Post on 31-Oct-2020
RENCANA STRATEGIS
TAHUN 2020 – 2024
BALAI BESAR TEKNOLOGI KONVERSI ENERGI (B2TKE)
BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI
JAKARTA, 2020
BAB I- 2
RENSTRA B2TKE 2020-2024
LEMBAR PENGESAHAN
RENCANA STRATEGIS
BALAI BESAR TEKNOLOGI KONVERSI ENERGI
TAHUN 2020 – 2024
Jakarta, Mei 2020
Kepala Balai Besar Teknologi Konversi Energi.
Dr. Mohammad Mustafa Sarinanto
KATA PENGANTAR
Balai Besar Teknologi Konversi Energi (B2TKE) sebagai salah satu satuan kerja di
bawah Kedeputian Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Bidang
Teknologi Informasi Energi dan Material (TIEM) memiliki tugas pokok yaitu melakukan
kegiatan inovasi dan layanan teknologi serta pemasyarakatan hasil-hasil teknologi di
bidang teknologi konversi energi dan kelistrikan selalu didasarkan kepada sistem
perencanaan program dan kegiatan yang baik dengan cascading dan terstruktur.
Oleh sebab itu, dalam rangka menjalankan tugas pokok tersebut, perlu disusun
sebuah Rencana Strategis (Renstra) yang merujuk pada Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM) Nasional 2020-2024 dan Rencana Pembangunan Jangka
Panjang (RPJP) 2005-2025, khususnya Rencana Pembangunan Bidang Iptek serta
visi dan misi BPPT, kedeputian TIEM serta B2TKE yang telah ditetapkan.
Renstra B2TKE 2020 – 2024 disusun untuk dijadikan acuan dalam pelaksanaan
program kegiatan B2TKE tahun 2020 hingga tahun 2024. Renstra B2TKE ini juga
mencakup strategi pelaksanaan yang meliputi sumber daya manusia, perencanaan
anggaran maupun sarana dan prasarana.
Renstra B2TKE ini juga menjadi bagian takterpisahkan dari pelaksanaan mekanisme
pelaksanaan tatakelola Unit Kerja B2TKE yang transparan dan akuntabel.
Semoga dokumen Renstra ini dapat bermanfaat dan digunakan sebagaimana maksud
tersebut di atas.
Terimakasih.
Jakarta, Mei 2020
Kepala Balai Besar Teknologi Konversi Energi.
Dr. Mohammad Mustafa Sarinanto
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN I-1
1.1 Kondisi Umum I-3
1.1.1. Global I-3
1.1.2. Kondisi Nasional I-4
1.1.3. Capaian B2TKE 2015 - 2019 I-7
1.2 Potensi dan Permasalahan I-12
1.2.1 Potensi I-12
1.4.2 Permasalahan I-14
BAB II VISI, MISI, DAN TUJUAN II-1
2.1 Visi Indonesia 2020 – 2024 II-1
2.2 Visi BPPT II-2
2.3 Visi B2TKE II-3
2.4 Misi B2TKE II-3
2.5 Tujuan dan Indikator II-4
2.6 Kinerja Kegiatan dan Indikator II-5
2.7 Sasaran Kegiatan II-7
BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN KERANGKA
KELEMBAGAAN III-1
3.1 Arah Kebijakan Strategi Nasional III-1
3.2 Arah Kebijakan dan Stategi BPPT III-7
3.3 Arah dan strategi B2TKE III-12
3.4 Struktur Organisasi & Kerangka Kelembagaan III-12
3.4.1 Fungsi Struktur dan bagan organisasi III-12
3.4.2 Diagram Struktur Organisasi III-14
BAB IVTARGET KONERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
4.1 Target Kinerja IV-1
4.2 Kerangka Pendanaan IV-4
BAB V PENUTUP V-1
BAB I- 1
RENSTRA B2TKE 2020-2024
BAB I
PENDAHULUAN
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 yang
merupakan tahapan terakhir dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJPN) 2005-2025 sehingga menjadi sangat penting. RPJMN 2020-2024 akan
mempengaruhi pencapaian target pembangunan dalam RPJPN, dimana pendapatan
perkapita Indonesia akan mencapai tingkat kesejahteraan setara dengan negara-
negara berpenghasilan menengah atas (upper-middle income country/MIC) yang
memiliki kondisi infrastruktur, kualitas sumber daya manusia, layanan publik,
serta kesejahteraan rakyat yang lebih baik.
Sesuai dengan RPJPN 2005-2025, sasaran pembangunan jangka menengah 2020-
2024 adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan
makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan menekankan
terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan
kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh sumber daya manusia yang
berkualitas dan berdaya saing.
Terdapat 4 (empat) pilar dari RPJMN ke IV tahun 2020-2024 (Kelembagaan politik
dan hukum yang mantap, Kesejahteraan masyarakat yang terus meningkat,
Struktur ekonomi yang semakin maju dan kokoh, dan Terwujudnya
keanekaragaman hayati yang terjaga) yang merupakan amanat RPJPN 2005-2025
untuk mencapai tujuan utama dari rencana pembangunan nasional periode
terakhir. Keempat pilar tersebut diterjemahkan ke dalam 7 agenda pembangunan
(Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas,
Memperkuat, Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan,
Meningkatkan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas dan Berdaya Saing,
Membangun Kebudayaan dan Karakter Bangsa, Memperkuat Infrastruktur untuk
Mendukung Pengembangan Ekonomi dan Pelayanan Dasar, Membangun
Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana dan Perubahan Iklim, dan
Memperkuat Stabilitas Polhukhankam dan Transformasi Pelayanan Publik) yang
didalamnya terdapat Program Prioritas, Kegiatan Prioritas, dan Proyek Prioritas.
Tujuan RPJMN IV tahun 2020 – 2024 telah sejalan dengan Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/ Sustainable Development Goals (SDGs). Target-
BAB I- 2
RENSTRA B2TKE 2020-2024
target dari 17 tujuan (goals) dalam TPB beserta indikatornya telah ditampung dalam
7 agenda pembangunan. Dengan demikian, TPB menjadi bagian tidak terpisahkan
dalam pelaksanaan agenda pembangunan di Indonesia. Saat Indonesia
melaksanakan agenda pembangunan nasionalnya, secara bersamaan juga
melaksanakan target-target TPB dengan kata lain pembangunan Indonesia menjadi
bagian tujuan dari pembangunan kesejahteraan dunia.
Rancangan Teknokratik Renstra BPPT 2020-2024, program yang akan
dilaksanakan sejalan dengan beberapa TPB dalam wujud program program
kerekayasaan yang tertuang dalam Peraturan Presiden No 59 Tahun 2017 tentang
Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, antara lain:
Tujuan No.III, yaitu menjamin kehidupan yang sehat dan meningkatkan
kesejahteraan seluruh penduduk semua usia.
Tujuan No.VII, yaitu menjamin akses energi yang terjangkau, andal,
berkelanjutan, dan modern untuk semua.
Tujuan No.XI, yaitu menjadikan kota dan permukiman inklusif, aman,
tangguh, dan berkelanjutan
Tujuan No.XIII, yaitu mengambil tindakan cepat untuk mengatasi
perubahan iklim dan dampaknya.
Renstra B2TKE 2020-2024 yang merupakan turunan dari Renstra BPPT
2020-2024 fokus terhadap tujuan No. VII yaitu menjamin akses energi yang
terjangkau, andal, berkelanjutan, dan modern untuk semua.
Kondisi saat ini menunjukkan bahwa penguasaan dan pemanfaatan
teknologi mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berbagai hasil penelitian,
kerekayasaan dan pengembangan teknologi telah dimanfaatkan oleh kelompok
industri dan masyarakat. Meskipun demikian, kemampuan teknologi secara
nasional dalam penguasaan dan penerapan teknologi dinilai masih belum memadai
untuk meningkatkan daya saing bangsa. Hal ini antara lain ditunjukkan oleh masih
rendahnya sumbangan teknologi terhadap sektor produksi nasional, belum
efektifnya mekanisme intermediasi, lemahnya sinergi kebijakan, belum
berkembangnya budaya Iptek di masyarakat, dan terbatasnya sumber daya Iptek.
BPPT merupakan lembaga pemerintah yang berfungsi sebagai sumber dan
infrastruktur teknologi nasional yang diperlukan untuk mendorong daya saing
perekonomian nasional. Rancangan teknokratik renstra 2020 – 2024 ini memuat
BAB I- 3
RENSTRA B2TKE 2020-2024
visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan sesuai
dengan tugas dan fungsi BPPT yang akan mengacu pada Rancangan Teknokratik
RPJMN 2020 – 2024. Adapun dalam proses penyusunan Rancangan Teknokratik
Renstra BPPT 2020-2024 ini terdapat berbagai input yang telah dihimpun untuk
digunakan sebagai bahan penyusunan, yakni kebijakan yang terkait dengan sektor
IPTEK, hasil evaluasi dari pelaksanaan program yang telah dilakukan, serta aspirasi
masyarakat khususnya yang terkait dengan sektor IPTEK. Dalam menyusun
rancangan Renstra ini, perlu untuk mempertimbangkan TPB dengan
mengarusutamakan target-target TPB ke dalam dokumen Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Proses pengarusutamaan ini akan
terus dilanjutkan dalam proses penyusunan rancangan dokumen RPJMN 2020-
2024 dan seterusnya.
1.1 Kondisi Umum
1.1.1 Global
Kondisi geoekonomi global saat ini dan ke depan akan merupakan tantangan
sekaligus peluang bagi perekonomian Indonesia dalam lima tahun ke depan.
Tantangan dan peluang terkait dengan peningkatan kapasitas inovasi dan teknologi
antara lain adalah:
Ketidakpastian Global ke Depan, risiko ketidakpastian masih akan mewarnai
perkembangan perekonomian dunia. Pertumbuhan ekonomi dan perdagangan
dunia diperkirakan akan cenderung stagnan dengan tren melambat, masing-
masing diproyeksikan sebesar 3,6 dan 3,8 persen per tahun, sepanjang tahun
2020-2024. Harga komoditas internasional ekspor utama Indonesia diperkirakan
juga akan cenderung menurun, di antaranya adalah batu bara dan minyak
kelapa sawit, seiring dengan beralihnya permintaan dunia ke produk yang lain.
Adapun risiko ketidakpastian lainnya yang perlu diantisipasi antara lain:
Perang dagang Tiongkok-AS, dimana Tiongkok-AS merupakan mitra dagang
utama Indonesia yang tentunya akan memberikan dampak pada perekonomian
nasional.
Perang dagang Tiongkok-AS, baik secara langsung maupun tidak langsung akan
memberi dampak bagi Indonesia. Pelemahan ekonomi global yang
mengakibatkan perlambatan ekonomi pada negara-negara mitra dagang RI yang
imbasnya pada permintaan produk yang menurun. Akibatnya, kinerja ekspor
BAB I- 4
RENSTRA B2TKE 2020-2024
Indonesia jadi ikut melambat dan mengikis kondisi perekonomian dalam negeri
secara keseluruhan.
Untuk mengatasi risiko tersebut, salah satu cara yang bisa ditempuh Indonesia
adalah mencari negara-negara baru tujuan ekspor. Cara ini bisa membantu RI
keluar dari perlambatan ekspor dari negara mitra dagang saat ini atau mitra
dagang tradisional.
Selain itu, perang dagang yang terjadi sebenarnya bisa jadi peluang bagi
Indonesia. Pelaku bisnis di Tiongkok tentu akan mencari cara agar barangnya
tetap bisa masuk ke AS. Cara yang bisa ditempuh adalah dengan memindahkan
basis produksinya ke luar Tiongkok. Indonesia punya peluang ‘menampung’
perpindahan basis produksi itu.
Pusat ekonomi dunia ke depan diperkirakan akan bergeser terutama dari
kawasan Eropa-Amerika ke kawasan Asia Pasifik.
Pusat ekonomi dunia ke depan diperkirakan akan bergeser terutama dari
kawasan Eropa-Amerika ke kawasan Asia Pasifik. Hal ini dapat terjadi karena
pertumbuhan ekonomi negara berkembang yang cukup tinggi akan
mengakibatkan negara berkembang menjadi motor penggerak pertumbuhan
ekonomi dunia. Kontribusi Pendapatan Domestik Bruto (PDB) negara
berkembang terhadap PDB Dunia akan terus meningkat (diperkirakan pada
tahun 2019 mencapai 43,8 persen; dimana pada tahun 2010 hanya sebesar 34,1
persen). Hal tersebut mengakibatkan aliran modal asing ke negara berkembang
diperkirakan akan terus meningkat, terutama negara berkembang di kawasan
Asia dan Amerika Latin. Faktor utama yang mempengaruhi aliran modal asing
ke negara berkembang adalah potensi pasar yang cukup besar, pertumbuhan
ekonomi yang baik, serta keunggulan komparatif yang dimiliki oleh negara
berkembang, seperti: ketersediaan sumber daya alam sebagai bahan baku dan
tenaga kerja sebagai faktor produksi.
1.1.2 Kondisi Nasional
Dalam menghadapi kondisi lingkungan strategis dan berbagai tantangan
tersebut di atas, Indonesia saat ini masih menghadapi berbagai kendala sebagai
berikut:
BAB I- 5
RENSTRA B2TKE 2020-2024
Pertumbuhan Ekonomi yang Stagnan
Pertumbuhan ekonomi yang stagnan selepas krisis ekonomi 1998, rata-rata
pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya pada kisaran 5,3 persen per tahun.
Bahkan dalam empat tahun terakhir pertumbuhan ekonomi Indonesia
cenderung stagnan pada kisaran 5,0 persen. Dengan tingkat pertumbuhan
ekonomi tersebut, sulit bagi Indonesia untuk dapat naik kelas menjadi negara
berpendapatan tinggi atau mengejar ketertinggalan pendapatan per kapita
negara sekelas (peers).
Stagnannya pertumbuhan ekonomi disebabkan utamanya oleh tingkat
produktivitas yang rendah seiring tidak berjalannya transformasi struktural.
Adapun faktor-faktor yang menjadi penghambat adalah: (1) regulasi yang
tumpang tindih dan birokrasi yang menghambat; (2) sistem dan besarnya
penerimaan pajak belum cukup memadai; (3) kualitas infrastruktur yang masih
rendah terutama konektivitas dan energi; (4) rendahnya kualitas SDM dan
produktivitas tenaga kerja; (5) intermediasi sektor keuangan rendah dan pasar
keuangan yang dangkal; (6) sistem inovasi yang tidak efektif; dan (7) keterkaitan
hulu-hilir yang lemah.
Revolusi Industri 4.0 dan Ekonomi Digital
Revolusi Industri 4.0 dan Ekonomi Digital, saat ini dunia telah memasuki era
revolusi industri 4.0. Revolusi tersebut memberikan tantangan dan peluang bagi
perkembangan perekonomian ke depan. Di satu sisi, digitalisasi, otomatisasi,
dan penggunaan kecerdasan buatan dalam aktivitas ekonomi akan
meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam produksi modern, serta
memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi konsumen. Teknologi digital
juga membantu proses pembangunan di berbagai bidang di antaranya
pendidikan melalui distance learning, pemerintahan melalui e-government,
inklusi keuangan melalui fin-tech, dan pengembangan UMKM seiring
berkembangnya e-commerce. Namun di sisi lain, perkembangan revolusi industri
4.0 berpotensi menyebabkan hilangnya pekerjaan di dunia. Studi dari Mckinsey
memperkirakan 60 persen jabatan pekerjaan di dunia akan tergantikan oleh
otomatisasi. Di Indonesia diperkirakan 51,8 persen potensi pekerjaan yang akan
hilang. Di samping itu, tumbuhnya berbagai aktivitas bisnis dan jual beli
berbasis online belum dibarengi dengan upaya pengoptimalan penerimaan
BAB I- 6
RENSTRA B2TKE 2020-2024
negara serta pengawasan kepatuhan pajak atas transaksitransaksi tersebut. Hal
ini penting mengingat transaksi digital bersifat lintas negara.
Peningkatan Produktivitas dan Daya Saing
Produktivitas dan daya saing manusia Indonesia masih perlu ditingkatkan.
Berdasarkan Global Human Capital Index oleh World Economic Forum (WEF)
2017, peringkat SDM Indonesia berada pada posisi 65 dari 130 negara, tertinggal
dibandingkan Malaysia (peringkat 33), Thailand (peringkat 40), dan Vietnam
(peringkat 64). Meskipun produktivitas tenaga kerja Indonesia mengalami
peningkatan, yaitu dari 81,9 juta rupiah/orang pada tahun 2017 menjadi 84,07
juta rupiah/orang pada tahun 2018, produktivitas tenaga kerja Indonesia masih
tertinggal dibandingkan dengan Singapura dan Malaysia. Selain itu,
pertumbuhan PDB Indonesia sebesar 4,9 persen di tahun 2017, hanya 0,6
persen yang bersumber dari Total Factor Productivity (TFP). Sisanya 2,8 persen
pertumbuhan ekonomi bersumber dari modal kapital dan 1,5 persen dari modal
manusia.
Kapasitas adopsi IPTEK dan penciptaan inovasi Indonesia masih rendah.
Indonesia berada di peringkat 85 dari 126 negara dengan skor Global Innovation
Index (GII) 29,8 dari skala 0-100 (2018), atau peringkat 14 dari 15 negara-negara
Asia Tenggara dan Oseania. Hal ini disebabkan oleh masih belum memadainya
infrastruktur litbang. Jumlah SDM IPTEK masih terbatas dan hanya 14,08
persen diantaranya yang berkualifikasi S3. Ekosistem inovasi belum sepenuhnya
tercipta sehingga proses hilirisasi dan komersialisasi hasil litbang terhambat.
Kolaborasi triple helix belum didukung oleh kapasitas perguruan tinggi yang
memadai sebagai sumber inovasi teknologi (center of excellence).
Perguruan tinggi belum terlalu fokus dalam mengembangkan bidang ilmu yang
menjadi keunggulan dan masih kurang terhubung dengan jejaring kerjasama
riset, baik antara perguruan tinggi dan pusat-pusat penelitian di dalam dan luar
negeri. Dari sisi produktivitas penelitian, walaupun jumlah publikasi dosen di
jurnal internasional mengalami peningkatan, namun terjadi penurunan sitasi
yang rata-rata mencapai 45 persen per tahun. Jumlah publikasi internasional
yang dapat disitasi sampai dengan tahun 2017 baru mencapai 72.146 (peringkat
52 dari 239 negara). Selain itu, dari 9.352 paten yang didaftarkan, hanya 2.271
atau 24 persen yang merupakan hasil penemuan dari peneliti Indonesia. Kondisi
ini menunjukkan bahwa sistem inovasi di Indonesia belum sepenuhnya tercipta.
BAB I- 7
RENSTRA B2TKE 2020-2024
Untuk mendorong produktivitas ekonomi melalui inovasi teknologi, perlu
dibangun ekosistem inovasi yang didukung dengan komitmen peningkatan
belanja litbang nasional.
1.1.3 Capaian Balai Besar Teknologi Konversi Energi (B2TKE) 2015 - 2019
B2TKE merupakan hasil kolaborasi antara Balai Besar Teknologi Energi
(B2TE) dan Pusat Teknologi Konversi dan Konservasi Energi (PTKKE). Selama tahun
2015-2019, B2TKE telah menghasilkan beberapa capaian antara lain sebagai
berikut:
a) Inovasi Teknologi PLTP Skala Kecil s/d 5 MW
Benua maritim Nusantara adalah “Ring of Fire” karena kaya akan potensi sumber
energi panas bumi, diakui termasuk yang terbesar didunia, dan kini menjadi
prioritas pemerintah untuk dikembangkan sebagai pengganti pemanfaatan
sumber-sumber energi fosil yang semakin berkurang dan tidak ramah
lingkungan.
Faktanya saat ini dari 95% potensi yang telah diketahui sekitar 28 GW lebih,
baru sekitar 5% yang dapat dimanfaatkan untuk listrik, sehingga menjadi
sasaran utama percepatan dengan target yang cukup tinggi untuk pembangunan
Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP) baru. Namun disisi teknologi,
hingga kini seluruh PLTP yang ada merupakan teknologi impor, dimana tingkat
kandungan lokal yang rendah (dibawah 20%), dan belum ada industri
manufaktur nasional yang memproduksi teknologi PLTP untuk memenuhi
kebutuhan nasional yang semakin meningkat.
Upaya melahirkan kapasitas nasional dibidang teknologi pemanfaatan sumber
energi panas bumi seperti PLTP, tentunya akan memberikan manfaat dan
keuntungan optimal dan signifikan bagi perekonomian negara dalam masa-masa
mendatang ini.
Pengembangan PLTP Skala Kecil di BPPT merupakan program prioritas nasional
dengan 2 kegiatan utama, yaitu:
BAB I- 8
RENSTRA B2TKE 2020-2024
1. Pengembangan PLTP teknologi binary cycle dengan kapasitas 500 kW.
2015 2016 2017 2018 2019
Land clearing & Instalasi pilot plant PLTP binary cycle 500 kW
Pengujian individu komponen PLTP binary cycle 500 kW,
Uji operasi kontinyu selama 2 bulan pada kapasitas 70% dari kapasitas disain
Operasi kontinyu PLTP 500 kW
Alih teknologi PLTP 500 kW ke Industri dalam negeri
2. Pengembangan PLTP teknologi condensing turbine dengan kapasitas 3 MW.
2015 2016 2017 2018 2019
Uji Rolling; Fase Trial II, uji
operasi pada kondisi normal berhasil dilaksanakan
Uji Beban (dummy-load) &
Sertifikasi Laik Sinkron, berhasil dilaksanakan
Uji Sinkron, Sukses (batas
PLN: maks 1 MW).
Uji sinkron PLTP 3x24
jam dengan beban diatas 1 -1,3 MW
Uji sinkron PLTP 3x24 jam
dengan beban diatas 1.8 MW-2,1 MW sebagai syarat SLO
b) Inovasi Teknologi Fast Charging Station untuk Kendaraan Listrik
Kegiatan Inovasi Teknologi Sistem Charging Mobil listrik pada tahun 2019 lebih
dititik beratkan pada adanya reverse engineering fast charging kendaraan listrik.
Pada kegiatan 2019, ini telah dilakukan reverse engineering fast charging 50 kW
dengan plug in ChaDeMo, CCS 2 dan AC Type 2.
Reverse Engineering yang dilakukan merupakan suatu proses untuk mengetahui
dan menemukan teknologi yang bekerja dibelakang sebuah system, perangkat
atau objek, melalui sebuah analisa mendalam pada struktur, fungsi dan cara
kerja serta komponen, perangkat dari fast charging. Reverse engineering yang
telah dilakukan antara lain mendesaian mere-drawing kembali sistem
kelistrikan, sistem control, sistem instrumentasi serta sistem komunikasi,
kemudian membuat list of material serta komponennya. Kemudian membuat
desain enclosure yang berbeda dari bentuk aslinya. Setelah enclosure selesai
dibuat, maka dilakukan instalasi ulang sesuai dengan drawing yang telah dibuat.
Pada kesempatan ini ada beberapa komponen local yang digunakan untuk
mengganti komponen luar, seperti sistem proteksi, kabeling, serta
pengembangan software. Fast charging station 50 kW yang merupakan hasil
reverse engineering telah dibangun di PT Len dan telah diresmikan
pengoperasiannya pada tanggal 23 Desember 2019 oleh Kepala BPPT.
BAB I- 9
RENSTRA B2TKE 2020-2024
Agar lebih terarah kegiatan Inovasi Teknologi Sistem Charging Kendaraan Listrik
untuk mempercepat terlaksanannya Perpres No. 55 tahun 2019 tentang
percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai untuk
transportasi jalan maka BPPT pada tahun 2019 ini maka BPPT bermitra dengan
beberapa stakeholder seperti :
PT High Solution Power. Perusahaan ini merupakan mitra B2TKE dalam
pengembangan dan Reverse engineering Fast Charging 50 kW.
PT Len Industri (Persero). Pada pertengahan tahun 2019, B2TKE telah
menandatangani kontra kerjasama dalam pengoperasian dan uji coba Fast
Charging 50 kW yang dipasang di PT. Len Bandung. Fast Charging ini
merupakan charging yang dapat melayani kendaraan yang mempunyai Plug
in Chademo 50 kW, CCS 50 kW dan AC Type 2, 43 kW.
2016 2018 2019
Kajian System Charging Station untuk Mobil Listri
Smart Charging Station 20 kW di B2TKE
Fast Charging Station 50 kW di BPPT Thamrin
Kliring teknologi Fast Charging Station:
Instalasi Fast Charging Station dengan TKDN 10% di Bandung
c) Layanan Jasa Teknologi Energi (PNBP)
Lingkup kegiatan pelayanan jasa teknologi yang dilakukan B2TKE adalah
sebagai berikut:
a. Bidang Teknologi Kelistrikan.
1. Sertifikasi uji komponen dan sistem fotovoltaik.
2. Rekayasa dan rancang bangun sistem energi terbarukan.
3. Pengujian outdoor modul & sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
4. Pengujian peralatan listrik rumah tangga.
5. Audit kelistrikan fasilitas strategis
6. Pelatihan sistem PLTS.
b. Bidang Konversi Energi
1. Pengujian emisi pembangkit
2. Pengujian kolektor dan pemanas air tenaga surya
3. Audit energi
4. Studi kelayakan dan basic design untuk konversi dan konservasi energi
BAB I- 10
RENSTRA B2TKE 2020-2024
5. Pelatihan audit energi
6. Pelatihan manajemen energi
7. Pelatihan konversi dan konservasi energi
Jumlah penerimaan PNBP B2TKE dari tahun 2016-2019 disajikan dalam Gambar
1.1. Pada tahun 2016, total kontrak PNBP mencapai Rp. 4.168.110.000,- (78% dari
target). Tidak tercapainya target tersebut dikarenakan berkurangnya fasilitas
pengujian sebagai akibat adanya reorganisasi BPPT. Sehingga beberapa layanan
menjadi berkurang. Pada tahun 2017 capaian kontrak PNBP melebihi target yaitu
Rp. 4.844.315.000,- (107% dari target). Capaian yang maksimal ini didukung oleh
adanya Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dan juga penambahan beberapa
fasilitas laboratorium seperti peralatan uji Air Conditioner (AC) dan Boiler Simuilator
untuk tempat uji kompetensi auditor energi. Penambahan fasilitas ini berimbas
dengan meningkatkan layanan di B2TKE. Di tahun 2018, capaian BNBP kembali
tidak mencapai target yaitu di angka Rp. 4.319.364.000,- (79%). Menurunnya
permintaan layanan pengujian modul surya menjadi salah satu penyebab tidak
tercapainya target PNBP di tahun ini. Hal tersebut disebabkan karena sertifikasi
pengujian modul surya berlaku dua tahun dan sebagian besar customer telah
melakukan pengujian di tahun 2017. Penerimaan PNBP ditahun 2019 mencapai
Rp. 7.629.976.547,- (138% dari target). Pada tahun tersebut permintaan jasa
konsultasi relative besar sehingga meningkatkan kontrak layanan jasa. Selain itu,
tambahan fasilitas uji kualitas modul surya IEC 61215 juga mendongkrak kontrak
layanan jasa B2TKE.
BAB I- 11
RENSTRA B2TKE 2020-2024
Gambar 1.1 Penerimaan PNBP 2016 s/d 2019
Gambar 1.2 Indeks Kepuasan Masyarakat 2016 s/d 2019
7.629.976.547
BAB I- 12
RENSTRA B2TKE 2020-2024
1.2. Potensi dan Permasalahan
Identifikasi potensi dan permasalahan BPPT dilakukan untuk menganalisis
permasalahan, tantangan, peluang, kelemahan dan potensi yang akan dihadapi
BPPT dalam rangka melaksanakan penugasan yang diamanatkan dalam RPJMN
2020-2024.
1.2.1. Potensi
a. Potensi Internal
Potensi B2TKE yang meliputi sumberdaya manusia, fasilitas sarana dan
prasarana meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. B2TKE memiliki SDM dengan tingkat pendidikan dari berbagai disiplin ilmu dan
bidang keahlian. Dari total SDM sebanyak 146 orang, tingkat pendidikan S3
sebesar 14 orang; S2 sebesar 36 orang, S1 sebesar 71 orang dan S0 sebesar 25
orang.
Gambar 1.3 SDM B2TKE Menurut Tingkat Pendidikan
Disisi lain sebagai satuan kerja yang mempunyai kompetensi dalam bidang
litbangyasa teknologi energi, pegawai B2TKE terdistribusi dalam berbagai jenis
jabatan fungsional tertentu antara lain jabatan fungsional Perekayasa 60% ,
Peneliti 8%, Teknisi Litkayasa 22%, Pranata Humas 1%. Sedangkan untuk
jabatan fungsional umum (Non Fungsional Tertentu) sebesar 9%.
BAB I- 13
RENSTRA B2TKE 2020-2024
Gambar 1.4 SDM B2TKE berdasarkan Jabatan Fungsional
b. Kompetensi B2TKE yang spesifik dalam Audit Energi, yaitu kemampuan untuk
melakukan evaluasi secara sistematis dan obyektif terhadap penggunaan energi
di industri dan bangunan komersial dalam rangka melakukan penghematan
energi.
c. B2TKE sebagai bagian dari BPPT menggunakan sistem tata kerja kerekayasaan
yang bercirikan kerja tim (team work), terstruktur (well structured), dan
terdokumentasi (well documented).
d. B2TKE memiliki infrastruktur berupa laboratorium, workshop dan pilot plant
yang lengkap dan maju yang terakreditasi dan tersertifikasi sesuai standar
internasional seperti Laboratorium Pengujian Emisi (LPE), Laboratorium
Pengujian Komponen dan Sistem Fotovoltaic (LPKSF), Laboratorium Peralatan
Listrik Rumah Tangga (PERMATA), Laboratorium Pengujian Modul Fotovoltaic
(LPKMF), Laboratorium Pengujian Solar Water Heater (SWH), Pilot plant PLTP 3
MW, Pilot Plant PLTP Binary Cycle 500 kW, Baron Technopark dan Sumba Micro
Smart Grid 500 kW.
e. B2TKE memiliki jaringan (networking) dengan mitra litbangyasa (dalam dan luar
negeri).
BAB I- 14
RENSTRA B2TKE 2020-2024
b. Potensi Eksternal
Faktor-faktor eksternal yang bisa dianggap menguntungkan dan dapat
menjadikan peluang adalah :
Telah dimulainya upaya-upaya penguasaan dan pengembangan teknologi
energi kelistrikan untuk peningkatan kemampuan daya saing industri
nasional.
Adanya komitmen pemerintah untuk melakukan pengembangan energi baru
terbarukan dan program konservasi energi.
Adanya mandatori Pemerintah melalui Peraturan Pemerintah Nomor 79
Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional mendorong pemanfaatan
Energi Baru Terbarukan (EBT) dan mengerem penggunaan sumber energi
fosil. Dalam kebijakan tersebut ditetapkan target bauran EBT pada 2020
hingga 2050. Peraturan Pemerintah No.79 Tahun 2014 yang merupakan
turunan dari Undang-Undang No. 30 Tahun 2007 merupakan salah satu
cara untuk membangun katahanan energi dengan membuat cadangan
energi nasional yang terdiri dari cadangan operasional, cadangan penyangga
energi (CPE), dan cadangan strategis.
1.2.2. Permasalahan
Dalam proses hilirisasi hasil litbangyasa ke industri atau yang dikenal dengan
proses inovasi, B2TKE masih menghadapi sejumlah permasalahan mendasar yang
mengakibatkan B2TKE mengalami kesulitan dalam mencapai keberhasilan proses
tersebut. Adapun permasalahan yang teridentifikasi yakni:
a. Permasalahan Internal
Belum proporsionalnya insentif bagi pegawai dibanding beban kerjanya.
Belum optimalnya kelengkapan sarana dan prasarana laboratorium B2TKE.
Masih kurangnya kemampuan, ketersediaan dan komitmen Sumber Daya
Manusia.
Masih adanya produk teknologi hasil kerekayasaan B2TKE yang belum siap
untuk dihilirisasikan.
Masih adanya produk hasil kerekayasaan BPPT yang belum sesuai dengan
kebutuhan industri atau pengguna.
BAB I- 15
RENSTRA B2TKE 2020-2024
Belum optimalnya pemanfaatan produk hasil kerekayasaan B2TKE oleh
industri.
Kurangnya kolaborasi dengan Lembaga komersialisasi/Investor atau Industri
Strategis
b. Permasalahan Eksternal
Masih kurangnya dukungan kebijakan/regulasi sektoral dalam rangka
mendukung aktivitas litbangyasa dan pemanfaatan hasil teknologi dalam
negeri
Terbatasnya dana pengembangan/ Investasi bagi keperluan pengembangan
teknologi baik hardware dan software serta infrastruktur pendukungnya.
Akses yang kurang memadai bagi BPPT dan B2TKE yang berlokasi di
PUSPIPTEK Serpong untuk berinteraksi dengan pemangku kepentingan di
Pusat yang berada di Jakarta.
Penguasaan teknologi EBT yang merupakan hal penting dan menjadi syarat
utama dalam rangka peningkatan kemandirian bangsa dan daya saing
industri masih rendah.
BAB II- 1
RENSTRA B2TKE 2020-2024
BAB II
VISI, MISI DAN TUJUAN
2.1. Visi Indonesia 2020-2024
Visi pembangunan Indonesia dalam 5 (lima) tahun kedepan 2020-2024
disebutkan dalam Rencana Pembangunan jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-
2025 sebagai tahap akhir yaitu “Mewujudkan Masyarakat Mandiri, Maju, Adil,
dan Makmur Melalui Percepatan Pembangunan di Berbagai Bidang dengan
Menekankan Terbangunnya Struktur Perekonomian yang Kokoh Berlandaskan
Keunggulan Kompetitif di berbagai Wilayah yang Didukung oleh SDM
Berkualitas dan Berdaya Saing”.
Dalam Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, Visi
Indonesia 2020-2024 adalah Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri,
dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong yang dicapai melalui Misi
Nawacita ke 2 antara lain Peningkatan Kualitas Manusia Indonesia, Struktur
Ekonomi yang Produktif, Mandiri dan Berdaya Saing, Pembangunan yang Merata
dan Berkeadilan, Mencapai Lingkungan Hidup yang Berkelanjutan, Kemajuan
Budaya yang mencerminkan Kepribadian Bangsa, Penegakan Sistem Hukum yang
bebas Korupsi Bermartabat dan Terpercaya, Perlindungan Bagi Segenap Bangsa dan
Memberikan Rasa Aman pada Seluruh Warga, Pengelolaan Pemerintahan Yang
Bersih Efektif dan Terpercaya, Sinergi Pemerintah Daerah dalam Kerangka Negara
Kesatuan.
Indonesia harus menuju pada sebuah negara yang lebih produktif, yang
memiliki daya saing, yang memiliki fleksibilitas yang tinggi dalam menghadapi
perubahanperubahan itu. Oleh sebab itu, Indonesia menyiapkan tahapan-tahapan
besar sesuai arahan presiden. PERTAMA, pembangunan SDM menjadi kunci
Indonesia ke depan yaitu membangun SDM pekerja keras yang dinamis, produktif,
terampil, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi didukung dengan kerjasama
industri dan talenta global. KEDUA, melanjutkan pembangunan infrastruktur
untuk menghubungkan kawasan produksi dengan kawasan distribusi,
mempermudah akses ke kawasan wisata, mendongkrak lapangan kerja baru, dan
mempercepat peningkatan nilai tambah perekonomian rakyat. KETIGA,
BAB II- 2
RENSTRA B2TKE 2020-2024
menyederhanakan segala bentuk regulasi dengan pendekatan Omnibus Law,
terutama menerbitkan 2 undang-undang. KEEMPAT, Memprioritaskan investasi
untuk penciptaan lapangan kerja, memangkas prosedur dan birokrasi yang
panjang, dan menyederhanakan eselonisasi. Indonesia harus mengundang investasi
yang seluas-luasnya dalam rangka membuka lapangan pekerjaan. KELIMA,
Melakukan transformasi ekonomi dari ketergantungan SDA menjadi daya saing
manufaktur dan jasa modern yang mempunyai nilai tambah tinggi bagi
kemakmuran bangsa demi keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Indonesia
harus menjamin pemanfatan Sumber Daya Alam yang bernilai tambah, bukan
bahan mentah. Oleh karena itu perlu adanya transformasi menuju ekonomi yang
berbasis pengetahuan, pemanfataan iptek untuk menciptakan nilai tambah.
Indonesia Maju adalah Indonesia yang tidak ada satu pun rakyatnya
tertinggal untuk meraih cita-citanya. Indonesia yang demokratis, yang hasilnya
dinikmati oleh seluruh rakyat. Indonesia yang setiap warga negaranya memiliki hak
yang sama di depan hukum. Indonesia yang menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi kelas dunia. Indonesia yang mampu menjaga dan mengamankan bangsa
dan negara dalam dunia yang semakin kompetitif.
Dalam pembangunan Iptek, telah ditetapkan Undang Undang No 11 tahun
2019 Tentang Sistem Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, yang mengatakan bahwa
proses penyelenggaraan litbang dilakukan dengan aktifitas kegiatan pendidikan,
penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan Ilmu Pengelahuan dan
Teknologi
Di sisi lain, seiring dengan era industrialisasi 4.0, pelaksanaan
pembangunan nasional harus dapat dilakukan secara efektif dan efisien dengan
mengoptimalkan pemanfaatan Teknologi Informasi. Tranformasi digital menjadi
salah satu pengarus utamaan dalam RPJMN 2020-2024 .
2.2. Visi BPPT
Sesuai dengan “Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 110 Tahun
2OO1 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non
Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 52 Tahun 2005”, BPPT mempunyai tugas “Melaksanakan tugas
pemerintahan di bidang pengkajian dan penerapan teknologi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku”.
BAB II- 3
RENSTRA B2TKE 2020-2024
Berdasarkan tugas dan fungsi, kondisi umum, potensi, dan permasalahan
yang akan dihadapi ke depan sebagaimana telah dijelaskan pada Bab I sebelumnya,
maka visi BPPT saat ini adalah “Menjadi lembaga terdepan dalam pengkajian dan
penerapan teknologi yang andal, profesional, inovatif, dan berintegritas untuk
mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian
berlandaskan gotong-royong”
2.3. Visi B2TKE
Sesuai dengan Peraturan Kepala BPPT No. 012 Tahun 2015 tentang
organisasi dan Tata Kerja Balai besar Teknologi Konversi Energi, tugas pokok B2TKE
adalah melaksanakan kegiatan pelayanan teknologi konversi energi. Dalam
menjalankan tugas tersebut, B2TKE menjalankan fungsi sebagai berikut:
1. Melakukan pelayanan teknologi di bidang kelistrikan dan konversi energi;
2. Melaksanakan koordinasi dan penyusunan program dan kerjasama
teknologi kelistrikan dan konversi energi;
3. Melaksanakan pengujian, penerapan, dan penyebarluasan
teknologi kelistrikan dan konversi energi; dan
4. Melaksanakan urusan ketatausahaan, perencanaan, keuangan, sumber daya
manusia, rumah tangga, dan pelaporannya serta pengelolaan Techno Park
dibidang energi.
Berdasarkan Tugas dan Fungsi tersebut, maka visi B2TKE saat ini adalah:
“Menjadi pusat unggulan inovasi serta layanan teknologi kelistrikan dan
konversi energi dengan mengutamakan kemitraan yang berkualitas”
2.4. Misi B2TKE
Upaya mewujudkan Visi B2TKE diwujudkan dengan Mensinergikan dan
memanfaatkan hasil pengkajian dan penerapan teknologi di bidang
teknologi kelistrikan dan konversi energi untuk :
1. Memberikan pelayanan publik yang berkualitas;
2. Meningkatkan daya saing industri nasional;
3. Meningkatkan kemandirian bangsa.
BAB II- 4
RENSTRA B2TKE 2020-2024
2.5. Tujuan dan Indikator
Dalam rangka mewujudkan visi dan melaksanakan misi B2TKE ke dalam
program-program yang mendukung pembangunan nasional dan pembangunan
bidang yang akan dilaksanakan, maka tujuan B2TKE tahun 2020-2024 adalah
sebagai berikut:
1. Menghasilkan Rekomendasi teknis di bidang teknologi konversi energi dan
teknologi kelistrikan sebagai landasan pembangunan nasional;
2. Menghasilkan inovasi teknologi konversi energi dan teknologi kelistrikan
untuk peningkatan produktivitas pembangunan nasional;
3. Meningkatnya tatakelola pemerintahan yang baik akuntabel, dan dinamis
melalui Transformasi Digital.
Tujuan B2TKE merupakan turunan dari tujuan strategis BPPT khusus
untuk bidang Teknologi Konversi Energi.
Adapun indikator dari tujuan di atas adalah sebagai berikut:
1. Indikator dari tujuan Menghasilkan Rekomendasi teknis di bidang teknologi
konversi energi dan teknologi kelistrikan sebagai landasan pembangunan
nasional adalah jumlah Rekomendasi Teknologi yang terdiri dari:
Rekomendasi Teknis adalah masukan dan/atau penyampaian
pandangan dalam saran secara tertulis tentang teknologi kepada
pihak-pihak yang membutuhkan atau yang menjadi tujuan hasil
kerekayasaan BPPT;
Rekomendasi Audit Energi yaitu proses evaluasi
pemanfaatan energi dan identifikasi peluang penghematan energi serta
penetapan rekomendasi peningkatan efisiensi pada
pengguna energi dan pengguna sumber energi dalam rangka
konservasi energi;
Rekomendasi Kliring Teknologi yaitu proses penyaringan kelayakan
atas suatu Teknologi melalui kegiatan Pengkajian untuk menilai atau
mengetahui dampak dari penerapannya pada suatu kondisi tertentu.
2. Indikator dari Menghasilkan Inovasi Teknologi untuk peningkatan
produktivitas pembangunan nasional adalah:
a.) Jumlah inovasi teknologi yaitu jumlah hasil Pemikiran, Penelitian,
Pengembangan, Pengkajian, dan/atau Penerapan, yang mengandung
BAB II- 5
RENSTRA B2TKE 2020-2024
unsur kebaruan dan telah diterapkan serta memberikan kemanfaatan
ekonomi dan/ atau sosial
b.) Jumlah Layanan Teknologi yang terdiri dari:
Jumlah Alih Teknologi yaitu proses pengalihan kemampuan
memanfaatkan dan menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
antar lembaga, badan, atau orang, baik yang berada dalam
lingkungan dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri
ke dalam negeri atau sebaliknya
Jumlah Komersialisasi Teknologi yaitu proses inkubasi
Teknologi; kemitraan industri, dan / atau pengembangan
kawasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
c.) Index Kepuasan Masyarakat yaitu hasil pengukuran secara kuantitatif
dan kualitatif atas pendapat masyarakat dalam memperoleh pelayanan
dari aparatur penyelenggara pelayanan publik dengan
membandingkan antara harapan dan kebutuhannya dengan tujuan
untuk mengetahui tingkat kinerja unit pelayanan secara berkala
sebagai bahan untuk menetapkan kebijakan dalam rangka
peningkatan kualitas pelayanan publik selanjutnya.
3. Indikator dari tujuan Meningkatnya tatakelola pemerintahan yang baik
akuntabel, dan dinamis melalui Transformasi Digital adalah:
a) Predikat Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi
Bersih dan Melayani (WBBM) B2TKE
b) Persentase Kualifikasi SDM IPTEK yaitu jumlah SDM yang
mempunyai kualifikasi SDM Iptek, SDM yang memenuhi kriteria
untuk melakukan fungsi penyelenggaraan ilmu pengetahuan
2.6. Kinerja Kegiatan dan Indikator
Tujuan B2TKE dapat dicapai melalui Kinerja Kegiatan dengan beberapa
sasaran kegiatan, yaitu:
1) Dihasilkannya Rekomendasi Teknis
2) Dihasilkannya Inovasi Teknologi
3) Terlaksanakannya Layanan Teknologi
Sasaran Kegiatan 1), 2), dan 3) merupakan sasaran B2TKE yang dapat
diukur dengan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) sebagai berikut:
BAB II- 6
RENSTRA B2TKE 2020-2024
1) Jumlah Rekomendasi Teknis yang dihasilkan, berupa hasil
perekayasaan teknologi yang dihasilkan dalam rangka mendukung
proses produksi guna mendukung peningkatkan produktifitas
nasional.
2) Jumlah rekomendasi Kliring Teknologi yang dihasilkan adalah adalah
proses penyaringan kelayakan atas suatu Teknologi melalui kegiatan
Pengkajian untuk menilai atau mengetahui dampak dari
penerapannya pada suatu kondisi tertentu.
3) Jumlah rekomendasi Audit Energi yang dihasilkan adalah proses
evaluasi pemanfaatan energi dan identifikasi peluang
penghematan energi serta penetapan rekomendasi peningkatan
efisiensi pada pengguna energi dan pengguna sumber energi dalam
rangka konservasi energy.
4) Jumlah Inovasi Teknologi yang dihasilkan, jumlah hasil Pemikiran,
Penelitian, Pengembangan, Pengkajian, dan/atau Penerapan, yang
mengandung unsur kebaruan dan telah diterapkan serta memberikan
kemanfaatan ekonomi dan/ atau sosial.
5) Jumlah Layanan Alih Teknologi, proses pengalihan kemampuan
memanfaatkan dan menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi antar
lembaga, badan, atau orang, baik yang berada dalam lingkungan
dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri ke dalam negeri
atau sebaliknya.
6) Jumlah Layanan Komersialisasi Teknologi adalah proses inkubasi
Teknologi; kemitraan industri, dan / atau pengembangan kawasan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
7) Jumlah Layanan Teknologi yaitu hasil perekayasaan teknologi berupa
produk/barang jasa yang dapat dimanfaatkan.
8) Kualitas Layanan Teknologi diukur dengan Indeks kepuasan
Masyarakat yaitu data dan informasi tentang tingkat kepuasaan
masyarakat dalam memperoleh layanan dari aparatur penyelenggara
layanan publik dengan membandingkan antara harapan dengan
kebutuhannya (Permenpan No. 38 Tahun 2012)
BAB II- 7
RENSTRA B2TKE 2020-2024
2.7. Sasaran Kegiatan
Sasaran Kegiatan B2TKE Tahun 2020-2024 merupakan penjabaran lebih
detail dari tujuan B2TKE dengan indikator dan target yang terukur. Formulasi
keterkaitan antara Tujuan dan Sasaran Kegiatan B2TKE 2020-2024 adalah sebagai
berikut:
Tabel 2.1 Formulasi keterkaitan antara Tujuan dan Sasaran Kegiatan B2TKE 2020-2024
TUJUAN SASARAN KEGIATAN IKK SATUAN
T1 Menghasilkan
Rekomendasi
teknis di bidang
teknologi konversi
energi dan
teknologi
kelistrikan
sebagai landasan
pembangunan
nasional
SK1 Dihasilkannya
Rekomendasi
teknis
IKK1.1 Jumlah
rekomendasi
teknis yang
dihasilkan
Rekomendasi
IKK1.2 Jumlah
rekomendasi
Kliring Teknologi
yang dihasilkan
Rekomendasi
IKK1.3 Jumlah
rekomendasi
Audit Energi
yang dihasilkan
Rekomendasi
T2 Menghasilkan
inovasi teknologi
konversi energi
dan teknologi
kelistrikan untuk
peningkatan
produktivitas
pembangunan
nasional
SK2 Dihasilkannya
Inovasi Teknologi
IKK
2.1
Jumlah Inovasi
Teknologi yang
dihasilkan
Inovasi
Teknologi
SK3 Terlaksananya
Layanan
Teknologi
IKK
3.1
Jumlah Layanan
Alih Teknologi
Layanan
IKK
3.2
Jumlah Layanan
Teknologi
Layanan
IKK
3.3
Kualitas
Layanan
Teknologi
Index
Kepuasan
Masyarakat
T3 Meningkatnya
tatakelola
SK4 Terwujudnya
penyelenggaraan
IKK
4.1
Persentase Kualifikasi SDM IPTEK
Persentase
BAB II- 8
RENSTRA B2TKE 2020-2024
TUJUAN SASARAN KEGIATAN IKK SATUAN
pemerintahan
yang baik
akuntabel, dan
dinamis melalui
Transformasi
Digital
pemerintahan
yang baik
akuntabel, dan
dinamis melalui
Transformasi
Digital.
IKK
4.2
Pembangunan
Zona Integritas
Menuju WBK
Predikat
IKK
4.3
Pembangunan Zona Integritas Menuju WBBM
Predikat
BAB III- 1
RENSTRA B2TKE 2020-2024
BAB III
ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI DAN KERANGKA
KELEMBAGAAN
Dalam rangka mewujudkan Visi Pembangunan 2005-2025 seperti yang
tertuang dalam RPJP yaitu “Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur”,
beberapa tahapan dari RPJMN telah dilalui mulai dari RPJMN tahap I hingga saat ini,
dimana Indonesia akan memasuki tahapan RPJMN IV (2020-2024). Pada RPJMN tahap
IV misi pembangunan diarahkan untuk “Mewujudkan masyarakat Indonesia yang
mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang
dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan
keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh SDM berkualitas dan
berdaya saing”. Untuk dapat mewujudkan pencapaian rencana pembangunan nasional
baik RPJP maupun RPJMN yang merupakan penjabarannya, aspek sumber daya
manusia (SDM) dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) merupakan kunci utama
dalam upaya mencapai keberhasilantersebut. Kedua aspek tersebut sangat berperan
penting dalam membentuk keunggulan kompetitif suatu bangsa yang pada akhirnya
dapat memperkuat struktur perekonomian bangsa. Oleh sebab itu, perhatian/atensi
yang lebih besar terhadap kedua aspek tersebut harus sesegera mungkin diprioritaskan
agar visi pembangunan jangka panjang dapat lebih mudah tercapai.
3.1. Arah Kebijakan Strategi Nasional
3.1.1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang
a. Undang–undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional Tahun (RPJPN) 2005 – 2025
Menurut RPJPN 2005-2025, Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
(iptek) dalam jangka panjang diarahkan pada: (1) peningkatan kualitas dan
kemanfaatan iptek nasional dalam rangka mendukung peningkatan daya saing secara
global melalui peningkatan kualitas dan kuantitas SDM lptek, (2) reformasi
kelembagaan penelitian dan pengembangan yang didukung oleh reformasi di dalam
BAB III- 2
RENSTRA B2TKE 2020-2024
fleksibilitas pembiayaan litbang, (3) penguatan sistem pengakuan atas hasil temuan
(royalty system, paten, HKI) dan kualitas produk (SNI, ISO), (4) penerapan standar mutu
yang mengacu pada sistem Measurement Standardization Testing and Quality (MSTQ),
penerapan teknologi yang tepat dalam sistem produksi, serta penerapan Total Quality
Management (TQM), dan (5) pengembangan keterkaitan fungsional sistem inovasi untuk
mendorong pelembagaannya sebagai bagian yang integral di dalam pengembangan
kegiatan usahanya.
Sedangkan pengembangan iptek untuk ekonomi diarahkan pada peningkatan
kualitas dan kemanfaatan iptek nasional dalam rangka mendukung daya saing secara
global. Hal itu dilakukan melalui:
peningkatan, penguasaan, dan penerapan iptek secara luas dalam sistem
produksi barang/jasa;
pembangunan pusat-pusat keunggulan iptek;
pengembangan lembaga penelitian yang handal;
perwujudan sistem pengakuan terhadap hasil pertemuan dan hak atas kekayaan
intelektual;
pengembangan dan penerapan standar mutu;
peningkatan kualitas dan kuantitas SDM IPTEK;
peningkatan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana IPTEK.
b. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2018 tentang
Rencana Induk Riset Nasional Tahun 2017-2045
Rencana Induk Riset Nasional (RIRN) merupakan pedoman bagi
kementerian/lembaga/pemerintah daerah dan Pemangku Kepentingan untuk
menyusun rencana aksi dalam pelaksanaan Riset Nasional.
Visi Riset Nasional adalah Indonesia Berdaya Saing dan Berdaulat Berbasis
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Misi Riset Nasional, yaitu:
a. Menciptakan masyarakat Indonesia yang inovatif berbasis ilmu
pengetahuan dan teknologi; dan
BAB III- 3
RENSTRA B2TKE 2020-2024
b. Menciptakan keunggulan kompetitif bangsa secara global.
Tujuan Riset Nasional, yaitu:
a. Meningkatkan literasi ilmu pengetahuan dan teknologi;
b. Meningkatkan kapasitas, kompetensi, dan sinergi Riset Nasional; dan
c. Memajukan perekonomian nasional berbasis ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Sasaran Riset Nasional, yaitu:
a. Meningkatnya kapasitas Riset Nasional yang mencakup kuantitas dan
kualitas Sumber Daya IPTEK;
b. meningkatnya relevansi dan produktivitas Riset serta peran Pemangku
Kepentingan dalam kegiatan Riset; dan
c. meningkatnya kontribusi Riset terhadap pertumbuhan ekonomi
nasional.
Strategi Riset Nasional, yaitu:
a. menyusun rencana transisi kelompok makro riset dalam periode 5 (lima)
tahunan; dan
b. menyusun kebijakan pendukung pencapaian tujuan Riset Nasional.
Perencanaan Riset Nasional meliputi:
a. bidang riset;
b. kelompok makro riset;
c. indikator capaian sasaran; dan
d. strategi pencapaian indikator.
Bidang Riset meliputi: pangan; energi; kesehatan; transportasi; produk
rekayasa keteknikan; pertahanan dan keamanan; kemaritiman; sosial
humaniora; dan bidang Riset lainnya.
BAB III- 4
RENSTRA B2TKE 2020-2024
Kelompok makro Riset merupakan klasifikasi Riset secara umum berdasarkan
kriteria:
a. nilai tambah ekonomi;
b. daya ungkit; dan/atau
c. tingkat kompleksitas.
Kelompok makro Riset meliputi: (a) Riset terapan berbasis sumber daya alam;
(b) Riset maju berbasis sumber daya alam; (c) Riset terapan manufaktur; (d)
Riset maju manufaktur; (e) Riset teknologi tinggi; dan (f) Riset rintisan terdepan.
Kelompok makro Riset disusun untuk periode 5 (lima) tahunan.
Indikator capaian sasaran terdiri atas: (a) indikator masukan; (b) indikator
keluaran; dan (c) indikator dampak.
Untuk melaksanakan RIRN disusun dan ditetapkan PRN yang berlaku untuk
jangka waktu 5 (lima) tahun.
PRN meliputi:
a. fokus Riset untuk setiap bidang Riset;
b. tema Riset;
c. topik Riset;
d. institusi pelaksana;
e. target capaian; dan
f. rencana alokasi anggaran.
Penetapan prioritas fokus Riset dalam PRN didasarkan pada rencana transisi
prioritas kelompok makro Riset.
Rencana transisi prioritas kelompok makro Riset terdiri atas:
a. periode tahun 2017-2019, yaitu kelompok: (1) Riset terapan berbasis
sumber daya alam; (2) Riset maju berbasis sumber daya alam; (3) Riset
terapan manufaktur; (4) Riset maju manufaktur; (5) Riset teknologi tinggi;
BAB III- 5
RENSTRA B2TKE 2020-2024
dan (6) Riset rintisan terdepan.
b. Periode tahun 2020-2024, yaitu kelompok: (1) Riset maju berbasis
sumber daya alam; (2) Riset terapan berbasis sumber daya alam; (3) Riset
terapan manufaktur; (4) Riset maju manufaktur; (5) Riset teknologi tinggi;
dan (6) Risetrintisan terdepan.
c. Periode tahun 2025-2029, yaitu kelompok: (1) Riset terapan
manufaktur; (2) Riset maju manufaktur; (3) Riset maju berbasis sumber
daya alam; (4) Riset terapan berbasis sumber daya alam; (5) Riset
teknologi tinggi; dan (6) Riset rintisan terdepan.
d. Periode tahun 2030-2034, yaitu kelompok: (1) Riset maju manufaktur;
(2) Riset terapan manufaktur; (3) Riset teknologi tinggi; (4) Riset rintisan
terdepan; (5) Riset maju berbasis sumber daya alam; dan (6) Riset terapan
berbasis sumber daya alam.
e. Periode tahun 2035-2039, yaitu kelompok: (1) Riset teknologi tinggi; (2)
Riset rintisan terdepan; (3) Riset maju manufaktur; (4) Riset terapan
manufaktur; (5) Riset maju berbasis sumber daya alam; dan (6) Riset
terapan berbasis sumber daya alam.
f. Periode tahun 2040-2044, yaitu kelompok: (1) Riset rintisan terdepan;
(2) Riset teknologi tinggi; (3) Riset maju manufaktur; (4) Riset terapan
manufaktur; (5) Riset maju berbasis sumber daya alam; dan (6) Riset
terapan berbasis sumber daya alam.
3.1.2. Arah Kebijakan dan Strategi RPJMN 2020-2024
Kebijakan RPJMN 2020-2024 dilaksanakan melalui Strategi pembangunan
nasional sesuai dengan 5 arahan Presiden yaitu
1. Pembangunan SDM;
2. Pembangunan Infrastruktur;
3. Penyederhanaan Regulasi;
4. Penyederhanaan Birokrasi;
5. Transformasi Ekonomi.
BAB III- 6
RENSTRA B2TKE 2020-2024
Kelima Strategi tersebut dituangkan dalam 7 (tujuh) agenda pembangunan
nasional sebagai berikut :
a) Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas dan
Berkeadilan.
b) Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan dan Menjamin
Pemerataan.
c) Meningkatkan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas dan Berdaya Saing.
d) Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan.
e) Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi dan
Pelayanan Dasar.
f) Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana dan Perubahan
Iklim.
g) Memperkuat Stabilitas Polhukhankam dan Transformasi Pelayanan Publik.
Pembangunan Iptek , masuk dalam agenda ke 3 (tiga) yaitu Meningkatkan
Sumber Daya Manusia yang Berkualitas dan Berdaya Saing dengan strategi umum
Peningkatan produktifitas dan daya saing melalui Peningkatan Kapabilitas IPTEK dan
Penciptaan Inovasi. Sedangkan Arah Kebijakan dan Strategi Peningkatan Kapabilitas
IPTEK dan Penciptaan Inovasi di laksanakan melalui sebagai berikut :
1. Ilmu Pengetahuan dan Inovasi, dibidang prioritas RIRN Untuk Pembangunan yang
Berkelanjutan , dengan rincian indikator sebagai berikut :
a.) Flagship Prioritas Riset Nasional;
b.) teknologi untuk keberlanjutan pemanfaatan SDA;
c.) teknologi untuk pencegahan & mitigasi bencana;
d.) teknologi tepat guna;
e.) teknologi Garda Depan;
f.) riset dan inovasi sosial.
2. Penciptaan Ekosistem Inovasi dengan rincian indikator sebagai berikut :
a.) Penguatan kerja sama triple-helix;
b.) Perbaikan tata kelola paten/KI;
c.) Penguatan Science Techno Park (STP) utama;
BAB III- 7
RENSTRA B2TKE 2020-2024
d.) Perintisan fungsi Technology Commercialization Office dalam kerangka
Manajemen Inovasi di perguruan tinggi;
e.) Perintisan Technology Transfer Office di STP atau LPNK Iptek;
f.) Pembinaan Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (PPBT).
3. Pengembangan Riset Power House dengan rincian indikator sebagai berikut :
a.) Peningkatan kuantitas dan kapasitas (kualifikasi/kompetensi) SDM Iptek;
b.) Infrastruktur litbang strategis;
c.) Penguatan pusat unggulan Iptek;
d.) Akreditasi pranata litbang;
e.) Pengelolaan data keanekaragaman hayati dan kekayaan intelektual;
f.) Penguatan jaringan riset.
4. Peningkatan jumlah dan kualitas belanja penelitian dan pengembangan dengan
rincian indikator sebagai berikut :
a.) Pembentukan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN);
b.) Optimalisasi pemanfaatan Dana Abadi Penelitian;
c.) Pengembangan pendanaan alternatif;
d.) Kerja sama pendanaan penelitian dan pengembangan dengan pihak di luar
pemerintah.
Sasaran/indikator yang hendak dicapai pada tahun 2020-2024 yang terkait
secara langsung dengan kegiatan BPPT dapat dilihat pada tabel 4.1 sub bab
selanjutnya.
3.2. Arah Kebijakan dan Strategi BPPT
Dalam upaya mewujudkan visi dan misi, pencapaian sasaran strategis serta
mendukung arah kebijakan dan strategi nasional, maka Arah Kebijakan BPPT pada
tahun 2020 -2024 adalah sebagai berikut:
a. Penguatan kelembagaan dalam Penelitian, Pengembangan, Pengkajian dan
Penerapan (Litbangjirap);
b. Pemberdayaan SDM (Human Capital Empowerment Program)
c. Penguatan Inovasi dan Layanan Teknologi Flagship
d. Penguatan peran BPPT dalam kegiatan penugasan Nasional.
BAB III- 8
RENSTRA B2TKE 2020-2024
e. Efektivitas dan efisiensi pelaksanaan tugas dengan pemanfaatan Teknologi
Informasi dalam bentuk Digitalisasi Proses melalui penggunaan aplikasi
yang mendukung proses pelaksanaan tugas.
Strategi pelaksanaan dari arah kebijakan tersebut diatas dilakukan melalui:
1. Program
a. Semua kegiatan di BPPT terbagi menjadi 2 yaitu Flagship & Non
Flagship;
b. Prioritas Anggaran untuk kegiatan Flagship;
c. Flagship harus memenuhi kriteria yang di persyaratkan;
d. Seluruh kegiatan BPPT di dasarkan atas kebutuhan (Demand
/Technological dan Commercial Driven);
e. Kerjasama Strategis dengan Kementerian yang menjadi leading sektor
terkait dengan program BPPT;
f. Kerjasama internasional termasuk terlibat aktif dalam international
Joint Reserach programme.
2. Infrastruktur
a. Peningkatan fasilitas labotarium dalam mendukung penugasan
nasional;
b. Peningkatan Laboratoria terakreditasi dan menjadi pusat unggulan
IPTEK (PUI);
c. Peningkatan pelayanan teknologi;
d. Peningkatan peranLaboratoria BPPT sebagai Lembaga Uji rujukan bagi
Instansi Pemerintah maupun Swasta.
3. Sumber Daya Manusia
Upaya peningkatan kompetensi SDM Iptek BPPT dilakukan melalui
pendidikan dan pelatihan pelatihan teknis, manajerial, dan sosio-kultural.
Pendidikan dilaksanakan dalam bentuk Tugas Belajar dan Program
Pendidikan Berbasis Riset untuk Program Studi S2/S3 di perguruan tinggi
dalam negeri dan luar negeri. Kebijakan pengembangan kompetensi SDM
Iptek BPPT melalui pendidikan sesuai Hasil keputusan Rapat Kerja BPPT
Tahun 2019, Tahun 2024 komposisi PNS BPPT dengan latar belakang
pendidikan S2 mencapai 40 % dan komposisi PNS BPPT dengan latar
BAB III- 9
RENSTRA B2TKE 2020-2024
belakang pendidikan S3 mencapai 15% dari total jumlah PNS BPPT (lihat
gambar 3.1). Target peningkatan kompetensi SDM Iptek BPPT bertujuan
untuk mendukung pengembangan Iptek-Inovasi sebagaimana tercantum
dalam pelaksanaan pembangunan Bidang Iptek pada RPJMN IV Tahun
2020-2024.
Gambar 3. 1 Peta Jejak Pengembangan SDM Iptek BPPT Tahun 2020-2024
Sedangkan pelatihan teknis, manajerial, dan sosio-kultural yang
direalisasikan dalam berbagai pelatihan didalam dan diluar negeri. Pelatihan
teknis dilakukan untuk meningkatkan kompetensi teknis SDM IPtek BPPT
agar mampu melaksanakan tugas yang diberikan dalam kegiatan pengkajian
dan penerapan teknologi. Pelatihan manajerial dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan manajerial SDM Iptek BPPT dalam mengelola
sumber daya organisasi secara optimal dalam rangka pencapaian target
kinerja sesuai dengan tujuan BPPT yang ditetapkan. Sedangkan pelatihan
sosio-kultural dilakukan untuk meningkatkan kemampuan sosio-kultural
SDM Iptek BPPT sehingga dapat membangun komunikasi yang kondusif
dengan pemangku kepentingan BPPT sehingga terwujud jejaring kerja yang
sinergis mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi BPPT.
BAB III- 10
RENSTRA B2TKE 2020-2024
Kebijakan pengembangan kompetensi SDM Iptek BPPT tersebut dilakukan
dengan fokus untuk mendukung pencapaian target kinerja pada berbagai
kegiatan yang menjadi flagship BPPT.
Uraian dibawah ini menunjukkan perhitungan Target Persentase SDM Iptek
Berkualifikasi S3 pada akhir tahun 2024 sebesar 16,4% (merupakan
persentasi SDM IPTEK berkualifikasi S3 berdasarkan Indikator Sasaran
Utama RPJMN 2020-2024) dari total pegawai BPPT.
(1) Strategi untuk mencapai target poin 2, dilakukan melalui:
Pemetaan komposisi S3 dan S2 yang harus dicapai:
o Jumlah pegawai BPPT 2929 pegawai
o Target komposisi S3 tahun 2024 =16.4% x 2929 = 480 pegawai
o Target komposisi S2 tahun 2024 = 50% x 2929 = 1465 pegawai
o Periode Pengiriman Studi:
- Tahun 2020 – 2023 : S3 100 orang, S2 167 orang
- Tahun 2021 – 2024 : S3 100 orang, S2 167 orang
(2) kebijakan anggaran untuk percepatan pencapaian target tersebut;
(3) Alternatif pemanfaatan sumber anggaran selain Rupiah Murni dari
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA), perlu dicari peluang
program S3 dari pembiayaan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan
(LPDP) dan sumber beasiswa lainnya;
(4) Bidang ilmu Studi S3 dalam 5 tahun kedepan disesuaikan dengan
kebutuhan pencapaian Flagship BPPT dan penugasan nasional
lainnya.
4. Kelembagaan BPPT dalam rangka mewujudkan fungsi Pengkajian dan
Penerapan Teknologi melalui sinkronisasi kinerja organisasi dan kinerja
pegawai melalui penjenjangan beban kerja dengan penggunaan metode
Balance Scorecard;
5. Harmonisasi Peraturan Kepala BPPT:
a. Peraturan Kepala BPPT tentang Tugas Belajar
b. Peraturan Kepala BPPT tentang Pembayaran Tunjangan Kinerja
6. Pembangunan Sistem Data Tunggal BPPT;
BAB III- 11
RENSTRA B2TKE 2020-2024
7. Efektivitas dan efisiensi pelaksanaan tugas dengan pemanfaatan Teknologi
Informasi melalui transformasi digital dalam rangka mendukung Era
Industri 4.0;
8. Penyusunan Peraturan Kepala BPPT terkait Implementasi Merit Sistem di
BPPT;
9. Pembangunan Sistem Merit.
3.3. Arah dan Strategi B2TKE
Arah penyusunan kegiatan tahun 2020-2024 di B2TKE adalah mendukung
Sasaran BPPT yang mengacu Renstra BPPT yaitu Pengembangan Inovasi dan Layanan
Teknologi, peningkatan kemampuan SDM, serta peningkatan fasilitas pendukungnya
di bidang teknologi konversi energi dan teknologi kelistrikan yang meliputi :
Inovasi Teknologi PLTP Skala Kecil s/d 5 MW
Inovasi Teknologi Fast Charging Station Kendaraan Bermotor Listrik
Layanan Jasa Teknologi berupa pengujian, konsultasi, studi kelayakan, audit
energi dan juga pelatihan.
Pengembangan dan revitalisasi peralatan laboratorium.
Pemberdayaan & Peningkatan Sumber Daya Manusia
Strategi Pelaksanaan dari arah kebijakan B2TKE tersebut diatas dilakukan
melalui:
1. Kegiatan
a. Semua kegiatan di B2TKE merupakan kegiatan Flagship Nasional;
b. Seluruh kegiatan B2TKE di dasarkan atas kebutuhan (Demand
/Technological dan Commercial Driven);
c. Kerjasama Strategis dengan Kementerian yang menjadi leading sektor terkait
dengan kegiatan B2TKE;
d. Kerjasama internasional termasuk terlibat aktif dalam international Joint
Reserach programme.
2. Infrastruktur
a. Peningkatan fasilitas labotarium dalam mendukung penugasan nasional;
BAB III- 12
RENSTRA B2TKE 2020-2024
b. Peningkatan Laboratoria terakreditasi dan menjadi pusat unggulan IPTEK
(PUI);
c. Peningkatan pelayanan teknologi;
d. Peningkatan peran Laboratoria B2TKE sebagai Lembaga Uji rujukan bagi
Instansi Pemerintah maupun Swasta.
3. Sumber Daya Manusia
a. Pemetaan serta perencanaan kebutuhan pendidikan S2 dan S3.
b. Penyelenggaraan pelatihan dan pendidikan baik manajerial maupun teknis
secara berkala
c. Bidang ilmu Studi S2 dan S3 dalam 5 tahun kedepan disesuaikan dengan
kebutuhan pencapaian Flagship B2TKE dan penugasan nasional lainnya.
3.4. Struktur Organisasi dan Kerangka Kelembagaan
Penyesuaian Kerangka kelembagaan BPPT (struktur organisasi,
ketatalaksanaan dan pengelolaan SDM) yang digunakan untuk melaksanakan Rencana
Strategis BPPT 2020 – 2024 mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Meningkatkan keterkaitan dan koordinasi pelaksanaan bidang-bidang
pembangunan yang terdapat dalam RPJMN 2020-2024, sesuai dengan fungsi dan
visi/misi BPPT;
2) Mempertajam arah kebijakan dan strategi BPPT sesuai dengan kapasitas organisasi
dan dukungan sumber daya BPPT;
3) Membangun struktur organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran, menghindari
duplikasi fungsi dan meningkatkan efektivitas dan efisiensi BPPTdalam
melaksanakan program-program pembangunan nasional;
4) Memperjelas ketatalaksanaan dan meningkatkan profesionalitas SDM BPPT.
3.4.1. Fungsi, Struktur dan Bagan Organisasi
1) Pola Perumusan Tugas dan Fungsi
Pola perumusan tugas dan fungsi B2TKE, diatur sebagaimana dalam perka BPPT
No. 15 Tahun 2015 sebagai berikut:
BAB III- 13
RENSTRA B2TKE 2020-2024
Tugas B2TKE:
B2TKE mempunyai tugas melaksanakan kegiatan inovasi dan layanan teknologi
konversi energi.
Fungsi B2TKE:
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, B2TKE menyelenggarakan
fungsi sebagai berikut:
a. pelayanan teknologi di bidang kelistrikan dan konversi energi;
b. pelaksanaan koordinasi dan penyusunan program dan kerjasama teknologi
kelistrikan dan konversi energi;
c. pelaksanaan pengujian, penerapan, dan penyebarluasan teknologi kelistrikan
dan konversi energi; dan
d. pelaksanaan urusan ketatausahaan, perencanaan, keuangan, sumber daya
manusia, rumah tangga, dan pelaporannya serta pengelolaan Techno Park di
bidang energi.
2) Struktur Organisasi
Struktur organisasi B2TKE merupakan kerangka dalam pola tetap hubungan
diantara fungsi-fungsi, unit-unit, atau posisi-posisi, maupun orang-orang yang
menunjukkan kedudukan, tugas, wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda
dalam satu organisasi B2TKE. Menurut Perka BPPT No. 12 Tahun 2015, B2TKE terdiri
atas:
a. Bagian Umum;
b. Bidang Layanan Jasa Teknologi;
c. Bidang Teknologi Kelistrikan; dan
d. Bidang Konversi Energi.
3) Bagan
Bagan struktur organisasi B2TKE digambarkan seperti bagan berikut.
BAB III- 14
RENSTRA B2TKE 2020-2024
Diagram struktur Organisasi
Gambar 3. 2 Struktur Organisasi B2TKE
BAB IV- 1
RENSTRA B2TKE 2020-2024
BAB IV
TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
4.1 Target Kinerja
Rencana Pembangunan Jangka Menegah (RPJMN) 2020-2024 menetapkan
Sasaran/Indikator Bidang Iptek yang akan dicapai pada tahun 2024, dalam upaya
peningkatan produktivitas dan daya saing. Mengacu pada Sasaran/Indikator
Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang akan dicapai pada tahun 2024 serta
sesuai dengan tugas dan fungsi, B2TKE yang merupakan bagian dari BPPT
berkontribusi dalam pembangunan nasional dibidang Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi melalui inovasi dan layanan teknologi seperti pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Kontribusi BPPT dalam Sasaran/Indikator Capaian Bidang Iptek Tahun 2020-2024
NO TARGET RPJMN BASELINE
2019
TARGET
RPJMN
2024
TARGET
BPPT
2024
TARGET
B2TKE
2024
1 Jumlah publikasi ilmiah dan sitasi di Jurnal Internasional
a. Jumlah publikasi (artikel)
internasional
14,606 31,159 183 10
b. Jumlah Sitasi di Jurnal
Internasional
38,586 59,770 40 -
2 Jumlah Produk Inovasi dari Tenant
Perusahaan Pemula Berbasis
Teknologi (PBBT) yang dibina
143 700 8 1
3 Jumlah Produk Inovasi yang
dimanfaatkan industri/badan usaha
52 210 49 4
4 a. Permohonan Paten yang
memenuhi syarat administrasi
Formalitas KI (Domestik)
1,362 3000 49 -
b. Pembelian Paten (Domestik) 790 1000 27 -
5 Persentase SDM IPTEK (dosen,
peneliti, perekayasa) berkualitas S3
14,08% 20% 16,4% 13,9%
BAB IV- 2
RENSTRA B2TKE 2020-2024
NO TARGET RPJMN BASELINE
2019
TARGET
RPJMN
2024
TARGET
BPPT
2024
TARGET
B2TKE
2024
6 Pusat Unggulan IPTEK yang
ditetapkan
81 138 12 -
7 Jumlah Pranata Litbang yang
terakreditasi (aktif)
48
(KNAPP)
75 13 1
8 Jumlah infrastruktur IPTEK
Strategis yang dikembangkan
6 10 7 -
9 Produk Inovasi dan Produk Riset
Nasional yang dihasilkan
N/A 40 36 2
10 Penerapan teknologi untuk mendukung pembangunan yang
berkelanjutan:
a. Penerapan teknologi untuk
berkelanjutan pemanfaatan
sumber daya alam
12 24 7 1
b. Penerapan teknologi untuk
pencegahan dan mitigasi
pascabencana
35 35 3 -
11 Proporsi anggaran litbang terhadap
PDB
0.25 0.42 -
Target kinerja B2TKE yang menjadi capaian untuk visi dan misi disesuaikan
dengan target BPPT. Sasaran Kinerja Kegiatan menggambarkan keluaran (output)
pada bidangnya yang direpresentasikan dengan Indikator Kinerja Kegiatan B2TKE.
Mengacu pada visi, misi, tujuan dan sasaran serta arah kebijakan dan
strategi maka dalam penganggaran dilaksanakan melalui 2 (dua) kegiatan yaitu :
a. Kegiatan Riset dan Inovasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi;
b. Kegiatan Dukungan Manajemen;
Kedua kegiatan diatas kemudian dilakukan sinkronisasi dengan kompetensi
dan sumber daya di B2TKE yang selanjutnya menghasilkan 4 (empat) kegiatan dan
target kinerja B2TKE 2020-2024 seperti terlihat pada Tabel 4.2.
BAB IV- 3
RENSTRA B2TKE 2020-2024
Tabel 4.2 Kegiatan dan Target Kinerja B2TKE 2020-2024
NO KEGIATAN INDIKATOR KINERJA TARGET
1 Inovasi Teknologi PLTP
Skala Kecil s/d 5 MW
Jumlah DED PLTP skala kecil 1
Jumlah prototipe PLTP skala
kecil
1
Jumlah pengujian prototipe PLTP
skala kecil
1
2
Alih teknologi Fast Charging
Station untuk Kendaraan
Bermotor Listrik (KBL)
Jumlah prototipe fast charging
station KBL roda dua
2
Jumlah prototipe fast charging
station KBL roda empat
2
Jumlah lab uji baterai untuk
kendaraan listrik
1
Jumlah alih teknologi fast
charging station ke industri
dalam negeri
1
Jumlah difusi teknologi fast
charging station KBL
1
3 Revitalisasi dan
pengembangan peralatan
laboratorium konversi
energy dan teknologi
kelistrikan
Jumlah peralatan laboratorium
konversi energy dan teknologi
kelistrikan
2
4 Layanan Jasa Teknologi
Energi
Jumlah jasa teknologi konversi
energi
14
BAB IV- 4
RENSTRA B2TKE 2020-2024
NO KEGIATAN INDIKATOR KINERJA TARGET
Indeks Kepuasan Masyarakat
(IKM)
A
5
Dukungan Manajemen
untuk Inovasi dan Layanan
Teknologi
Jumlah layanan pembayaran
belanja pegawai
5
Jumlah layanan jasa operasional
dan pemeliharaan perkantoran
5
Jumlah Unit yang Berpredikat
WBK
1
Jumlah Unit yang Berpredikat
WBBM
1
4.2 Kerangka Pendanaan
Anggaran merupakan bagian terintegrasi dari pendanaan Kegiatan B2TKE
pada RPJMN 2020-2024 dalam rangka untuk mewujudkan kemandirian bangsa,
peningkatan daya saing dan pelayanan publik. Kerangka pendanaan kegiatan
B2TKE 2020-2024 disajikan pada tabel 4.2.
Dalam rentan waktu 2020-2024 B2TKE juga ditargetkan memberikan
kontribusi terhadap Outcome Kedeputian Teknologi Informasi Energi dan Material
(TIEM) (L2) maupun Impact Badan pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang
masing-masing disajikan dalam Tabel 4.3 dan 4.4.
BAB IV- 5
RENSTRA B2TKE 2020-2024
Tabel 4.3 Kerangka Pendanaan Kegiatan B2TKE 2020-2024
SASARAN KEGIATAN INDIKATOR
KINERJA
TARGET ANGGARAN KET
2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024 TOTAL
5864 Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Konversi Energi 35.539 128.950 90.055 67.571 56.826 378.941
Hasil inovasi
Flagship Nasional
Prioritas Riset
Nasional *
Inovasi
Teknologi
Pembangkit
Listrik
Tenaga Panas
Bumi (PLTP)
skala kecil
1 1 1 1 1 2.500 83.000 26.000 15.000 12.000 138.500 RPJMN
SK 1
Dihasilkannya
Inovasi Teknologi
Pembangkit Listrik
Panas Bumi (PLTP)
Skala Kecil
Jumlah
Prototipe
Turbin
DED Turbin Prototipe Turbin
Condensing
Turbin terpasang
dan teruji individu
Turbin telah teruji
kinerja dan dlm
sistem PLTP
Turbin telah teruji
Kehandalan 3000-6000jam 525 49.000 12.500 6.000 3.000 RM
Jumlah
Prototipe
Generator
DED Generator Prototipe
Generator
Generator
Terpasang dan
teruji individu
Generator telah
teruji kinerja dlm
system PLTP
Generator telah teruji
Kehandalan 3000-6000jam 380 28.000 9.000 4.500 3.000 RM
Jumlah
Desain Sistem
PLTP Skala
Kecil
DED sistem
PLTP
Prototipe
Komponen PLTP
Condensing
Komponen PLTP
terpasang
Sistem PLTP telah
dikomissioning
Sistem PLTP telah teruji
kehandalan 3000-6000jam 1.175 6.000 4.500 4.500 6.000 RM
Jumlah
Desain Sipil
dan Material
DED Sipil dan
Material Bangunan Sipil
Uji kekuatan
struktur - - 420 7.000 1.000 - RM
Hasil inovasi
Flagship Nasional
Prioritas Riset
Nasional *
Inovasi
Teknologi
Sistem
Charging
Station
1 1 1 1 1 9.981 20.000 35.000 19.500 8.500 92.981 RPJMN
BAB IV- 6
RENSTRA B2TKE 2020-2024
SK 2
Dihasilkannya Fast
charging produksi
dalam negeri untuk
kendaraan listrik
Jumlah
Prototype
Teknologi fast
Charging
kendaraan
listrik buatan
dalam Negeri
dengan TKDN
maximum
Prototipe Fast
Charging
Station 0kW untuk
KBL roda 4 dan roda
2 dengan TKDN
hingga 20%
Prototipe Fast
Charging Station 50
kW untuk KBL roda
4 dengan TKDN
hingga 25 %
Pengembangan
Fast Charging
station bersama
industri
dalam negeri
dengan TKDN 40%
Uji
coba Fast charging
station hasil produk
industri dalam negeri
dengan TKDN 40%
Tersedianya
Fast Charging Station
KBL 50 kW
produksi Industri
Nasional dengan TKDN 45%
8.124 8.000 20.000 12.000 6.000 RM
Pengembangan
Fast Charging
Station bersama
industry dalam
negeri dengan TKDN
35%
Pengembangan
sarana pengujian
baterai KBL sesuai
standar IEC/SNI
Uji coba unjuk
kerja prototipe plug-
in charging system
untuk
Tersedianya desain smart
charging station
dengan energi terbarukan
yang siap diterapkan
kendaraan roda 2
dengan TKDN 40%
Jumlah
perangkat
lunak
Charging
Pengembangan
Charging Station
Management
System
Perluasan/
penambahan
coverage
Charging Station
Managemen
System (CSMS)
Perluasan/penambahan
coverageCharging
Station Management
System (CSMS)
- -
4.000 5.500 - - RM
Station
Management
System
(CSMS)
Inovasi dan
peningkatan
nilai tambah
CSMS
Pembangunan site
pengujian dan audit
teknologi CSMS
1.626
(CSMS) Penguatan
fitur dan uji
kehandalan
CSMS
BAB IV- 7
RENSTRA B2TKE 2020-2024
Jumlah Lab
pengujian
baterai KBL
sesuai standar
IEC/SNI
Protokol uji baterai
KBL
Fasilitas pengujian
kinerja baterai KBL
sesuai standard ISO
12405-4:2018 dan
standar SNI/IEC
lainnya
Pengembangan fasilitas
Pengujian Baterai KBL
sesuai standar IEC/SNI
Tersedianya fasilitas
pengujian charging
station dan baterai KBL
termanfaatkan oleh
institusi litbangjirap
Tersedianya fasilitas pengujian
charging station dan baterai KBL
termanfaatkan oleh institusi
litbangjirap
231 8.500 10.000 8.000 3.000 RM
SK 3
Terlaksananya Jasa
Teknologi Konversi
Energi (PNBP)
Jumlah Jasa
Teknologi
Konversi
Energi (PNBP)
2 layanan 3 layanan 3 layanan 3 layanan 3 layanan 5.218 5.826 6.409 7.050 7.755 32.258 PNBP
Inkeks
Kepuasan
Masyarakat
(IKM)
A A A A A
- - - - -
SK 4
Terlaksananya
Layanan Sarana dan
Prasarana Internal
Jumlah
Layanan
Sarana dan
Prasarana
Internal
- 1 laporan 1 laporan 1 laporan 1 laporan - 500 500 500 500 1000 RM
SK 5 Terlaksananya
Layanan Perkantoran
Jumlah
Layanan
Perkantoran
1 layanan 1 layanan 1 layanan 1 layanan 1 layanan 17.840 20.124 22.646 25.521 28.073 114.204 RM
Predikat
WBK/WBBM WBK - WBBM - - - - - - - -
BAB IV- 8
RENSTRA B2TKE 2020-2024
Tabel 4.4 Kontribusi B2TKE untuk Kedeputian TIEM (L1) 2020-2024
NO SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA TARGET
KETERANGAN TARGET
1 2 3 2020 2021 2022 2023 2024
1
Terwujudnya Rekomendasi
Teknologi Bidang Teknologi
Informasi, Energi dan
Material (SP 4.1)
Jumlah Rekomendasi Teknis
yang Terwujud
2
- - - -
[1] Rekomendasi FS PLTP skala
kecil s/d 5 MW; [1]
Rekomendasi teknologi fast
charging station KBL
2
Terwujudnya Inovasi
Teknologi Bidang Teknologi
Informasi, Energi dan
Material (SP 4.2)
Jumlah Inovasi Teknologi yang
Terwujud 1 1 - 1 1
[2020] CSMS; [2021] Fast
Charging Station Roda 2;
(2023) Pilot Project PLTP Skala
Kecil Condensing Turbine;
[2024] Fast Charging Station
roda 4
11
Terwujudnya Layanan
Teknologi Bidang Teknologi
Informasi, Energi dan
Material (SP 4.3)
Jumlah Layanan Teknologi
Konversi Energi 2 2 2 2 2
BAB IV- 9
RENSTRA B2TKE 2020-2024
Tabel 4.4 Kontribusi B2TKE untuk BPPT (L0) 2020-2024
SASARAN STRATEGIS
(SS)/INDIKATOR
KINERJA (IKSS)
SATUAN KETERANGAN
TARGET (TAHUN)
2020 2021 2022 2023 2024
(SS 3) Termanfaatkannya layanan teknologi
IKSS 3.1
Jumlah Layanan Alih
Teknologi
Layanan DED PLTP - 1 - - -
Fast Charging Station Roda 2 - - 1 - -
Fast Charging Station Roda 4 - - - - 1
PLTP s/d 5 MW - - - - 1
IKSS 3.4
Jumlah Layanan
Komersialisasi Teknologi
(Jumlah Kontrak
PNBP/BLU)
Layanan Platform E-Mobility (Charging Station Management
System/CSMS) [2021] B2TKE - 1 - - -
Layanan Jasa Teknologi Konversi Energi
2 2 2 2 2
(SS 4) Terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang baik akuntabel, dan dinamis Melalui Transformasi Digital
IKSS 4.3
Jumlah Unit yang
Berpredikat WBK
Jumlah Unit BPPT 1 - - - -
BAB IV- 10
RENSTRA B2TKE 2020-2024
SASARAN STRATEGIS
(SS)/INDIKATOR
KINERJA (IKSS)
SATUAN KETERANGAN
TARGET (TAHUN)
2020 2021 2022 2023 2024
Jumlah Satuan Kerja
yang Berpredikat WBBM
Jumlah
Satuan Kerja BPPT - - 1 - -
BAB V- 1
RENSTRA B2TKE 2020-2024
BAB V
P E N U T U P
Renstra B2TKE 2020-2024 merupakan acuan dalam menyusun program, kegiatan,
anggaran serta indikator kinerja dan target output di lingkungan B2TKE. Renstra
ini selanjutnya akan menjadi bahan acuan untuk Laporan Akuntabilitas Instansi
Pemerintah (LAKIP) B2TKE. Renstra ini juga berfungsi sebagai pedoman bagi
stakeholders dan customers dalam hal perencanaan program, sumberdaya,
kelembagaan serta pengendalian dan pengawasan program agar berhasil dan lebih
berdaya guna dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi B2TKE.
Rencana strategis B2TKE merupakan cerminan dari program, kegiatan, anggaran,
indikator kinerja, dan target yang lebih operasional yang disusun dan
ditindaklanjuti dengan penyusunan Rencana Kegiatan Anggaran
Kementerian/Lembaga (RKA-KL) dan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA).
Pengukuran kinerja akan dilakukan dengan mengacu pada sistem dan prosedur
pengukuran kinerja yang telah ditetapkan oleh pimpinan BPPT dan berdasarkan
peraturan perundangan yang berlaku dari Pemerintah. Pelaksanaan pengukuruan
kinerja dilakukan secara berkala.