang lebih tinggidengan nilai Vs 3000-3500 m/s. Nilaikecepatan gelombang geser (Vs) tersebutdiduga dari batuan yang membawa mineralemas. Analisis tersebut pernah dibuktikanmelalui penelitian yang dilakukan oleh (Hollisdkk., 2019).

Pemetaan secara dua dimensi untukkecepatan gelombang geser pada kedalaman300 meter menunjukkan persebaran anomalikecepatan gelombang geser ditemukan padawilayah tenggara area penelitian. Hasilpemetaan secara dua dimensi dapat dilihatpada Gambar 5a-5d. Dapat dianalisis bahwadeposit batuan pembawa mineral emastersebar dominan di wilayah tenggara areapenelitian. Hasil tersebut juga didukung olehpenelitian yang dilakukan oleh Junaedy danEfendi (2016).

a) b)

Page 9: PENDUGAAN AWAL DEPOSIT EMAS WILAYAH POBOYA, PALU …

JGE (Jurnal Geofisika Eksplorasi) 07 (01) 2021, 30-40

38

c) d)

Gambar 5. Peta pemetaan kecepatan gelombang geser (Vs) wilayah Poboya padakedalaman a) 350 meter, b) 500 meter c) 1000 meter dan d) 1500 meter.

Junaedy dan Efendi (2016) melakukanpenelitian terkait zona mineralisasi emas diwilayah Poboya menggunakan metodemagnetik. Hasil pemetaan anomali residualyang dilakukan Junaedy dan Efendi (2016)menunjukkan terdapat beberapa anomali yangberkorelasi dengan zona mineralisasi emas diwilayah tersebut. Anomali tersebut tersebar diwilayah tenggara Poboya. Hasil tersebutmenunjukkan adanya korelasi dengan hasilpenelitian ini.

Berdasarkan jenis litologi, wilayah yangmemiliki nilai kecepatan gelombang gesertinggi tersebut merupakan zona batuanandesit. Analisis tersebut didasarkan atas nilaiVs pada kedalaman tersebut sebesar 3000-3500m/s yang bersesuaian dengan nilai Vs untukbatuan Andesit (Daryono, 2012). Tabel litologibatuan berdasarkan nilai kecepatan gelombanggeser dapat dilihat pada Tabel 3. Batu andesitmerupakan salah satu batuan beku intrusif.Diduga batuan inilah yang membawa mineralemas. Analisis didukung dengan fakta bahwasebagian besar mineral emas di Indonesia

dibawa oleh batuan beku baik intrusif maupunvulkanik (Indarto dkk., 2014).

Tabel 3. Tabel nilai Vs pada beberapa batuan(Daryono, 2012).

Batuan Nilai Vs (m/s)Granit 3500-3800Dolerit 2960-3450Andesit 2440-3500

Basal 3600-3700Lempung 380-1000

Hasil penelitian menunjukkan formasibatuan yang diduga sebagai epitermal emas.Endapan epitermal digambarkan dengananomali warna yang melambangkan terdapatkontras kecepatan gelombang geser. Hal inididukung dengan kedalaman lapisan tersebutyang berada hingga kedalaman 300 hingga1500 meter, dimana merupakan salah satu ciri-ciri epitermal emas berada pada kedalamandangkal (Sedewo & Setijadji, 2018). Namunhasil pemodelan tidak dapat menggambarkansecara jelas mengenai bagaimana urat emas(vein) yang ada dikarenakan skala survei yang

Page 10: PENDUGAAN AWAL DEPOSIT EMAS WILAYAH POBOYA, PALU …

Pendugaan Awal Deposit Emas Wilayah Poboya Persada et al

39

lebar serta ambiguitas data. Tidak menutupkemungkinan bahwa terdapat urat emas (vein),mengingat wilayah Poboya, Palu berbatasandengan struktur geologi sesar Palu-Koro.Aktivitas tektonik dari sesar tersebut dapatmendukung adanya rekahan yang dapat terisifluida pembawa mineral emas. Kondisitersebut pernah terjadi pada prospek emasgunung Pani, Gorontalo (Sedewo & Setijadji,2018).

Namun terdapat pendugaan bahwaditemukan urat emas (vein) yang berorientasike arah tenggara dari sekitar areapenambangan. Dibuktikan dengan hasilGambar 5a yang menunjukkan bahwa areadengan nilai kecepatan gelombang geser padakedalaman rendah, yaitu 350 meter yangberorientasi ke arah tenggara dari lokasi titikpertambangan. Dibandingkan terhadap hasilpemetaan VS pada kedalaman 500 hingga 1500meter pada Gambar 5b hingga 5d, dimanakonsentrasi daerah dengan kecepatangelombang geser yang tinggi terdapat padasekitar lokasi pertambangan. Pesebaran yangditunjukkan pada Gambar 5b, 5c dan 5d lebihmenggambarkan lokasi epitermal emastersebut.

Pada kedalaman yang lebih dalam (di atas1500 meter) di wilayah timur ke selatanPoboya terdapat anomali kontras kecepatangelombang geser yang tinggi. Kondisi inidimungkinkan karena adanya intrusi magma,mengingat bahwa wilayah Poboya merupakandaerah pegunungan. Intrusi magma dapatmenciptakan porfiri emas.

Wilayah yang diduga memiliki endapanemas terletak di antara titik PG-087 dan PG-093 pada Gambar 5a dengan luasan wilayahkurang lebih 4 Km2. Endapan epitermal emasditemukan pada kedalaman 300 hingga 1200meter. Berdasarkan dimensi tersebut dapatdilihat bahwa pada area penelitian ditemukanepitermal emas dengan volume kurang lebih400 km3. Namun volume tersebut merupakandugaan awal, diperlukan metode geofisika lain

sebagai pembanding dan pendukung hasilpemodelan.

5. KESIMPULANHasil penelitian menunjukkan bahwa

inversi HVSR dapat digunakan sebagai metodeawal dalam pendugaan batuan beku pembawaemas yang lebih efektif dan efisien. Wilayahtimur hingga selatan Poboya diduga terdapatbeberapa batuan pembawa emas didukungdengan penelitian terdahulu. Namundikarenakan ambiguitas dari data diperlukanbeberapa metode pendukung dan pembandinguntuk menjelaskan secara detail bagaimanapersebaran deposit emas di bawah permukaan.

UCAPAN TERIMA KASIHUcapan terima kasih penulis sampaikan

kepada seluruh tim survei mikrotremor dariSekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi danGeofisika, atas survei yang telah dilakukan danmasukan atas penelitian ini sehingga dapatterlaksana dengan baik dan mendapatkan hasilyang baik pula. Terima kasih juga kamiucapkan kepada pihak-pihak yang telahmendukung penelitian dan penulisan paperini.

DAFTAR PUSTAKAAlmendros, J., Luzón, F., & Posadas, A. (2004).

Microtremor Analyses At Teide Volcano(Canary Islands, Spains): Assessment OfNatural Frequencies Of Vibration UsingTime-Dependent Horizontal-To-VerticalSpectral Ratios. Pure And Applied Geophysics,161(7), 1579–1596.Https://Doi.Org/10.1007/S00024-004-2522-5

Arifin, S.S., Mulyatno, B.S., Marjiyono., &Setianegara, R. (2014). Jurnal GeofisikaEksplorasi Vol. 2/ No. 1 Tahun 2014. 2(1).

Bignardi, S., Mantovani, A., & Abu Zeid, N. (2016).Openhvsr: Imaging The Subsurface 2D/3DElastic Properties Through Multiple HVSRModeling And Inversion. Computers AndGeosciences, 93(May), 103–113.Https://Doi.Org/10.1016/J.Cageo.2016.05.009

Daryono. (2012). Indeks Kerentanan Seismik

Page 11: PENDUGAAN AWAL DEPOSIT EMAS WILAYAH POBOYA, PALU …

JGE (Jurnal Geofisika Eksplorasi) 07 (01) 2021, 30-40

40

Berdasarkan Mikrotremor Pada Setiap SatuanBentuklahan Di Zona Graben Bantul DaerahIstimewa. XII(1), 1753–1777.Http://Etd.Ugm.Ac.Id/Index.Php?Mod=Book_Detail&Sub=Bookdetail&Act=View&Typ=Htmlext&Buku_Id=53805&Obyek_Id=4&Unitid=1&Jenis_Id=

Grandis, H. (2009). Pengantar Pemodelan InversiGeofisika. In Himpunan Ahli GeofisikaIndonesia (Issue 80).

Hollis, D., Mcbride, J., Good, D., Arndt, N.,Brenguier, F., & Olivier, G. (2019). Use OfAmbient Noise Surface Wave Tomography InMineral Resource Exploration AndEvaluation. 2018 SEG InternationalExposition And Annual Meeting, SEG 2018,September, 1937–1940.Https://Doi.Org/10.1190/Segam2018-2998476.1

Indarto, S., Sudarsono, S., Setiawan, I., Permana,H., Al Kausar, A., Yuliyanti, A., & DewiYuniati, M. (2014). Batuan Pembawa EmasPada Mineralisasi Sulfida Berdasarkan DataPetrografi Dan Kimia Daerah Cihonje,Gumelar, Banyumas, Jawa Tengah. JurnalRISET Geologi Dan Pertambangan, 24(2),115.Https://Doi.Org/10.14203/Risetgeotam2014.V24.88

Junaedy, M., & Efendi, R. (2016). Studi ZonaMineralisasi Emas Menggunakan MetodeMagnetik Di Lokasi Tambang Emas Poboya(Gold Mineralized Zone Studies UsingMagnetic Methods Has Been Conducted InPoboya Gold Mine Site). Online Journal OfNatural Science, 5(2), 209–222.

Konno, K., & Ohmachi, T. (1998). Ground-MotionCharacteristics Estimated From SpectralRatio Between Horizontal And VerticalComponents Of Microtremor. Bulletin Of

The Seismological Society Of America, 88(1),228–241.

Nakamura, Y. (2008). On The H/V Spectrum. The14th World Conference On EarthquakeEngineering, 1–10.Http://117.120.50.114/Papers/14wcee/14wcee_Hv.Pdf

Piña-Flores, J., Perton, M., García-Jerez, A.,Carmona, E., Luzón, F., Molina-Villegas, J.C., & Sánchez-Sesma, F. J. (2017). TheInversion Of Spectral Ratio H/V In A LayeredSystem Using The Diffuse Field Assumption(DFA). Geophysical Journal International,208(1), 577–588.Https://Doi.Org/10.1093/Gji/Ggw416

Ramm, N., De Wit, T., & Olivier, G. (2019). PassiveSeismic Imaging For Mineral Exploration.ASEG Extended Abstracts, 2019(1), 1–3.Https://Doi.Org/10.1080/22020586.2019.12073177

Riley, S., With, G., & Barry, R. (2017). HVSRPassive Seismic Surveying to ComplementGround Magnetic Surveys for Fluvial/AlluvialGold Deposits of The South Island, NZ.

Sedewo, C., & Setijadji, L. D. (2018). Geologi,Alterasi dan Mineralisasi Emas pada TipeEndapan Epitermal Sulfidasi Rendah diProspek G, Gunung Pani, KabupatenPohuwato, Provinsi Gorontalo. ProceedingSeminar Nasional Kebumian Ke-11 PerspektifIlmu Kebumian Dalam Kajian BencanaGeologi Di Indonesia, 725–738.

Smith, N. R. A., Reading, A. M., Asten, M. W., &Funk, C. W. (2013). Constraining Depth toBasement for Mineral Exploration UsingMicrotremor: A Demonstration Study FromRemote Inland Australia. Geophysics, 78(5).https://doi.org/10.1190/GEO2012-0449.1