Dermatitis Atopik
-
Upload
meriatmaja -
Category
Documents
-
view
24 -
download
4
description
Transcript of Dermatitis Atopik
Atopic Dermatitis: Natural History, Diagnosis, and
Treatment
Pembimbing : dr. Hj. Fitri Yanti, SpKKPenyaji : Muhammad Joni
Journal
1. Defenisi • Dermatitis atopik penyakit umum yang bersifat
kronik, berulang, dan merupakan penyakit inflammasi kulit yang biasanya mengenai anak-anak.
• Dermatitis dan eczema sering disamakan• walaupun istilah eczema digunakan hanya pada
manifestasi akut dari penyakit ini • Berdasarkan bahasa Yunani, ekzema berarti,
melepuh di seluruh tubuh • sementara pada jurnal ini tidak ada perbedaan
untuk kedua istilah itu.
2. Epidemiology •Dermatitis atopik sekitar 1/5 dari semua
individu selama hidupnya, •Pada beberapa negara industri,
prevlanesinya meningkat drastis di antara tahun 1950 dan 2000 sehingga dinyatakan sebagai kejadian “alergic epidemic”.
•Atopic dermatitis menjadi pertimbangan masalah kesehatan di banyak negara, terutama bagian negara berkembang, dimana angka kejadian penyakit ini semakin meningkat
2.1 Riyawat perjalanan penyakit
• 50% atopic dermatitis gejala pada usia 1 tahun, dan hingga 95% pasien mengalami onset gejala pertama pada saat berusia 5 tahun ke bawah.
• 75% onset pada masa anak-anak mengalami penyembuhan spontan sebelum mencapai usia remaja,
• 25% pasien tetap mengalami eczema hingga dewasa atau gejala relaps setelah beberapa tahun tidak mengalami gejala sama sekali.
• 50-75% anak mengalami onset dini dari atopic dermatitis tersensitissasi oleh satu laergen atau lebih, seperti alergi makanan, tungau rumah, atau hewan peliharaan
2.2 Faktor ResikoGenetik. terutama gen yang mempunyai kode protein struktural
epidermal dan gen berhubungan dengan sistem immunitas.
Penemuan terbaru hubungan kuat antara atopic dermatitis dan mutasi dari filaggrin gene
Mutasi Filaggrin gen peningkatan gangguan fungsional pada aprotein filaggrin dan mengganggu barrier kulit. Gambaran klinis dari gangguan tersebut adalah kulit kering disertai fisura dan resiko tinggi terjadinya eczema.
Lingkungan. Banyak ahli yang membuat hipotesis terkait higienitas di lingkungan petani tradisional, dimana anak terpapar
oleh berbagai microflora yang berasal dari susu sapi yang belum diolah, hewan ternak, dan kandang hewan
3. PatofisiologiHipotesis Immunologis•Teori ketidakseimbangan immunologis
atopic dermatitis akibat ketidakseimbangan dari sel T, terutama tipe sel T helper 1, 2, 17, dan 22 serta sel regulator T.
•Pada kondisi alergik (DA) perbedaah Th2 dari CD4+ T sel terlihat jelas.
•Hal ini mengakibatkan peningkatan produksi dari interleukin, terutama IL-4, IL-5, dan IL-13 yang akan menyebabkan peningkatan IgE
Hipotesis Barrier Kulit (Skin Barrier)• Teori kerusakan skin barrier tergolong baru dan
diamati dari individu dengan mutasi gen filaggrin peningkatan resiko untuk mengalami atopic dermatitis.
• Filaggrin gene mengubah protein struktural pada stratum corneum dan stratum granulosum dan keratinosit untuk saling berikatan akan memelihara keutuhan skin barrier dan menghidrasi stratum corneum.
• Dengan adanya kerusakan gen, filaggrin yang diproduksi semakin sedikit, dan menyebabkan disfungsi dari skin barrier serta kehilangan cairan via transepidermal, dan terjadilah eczema.
4. Histopatologi•Biopsi diambil dari kulit yang terkena
eczema atopik akut yang ditandai oleh edema interseluler, infiltrat perivaskular terutama oleh limfosit, dan retensi dari nukleus keratinosik yang naik ke stratum corneum parakeratosis.
•Eczema kronik ditandai penebalan stratum corneum hiperkeratosis, penebalan stratum spinosum (acanthosis), namun jumlah infiltrat limfosit lebih sedikit dibandingkan fase akut.
5. Diagnosis dan Manifestasi Klinis
•Pada fase akut, eczema ditandai oleh infiltrat merah disertai edema, vesikel, dan crusta; likenifikasi, ekskoriasi, papul, dan nodul lebih sering muncul pada bentuk subatuk dan kronik
•Onset awal dimana terdapat eczema yang gatal dengan lokasi tempat fleksura pada siku dan lutut pada orang yang mempunyai riwayat atau riwayat keluarga dengan predisposisi penyakit atopi
•Kriteria yang sering digunakan untuk diagnosis atopic dermatitis dikembangkan oleh Hanifin dan Rajka di tahun 1980 dan kemudian direvisi oleh American Academy of Dermatology (Tabel1)
Tabel 1: Kriteria diagnostik untuk dermatitis atopik.
Gambaran esensial Gatal Eksema dengan ciri morfologi yang khas dan pola usia-spesifikGambaran penting Onsetnya usia dini Riwayat Atopi ( pribadi atau keluarga) Kulit keringGambaran yang terkait Respon pembuluh darah yang atipikal ( yaitu wajah pucat, putih dermographi) Keratosis pilaris, palmar hyperliner, ictiosis Okuler dan perubahan periorbital Temuan regional lainya ( misalnya perioral, dan lesi periaurikular Perifollicular acentuasi, lichenificasi dan excoriasi
Atopic dermatitis dapat dibagi menjadi tiga fase klinis:1. Atopic Dermatitis Infant. Bayi biasanya mengalami eczema yang berlokasi di bagian wajah, kulit kepala, dan bagian ekstensor dari tangan dan kaki, namun juga bisa lebih menyebar. Lesi ditandai dengan eritema, papul, vesikel, ekskoriasi, ozing, dan pembentukan crusta.
2. Atopic Dermatitis pada anak. •Pada balita dan anak yang berusia lebih, lesi
eczema berganti lokasi dan sering terlihat pada bagian fleksura (lipatan) dari siku dan lutut serta pada pergelangan tangan dan kaki, Pada umumnya, eczema akan menjadi kering dan terbentuk likenifikasi disertai ekskoriasi, papul, dan nodul.
3. Atopic Dermatitis pada remaja dan dewasa.
•Pada pasien dewasa, lesi biasaya berlokasi pada wajah dan leher, atau disebut head-and-neck dermatitis
Faktor yang memperberat•Sejumlah pasien lebih sensitif terhadap
pakaian dengan bahan wool, yang dapat memperberat rasa gatal dan ketidaknyamanan pasien.
•Air panas juga dapat memperberat rasa gatal, dan mandi dalam waktu yang lama ahrus dihindari.
•Beberapa infeksi, biasanya staphylococcus, biasnaya dapat menyebabkan eksaserbasi, serta beberapa jenis makanan, terutama pada pasien yang mengalami sensitisasi terhadap makanan.
5.4. Diagnosis Banding. 1. Scabies 2. Dermatitis kontak3. Seboroik Dermatitis
5.5. Komplikasi•Beberapa mikroorganisme, seperti
bakteria, virus, dan jamur, dapat menyebabkan komplikasi pada eczema (menyebabkan superinfeksi).
•Kulit pada pasien dengan atopic dermatitis biasanya akan dikolonisasi oleh Staphylococcus aureus, terutama bila eczema tidak dikontrol.
6. Pengobatan• Tujuan pengobatan dermatitis atopic :1. Mengurangi jumlah eksaserbasi dari penyakit yang
disebut flare2. Mengurangi durasi dan tingkatan dari flare, jika terdapat
flare• Tujuan yang pertama adalah untuk pencegahan,
sementara yang kedua adalah pengobatan.• Pencegahan mengurangi tingkat kekeringan kulit,
terutama dengan menggunakan krim pelembab kulit atau emolient dan juga menghindari iritan spesifik dan tidak spesifik seperti alergen
• Jika tingkat kekeringan kulit dapat dikurangi, pasien akan lebih jarang menggaruk dan resiko infeksi akan menurun.
• Menghindari mandi dengan air hangat dalam jangka waktu yang lama dapat mencegah kekeringan pada kulit
6.1 Emollients : •Memelihara intact skin barrier.•Emolient harus diberikan beberapa kali
sehari, dan penggunaan secara sistematis dapat mengurangi penggunaan krim kortikosteroid.
•Alasan utama untuk penggunaan intensif emolient adlah kemampuannya untuk meningkatkan hidrasi epidermis, terutama mengurangi evaporasi, karena dia bekerja sebagai lapisan anoklusif pada permukaan kulit.
6.2 Kortikosteroid Topikal•Kortikosteroid topikal pengoabtan
utama untuk penanganan atopic dermatitis sedang atau berat, baik pada anak-anak maupun dewasa.
•terdapat empat kelas, yaitu preparat ringan, sedang, kuat, dan sangat kuat
Tabel 3. Kortikosteroid topik
Mild (Class I) HydrocortisoneModerate (Class II) Hydrocortison-17-butyrate Clobetason-17-butyrateStrong (Class III) Betamethason-17-valerate Fluticasone propionate Betamethasone Mometasonfuroate Desoximethasone Fluocinonide FluocinolonacetonideVery strong (Class IV) Clobetasol propionate
Cara pemakaian kortikosteroid
• Krim untuk dermatitis atopik tidak disediakan dalam jumlah obat per-pemakaian yang pasti. Namun, pemakaian peraturan fingertip unit (FTU) harus diterapkan.
• Fingertip unit merupakan jumlah krim yang dilarutkan pada tabung standar sebanyak ujung jari distal orang dewasa
• Satu FTU dapat mencukupi pengobatan terhadap area kulit sebesar 2x dari ukuran telapak tangan orang dewasa (Tabel 4)
• Satu FTU sama dengan 0,5 g krim, jumlah yang dibutuhkan untuk mengobati seluruh permukaan tubuh orang dewasa secara adekuat adalah 20 g,
• Sementara pada anak berusia 1-2 tahun, membutuhkan setidaknya 7 g.
Table 4: Fingertip unit.
Daerah yang membutuhkan pengobatan FTU Dewasa FTU Anak-Anak 1-2 tahun
Wajah dan leher 2,5 1,5Satu tangan dan jari-jari 1 0,5Satu lengan, tangan dan jari-jari 4 1,5Dada dan perut 7 2Punggung dan bokong 7 3Satu kaki dan kaki 8 2
Efek Samping. •Efek samping yang mengenai kulit dan
sistemik akibat penggunaan kortikosteroid topikal dapat menyebabkan penipisan kulit, teleangiektasis, dan strecth mark,
•penggunaan yang benar dapat mengurangi resikot terjadinya efek samping.
6.3. Calcineurin Inhibitor
•Krim Pimecrolimus dan ointment tacrolimus atau calcineurin inhibitor topikal
• formula baru pada fase flare akut dan sebagai terapi pemeliharaan pada atopic dermatitis.
•Pimecrolimus mempunyai pontesi yang sama dengan krim kortikosteroid lemah
•sementara tacrolimus serupa dengan kortikosteroid topkal yang sedang hingga kuat.
•Efek samping seperti penipisan kulit, tidak terjadi pada pemberian calcineurin topikal inhibitor
•obat ini dapat digunakan dalam jangka waktu lebih lama.
Fototerapi. •Eczema yang meluas akan lebih baik jika
diobati dengan cahaya UV. •Cahaya UVB dosis rendah biasanya
sangat cocok untuk mengobati eczema dewasa.
•UVA light dan kombinasi dari UVA lgiht dengan obat fotosensitif psoralene dapat digunakan untuk mengobatan eczema berat.
•Dermatitis atopik biasanya akan sembuh setelah pemberian fototerapi 3-5x/minggu selama 1-2 bulan, jika ditambah pengobatan dengan kortikosteroid topikal.
•Namun, fototerapi dapat menyebabkan penuanaan prematur pada kulit dan peningkatan resiko terjadinya kanker kulit, sehingga harus digunakan secara berhati-hati
Pengobatan Imunosupresan sistematik•sebagai contoh azathioprine,
methotrexate, atau cyclosporin A, untuk kasus atopic dermatitis sangat berat, kronik, atau relaps.
•Pengobatan ini harus diberikan dari klinis spesialis, atau bagian kulit di Rumah Sakit
Pengobatan lainnya. • Anthistamin oral disarankan untuk
pengobatan gatal namun tidak mempunyai efek terhadp aktifitas eczema.
•Antihistamin non-sedatif dapat digunakan, namun ketika gatal juga dirasakan pada malam hari dan mengganggu proses tidur, antihistamin sedatif lebih disarankan.
TERIMAKASIH