Pemetaan Preferensi Perilaku Pemilih Milenial pada Pilkada ...

13
Vol. 3 No. 1 Tahun 2020 85 Politea : Jurnal Pemikiran Politik Islam ISSN : 2621-0312 e-ISSN : 2657-1560 Vol. 3 No. 1 Tahun 2020 Doi : 10.21043./politea.v3i1.7086 http : //journal.iainkudus.ac.id/index.php/politea Pemetaan Preferensi Perilaku Pemilih Milenial pada Pilkada Kabupaten Tanah Datar 2020 Novi Budiman, Irwandi Institut Agama Islam Negeri ( IAIN) Batusangkar [email protected], [email protected] Abstract Mapping Millennial Voter Behavior PreferencesIn the 2020 Tanah Datar District- Millennial generation in the election and election contest in Indonesia has recently become the center of attention of many groups. This is reasonable because it is estimated that 35% -40% of voters in Indonesia are from this generation. This generation, known to be close to the cyber world, is considered by many to be a critical, creative and rational generation. This study aims to map the preferences of millennial voters in the Tanah Datar District Election in 2020. The study used a survey method with 200 respondents. Keyword: Preference, Milienial Voters, Pilkada, Tanah Datar District Abstrak Generasi milenial dalam kontestasi pemilu dan pilkada Indonesia akhir-akhir ini menjadi pusat perhatian banyak kalangan. Hal ini sangat beralasan karena diperkiran sekitar 35%-40% pemilih di inonesia berasal dari generasi ini. Generasi yang dikenal dekat dengan dunia cyber ini dianggap oleh sebagai kalangan sebagai generasi kritis, kreatif dan rasional. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan preferensi pemilih milenial pada Pilkada Kabupaten Tanah Datar Tahun 2020. Penelitian imenggunakan metode survey dengan jumlah responden sebanyak 200. Kata Kunci : Preferensi, Pemilih Milienial, Pilkada, Kabupaten Tanah datar Pendahuluan Pilkada merupakan sebuah event politik, instrument untuk mewujudkan kedaulatan rakyat dan wacana bagi penguasa dan masyarakat untuk saling berinteraksi, sehingga yang dibahas dalam pemilu atau pilkada adalah soal-soal mendasar bagi penyelengaraan pemerintahan. Maka dalam konteks ini sangat jelas bahwa pilkada bukanlah sekedar pesta pora demokrasi yang bersifat

Transcript of Pemetaan Preferensi Perilaku Pemilih Milenial pada Pilkada ...

Page 1: Pemetaan Preferensi Perilaku Pemilih Milenial pada Pilkada ...

Pemetaan Preferensi Perilaku Pemilih Milenial pada Pilkada Kabupaten Tanah Datar 2020

Vol. 3 No. 1 Tahun 2020 85

Politea : Jurnal Pemikiran Politik Islam ISSN : 2621-0312

e-ISSN : 2657-1560 Vol. 3 No. 1 Tahun 2020

Doi : 10.21043./politea.v3i1.7086

http : //journal.iainkudus.ac.id/index.php/politea

Pemetaan Preferensi Perilaku Pemilih Milenial pada Pilkada

Kabupaten Tanah Datar 2020

Novi Budiman, Irwandi Institut Agama Islam Negeri ( IAIN) Batusangkar

[email protected], [email protected]

Abstract

Mapping Millennial Voter Behavior PreferencesIn the 2020 Tanah Datar District- Millennial generation in

the election and election contest in Indonesia has recently become the center of attention of many groups. This is

reasonable because it is estimated that 35% -40% of voters in Indonesia are from this generation. This generation,

known to be close to the cyber world, is considered by many to be a critical, creative and rational generation. This

study aims to map the preferences of millennial voters in the Tanah Datar District Election in 2020. The study

used a survey method with 200 respondents.

Keyword: Preference, Milienial Voters, Pilkada, Tanah Datar District

Abstrak

Generasi milenial dalam kontestasi pemilu dan pilkada Indonesia akhir-akhir ini menjadi pusat perhatian banyak

kalangan. Hal ini sangat beralasan karena diperkiran sekitar 35%-40% pemilih di inonesia berasal dari generasi

ini. Generasi yang dikenal dekat dengan dunia cyber ini dianggap oleh sebagai kalangan sebagai generasi kritis,

kreatif dan rasional. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan preferensi pemilih milenial pada Pilkada Kabupaten

Tanah Datar Tahun 2020. Penelitian imenggunakan metode survey dengan jumlah responden sebanyak 200.

Kata Kunci : Preferensi, Pemilih Milienial, Pilkada, Kabupaten Tanah datar

Pendahuluan

Pilkada merupakan sebuah event politik, instrument untuk mewujudkan kedaulatan rakyat

dan wacana bagi penguasa dan masyarakat untuk saling berinteraksi, sehingga yang dibahas dalam

pemilu atau pilkada adalah soal-soal mendasar bagi penyelengaraan pemerintahan. Maka dalam

konteks ini sangat jelas bahwa pilkada bukanlah sekedar pesta pora demokrasi yang bersifat

Page 2: Pemetaan Preferensi Perilaku Pemilih Milenial pada Pilkada ...

Novi Budiman, Irwandi

86 Politea : Jurnal Pemikiran Politik Islam

serimonial belaka pada tingkat lokal. Pilkada pada dasarnya memiliki fungsi yang beragaman yaitu:

memindahkan wewenang masyarakat kepada elit, mediator antara rakyat dengan pemerintah,

membatasi perilaku pemerintah dan mengontol agenda Publik, sarana rotasi kekuassaan dan

pengendalian konflik dengan cara memindahkan konflik dari tatanan masyarakat kedalam tataran

system.

Dalam setiap kontestasi pemilu dan Pilkada selalu menghadirkan isu yang menarik untuk

diperbincangan. Dalam lima tahun terakhir, isu seputar generasi milenial banyak menarik minat

dan perhatian berbagi kalangan untuk memperbincangkannya. Generasi milenial yang dikenal

dengan sebutan generasi Y merupakan generasi yang lahir sejak tahun 1981 sampai dengan

tahun 2000. (Young, et al, 2013. ). Dari sisi usia, diperkirakan saat ini mereka berumur 18-37

tahun. Generasi ini dianggap sebagai generasi yang unik dibandingkan dengan generasi

sebelumnya. Menurut hasil penelitian Pew Research Centre menyebutkan bahwa kehidupan

generasi milineal tidak bisa dilepaskan dari teknologi Komunikasi dan informasi, khususnya

internet (Pew Research Centre, 2014).

Dalam konteks kontestasi pemilu/pilkada, menurut beberapa lembaga memperkirakan ada

sekitar 35 persen sampai 40 persen pemilih berasal dari kalangan generasi milenial, angka ini

cukup signifikan untuk menentukan kemenangan dalam kontestasi pemilu dan pilkada. Ini menjadi

alasan kenapa kemudian generasi milenial banyak dilirik oleh berbagai kalangan yang

berkepentingan dalam rivalitas pemilu dan pilkada.

Berbagai hasil riset menyebutkan aspek polihan rasional dan psiko-sosial dengan variable

kemampuan kognitif, kritis dan objektif menjadi factor determinan dalam menentukan preferensi

dan pilihan politik generasi milenial (Azis, 2018, pp. 45–54). Pandangan ini sejalan dengan riset

yang dilakukan oleh Alvara Research Center, menjelaskan kelas milenial memilki tiga watak yaitu,

connected dengan kemampuan besosialisasi baik didunia nyata dan maya, kedua, kreatif, dapat

berpikir out of box, kaya akan ide, multitasking. Ketiga, percaya diri, percaya diri dalam

mengemukakan pendapat atau argument (Alvara Dalam kompas.id, 2018). Hal ini menunjukan

kelas milenial merupakan voter dengan watak dan karakter yang kuat punya daya politik yang

rasional.

Meskipun demikian, berdasarkan hasil survey CSIS, menunjukan orientasi generasi milenial

pada dimensi politik dalam kategorisasi lemah (CSIS, 2017). Sedangkan peneliti LIPI, siti zuhro

mengambarkan kelas milenial memiliki tipikal rasional, kritis, cerdas dan tidak mampu terpengaruh

isu SARA (Zuhro dalam Jawapos online, 2018). Berangkat dari latar belakang masalah diatas

peneliti memiliki ketertarikan untuk memetakan kecendrungan perilaku pemilih milenial pada

Pilkada yang akan berlangsung di Kabupaten Tanah Datar pada Tahun 2020.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode survey (Isaac

& Michel, 1997). Metode survey dianggap paling tepat digunakan untuk mengambarkan

karakteristik populasi yang besar. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Tanah Datar Provinsi

Sumatera Barat dengan menggunakan 200 responden yang tersebar di 14 kecamatan dengan teknik

penarikan sampel stratified random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik

wawancara terhadap pemilih Milinial yang berusia antara 17 – 35 tahun dengan mengunakan

instrument kuesioner. Sementara teknik pengolahan data dilakukan melalui serangkaian proses

seperti data coding, data entering dan data cleaning. Selanjutnya data yang dihasilkan kemudian di

analisis.

Page 3: Pemetaan Preferensi Perilaku Pemilih Milenial pada Pilkada ...

Pemetaan Preferensi Perilaku Pemilih Milenial pada Pilkada Kabupaten Tanah Datar 2020

Vol. 3 No. 1 Tahun 2020 87

Dalam konteks memahami perilaku memilih, setidaknya terdapat tiga basis pendekatan

populer yang sering digunakan dalam kajian ilmu politik yakni pendekatan sosiologis, pendekatan

psikologis dan pendekatan pilihan rasional (rational choice). Secara singkat pendekatan-

pendekatan perilaku pemilih dapat dijabarkan sebagai berikut:

Pertama, Pendekatan sosiologis digagas oleh Colombia study atau yang lebih popular

dengan mazhab Columbia dipelopori oleh lazarsfield pada tahun 1940. Pendekatan ini menunjukan

bahwasanya ada pengaruh nilai-nilai sosiologis yang mempengaruhi soseorang dalam politik.

nilai-nilai sosiologis tersebut seperti agama, etnis, suku, kelas sosial dan lainnya (Bartels, 2012).

Asumsi dasar dari pendekatan ini adalah bahwa seorang pemilih tidak dapat dipisahkan

dengan konteks dimana mereka hidup seperti status ekonomi, agama, tempat tinggal pekerjaan dan

usia, sehingga lingkaran sosial yang mempengaruhi keputusan pemilih, yang disebabkan oleh

tekanan dan control lingkungan sosialnya (Roth, 2009).

Selanjutnya, Roth menjelaskan bahwa model sosiologis dapat memberi penjelasan yang

baik pada perilaku memilih yang tetap, disebabkan karena kerangka struktur individu berubah

secara berlahan. Akan tetpi model sosiologis tidak dapat menjelaskan perpindahan pilihan politik

individu. Adapun yang menjadi dasar analisi utama dari pendekatan sosiologis adalah agama, etnis,

pekerjaan, gender, suku, Pendidikan, domisili termasuk faktor geopolitik kedaerahan (Mujani, R.

Liddle, & Ambardi, 2012).

Kedua, Pendekatan Psikologis yang dikembangkan oleh mazhab Michigan atau yang

kemudian lebih dikenal dengan The Michigan Model. Pendekatan ini lahir pada tahun 1950-an.

Berbeda dengan pendekatan sosiologis, pendekatan psikologis mengasumsikan adanyanya

pengaruh keterikatan atau dorongan psikologis yang membentuk orientasi politik seseorang.

Menurut Roth terdapat tiga faktor yang mempengaruhi pilihan politik individu secara psikologis

(trias determinant) yaitu: identifikasi partai (Party ID), orientasi kandidat dan orientasi isu. Lebih

lanjut pendekatan psikologis menggungapkan bahwa yang berpengaruh langsung terhadap

perilaku pemilih bukanlah struktur sosial sebagaimana yang diungkapkan oleh pendekatan

sosiologis melainkan faktor jangka pendek dan jangka panjang terhadap pemilih.

Menurut liddle dan Mudjani factor-faktor psikologi terutama kepemimpinan dan

identifikasi partai memilki pengaruh yang sangat signifikan dibandingkan dengan factor-faktor

sosiologis seperti agama, suku bangsa dan kelas sosial (Mujani et al., 2012, pp. 839–850). Ketiga,

Pendekatan rasional choice atau yang lazim dikenal dengan pendekatan pilihan rasional merupakan

antitesa dari pendekatan sosiologis dan psikologis. Para ahli pendekatan rasional choice

mengganggap ada perubahan-perubahan perilaku memilih yang tidak dapat dijelaskan dengan

pendekatan sosiologis dan psikologis. Pendekatan pilihan rasional sejatinya dikembangkan dari

teori ekonomi (Mujani et al., 2012).

Pendekatan ini pertama kali diperkenalkan oleh Anthony Down, melalui pendekatan ini

Down ingin menjelaskan bagaimana demokrasi dapat diukur dalam persepektif ilmu ekonomi.

Salah satu elemen kunci dari pendekatan down tentang demokrasi adalah bahawa pemilihan umum

di ibarat sebuah pasar yang didalamnya berlangsung proses transaksi : penawaran (partai politik)

dan permintaan (Pemilih) secara rasional. pemilih rasional akan muncul jika partai politik atau

kandidat dapat bertindak secara rasional.

Page 4: Pemetaan Preferensi Perilaku Pemilih Milenial pada Pilkada ...

Novi Budiman, Irwandi

88 Politea : Jurnal Pemikiran Politik Islam

Dalam konteks pemilu, Pendekatan rasional choice melihat kegiatan memilih sebagai

produk kalkusi untung rugi, yang dipertimbangnkan tidak hanya soal ongkos memilih dan

kemungkinan suaranya dapat mempengaruhi hasil yang diharapkan, tetapi ini digunakan oleh

pemilih dan kandidat yang hendak mencalokan diri untuk dipilih menjadi penguasa. Bagi pemilih

untung rugi digunakan untuk membuat keputusan tentang partai dan kandidat yang dipilih, terutama

untuk keputusan apakah ikut memilih atau tidak ikut memilih (Surbakti, 2010, p. 85).

Lebih lanjut down menjelaskan kriteria pemilih yang rasional yaitu: pertama, Individu dapat

membuat keputusan pada saat dihadapkan pada berbagai alternative pilihan. Kedua, individu dapat

menyusun preferensi dirinya denan pilihan-pilihan yang ada secara berurutan. Ketiga, susunan

preferensi bersifat transitif dengan tetap mengutamakan pilihan yang awal. Keempat, individu

akan selalu memilih alternative ia mereka anggap paling dekat. Kelima, jika dihadapkan pada

berbagai pilihan pada waktu yang berbeda dalam lingkungan yang sama, individu tetap akan

mengambil keputusan yang sama (Evan, 2004, p. 72).

Pembahasan

Berdasarkan Jenis Kelamin responden pemilih milenial terdiri dari perempuan

sebanyak 51,2% parsentase. Sementara laki-laki sebanyak 48,8%. Jika dilihat dari tingkatan

umur, maka responden yang berumur 17-20 tahun yang paling tinggi yakni sebanyak 49,4%.

Diikuti oleh usia 21 – 25 tahun sebesar 31,1%, Usia 26–30 sebanyak 10,6% dan usia 31 – 35

sebanyak 6,9%. Sementara itu, jika dilihari pekerjaan, mayarititas responden bekerja sebagai

pelajar/mahasiswa 73,1%, diikuti oleh wiraswasta sebesar 13,1%, dan responden yang mengeluti

pekerjaan lainya sebanyak 6,3%, petani sebanyak 3,8%, dan terakhir pekerjaan yang paling sedikit

digeluti responden adalah sebagai Aparatur Sipil Negara dan ibu rumah tangga yakni sebanyak

1,9%

Page 5: Pemetaan Preferensi Perilaku Pemilih Milenial pada Pilkada ...

Pemetaan Preferensi Perilaku Pemilih Milenial pada Pilkada Kabupaten Tanah Datar 2020

Vol. 3 No. 1 Tahun 2020 89

Generasi milenial terkenal dengan generasi yang dekat dengan media dan haus akan

Informasi. Namun bagaimana dengan informasi politik. Khusunya penyelengaraan pilkada yang

menjadi trending topic diberbagai media mainstream maupun new media. Dalam survey ini

mencoba mengali sejauh mana generasi milenial mengetahui informasi politik tentang pelaksanaan

pilkada yang akan diselenggarakan dikabupaten tanah tahun 2020 ini. Pada gambar.2 dibawah ini

dapat dilihat jawabannya.

Berdasarkan gambar. 2 diatas dapat dilihat bahwasanya sebanyak 72,5% generasi milenial

telah mengetahui akan adanya pelaksanaan Pilkada di Kabupaten Tanah Datar pada tahun 2020.

Namun masih ada sebanyak 27,5%. Generasi milenial yang tidak mengetahui akan

dilaksanakannya Pilkada.

Meskipun kalangan menyebutkan bahwa generasi millennial cendrung apatasi secara

politik. Namun yang menarik dalam temuan penelitian ini adalah sebagain besar pemilih melian

menyatakan akan menggunakan hak pilihnya dalam pilkada. Secara rinci dapat dilihat pada gambar.

3 dibawah ini.

Gambar 1.

Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin, Usia dan pekerjaan

Gambar 2.

Informasi Pilkada

Page 6: Pemetaan Preferensi Perilaku Pemilih Milenial pada Pilkada ...

Novi Budiman, Irwandi

90 Politea : Jurnal Pemikiran Politik Islam

Berdasarkan Gambar.3 diatas terlihat sebanyak 84,4% pemilih milenial menyatakan akan

menggunkan hak pilih mereka pada Pilkada Kabupaten Tanah Datar tahun 2020. sementara

terdapat sebanyak 11,3% pemilih milenial tidak akan menggunkan hak pilihnya. sedangkan

pemilih milenial yang belum menyata sikap sebanyak 4,4%. Dari data diatas dapat dipetakan

bahwasa tingkat partisipasi politik pemilih milenial pada pilkada kabupaten tanah datar tahun 2020

ini akan cukup tinggi.

Sementara itu, ketika pemilih melenial ditanya soal apakah mereka sudah memiliki calon

bupati dan wakil bupati yang akan mereka pilih pada pilkada tahun 2020 ini. secara jelas dapat

dilihat pada gambar.4 dibawah ini.

Berdasarkan gambar.4 diatas dapat dilihat mayoritas pemilih milenial sebanyak 80.0%

menyatakan belum memiliki kandidat Bupati dan wakil Bupati yang akan mereka pilih pada Pilkada

2020 di Kabupaten tanah datar. Sementara sebanyak 20% pemilih milenial menyatakan telah

memiliki kandidat yang akan mereka pilih.

Hasil ini menunjukan bahwa pemilih milenial belum memiliki memiliki kemantapan dalam

memilih kandidat bupati dan wakil bupati yang akan mereka pilih dalam pilkada. Kalangan

pemilih milenial membutuhkan waktu untuk mengkaji dan mengkritisi para kandidat yang akan

mereka pilih sebelum mereka menetapkan pilihannya. Hasil survey ini memperlihatkan

Gambar 3.

Penggunaan Hak Pilih Generasi Milineal pada Pilkada

Gambar 4.

Pilihan Milinial pada Kandidat

Page 7: Pemetaan Preferensi Perilaku Pemilih Milenial pada Pilkada ...

Pemetaan Preferensi Perilaku Pemilih Milenial pada Pilkada Kabupaten Tanah Datar 2020

Vol. 3 No. 1 Tahun 2020 91

bahwasanya para pemilih milenial dikabupaten Tanah Datar membutuhkan waktu yang lama untuk

menetapkan pilihannya terhadap kandidat. sebagaimana yang terlihat pada gambar.5 dibawah ini

Berdasarkan gambar.5 diatas dilihat bahwa sebagian besar pemilih milineal akan

menetapkan pilihannya terhadap kandidat bupati dan wakil bupati pada hari penjoblosan sebanyak

39,4%, diikuti secara berurutan setelah penetapan calon bupati dan wakil bupati oleh Komisi

Pemilihan Umum sebanyak 29,4%, pada masa kampaye sebanyak 20,0%, seminggu menjelang

Pilkada sebanyak 8,8% dan saat ini sebanyak 2,5%.

Karakter kritis, argumentative dan rasional yang melekat pada para pemilih milenial,

seringkali menyebabkan perubahan dalam keputusan politik dan pilihan politik. Survey ini

memperlihatkan bahwa ada kecendrungan perubahan pilihan politik generasi milenial dalam pilkada

kabpupaten Tanah Datar. Secara detil dapat dilihat telihat gambar.6 dibawah ini.

Berdasarkan gambar. 6 diatas dapat dilihat sebanyak 73,1% pemilih milienial yang

menyatakan kemungkinan merubah pilihan terhadap kandidat, sementara pemilih milenial yang

tidak akan merubah pilihannya terhadap kandidat ada sebanyak 15,0% dan pemilih milenial yang

tidak mmenjawab sebanyak 11,9%.

Yang menarik dari data diatas, tingginya kecendrungan pemilih melenial yang akan

merubah pilihanya terhadap kandidat. pada dasarnya terdapat banyak factor yang mempengaruhi

Gambar 5.

Pemilih Milieneal dalam Penentuan Kandidat

Gambar 6.

Perubahan Pilihan Generasi Milenial

Page 8: Pemetaan Preferensi Perilaku Pemilih Milenial pada Pilkada ...

Novi Budiman, Irwandi

92 Politea : Jurnal Pemikiran Politik Islam

sesorang merubahh pilihannya terhadap kandidat dalam pemilu/pilkada seperti figure kandidat, visi

misi kandidat, kunjungan relawan kandidat, uang, barang dan jasa, pemberitaan media, lingkungan

social, dan program kerja kandidat. Dalam survey dapat dilihat factor yang paling dominan

mempengaruhi pilihan pemilih milenial dikabupaten Tanah Datar pada pilkada Tanah Datar.

Sebagaimana yang tersaji pada gambar.7 dibawah ini.

Dari Gambar.7 ini dapat dilihat bahwa faktor yang paling dominan mempengaruhi

perubahan pilihan pemilih milenial terhadap kandiat adalah visi misi kandidat dengan parsentase

sebesar 59,4% diikuti secara berurutan oleh program kerja kandidat 25,0%, figure kandidat 9,4%,

pengaruh lingkungan keluarga dan kerabat sebanyak 2,5%, pemberian uang, barang dan jasa 1,9%,

pemberitaan media 1,3%, dan kunjungan relawan 0,6%.

Dalam survey ini juga berusaha memetakan kriteria calon bupati dan wakil yang

diharapkan oleh para generasi milenial untuk memimpin Kabupaten Tanah dalam lima tahun

kedepan. Secara detil dapat dilihat pada gambar.8 dibawah ini

Berdasarkan gambar.8 diatas terlihat kriteria kandidat bupati dan wakil bupati yang paling

diharapkan oleh pemilih milenial dikabupaten tanah adalah merakyat sebesar 28,8% kemudunian

Gambar 7.

Alasan Pemilih Milenial Merubah Pilihan

Gambar 8.

Kriteria Pemimpin Pilih milienal Kab. Tanah Datar

Page 9: Pemetaan Preferensi Perilaku Pemilih Milenial pada Pilkada ...

Pemetaan Preferensi Perilaku Pemilih Milenial pada Pilkada Kabupaten Tanah Datar 2020

Vol. 3 No. 1 Tahun 2020 93

diikuti secara berurutan jujur/berintegritas 27,5%, kreatif dan inovatif 14,4%, berpengalaman

8,8%, Bijaksana dan berwibawa 7,5%, alim 7,5%, tegas/berani 2,5%, tidak menjawab 2,5 dan

terakhir adalah sopan/santun 0,6%.

Dalam pemilu/pilkada Latar belakang kandidat menjadi rujukan bagi pemilih untuk

menentukan pilihannya. survey ini mencoba gali dan memetakan latar belakang apa yang paling

dominan yang mempengaruhi pilihan politik pemilih milenial dikabupaten Tanah Datar?

Berdasarkan gambar.9 diatar terlihat latar belakang kandidat yang paling mempengaruhi

pemilih milenial adalah kinerja kandidat sebesar 34,4% kemudian diikuti visi misi dan program

kandidat sebanyak 28,1%, agama sebanyak 11,9%, karakter personal dan kompetensi kandidat

sebanyak 10,6%, lainnya sebanyak 3,8% dan terakhir penamplan fisik sebesar 0,6%.

Dari data diatas, kecendrungan pola perilaku pemilih milenial dikabupaten tanah datar pada

pilkada Kaupaten tanah datar dapat dikelompokan kedalam tiga pola perilaku yakni sosiologis,

psikologis dan pilihan. Sebagaimmana yang terlihat pada gambar.10 dibawah ini

Berdasarkan gambar.10 terlihat pertimbangan pilihan rasional (kinerja, kompetensi dan visi

misi) merupakan pola perilaku yang paling dominan mempengaruhi pemilih milenial yakni

sebesar 73,1%, kemudian pertimbangan sosiologis (agama) sebanyak 11,9% dan pertimbangan

Psikologis (Penampilan Fisik) sebanyak 0,6%.

Gambar 9.

Latar Belakang Kandidat

Gambar 10.

Perbandingan perilaku pemilih milenial

Page 10: Pemetaan Preferensi Perilaku Pemilih Milenial pada Pilkada ...

Novi Budiman, Irwandi

94 Politea : Jurnal Pemikiran Politik Islam

Namun yang menarik, ketika beberapa variable diuji secara terpisah seperti latar belakang

agama kandidat, asal daerah kandidat, jenis kelamin kandidat dan pengalaman kandidat ditemukan

hasil yang berbeda.

Berdasarkan Gambar. 11 terlihat bahwa sebanyak 95% latar belakang agama kandidat

mempengaruhi terhadap pilihan pemilih milenial. Sementara hanya 5.0% pemilih melenial yang

tidak terpengaruh. Hal ini, membuktikan bahwa latar belakang agama merupakan salah satu

variable yang sangat kuat mempengaruhi pilihan pemilih milenial dikabupaten Tanah Datar.

Kondisi ini, tentu saja tidak terlepas dari ikatan keagamaan yang sangat kuat yang melekat pada

masyarakat Minang kabau yang terkenal religious.

Sementara dari itu, hasil yang berbeda ditemukan dari asal daerah kandidat, sebagaimana

yang terlihat pada gambar.12 dibawah ini.

Gambar.12 diatas menunjukan bahwa sebanyak 63,1% pemilih milenial menyatakan

bahwa asal daerah kandidat tidak mempengaruhi pilihan mereka terhadap kandidat. Sementara

terdapat sebanyak 32,5% pemilih milenial menyatakan asal daerah mempengaruhi pilihan mereka.

Dan responden yang tidak menjawab sebanyak 4,4%. Data ini menunjukan bahwasanya isu

fanatisme kedaerahan tidak terlalu menonjol bagi pemilih milenial dikabupaten Tanah Datar.

Gambar 11.

Pengaruh Agama Kandidat Terhadap Pemilih Milenial

Gambar 12.

Pengaruh Asal Daerah Kandidat Terhadap Pemilih Milenial

Page 11: Pemetaan Preferensi Perilaku Pemilih Milenial pada Pilkada ...

Pemetaan Preferensi Perilaku Pemilih Milenial pada Pilkada Kabupaten Tanah Datar 2020

Vol. 3 No. 1 Tahun 2020 95

Tidak jauh berbeda dengan faktor asal daerah kandidat, factor suku kandidat juga

memperlihatkan hasil yang hampir sama. Sebagaimana yang terlihat pada gambar.13 dibawah ini:

Berdasarkan gambar.13 diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 73,8% pemilih milenial

menyebutkan bahwa suku kandidat tidak mempengaruhi pilihan mereka terhadap kandidat.

Sementara terdapat sebanyak 21,3% pemilih milenial menyatakan mempengaruhi pilihan mereka

dan sebanyak 5.0% kandidat tidak memberikan jawaban.

Namun hal menarik ditemukan survey ini, dimana latar belakang jenis kelamin kandidat

menjadi pertimbangan bagi pemilih milenial dikabupaten dalam menentukan pilihannya terhadap

pasangan calon bupati dan wakil bupati pada pilkada tanah datar tahun 20120 ini. sebagaimana

yang terlihat pada gambar.14 dibawah ini

Berdasarkan gambar.14 dapat dilihat bahwasanya sebanyak 60,6% pemilih milenial

menyatakan bawah jenis kelamin kandidat mempengaruhi pertimbangkan pilihan mereka terhadap

kandidat. sementara 21,9% pemilih milenial menyatakan tidak mempengaruhi pilihanya. Sebanyak

17,5% Pemilih milenial tidak menjawab. Hal ini menunjukan bahwa Jenis Kelamin kandidat masih

menjadi pertimbangan bagi sebagian besar para pemilih milenial di kabupaten Tanah datar dalam

menentukan pilannya terhadap terhadap pasangan calon bupati dan wakil bupati.

Sementara itu, pengalaman kandidat juga memberikan pengaruh yang cukup signifikan

terhadap pertimbangan pemilih milenial dikabupaten tanah datar dalam menetapkan pilihannya

Gambar 14.

Pengaruh Faktor Jenis Kelamin Kandidat

Gambar 13.

Pengaruh Asal Suku Kandidat Terhadap Pilihan Generasi Milenial

Page 12: Pemetaan Preferensi Perilaku Pemilih Milenial pada Pilkada ...

Novi Budiman, Irwandi

96 Politea : Jurnal Pemikiran Politik Islam

terhadap pasangan calon bupati dan wakil bupati sebagaimana yang terlihat pada gambar.15

dibawah ini :

Berdasarkan gambar.15 diatas telihat sebanyak 86,9% pemilih milenial menyatakan

pengalaman kandidat mempengaruhi pilhan mereka terhadap pasangan calon Bupati dan Wakil

Bupati dan ada sebanyak 13,1% pemilih milinial yang tidak terpengaruh.

Kesimpulan

Secara umum Survey ini menunjukan bahwa kalangan pemilih milinial yang dikategorikan

sebagai pemilih rasional, Pada satu sisi memang mampu mempertahankan rasionalitas politiknya.

Namun pada sisi lain, para pemilih milenial di Kabupaten Tanah Datar gagal mempertahankan

rasionalitas politiknya, mereka tidak mampu melepaskan diri dari cengkraman otoritas lingkungan

sosial budaya yang menaungi mereka. Kondisi ini diisebabkan oleh masih rendah pengetahuan dan

pendidikan politik para pemilih milenial dikabupaten Tanah Datar.

Gambar 15.

Pengaruh Pengalaman Kandidat

Page 13: Pemetaan Preferensi Perilaku Pemilih Milenial pada Pilkada ...

Pemetaan Preferensi Perilaku Pemilih Milenial pada Pilkada Kabupaten Tanah Datar 2020

Vol. 3 No. 1 Tahun 2020 97

Daftar Pustaka

Azis, M. . (2018). Studi Eksplorasi voting Behaviore, Political Branding, political dissacfection

pada generasi pemilih milenial. Pros. Konf. Nas. Peliti Psikol. Indones, 3(1).

Bartels, L. M. (2012). The Study of Electoral Behavior. In J. E. Leighly (Ed.), Oxford Handbook of

American Election and Political Behavior. Oxford: Oxford University Press.

CSIS. (2017). Ada apa dengann Milenial? Orientasi social dan ekonomi. Retrieved from

https://www.csis.or.id/uploaded_file/event/ada_apa_dengan_milenial____paparan_survei_nasi

onal_csis_mengenai_orientasi_ekonomi__sosial_dan_politik_generasi_milenial_indonesia__n

otulen.pdf 2017

Evan, J. A. . (2004). No Title. London: Sage Publication.

Mujani, S., R. Liddle, W., & Ambardi, K. (2012). Kuasa Rakyat: analisis Yentang Perilaku

Memilih dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca Orde Baru. Jakarta: Mizan

Publika.

Pew Research Centre. (2014). Milenial Adulthood: Deteched from institutions.

Roth, D. (2009). Studi Pemilu Empiris: Sumber, Teori-teori, Instrumen dan Metode. Jakarta:

Lembaga Survey Indonesia.

Surbakti, R. (2010). Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo.