UNIVERSITAS INDONESIA AUDIT ATAS ASET TETAP PADA PT AI...
Transcript of UNIVERSITAS INDONESIA AUDIT ATAS ASET TETAP PADA PT AI...
UNIVERSITAS INDONESIA
AUDIT ATAS ASET TETAP PADA PT AI
LAPORAN MAGANG
HIRZI RISAD
1006712356
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI
DEPOK
JULI 2014
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
AUDIT ATAS ASET TETAP PADA PT AI
LAPORAN MAGANG
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
HIRZI RISAD
1006712356
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI
DEPOK
JULI 2014
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Laporan Magang ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.
Nama : Hirzi Risad
NPM : 1006712356
Tanda Tangan :
Tanggal : 7 Juli 2014
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
iii
TANDA PERSETUJUAN
LAPORAN AKHIR MAGANG
Nama Mahasiswa : Hirzi Risad
Nomor Pokok Mahasiswa : 1006712356
Judul Laporan Akhir Magang : Audit atas Aset Tetap pada PT AI
Tanggal : 7 Juli 2014
Pembimbing Magang : Taufik Hidayat, S.E., M.M.
TTD
(Taufik Hidayat, S.E., Ak., M.M.)
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Magang ini diajukan oleh:
Nama : Hirzi Risad
Nomor Pokok Mahasiswa : 1006712356
Program Studi : S1 Akuntansi
Judul Laporan Magang : Audit atas Aset Tetap pada PT AI
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima
sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas
Indonesia.
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Taufik Hidayat, S.E., Ak., M.M ( )
Penguji : Dr. Soemarso Slamet Rahardjo ( )
Penguji : Vitria Indriani, S.E., M.B.A. ( )
Ditetapkan di : Depok, Jawa Barat
Tanggal : 7 Juli 2014
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamiin. Puji syukur penulis panjatkan pada Allah SWT,
1. Allah SWT, atas segala kehendak dan rencana-Nya. Segala puji syukur
penulis panjatkan atas begitu banyak kemudahan maupun cobaan yang telah
diberikan, yang dapat membawa penulis sampai pada titik ini.
2. Orang tua penulis, Alm. Firdaus dan Syafrina, atas dukungan, doa,
perhatian, dan kasih sayang yang tiada habisnya. Selalu menjadi motivasi
utama bagi penulis untuk selalu melangkah maju ke depan dan berusaha
sekuat mungkin untuk tidak mengecewakan kalian berdua. Begitu pula
kakak-kakak dari penulis, Kadri dan Kharissa, untuk dukungan dan doanya.
3. Bapak Taufik Hidayat, selaku pembimbing akademik dan pembimbing
tugas akhir. Terima kasih atas waktu, ilmu, bimbingan, nasihat, dan
kesabaran Bapak selama proses penulisan laporan magang ini.
4. Bapak Soemarso dan Ibu Vitria, selaku penguji sidang laporan magang
penulis. Terima kasih atas saran, kritik, dan nasihatnya demi kebaikan
laporan magang yang telah penulis buat.
5. Tim audit PT IP selama magang di KAP OBSE. Mas Sigit, Ci Yuli, Gia,
dan Johan. Juga untuk Tim CMN yang super rame dan terlalu banyak untuk
disebutin satu-satu. Terima kasih untuk ilmu, petuah, pengalaman, dan
cerita-cerita saat lembur yang telah dibagi selama penulis menjalani
program magang.
6. Teman-teman IEm/CM/apapun-nama-grup-WAnya. Edwin, Evan, Faadhil,
Opik, Heru, dan Donny. Terima kasih untuk tawa, umpatan, cerita, obrolan
bermutu ataupun obrolan kosong selama penulis menjalani kehidupan di
FEUI. Semoga sukses dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045!
karena atas berkat, rahmat, dan izin-Nya, penulis dapat menyelesaikan kegiatan
perkuliahan di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Apresiasi dan rasa terima
kasih juga penulis tambatkan kepada para pihak-pihak yang baik secara langsung
maupun tidak langsung telah berkontribusi terhadap penyelesaian laporan magang
ini. Oleh karena itu, secara khusus penulis ingin berterima kasih kepada:
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
vi
7. Teman-teman futsal BBF. Adhi, Adit, Bhayuta, Bobob, Boli, Bomak,
Dhika, Dogom, Gallant, Gilang, Ipung, Iqbal, Marsoem, Oji, Rendy,
Timothy. Walaupun suka telat latihan dan rekor menang kalah di FEUI yang
kurang membanggakan, namun penulis tetap berterima kasih atas sukacita
di atas lapangan maupun ketika di kampus. Semoga setelah keluar dari FE
kita semua bisa jadi taipan.
8. Teman-teman Al-Izhar yang sampai sekarang masih rajin ketemu walaupun
sudah pisah-pisah institusi. Ading, Bagus, Dana, Godi, Hannan, Raka,
Risyad, Lele, Yuga. Sukses buat kita semua, dan tetep rajin ketemu ya
walaupun nanti udah pada kerja.
9. Teman-teman HIMAGA FEUI. Ardo, Adam, Delta, Dimas, Erwin, Fandi,
Fiksyu, Ecky, Jalul, Jo, Pandu Bandar, Pandu W, Ridho, dan lain-lain yang
belum disebutkan. Terima kasih atas canda, tawa, umpatan, info-info
bermutu maupun yang kurang bermutu, keluh, dan kesah.
10. Keluarga besar Logistic Division The 36th Jazz Goes to Campus. Baskoro,
Agung, Agil, Pradit, Harry,Tommy, Hafizh, Ben, Yudi, Sigit, Angga, Anjar,
Rully, Aka, Harris, Dimas, Agatha, Manggala, Arya, Toge, Rachman,
Piesca, Lisa, Winda, Raisa, dan Dhona. Terima kasih untuk kontribusi total
dan pengalaman kepanitiaan terakhir yang luar biasa.
11. Bidang 4: General Supporting JGTC 36. Octo, Agil 1, Baskoro, Agung, Agil
2, Ogi, Miranti, Lana, Isti, Dito, Ucup, Raka, dan Farizi. Terima kasih untuk
pengalaman, keceriaan, kebersamaan, kesedihan, dan kelelahan yang
dirasakan bersama selama jeget.
12. Logistic 35, khususnya Fabio untuk ilmu-ilmu perlogistikannya.
13. Kelompok OPK 32 Kadin. Vidya, Adjhi, Andrash, Dzarin, Fugu, Gustav,
Ira, Luthfi, Moko, Nadia, Ria, Tyas, Yohana. Terima kasih udah jadi
kelompok yang rame, berisik, dan kompak.
14. Dosen, staf pengajar, Asdos, dan staf serta karyawan FEUI atas ilmu,
nasihat, bimbinngan, dan bantuannya selama penulis kuliah.
15. Teman-teman FEUI dan pihak-pihak lain yang belum penulis sebutkan,
yang telah banyak berkontribusi untuk kehidupan penulisa selama
menjalani perkuliahan di FEUI.
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
vii
Penulis menyadari bahwa laporan magang ini masih jauh dari kesempurnaan, dan
membuka diri bagi segala kritik dan saran yang membangun. Penulis berharap
laporan magang ini dapat memberi manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Jakarta, 7 Juli 2014
Penulis
Hirzi Risad
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama : Hirzi Risad
NPM : 1006712356
Program Studi : S1 Reguler
Fakultas : Ekonomi
Departemen : Akuntansi
Jenis Karya : Laporan Magang
demi pembangunan ilmu pengetahuan menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-Exclusive Royalty-
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
Audit atas Aset Tetap pada PT AI
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/format-kan, mengelola, dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada Tanggal : 7 Juli 2014
Yang menyatakan
(Hirzi Risad)
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
ix Universitas Indonesia
ABSTRAK
Nama : Hirzi Risad
Program Studi : Akuntansi
Judul : Audit atas Aset Tetap PT AI
Laporan magang ini menggambarkan proses audit atas akun aset tetap dari PT AI
untuk laporan keuangan yang berakhir pada 31 Desember 2013. PT AI bergerak di
bidang real estate. Kebijakan akuntansi atas aset tetap yang diterapkan oleh PT AI
mengacu kepada PSAK 16 mengenai aset tetap. KAP OBSE menjalankan prosedur
audit atas aset tetap yang terdiri dari prosedur analitis, pengujian substantif atas
saldo dan pengujian substantif atas transaksi. Melalui analisis yang dilakukan,
kebijakan akuntansi PT AI atas aset tetap telah sesuai dengan standar akuntansi
yang berlaku, dan proses audit yang dijalankan oleh KAP OBSE juga telah sesuai
dengan standar dan teori audit yang berlaku.
Kata Kunci:
Pengauditan, Aset Tetap, Real Estate
ABSTRACT
Name : Hirzi Risad
Major : Accounting
Title : Audit of Fixed Assets in PT AI
This report illustrates the audit process of fixed assets in PT AI for the year ended
December 31, 2013. KAP OBSE has conducted audit procedures of fixed assets
consisting of analytical procedure, substantive test of detail balance, and
substantive test of transaction. Based on the analysis, it is concluded that PT AI’s
accounting policies regarding fixed assets have complied with the generally
accepted accounting principles in Indonesia (PSAK), and KAP OBSE’s audit
process has complied with standards and relevant theories.
Keywords:
Audit, Fixed Assets, Real Estate
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
x Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................................... ii TANDA PERSETUJUAN ............................................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................................... iv KATA PENGANTAR ....................................................................................................... v HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .................................. viii ABSTRAK ........................................................................................................................ ix ABSTRACT ...................................................................................................................... ix DAFTAR ISI ..................................................................................................................... x DAFTAR TABEL ........................................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... xiii BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Tujuan Laporan ................................................................................................... 1
1.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang ........................................................... 2
1.4 Pelaksanaan Kegiatan Magang ........................................................................... 2
1.5 Ruang Lingkup Masalah ..................................................................................... 3
1.6 Tujuan Penulisan Laporan Magang .................................................................... 4
1.7 Sistematika Penulisan ......................................................................................... 4
BAB 2 LANDASAN TEORI ............................................................................................ 6 2.1 Akuntansi Aset Tetap .......................................................................................... 6
2.1.1 Definisi Aset Tetap ........................................................................... 6
2.1.2 Pengakuan ......................................................................................... 7
2.1.3 Pengukuran Setelah Pengakuan Awal ............................................... 8
2.1.4 Penghentian Pengakuan Aset Tetap ................................................ 13
2.1.5 Penyajian Aset Tetap....................................................................... 14
2.1.6 Pengungkapan Aset Tetap ............................................................... 14
2.2 Pengauditan ....................................................................................................... 15
2.2.1 Definisi Pengauditan ....................................................................... 15
2.2.2 Jenis-jenis Audit .............................................................................. 17
2.2.3 Asersi Manajemen ........................................................................... 18
2.2.4 Hubungan Antara Asersi Manajemen dengan Tujuan Audit .......... 19
2.2.5 Tahapan Audit ................................................................................. 21
2.2.6 Bukti Audit ...................................................................................... 23
2.2.7 Materialitas ...................................................................................... 27
BAB 3 PROFIL PERUSAHAAN .................................................................................. 29
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
xi Universitas Indonesia
3.1 Profil Perusahaan Tempat Magang – KAP Osman Bing Satrio & Eny ............ 29
3.2 Profil Perusahaan Klien – PT AI ....................................................................... 31
3.2.1 Profil dan Lini Bisnis Perusahaan Induk ......................................... 31
3.2.2 Struktur Kepemilikan atas Entitas Anak pada IP Group ................. 33
3.2.3 Struktur Organisasi PT AI ............................................................... 34
BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN .................................................................... 35 4.1 Kebijakan Akuntansi dan Siklus atas Aset Tetap PT AI ................................... 35
4.1.1 Pembelian Aset Tetap ..................................................................... 36
4.1.2 Pemeliharaan Daftar Aset Tetap ..................................................... 38
4.1.3 Penghitungan Depresiasi ................................................................. 39
4.1.4 Penjualan Aset Tetap....................................................................... 40
4.1.5 Analisis Kebijakan Akuntansi Aset Tetap PT AI ........................... 40
4.2 Pelaksanaan Audit atas Aset Tetap PT AI ........................................................ 43
4.2.1 Penerimaan Klien ............................................................................ 44
4.2.2 Pembuatan Engagement Letter dan Pembentukan Tim .................. 46
4.2.3 Penetapan Materialitas .................................................................... 47
4.2.4 Menentukan Program Audit ............................................................ 50
4.2.5 Prosedur Audit atas Aset Tetap ....................................................... 51
4.2.6 Analisis Prosedur Audit Aset Tetap KAP OBSE ............................ 58
4.3 Hasil Temuan Audit .......................................................................................... 65
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 67 5.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 67
5.2 Saran ................................................................................................................. 69
5.2.1 Saran Kepada PT AI........................................................................ 69
5.2.2 Saran Kepada KAP OBSE .............................................................. 69
5.2.3 Saran Kepada Program Studi Akuntansi ......................................... 70
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 72 Lampiran 1 - Neraca Bagian Aset PT AI ...................................................................... 73 Lampiran 2 – Catatan atas Laporan Keuangan: terkait Aset Tetap ......................... 74
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
xii Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Tarif Beban Depresiasi PT AI ........................................................................... 40
Tabel 4.2 Perhitungan Materialitas PT AI ........................................................................ 48
Tabel 4.3 Perbandingan Materialitas PT AI dengan Materiality Based on Forecast ....... 49
Tabel 4.4 Materialitas Final PT AI ................................................................................... 49
Tabel 4.5 Identifikasi Risiko Terkait Aset Tetap .............................................................. 52
Tabel 4.6 Perhitungan Mutasi Aset Tetap ......................................................................... 54
Tabel 4.7 Perhitungan Ulang Beban Depresiasi ............................................................... 55
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
xiii Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Struktur Kepemilikan atas PT AI .................................................................. 32
Gambar 3.2 Struktur Organisasi PT AI ............................................................................. 33
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
xiv Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Neraca Parsial PT AI ..................................................................................... 72
Lampiran 2 Catatan Laporan Keuangan: terkait aset tetap PT AI .................................... 73
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kompetensi sumber daya manusia menjadi suatu yang sangat penting di era
globalisasi. Lulusan perguruan tinggi nantinya tidak hanya akan menghadapi
persaingan dari lulusan dalam negeri saja, terlebih lagi sebentar lagi kita akan
menghadapi ASEAN Economic Community yang menyebabkan kegiatan
perekonomian di Asia Tenggara menjadi semakin terintegrasi. Dalam beberapa
tahun ke depan akan banyak pekerja yang berasal dari berbagai negara di Asia
Tenggara akibat adanya integrasi perekonomian tersebut. Adanya globalisasi
membuat persaingan di dunia kerja menjadi semakin ketat. Hal ini memaksa adanya
peningkatan kualitas dari sumber daya manusia. Salah satu masalah utama yang
dihadapi adalah lulusan perguruan tinggi tidak dipersiapkan dengan kemampuan
yang cukup dalam menghadapi dunia kerja. Mahasiswa dibekali dengan ilmu dan
konsep yang baik, namun mereka belum tentu mampu memanfaatkan ilmu tersebut
pada saat bekerja.
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia menyediakan kesempatan bagi
calon lulusannya untuk dapat mempersiapkan diri secara lebih baik untuk
menghadapi dunia kerja, salah satunya dengan mengikuti program magang. Selain
sebagai syarat kelulusan dari program S1, mahasiswa diharapkan dapat
mengaplikasikan ilmu yang mereka pelajari selama mengikuti kegiatan perkuliahan
di kampus. Sehingga, para calon lulusan dari program studi akuntansi FEUI
diharapkan kedepannya akan lebih siap dan kompeten dalam menghadapi
persaingan di dunia kerja.
1.2 Tujuan Laporan
Laporan magang ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan dari
program studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Program ini
merupakan salah satu alternatif dari pengerjaan tugas akhir kuliah selain skripsi dan
studi mandiri. Program magang secara lebih khusus diadakan agar mahasiswa dapat
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
2
Universitas Indonesia
menerapkan ilmu yang telah mereka pelajari di perkuliahan melalui praktek
langsung di dunia pekerjaan. Kegiatan magang ini juga menjadi sarana bagi
perusahaan yang membutuhkan banyak sumber daya, dan sebagai salah satu bentuk
seleksi awal dari calon pegawai tetap ke depannya.
Pada laporan ini, penulis memaparkan salah satu prosedur audit yang
dijalankan selama menjalankan program magang. Diharapkan dengan menyusun
laporan magang ini, penulis dapat menganalisa kebijakan akuntansi yang dihaankan
oleh klien perusahaan, memahami prosedur audit yang digunakan oleh perusahaan
dalam mengaudit kliennya, dan menganaisa temuan dari prosedur audit yang telah
dilakukan.
1.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang
Penulis mengikuti program magang di Kantor Akuntan Publik Osman Bing
Satrio & Eny (KAP OBSE) yang berafiliasi dengan Deloitte Touche Tohmatsu.
Penulis ditempatkan di grup Consumer Business & Transportation (CBT), yang
sebagian besar kliennya menjalankan bisnis di sektor retail, transportasi, travel &
hospitality, dan makanan. Selama menjalani kegiatan magang, penulis diposisikan
sebagai trainee yang memiliki tanggung jawab setara dengan associate 1. Kegiatan
magang ini berlangsung dari tanggal 6 Januari 2014 hingga tanggal 30 April 2014.
1.4 Pelaksanaan Kegiatan Magang
Selama mengikuti kegiatan magang, penulis memiliki tanggung jawab
untuk membantu auditor in-charge dalam menjalankan prosedur substantif pada PT
CMN dan beberapa anak perusahaan dari PT IP, yang salah satunya adalah PT AI.
Berikut merupakan beberapa tugas yang dijalankan oleh penulis selama
menjalankan program magang di KAP OBSE:
1. Menyiapkan lead schedule dari akun-akun yang mendapatkan perhatian
selama kegiatan audit dilakukan.
2. Melakukan perhitungan ulang mutasi saldo akun-akun di tahun pelaporan
2013.
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
3
Universitas Indonesia
3. Mengirim konfirmasi piutang, hutang, investasi, dan penyertaan modal
kepada pihak ketiga dan pihak afiliasi yang berhubungan dengan klien.
4. Melakukan vouching atas dokumen pendukung dari beberapa transaksi yang
dipilih menjadi sampel pengujian substantif.
5. Menjalankan prosedur alternatif pengujian substantif seperti memeriksa
adanya subsequent payment and receipt pada akun piutang dan hutang, dan
juga prosedur open invoice.
6. Melakukan prosedur analitis dari akun-akun pada neraca dan laporan laba
rugi klien.
7. Melakukan rekapitulasi perhitungan hutang pajak dan mutasi kewajiban
pensiun.
8. Melakukan resume akta-akta perusahaan selama tahun 2013 untuk melihat
adanya corporate action yang penting pada tahun pelaporan tersebut.
9. Menyiapkan dokumen-dokumen pendukung yang diperlukan untuk
kebutuhan dokumentasi selama kegiatan audit berlangsung.
10. Melakukan file check untuk mengetahui adanya kesalahan-kesalahan teknis
dalam pembuatan kertas kerja audit.
Prosedur audit atas PT AI dipilih karena penulis mengikuti jalannya
prosedur dari awal kerja lapangan dimulai, sehingga penulis lebih memiliki
pemahaman dan akses atas dokumen yang diperlukan untuk penulisan laporan
magang ini.
1.5 Ruang Lingkup Masalah
Pada laporan magang ini penulis memilih untuk mengangkat topik prosedur
audit pada akun aset tetap karena area ini merupakan salah satu area yang penulis
kerjakan selama proses audit berlangsung. Aset tetap juga merupakan salah satu
akun pada bagian aset yang memiliki saldo paling besar, dan mengingat PT AI yang
beroperasi pada bisnis properti sangatlah bergantung pada aset tetap dalam
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
4
Universitas Indonesia
menjalankan bisnisnya. Penulis akan membahas kebijakan akuntansi yang
diterapkan oleh klien, yaitu PT AI, terkait aset tetap dan prosedur audit yang
dijalankan oleh KAP OBSE dalam memeriksa akun aset tetap pada tahun buku yang
berakhir pada tanggal 31 Desember 2013.
1.6 Tujuan Penulisan Laporan Magang
Tujuan dari penulisan laporan magang ini adalah:
1. Memberikan penjelasan terkait kebijakan akuntansi atas aset tetap pada PT
AI, beserta analisis berdasarkan standar akuntansi yang berlaku.
2. Memberikan penjelasan atas prosedur audit yang dijalankan KAP OBSE
kepada PT AI untuk memeriksa akun aset tetap, beserta analisis berdasarkan
teori yang ada.
3. Memaparkan dan menganalisis hasil temuan dari proses audit yang telah
dijalankan oleh KAP OBSE.
1.7 Sistematika Penulisan
Laporan magang ini terdiri dari lima bab beserta lampiran pendukung
laporan dengan rincian sebagai berikut:
Bab 1 – Pendahuluan
Bab 1 berisi latar belakang penulisan laporan magang, tujuan dari penulisan
laporan magang, waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan magang, ruang
lingkup dan pembatasan laporan magang, dan sistematika penulisan laporan
magang.
Bab 2 – Landasan Teori
Bab ini membahas teori yang berkaitan dengan kegiatan audit yang
dijalankan selama program magang yang dilakukan. Pada bab ini juga
dibahas teori pendukung terkait kebijakan akuntansi dan standar akuntansi
yang berlaku terkait pencatatan aset tetap, dan juga teori beserta standar
audit yang berlaku.
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
5
Universitas Indonesia
Teori yang dicantumkan diambil dari buku teks, peraturan dan standar
terkait yang berlaku di Indonesia, standar profesi, dan pedoman audit yang
digunakan oleh perusahaan selama kegiatan audit dilakukan.
Bab 3 – Profil KAP dan Perusahaan Klien
Bab ini membahas profil kantor akuntan publik dimana penulis mengikuti
program magang dan juga profil perusahaan klien dimana penulis
ditugaskan.
Bab 4 – Pembahasan dan Analisis
Bab ini membahas kebijakan akuntansi yang diterapkan perusahaan terkait
area akun yang dibahas untuk memberikan pemahaman kepada pembaca
terkait proses bisnis dan pencatatan akuntansi yang dilakukan perusahaan
klien. Kemudian, pada bab ini juga dibahas prosedur audit yang dijalankan
mulai dari tahapan perencanaan hingga pengujian substantif terkait akun
aset tetap. Penulis juga akan memberikan analisis terkait kesesuaian praktek
akuntansi aset tetap PT AI dan prosedur audit aset tetap KAP OBSE dengan
teori pendukung dan standar yang berlaku.
Bab 5 – Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisi kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan audit pada akun
aset tetap yang telah dilakukan. Pada bab ini penulis juga memberikan kritik
dan saran bagi kantor akuntan publik tempat penulis melaksanakan kegiatan
magang dan kepada perusahaan klien yang diaudit.
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
6 Universitas Indonesia
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Akuntansi Aset Tetap
2.1.1 Definisi Aset Tetap
Aset tetap berdasarkan definisi yang terdapat pada PSAK 16 (revisi 2011)
adalah aset berwujud yang dimiliki oleh perusahaan dalam kegiatan produksi
dan/atau penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan kepada pihak lain, atau
digunakan untuk keperluan administratif perusahaan. Berdasarkan PSAK 16 (revisi
2011), aset tetap diharapkan dapat digunakan selama lebih dari satu periode.
Kieso et al. (2011) menyatakan bahwa aset tetap memiliki karakteristik
sebagai berikut:
1. Dimiliki oleh perusahaan untuk digunakan dalam kegiatan operasional
perusahaan, bukan untuk dijual. Aset tetap yang tidak digunakan dalam
kegiatan operasional dapat dikategorikan sebagai properti investasi atau
sebagai persediaan bila dimiliki untuk dijual.
2. Aset tetap biasanya digunakan untuk jangka waktu yang panjang, sehingga
masa pakainya harus lebih dari satu tahun. Selama jangka waktu masa pakai
tersebut, aset tetap harus disusutkan setiap tahunnya. Sehingga, di akhir
periode saat masa pakai tersebut berakhir aset tetap akan memiliki nilai
buku sebesar nilai residu dari aset tetap tersebut.
3. Aset tetap dikarakteristikan dengan wujudnya yang nyata, sehingga dapat
dibedakan dengan aset tidak berwujud seperti hak paten atau goodwill.
Selain dari ketiga definisi tersebut, perusahaan perlu menentukan adanya
tingkat materialitas minimal untuk mengakui suatu aset sebagai aset tetap. Bila
pengeluaran untuk mendapatkan aset tetap tersebut di bawah tingkat materialitas
yang ditentukan, maka dapat dicatat sebagai beban dalam periode berjalan. Sebagai
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
7
Universitas Indonesia
contoh, perusahaan menerapkan kebijakan untuk mengkapitalisasi aset dengan
pembelian minimal Rp. 1.000.000, kemudian mereka membeli alat tulis kantor
dengan nominal pembelian di bawah materialitas yang telah ditentukan, maka
perusahaan dapat mencatat transaksi tersebut sebagai beban alat tulis kantor.
Dalam membedakan antara aset tetap dengan properti investasi
membutuhkan pertimbangan lebih lanjut. Berdasarkan PSAK 13, syarat suatu aset
dikategorikan sebagai sebuah properti investasi adalah dengan melihat
independence of generation of cash flow. Sebuah properti investasi diharuskan
untuk dapat menghasilkan rental tanpa adanya fasilitas yang signifikan disediakan
oleh pemilik aset bersangkutan. Sebagai contoh, bila pengelola pusat perbelanjaan
menyediakan fasilitas lain (eskalator, toilet, furnitur, dan lain-lain) agar bangunan
pusat perbelanjaan tersebut dapat beroperasi dan menghasilkan pemasukan, maka
aset tersebut dapat dikategorikan sebagai aset tetap. Berbeda bila seorang pemilik
gedung menyewakan gedungnya kepada pengelola tanpa menyediakan aset atau
fasilitas lain yang dapat membantunya dalam mendapatkan rental, maka aset
tersebut dapat dikategorikan sebagai properti investasi.
2.1.2 Pengakuan
Berdasarkan PSAK 16 (revisi 2011), biaya perolehan aset harus diakui
sebagai aset bila terdapat kemungkinan yang besar akan adanya manfaat ekonomik
yang akan diperoleh perusahaan di masa depan, dan biaya perolehan aset tersebut
dapat diukur secara handal. Perusahaan dapat melakukan agregasi atas unit-unit aset
tetap yang secara individual tidaklah signifikan. Tidak hanya biaya perolehan awal,
perusahaan juga perlu melakukan evaluasi bila mereka mengeluarkan biaya untuk
menambah, mengganti, atau memperbaiki suatu aset tetap.
Menurut PSAK 16 (revisi 2011), biaya perolehan suatu aset terdiri dari
harga perolehan ketika aset tersebut dibeli, biaya bea impor dan pajak, biaya yang
dapat diatribusikan untuk membawa aset ke lokasi yang diinginkan dan dapat
digunakan sesuai kebutuhan manajemen, dan estimasi biaya pembongkaran dan
pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi aset. Secara lebih lanjut, pada PSAK 16
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
8
Universitas Indonesia
(revisi 2011) dijelaskan berbagai contoh dari biaya yang dapat diatribusikan kepada
biaya perolehan, antara lain:
1. Biaya imbalan kerja yang timbul dari pembangunan atau akuisisi aset tetap;
2. Biaya penyiapan lahan untuk bangunan/pabrik;
3. Biaya handling dan penyerahan awal;
4. Biaya perakitan dan instalasi;
5. Biaya pengujian aset untuk memastikan aset bekerja dengan baik;
6. Komisi profesional.
PSAK 16 (revisi 2011) juga menyertakan beberapa jenis biaya yang tidak
boleh diatribusikan secara langsung sebagai biaya perolehan aset tetap. Biaya-biaya
tersebut antara lain adalah:
1. Biaya pembukaan fasilitas baru;
2. Biaya pengenalan produk baru, seperti biaya promosi dan biaya iklan;
3. Biaya penyelenggaraan bisnis di lokasi baru atau pada kelompok baru;
4. Biaya overhead dan administrasi lainnya;
5. Biaya dan penghasilan insidental yang timbul bukan untuk membawa aset
ke lokasi atau kondisi yang diinginkan oleh manajemen.
2.1.3 Pengukuran Setelah Pengakuan Awal
Perusahaan dapat memilih untuk menggunakan model biaya atau model
revaluasi dalam melakukan pengukuran aset tetap setelah pengakuan awal.
2.1.3.1 Model Biaya
Metode pengukuran pertama yang dijelaskan pada PSAK 16 (revisi 2011)
adalah model biaya (historical cost). Pengukuran dengan model biaya melakukan
pencatatan atas aset tetap dengan cara mengurangi biaya perolehan awal aset tetap
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
9
Universitas Indonesia
dengan biaya depresiasi dan akumulasi rugi penurunan nilai aset yang terjadi. Biaya
perolehan awal dari suatu aset tetap sendiri dapat terdiri dari biaya yang
diatribusikan langsung untuk menyiapkan aset bersangkutan ke dalam kondisi yang
sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
2.1.3.2 Model Revaluasi
Pengukuran dengan model revaluasi melakukan pencatatan aset dengan cara
menghitung nilai wajar dari aset tetap pada tanggal revaluasi setelah dikurangi oleh
biaya depresiasi dan rugi penurunan nilai aset. Bila perusahaan memilih untuk
menggunakan model revaluasi, maka revaluasi tersebut harus dilakukan pada
semua aset yang terdapat pada kategori yang sama. Revaluasi yang dilakukan pada
sekelompok aset tetap dengan kegunaan serupa harus dilakukan secara bersamaan
untuk menghindari adanya perlakuan revaluasi secara selektif. Namun, revaluasi
dalam kelompok aset dapat dilakukan secara bergantian selama keseluruhan
revaluasi dapat diselesaikan dalam waktu yang singkat dan sepanjang revaluasi
dimutakhirkan.
Penetapan nilai wajar dari suatu aset sendiri biasanya dilakukan oleh pihak
profesional yang memiliki kualifikasi tertentu berdasarkan bukti yang terdapat di
pasar aset terkait. Bila revaluasi aset tetap tidak dapat dilakukan karena tidak
adanya pasar yang aktif, maka perusahaan dapat melakukan estimasi dengan
pendekatan penghasilan atau biaya pengganti yang telah disusutkan. Revaluasi
harus secara rutin dilakukan bila terdapat perbedaan yang material antara nilai yang
tercatat dengan nilai wajar yang ada. Sebaliknya, revaluasi tidak perlu dilakukan
bila perbedaan yang ada tidak begitu signifikan.
Bila perusahaan memutuskan untuk menggunakan model revaluasi,
perusahaan perlu melakukan penyesuaian terhadap saldo akumulasi depresiasi pada
saat tanggal terjadinya revaluasi tersebut. Berdasarkan PSAK 16 (revisi 2011),
akumulasi depresiasi aset tetap dapat direvaluasi dengan cara sebagai berikut:
1. Disajikan kembali secara proporsional dengan perubahan dalam jumlah
tercatat bruto aset sehingga jumlah tercatat aset setelah revaluasi sama
dengan jumlah revaluasiannya.
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
10
Universitas Indonesia
2. Dieliminasi terhadap jumlah tercatat bruto aset dan jumlah tercatat neto
setelah eliminasi disajikan kembali sebesar jumlah revaluasian dari aset
tetap tersebut. Metode ini biasa digunakan untuk aset tetap berupa
bangunan.
Peningkatan jumlah tercatat aset akibat adanya revaluasi harus diakui dalam
pendapatan komprehensif lain dan terakumulasi dalam ekuitas pada bagian surplus
revaluasi. Kenaikan nilai aset tetap tersebut harus diakui dalam laporan laba rugi
hingga sebesar jumlah penurunan nilai aset akibat revaluasi yang pernah tercatat
pada laporan laba rugi.
Bila aset tetap mengalami penurunan nilai akibat revaluasi, maka penurunan
nilai tersebut harus diakui dalam laporan laba rugi. Penurunan nilai aset tetap
tersebut diakui dalam pendapatan komprehensif lain selama penurunan tersebut
tidak melebihi saldo surplus revaluasi aset bersangkutan.
2.1.3.3 Depresiasi Aset Tetap
Kieso et al (2011) mendefinisikan depresiasi sebagai biaya yang
dialokasikan dari aset tetap secara sistematis dan rasional selama umur manfaat dari
aset tetap tersebut. Penyusutan aset tetap sendiri efektif mulai dihitung semenjak
aset tetap tersebut siap untuk digunakan. Penyusutan terus diakui hingga nilai dari
aset tetap tersebut habis disusutkan atau saat aset tetap tersebut telah
diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual, kecuali metode penyusutan yang
digunakan adalah unit of production method. Besarnya depresiasi atau penyusutan
sendiri dipengaruhi oleh, biaya akuisisi awal, nilai residu, dan usia dari aset tetap
itu sendiri. Umur manfaat aset sendiri dapat ditentukan berdasarkan pertimbangan
perusahaan pemilik berdasarkan pengalamannya dengan aset tetap yang serupa.
Perusahaan dapat memilih metode penyusutan yang akan digunakan dengan
mempertimbangkan pola konsumsi dari aset tetap tersebut. Metode penyusutan
yang biasa digunakan antara lain adalah:
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
11
Universitas Indonesia
1. Metode garis lurus
Metode garis lurus dihitung berdasarkan umur manfaat dari aset itu sendiri
dibandingkan dari penggunaan aktual di setiap tahunnya. Metode ini
menggunakan asumsi bahwa kegunaan aset selalu sama setiap tahunnya.
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑦𝑢𝑠𝑢𝑡𝑎𝑛 =𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 − 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑅𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢
𝑈𝑚𝑢𝑟 𝑀𝑎𝑛𝑓𝑎𝑎𝑡
2. Metode saldo menurun
Metode ini tidak mengasumsikan bahwa kegunaan aset selalu sama setiap
tahunnya. Metode ini menggunakan asumsi bahwa suatu aset lebih
produktif pada umur awal penggunaannya, karena itu besarnya beban
penyusutan akan terus mengalami penurunan di setiap tahun.
Double declining merupakan salah satu metode penyusutan saldo menurun.
Metode ini menggunakan tingkat penyusutan dua kali lebih besar
dibandingkan bila perusahaan menggunakan metode garis lurus. Sehingga,
bila suatu aset memiliki umur manfaat empat tahun, maka tingkat
penyusutan setiap tahunnya dengan metode ini adalah 50% (berbeda dengan
tingkat penyusutan pada metode garis lurus yang menggunakan tingkat
penyusutan sebesar 25%). Metode ini tidak memperhitungkan nilai residu
aset, dan basis perhitungan penyusutannya adalah nilai buku bersih dari aset
tersebut setiap awal tahun.
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑦𝑢𝑠𝑢𝑡𝑎𝑛𝑡 = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐵𝑢𝑘𝑢 𝐴𝑤𝑎𝑙 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛𝑡
𝑈𝑚𝑢𝑟 𝑀𝑎𝑛𝑓𝑎𝑎𝑡 × 2
3. Metode unit produksi
Berbeda dengan metode garis lurus maupun saldo menurun yang
menggunakan umur manfaat aset sebagai dasar dalam penghitungan beban
penyusutan, metode ini menggunakan input (contohnya jumlah jam
penggunaan aset) atau output (contohnya unit yang diproduksi) sebagai
dasar penghitungan beban depresiasi.
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
12
Universitas Indonesia
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝐷𝑒𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖𝑎𝑠𝑖 =𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑁𝑦𝑎𝑡𝑎 (𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 − 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑅𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢)
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖
PSAK 16 (revisi 2011) mengharuskan perusahaan untuk melakukan
pengkajian terkait nilai residu dan umur manfaat dari aset tetap yang dimiliki. Bila
dari hasil pengkajian ulang yang dilakukan terdapat perubahan estimasi, maka
perusahaan harus melakukan perubahan estimasi seperti yang diatur pada PSAK 25
(revisi 2009) terkait Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan
Kesalahan.
2.1.3.4 Penurunan Nilai Aset Tetap
PSAK 48 (revisi 2009): Penurunan Nilai Aset mendefinisikan penurunan
nilai aset sebagai kondisi dimana nilai tercatat dari aset tetap (carrying amount)
lebih besar dari nilai yang dapat terpulihkan (recoverable amount). Bila kondisi
tersebut tercapai, maka perusahaan harus menurunkan nilai tercatat aset tetap
tersebut hingga menyamai nilai yang dapat dipulihkan. Penurunan nilai tersebut
harus diakui sebagai beban pada laporan laba rugi. Perusahaan perlu melakukan
penilaian apakah terdapat indikasi suatu aset tetap akan mengalami penurunan nilai.
Indikasi penurunan nilai tersebut dapat berasal dari informasi internal maupun
eksternal. Informasi internal dapat berupa kerusakan fisik aset tetap atau kinerja
aktual suatu aset tetap ternyata di bawah dari ekspektasi. Sementara itu, informasi
eksternal dapat berupa perubahan signifikan pada nilai pasar, perubahan signifikan
pada teknologi, atau perubahan suku bunga. Terlepas dari adanya indikasi
penurunan nilai, perusahaan perlu melakukan pengujian penurunan nilai minimal
setahun sekali bagi aset tidak berwujud dengan masa manfaat tidak terbatas, aset
tidak berwujud yang belum digunakan, dan goodwill yang berasal dari kombinasi
bisnis.
Pengukuran penurunan nilai sendiri dilakukan dengan membandingkan
nilai buku suatu aset tetap dengan nilai yang dapat dipulihkan. Nilai yang dapat
dipulihkan itu sendiri terbagi menjadi dua, yaitu dipulihkan melalui penjualan aset
atau dipulihkan melalui penggunaan. Nilai dipulihkan melalui penjualan
didapatkan dari jumlah yang dapat dihasilkan dari penjualan suatu aset dikurangi
dengan biaya pelepasan aset. Sementara itu, nilai yang dipulihkan melalui
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
13
Universitas Indonesia
penggunaan didapatkan dari nilai sekarang dari proyeksi arus kas yang dapat
dihasilkan oleh aset bersangkutan. Perusahaan nantinya akan memilih nilai yang
lebih besar dari nilai jual dan nilai pakai tersebut untuk dibandingkan dengan nilai
tercatat aset.
Kerugian yang timbul dari penurunan nilai suatu aset harus diakui di dalam
laporan laba rugi, kecuali aset tersebut diukur pada nilai revaluasian. PSAK 16
(revisi 2011) membolehkan kerugian penurunan nilai aset tetap diakui dalam
pendapatan komprehensif lain, selama jumlah kerugian tidak melebihi surplus yang
timbul dari revaluasi. Penurunan nilai dari aset tetap mengharuskan perusahaan
untuk melakukan penyesuaian pada beban depresiasi yang akan diakui di periode
mendatang.
Kerugian yang diakui atas penurunan nilai aset tetap dapat dipulihkan bila
terdapat perubahan estimasi dari nilai yang dapat dipulihkan. Pemulihan dari
penurunan nilai aset tetap tersebut tidak boleh melebihi nilai tercatat bersih aset
tetap sebelum adanya penurunan nilai yang diakui. Pemulihan rugi penurunan nilai
ini harus dicatat dalam laporan laba rugi, kecuali perusahaan menggunakan model
revaluasi, maka pemulihan harus dicatat sebagai kenaikan revaluasi berdasarkan
PSAK yang mengatur metode revaluasi tersebut.
2.1.4 Penghentian Pengakuan Aset Tetap
Penghentian pengakuan aset tetap dilakukan oleh perusahaan ketika aset
tersebut dilepas atau saat aset tersebut tidak lagi dapat memberikan manfaat
ekonomi di masa depan baik melalui penggunaan maupun melalui pelepasannya.
Penghentian pengakuan aset tetap mengharuskan perusahaan pemilik untuk
mengakui adanya keuntungan atau kerugian yang timbul dari selisih antara jumlah
bersih pelepasan dengan nilai tercatat aset di dalam laporan laba rugi. Keuntungan
dari penghentian pengakuan aset tetap tersebut tidak boleh diklasifikasikan sebagai
pendapatan. Pelepasan dari aset tetap sendiri dapat dilakukan melalui penjualan,
disumbangkan, atau dengan disewakan berdasarkan sewa pembiayaan. Perusahaan
menentukan tanggal pelepasan aset tetap berdasarkan kriteria yang terdapat di
PSAK 23 (revisi 2009) terkait pendapatan bila dijual, atau berdasarkan kriteria yang
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
14
Universitas Indonesia
terdapat pada PSAK 30 (revisi 2011) terkait sewa bila disewakan melalui jual dan
sewa-balik.
2.1.5 Penyajian Aset Tetap
Penyajian aset tetap pada neraca keuangan perusahaan berada di dalam pos
aset, lebih tepatnya pada bagian aset tidak lancar. Nilai dari aset tetap dapat
disajikan secara bersih setelah dikurangi dengan akumulasi penyusutan. Rincian
dari aset tetap secara lebih lanjut disajikan pada catatan laporan keuangan.
Penyajian aset tetap pada neraca:
ASET TIDAK LANCAR
Aset Tetap (net) – Setelah dikurangi
akumulasi penyusutan sebesar Rp. xxx
xxx.xxx.xxx
Beban-beban terkait aset tetap yang diakui pada periode pelaporan, seperti
beban pemeliharaan dan beban depresiasi disajikan dalam bagian laporan laba rugi,
khususnya pada pos beban operasional. Pada bagian laporan laba rugi hanya tertera
nilai dari keseluruhan beban. Sementara itu, rincian dari beban pemeliharaan
maupun depresiasi tersebut secara lebih spesifik dapat disajikan pada catatan
laporan keuangan pada bagian beban langsung, beban administrasi dan umum,
beban penjualan, dan beban lainnya.
2.1.6 Pengungkapan Aset Tetap
Sesuai dengan ketentuan yang tercantum pada PSAK 16 (revisi 2011),
perusahaan perlu mengungkapkan untuk setiap kelompok aset informasi sebagai
berikut:
1. Dasar pengukuran untuk menentukan jumlah tercatat bruto;
2. Metode penyusutan yang digunakan;
3. Umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan;
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
15
Universitas Indonesia
4. Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir
periode;
5. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan
adanya penambahan, reklasifikasi aset sebagai aset dimiliki untuk dijual dan
pelepasan lainnya, akuisisi dengan kombinasi bisnis, peningkatan dan
penurunan akibat revaluasi, penyusutan, rugi penurunan nilai yang diakui
atau dijurnal balik dalam laba rugi sesuai PSAK 48, selisih bersih antara
nilai tukar mata uang fungsional dengan mata uang pelaporan, dsan
perubahan lainnya.
Pada PSAK 16 (revisi 2011) diterangkan beberapa kondisi khusus terkait
aset tetap yang perlu diungkapkan oleh perusahaan pada laporan keuangan, yaitu:
1. Keberadaan dan jumlah restriksi atas hak milik, dan aset tetap yang
digunakan sebagai jaminan untuk liabilitas;
2. Jumlah pengeluaran yang diakui dalam jumlah tercatat aset tetap yang
sedang dalam pembangunan;
3. Jumlah komitmen kontraktual,
2.2 Pengauditan
2.2.1 Definisi Pengauditan
Elder et al. (2009) mendefinisikan audit sebagai suatu proses pengumpulan
bukti dari suatu informasi untuk menentukan kesesuaian antara informasi tersebut
dengan kriteria yang berlaku. Subjek dari kegiatan audit itu sendiri sangat
bermacam-macam, dapat berupa laporan keuangan perusahaan, sistem informasi
perusahaan, dan lain-lain. Berdasarkan Statement on Auditing Standards (SAS) 1,
tujuan audit secara umum adalah memeriksa kewajaran dalam semua hal yang
bersifat material dalam kesesuaiannya dengan prinsip dan standar yang berlaku
umum. Audit sendiri harus dilakukan oleh pihak yang independen dari pihak yang
menghasilkan informasi yang diaudit untuk memastikan informasi dan laporan
yang dibuat oleh auditor sudah objektif. Terkait audit terhadap laporan keuangan,
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
16
Universitas Indonesia
auditor memeriksa kesesuaian antara pelaporan akuntansi yang dilakukan oleh klien
dengan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia, yaitu PSAK.
Salah satu penyebab dari kebutuhan akan adanya laporan audit terhadap
laporan keuangan adalah information risk. Risiko informasi menggambarkan risiko
akan kemungkinan suatu informasi yang dihasilkan tidaklah akurat dengan kondisi
yang sebenarnya, sehingga dapat menjadi acuan yang yang kurang tepat bagi para
pengguna laporan keuangan. Arens et al. (2009) mengemukakan beberapa hal yang
dapat menyebabkan munculnya risiko informasi itu sendiri antara lain:
1. Remoteness of information: Tidak adanya pengawasan langsung dari
pengguna informasi meningkatkan kemungkinan salah saji informasi baik
secara disengaja maupun tidak disengaja.
2. Motif dan bias dari penyusun informasi: Informasi yang dihasilkan memiliki
kemungkinan untuk disajikan secara tidak akurat untuk menguntungkan
pihak yang menyiapkan informasi tersebut.
3. Jumlah data yang terlalu besar: Semakin rumit kegiatan bisnis menyebabkan
jumlah data yang diproses menjadi semakin banyak. Hal ini dapat
meningkatkan kemungkinan salah saji informasi.
4. Jenis transaksi yang rumit: Standar pelaporan yang semakin komprehensif
dapat menyebabkan pelaporan transaksi menjadi semakin rumit, sehingga
ada kemungkinan salah saji yang semakin tinggi.
Melalui pengumpulan dan evaluasi bukti terkait informasi yang dihasilkan,
auditor dapat memberikan keyakinan memadai terkait seberapa sesuai suatu
informasi yang dihasilkan dengan standar yang berlaku. Sehingga, setelah melalui
audit, informasi dari laporan keuangan menjadi lebih dapat diandalkan selama
independensi auditor dapat terjaga selama proses audit berlangsung.
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
17
Universitas Indonesia
2.2.2 Jenis-jenis Audit
Arens et al. (2009) membagi audit menjadi tiga jenis utama, yaitu:
1. Audit Operasional: Subjek dari audit operasional adalah kegiatan
operasional perusahaan. Auditor menilai apakah metode dan prosedur
operasional yang digunakan telah berjalan secara efektif dan efisien demi
mencapai tujuan perusahaan. Berbeda dengan audit laporan keuangan
maupun audit kepatuhan, audit operasional tidak memiliki acuan baku akan
bagaimana suatu proses atau metode harus dijalankan. Sehingga, kriteria
dan rekomendasi yang diberikan oleh auditor dapat menjadi subjektif.
Contoh dari audit operasional adalah menguji sistem informasi sebuah bank
akuntansi dalam memproses transaksi ketika di jam sibuk.
2. Audit Kepatuhan: Audit kepatuhan memastikan apakah klien yang diaudit
telah mengikuti prosedur, aturan, standar, maupun undang-undang yang
dikeluarkan oleh badan yang berwenang. Aturan yang diikuti sendiri dapat
berupa aturan eksternal ataupun aturan yang dibuat oleh perusahaan itu
sendiri. Contoh dari audit kepatuhan adalah peninjauan atas kepatuhan
perusahaan terhadap undang-undang ketenagakerjaan yang dilakukan oleh
ahli hukum.
3. Audit Laporan Keuangan: Audit laporan keuangan menguji apakah laporan
keuangan yang dihasilkan telah sesuai dengan standar dan kriteria yang
berlaku. Auditor mengumpulkan sejumlah bukti untuk menilai apakah
terdapat salah saji yang material pada laporan keuangan yang dihasilkan.
Seiring dengan semakin rumitnya kegiatan bisnis, audit saat ini lebih fokus
pada risiko terkait adanya salah saji tersebut. Dengan mempelajari
lingkungan industri, strategi dan budaya perusahaan, proses bisnis, dan
informasi lainnya terkait klien, auditor dapat menentukan area mana saja
yang memiliki risiko tinggi dan membutuhkan perhatian lebih lanjut ketika
diaudit.
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
18
Universitas Indonesia
2.2.3 Asersi Manajemen
Pernyataan Standar Auditing (PSA) 07 mendefinisikan asersi manajemen
sebagai pernyataan manajemen yang terkandung di dalam komponen laporan
keuangan. Asersi manajemen sangatlah terkait dengan tujuan audit. Prosedur audit
yang dilakukan mencoba untuk menilai kewajaran dari asersi yang disiapkan oleh
manajemen. Karena itu, asersi manajemen menjadi acuan awal dalam menentukan
tujuan audit dan prosedur yang digunakan untuk memastikan asersi manajemen
telah disiapkan secara wajar. Arens et al. (2009) membagi asersi menjadi tiga
kategori utama:
1. Asersi terkait transaksi dan kejadian:
a. Occurence / Keterjadian: transaksi yang dicatat benar-benar terjadi.
b. Completion / Kelengkapan: seluruh transaksi telah disertakan secara
lengkap.
c. Accuracy / Ketepatan: transakti telah dicatat pada nilai yang tepat.
d. Classification / Klasifikasi: transaksi telah dicatat pada akun yang tepat.
e. Cut-Off / Pisah Batas: transaksi telah dicatat pada periode yang tepat.
2. Asersi terkait saldo akun:
a. Existence / Keberadaan: aset, kewajiban, dan ekuitas yang tercantum di
neraca benar-benar ada pada tanggal pelaporan.
b. Completeness / Kelengkapan: seluruh akun yang harusnya tercatat telah
disertakan di dalam laporan keuangan.
c. Valuation & Allocation / Valuasi dan Alokasi: aset, kewajiban, dan
ekuitas telah disajikan pada nilai yang tepat.
d. Rights & Obligations / Hak dan Kewajiban: perusahaan benar-benar
memiliki hak atas aset dan kewajiban atas liabilitas yang diakui.
3. Asersi terkait pengungkapan dan penyajian:
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
19
Universitas Indonesia
a. Occurence and Rights and Obligations / Keterjadian dan Hak dan
Kewajiban: pengungkapan mewakili kejadian yang benar-benar terjadi
dan berhubungan dengan hak dan kewajiban perusahaan.
b. Completeness / Kelengkapan: mengungkapkan seluruh informasi yang
perlu untuk diungkapkan di laporan keuangan.
c. Accuracy & Valuation / Ketepatan dan Valuasi: pengungkapakn
disajikan secara wajar dan pada jumlah yang tepat.
d. Classification & Understandability / Klasifikasi dan Kemudahan untuk
Dipahami: Penungkapan sudah diklasifikasi dengan benar dan mudah
dimengerti.
2.2.4 Hubungan Antara Asersi Manajemen dengan Tujuan Audit
Asersi menjadi acuan utama bagi auditor dalam menentukan tujuan audit
yang ingin dicapai. Tujuan audit secara spesifik dapat dirumuskan dengan meninjau
sudut asersi tertentu, dan dengan mempertimbangkan kondisi khusus dari
perusahaan yang diaudit (PSA 07). Ketika tujuan audit telah dirumuskan secara
spesifik, auditor dapat merancang prosedur audit yang akan dilakukan untuk
mencapai tujuan audit tersebut. Contohnya bila auditor mempertimbangkan asersi
manajemen atas hak dan kewajiban, maka tujuan audit yang ingin dicapai adalah
memastikan bahwa perusahaan memiliki hak secara hukum atas aset tetap yang
tercatat. Kemudian auditor dapat memilih prosedur audit yang akan dijalankan,
seperti memeriksa kelengkapan surat dan kontrak, dan memeriksa faktur dari
pemasok yang telah dibayar.
Arens et al. (2009) membagi tujuan audit menjadi tiga kategori utama, yaitu:
1. Tujuan audit terkait transaksi:
a. Occurence / Keterjadian: memastikan transaksi yang dicatat benar-
benar terjadi selama periode pelaporan.
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
20
Universitas Indonesia
b. Completeness / Kelengkapan: memastikan semua transaksi yang terjadi
pada periode pelaporan telah dimasukkan ke dalam laporan keuangan
periode bersangkutan.
c. Accuracy / Ketepatan: memastikan transaksi telah dicatat dengan jumlah
yang tepat.
d. Posting and Summarization: memastikan transaksi yang telah dicatat
disertakan ke dalam buku besar dan master file.
e. Classification / Klasifikasi: memastikan transaksi sudah dicatat pada
akun yang tepat.
f. Timing / Ketepatan Waktu: memastikan transaksi telah dicatat pada
tanggal yang benar.
2. Tujuan audit terkait saldo:
a. Existence / Keberadaan: memastikan aset, kewajiban, dan ekuitas yang
dilaporkan di laporan keuangan pada akhir tanggal pelaporan benar-
benar ada.
b. Completeness / Kelengkapan: memastikan semua akun yang harus
dilaporkan pada laporan keuangan telah tercatat.
c. Accuracy / Ketepatan: memastikan saldo akun telah disajikan dengan
jumlah yang tepat.
d. Classification / Klasifikasi: nilai pada listing yang disiapkan oleh
penyusun laporan keuangan telah diklasifikasi dengan benar
e. Cutoff / Pisah Batas: transaksi yang terjadi di sekitar tanggal neraca
telah dicatat pada periode yang tepat.
f. Detail Tie-in / Kesesuaian Rincian: memastikan nilai saldo akun sama
dengan nilai yang tertera pada master file terkait, dan bila dijumlahkan
sesuai dengan jumlah pada buku besar.
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
21
Universitas Indonesia
g. Realizable Value / Nilai yang dapat Direalisasikan: saldo akun disajikan
sesuai nilai yang mampu direalisasikan.
h. Rights and Obligations / Hak dan Kewajiban: memastikan perusahaan
memiliki hak atas aset yang diakui dan kewajiban atas liabilitas yang
diakui.
3. Tujuan audit terkait penyajian dan pengungkapan:
a. Occurence and Rights and Obligation / Keterjadian dan Hak dan
Kewajiban: memastikan pengungkapan mewakili kejadian yang benar-
benar terjadi dan berhubungan dengan hak dan kewajiban perusahaan.
b. Completeness / Kelengkapan: memastikan seluruh informasi yang perlu
untuk disajikan telah diungkapkan di laporan keuangan.
c. Accuracy & Valuation / Ketepatan dan Valuasi: memastikan
pengungkapakn disajikan secara wajar dan pada jumlah yang tepat.
d. Classification & Understandability / Klasifikasi dan Kemudahan untuk
Dipahami: memastikan pengungkapan sudah diklasifikasi dengan benar
dan mudah dimengerti.
Menurut Arens et al. (2009), beberapa tujuan audit yang relevan dengan
audit aset tetap antara lain adalah kejadian, kelengkapan, dan ketepatan dan alokasi.
Tujuan audit terkait kejadian sendiri memastikan bahwa pencatatan aset pada
neraca sudah dilakukan dengan benar dan mewakili kondisi fisik aset tetap
perusahaan yang sebenarnya. Kelengkapan memastikan bahwa seluruh aset tetap
yang dimiliki perusahaan telah dicatat pada laporan keuangan. Ketepatan dan
alokasi memastikan aset tetap telah dicatat sesuai biaya perolehan dari aset
bersangkutan, dan juga memastikan penghitungan depresiasi, penurunan nilai, dan
revaluasi telah dihitung dengan benar.
2.2.5 Tahapan Audit
Tahapan audit dibagi ke dalam empat fase utama (Arens et al, 2009), yaitu:
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
22
Universitas Indonesia
1. Merencanakan dan merancang pendekatan audit
Dalam melakukan perencanaan, auditor perlu memiliki pemahaman yang
baik terkait lingkungan bisnis dan industri klien. Dengan pemahaman yang
baik, auditor dapat meliputi risiko yang meliputi klien terkait salah saji
laporan keuangan. Risiko-risiko tersebut nantinya menjadi acuan bagi
auditor dalam merancang program audit secara keseluruhan.
2. Melakukan pengujian atas pengendalian internal dan pengujian substantif
atas transaksi perusahaan.
Pengujian atas pengendalian internal perusahaan dilakukan oleh auditor
untuk menimbang risiko pengendalian terhadap masing-masing tujuan audit
terkait transaksi. Pengujian atas pengendalian biasanya dilakukan dengan
cara:
a. Meminta keterangan kepada karyawan perusahaan klien;
b. Memeriksa dokumen, pencatatan, dan laporan yang disiapkan oleh
klien;
c. Mengamati prosedur dan aktivitas terkait pengendalian internal;
d. Melakukan kembali (reperform) prosedur pengendalian yang dilakukan
oleh klien.
Pengujian substantif atas transaksi dilakukan untuk menentukan apakah
semua tujuan audit terkait transaksi telah terpenuhi atau belum. Bila dari
pengujian tersebut auditor dapat menyimpulkan bahwa seluruh transaksi
telah dicatat dengan benar, maka audit dapat meyakini kewajaran akan nilai
total dari buku besar perusahaan.
3. Melakukan prosedur analitis dan pengujian atas perincian saldo
Prosedur analitis membandingkan antara data yang terdapat di laporan
keuangan dengan ekspektasi yang dimiliki auditor. Prosedur analitis dapat
dilakukan dengan cara menilai kewajaran dari pergerakan mutasi saldo dari
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
23
Universitas Indonesia
periode sebelumnya atau dengan melakukan pengujian melalui rasio
akuntansi. Dengan melakukan prosedur analitis, auditor dapat menentukan
adanya kemungkinan salah saji material pada laporan keuangan.
Selanjutnya, area-area yang menurut auditor memiliki kemungkinan salah
saji material akan diuji lebih lanjut melalui test of detail of balances.
Pengujian atas perincian saldo sendiri lebih fokus terhadap saldo akhir yang
terdapat di buku besar maupun di laporan laba rugi. Contoh dari pengujian
ini dapat berupa mengirim konfirmasi ke bank untuk menguji ketepatan
pencatatan saldo kas/bank.
4. Tahap penyelesaian audit dan menerbitkan laporan audit
Pada tahap ini auditor dapat mengambil kesimpulan dari prosedur dan
pengujian yang telah dilakukan, dan memutuskan opini audit yang akan
diberikan. Setelah auditor menyimpulkan opini audit yang akan diberikan,
auditor perlu membuat laporan audit yang nantinya akan diterbitkan
bersama laporan keuangan yang telah diaudit.
2.2.6 Bukti Audit
Dalam menentukan apakah suatu laporan keuangan telah disajikan secara
wajar dan sesuai dengan kriteria yang berlaku, auditor perlu mengumpulkan
berbagai bukti yang dapat membantunya untuk menyimpulkan suatu opini. Dalam
mencapai tujuan audit tertentu, auditor perlu menentukan jenis dan jumlah dari
bukti audit yang perlu dikumpulkan. Auditor perlu menentukan terlebih dahulu
prosedur audit yang akan digunakan untuk mengetahui bukti apa yang perlu
dikumpulkan. Setelah mengetahui bukti audit yang akan diambil, auditor perlu
menentukan jumlah sampel yang akan diambil. Hal ini perlu dilakukan karena
transaksi dari suatu perusahaan biasanya ada pada jumlah yang besar. Bila sudah
menentukan jumlah sampel yang akan diambil, auditor perlu menentukan kriteria
untuk memilih data yang akan dijadikan sampel.
Arens et al. (2009) menjabarkan setidaknya ada delapan jenis bukti audit
yang dapat auditor kumpulkan melalui prosedur audit yang dijalankan. Auditor
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
24
Universitas Indonesia
dapat mengkombinasikan beberapa bukti audit untuk membantu mereka dalam
membangun kesimpulan terkait pengujian yang dilakukan. Jenis-jenis bukti audit
tersebut antara lain adalah:
1. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik biasa dilakukan auditor untuk memeriksa keberadaan dari
aset berwujud, seperti kas ataupun persediaan. Pemeriksaan fisik biasanya
digunakan untuk mencapai tujuan audit yang berhubungan dengan
keberadaan (existence) dan kelengkapan (completeness). Namun, bukti
audit permeriksaan fisik kurang pantas digunakan untuk mencapai tujuan
audit yang berkaitan dengan hak dan kewajiban, realisasi nilai, dan valuasi.
Pemeriksaan fisik pada aset tetap dilakukan dengan cara stock opname.
Biasanya stock opname dilakukan pada aset yang bernilai cukup signifikan
dari seluruh kelompok aset yang dimiliki perusahaan.
2. Konfirmasi
Konfirmasi merupakan bukti audit yang berupa pernyataan lisan maupun
tulisan dari pihak ketiga. Konfirmasi biasanya dikirim dengan persetujuan
dari perusahaan klien kepada pihak ketiga yang dituju. Konfirmasi dianggap
sebagai salah satu bukti audit yang paling dapat diandalkan karena
merupakan pernyataan dari pihak independen. Umumnya, konfirmasi
dibagi ke dalam dua jenis, yaitu konfirmasi positif dan konfirmasi negatif.
Konfirmasi positif mewajibkan pihak tertuju untuk memberikan respon atas
konfirmasi yang telah dikirim. Bila balasan konfirmasi belum diterima,
auditor akan mengirimkan konfirmasi kedua kepada pihak yang dituju.
Sementara itu, konfirmasi negatif hanya mengharapkan pihak yang dituju
untuk membalas bila informasi yang terdapat di konfirmasi tersebut salah.
3. Dokumentasi
Auditor memeriksa dokumen pendukung yang dimiliki klien untuk
memastikan pencatatan akuntansi telah dilakukan dengan benar. Dalam
menguji ketepatan pencatatan transaksi yang dilakukan klien, auditor
biasanya menggunakan dokumen berupa invoice, purchase order, surat
perintah kerja, cek dan bilyet giro, dokumen pengiriman, polis dan lain-lain.
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
25
Universitas Indonesia
Dokumentasi dianggap sebagai salah satu bukti audit yang paling mudah
dan murah untuk didapatkan, karena dokumen yang diperlukan biasanya
telah tersedia sebagai arsip milik klien. Kegiatan mendokumentasikan
dokumen pendukung ini biasa disebut dengan vouching. Dokumentasi
sering digunakan ketika auditor ingin memeriksa adanya pembelian atau
pelepasan dari aset tetap. Hal tersebut dilakukan dengan cara meminta
payment voucher beserta dokumen pendukung untuk memeriksa pembelian,
dan dengan meminta receiving voucher beserta dokumen pendukung untuk
memeriksa penjualan aset tetap.
4. Prosedur Analitis
Prosedur analitis dilakukan dengan membandingkan dan menghubungkan
data yang tertera pada laporan keuangan yang diaudit dengan data lainnya,
biasanya dibandingkan dengan data keuangan periode sebelumnya dan data
industri. Prosedur ini merupakan salah satu yang paling penting, dan
dijalankan mulai dari tahapan perencanaan hingga tahapan penyelesaian
audit. Prosedur analitis dapat membantu auditor dalam memahami tren dari
industri dan bisnis klien, menilai kemampuan klien untuk going concern,
digunakan sebagai indikasi adanya kemungkinan salah saji pada saldo akun
laporan keuangan, dan menjadi acuan bagi auditor untuk menentukan area
tertentu yang memerlukan pengujian lebih lanjut. Prosedur analitis dapat
dijadikan sebagai langkah awal oleh auditor untuk melihat adanya mutasi
dari nilai aset tetap yang disebabkan adanya pembelian maupun pelepasan
aset tetap yang dilakukan.
5. Keterangan dari klien (inquiry)
Auditor dapat menanyakan langsung kepada klien terkait temuan dari
prosedur audit yang telah dijalankan. Namun, keterangan klien tidak
dianggap sebagai bukti yang konklusif karena berasal dari sumber yang
tidak independen. Karena itu, biasanya auditor memerlukan bukti lain untuk
mendukung pernyataan yang diberikan oleh klien. Auditor biasa meminta
keterangan bila mereka menemukan adanya perbedaan pada nilai yang
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
26
Universitas Indonesia
tercatat pada buku besar atau dengan nilai yang tertera pada daftar aset tetap
yang disediakan.
6. Penghitungan ulang (recalculation)
Auditor dapat melakukan pengecekan atas penghitungan yang dilakukan
oleh klien untuk memastikan penghitungan telah dijalankan dengan benar.
Penghitungan ulang seringkali dilakukan oleh auditor untuk memeriksa
apakah beban depresiasi yang diakui auditor pada periode pelaporan telah
dihitung dengan benar sesuai metode yang digunakan.
7. Reperformance:
Pengujian yang dilakukan oleh auditor untuk memeriksa prosedur dan
pengendalian yang dilakukan oleh klien.
8. Observasi
Auditor dapat melakukan pengamatan langsung untuk menilai dan
mengevaluasi berbagai macam hal, seperti memeriksa bagaimana staff
akuntansi klien dalam menjalankan prosedur akuntansi yang ditugaskan.
Dalam mendukung pengamatan yang dilakukan, auditor biasanya
memerlukan bukti tambahan karena ada kecenderungan klien akan
berperilaku tidak seperti biasanya bila sedang diamati.
Beberapa jenis bukti audit lebih relevan untuk digunakan dalam memeriksa
akun aset tetap. Berdasarkan prosedur audit atas aset tetap yang dipaparkan Arens
et al. (2009), dapat disimpulkan bahwa dokumentasi, penghitungan ulang,
pemeriksaan fisik, dan prosedur analitis merupakan bukti audit yang paling sering
digunakan dalam mengaudit aset tetap. Prosedur analitis merupakan bukti audit
yang paling pertama digunakan untuk melihat adanya indikasi salah saji pada akun-
akun aset tetap. Penghitungan ulang atas biaya perolehan dan penyusutan aset tetap
berdasarkan daftar aset tetap klien dilakukan untuk memastikan pencatatan pada
neraca telah disajikan pada jumlah yang wajar. Dokumentasi terhadap voucher
penerimaan maupun pengeluaran beserta dokumen pendukung digunakan oleh
auditor untuk memeriksa ketepatan nilai, klasifikasi, dan keberadaan dari transaksi
penjualan dan pembelian aset tetap. Pemeriksaan fisik juga digunakan oleh auditor
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
27
Universitas Indonesia
untuk memastikan keberadaan dan kondisi dari aset tetap yang dimiliki oleh
perusahaan.
2.2.7 Materialitas
Definisi materialitas berdasarkan IASB framework:
“Materiality is a screen or filter used to determine whether information is
sufficiently significant to influence the decisions of users in the context of
the entity, rather than as a qualitative characteristic of decision useful
financial information.”
Berdasarkan definisi tersebut, materialitas adalah tingkatan dari salah saji
informasi keuangan yang dapat mempengaruhi atau mengubah penilaian dari
pengguna informasi tersebut. Salah saji yang ditemukan auditor harus disampaikan
kepada klien agar dibuatkan penyesuaian atau perbaikan dari salah saji tersebut.
Bila klien menolak untuk melakukan perbaikan dari salah saji, dan nilainya
melebihi tingkat materialitas, maka auditor dapat tidak memberikan opini audit
wajar tanpa pengecualian.
Besarnya tingkat materialitas dipengaruhi oleh faktor kualitatif dan
kuantitatif. Faktor kuantitatif dapat dihitung oleh auditor berdasarkan acuan
tertentu, seperti total aset maupun total penjualan. Sementara itu, faktor kualitatif
mengandalkan pertimbangan tersendiri dari auditor terkait kondisi yang meliputi
perusahaan yang diaudit. Materialitas sendiri bersifat relatif, dimana tingkat
materialitas tidak akan sama di semua perusahaan.
Selama menjalankan proses audit, auditor dapat melakukan perubahan atas
nilai materialitas yang telah ditentukan. Revisi tersebut dapat dipengaruhi adanya
perubahan pada faktor yang digunakan oleh auditor dalam menentukan nilai
materialitas. Arens et al. (2009) menjelaskan bahwa nilai materialitas harus
dialokasikan untuk segmen-segmen yang terdapat pada akun neraca, agar lebih
memudahkan auditor dalam menentukan kebutuhan atas bukti audit untuk masing-
masing segmen. Dengan alokasi materialitas tersebut, auditor dapat menggunakan
nilai materialitas sebagai acuan untuk menentukan jumlah sampel yang diperlukan
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
28
Universitas Indonesia
dalam melakukan pengujian. Tujuan dari adanya alokasi materialitas tersebut
adalah agar proses audit dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Alokasi
materialitas sangat membutuhkan pertimbangan profesional, karena pada tahap
perencanaan sulit untuk menentukan akun mana saja yang memiliki kemungkinan
salah saji .
Materialitas yang telah dialokasikan pada setiap akun tersebut nantinya akan
digunakan sebagai nilai salah saji yang dapat dibiarkan. Sebagai contoh, bila akun
aset tetap memiliki alokasi materialitas sebesar Rp.100,000,000.- maka selama
salah saji pada akun aset tetap tidak melebihi nilai materialitas tersebut, auditor
dapat berkesimpulan bahwa akun aset tetap telah disajikan secara wajar.
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
29 Universitas Indonesia
BAB 3
PROFIL PERUSAHAAN
3.1 Profil Perusahaan Tempat Magang – KAP Osman Bing Satrio & Eny
Kantor Akuntan Publik Osman Bing Satrio & Eny (OBSE) merupakan
persekutuan terbatas yang berafiliasi dengan Deloitte Touche Tohmatsu. Kantor
akuntan publik ini diawali melalui merger dari tiga kantor akuntan publik dan
kantor konsultan di tahun 1990. Merger tersebut menghasilkan sebuah firma baru
bernama Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM) untuk jasa audit dan Capelle
Surjadinata & Setiawan (CSS) untuk jasa pajak dan konsultasi manajemen. Hingga
saat ini, sudah terjadi pergantian nama KAP hingga empat kali. Pada tahun 2003
KAP HTM berganti nama menjadi KAP HTMH (Hans Tuanakotta Mustofa &
Halim. Pada tahun 2005, berganti nama menjadi KAP Osman Ramli Satrio &
Rekan. Pada tahun 2007, berganti nama menjadi KAP Osman Bing Satrio & Rekan.
Pada tahun 2012, berganti nama menjadi KAP Osman Bing Satrio & Eny.
KAP OBSE saat ini memiliki sebuah kantor pusat di Jakarta dan sebuah
kantor cabang di kota Surabaya. Sampai saat ini, KAP OBSE memiliki sekitar 1000
tenaga profesional dalam menyediakan jasa layanannya. Tidak hanya berfokus pada
peningkatan jumlah klien, KAP OBSE berusaha untuk dapat membantu,
mengembangkan, dan memberi nilai lebih kepada klien dengan memastikan jasa
yang diberikan kepada klien dijalankan oleh profesional yang mumpuni. Nilai-nilai
utama yang berusaha untuk ditanamkan pada setiap personel dari KAP OBSE
adalah:
Integrity
Outstanding value to markets and clients
Commitment to each other
Strength from cultural diversity
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
30
Universitas Indonesia
Hingga saat ini Deloitte Indonesia menyediakan berbagai jasa untuk klien
dari berbagai industri. Jasa yang ditawarkan oleh KAP OBSE, PT Deloitte
Konsultan Indonesia, dan Deloitte Tax Services sebagai representasi Deloitte di
Indonesia antara lain adalah:
Audit and Assurance – Jasa utama yang diberikan divisi ini adalah audit
laporan keuangan akhir tahun. Selain jasa audit akhir tahun tersebut, divisi
ini juga menawarkan jasa audit dengan ruang lingkup tertentu, due
dilligence review, jasa konsolidasi laporan keuangan, dan jasa konsultasi
penggunaan dan aplikasi standar IFRS untuk laporan keuangan perusahaan.
Jasa audit yang diberikan sendiri dibagi ke dalam lima kelompok industri,
yaitu Consumer Business & Transportation (CBT), Financial Services &
Insurances (FSI), Manufacturing, Energy, Resources & Mining (ERM), dan
Technology, Media & Telecomunication (TMT).
Consulting – Divisi ini menawarkan jasa konsultasi manajemen Enterprise
Applications Service, Technology Advisory Services, Human Capital
Services, Strategy & Operations Services, Technology Integration Services
Enterprise Risk Service – Divisi ini menyediakan jasa konsultasi terkait
pengendalian risiko klien. Deloitte menawarkan jasa konsultasi manajemen
risiko bagi semua level perusahaan, dari tingkat organisasi hingga teknis
dan operasional. Jasa yang diberikan bertujuan untuk dapat meningkatkan
kinerja perusahaan melalui optimisasi tata kelola, praktek bisnis, dan
pengendalian. Jasa yang disediakan terbagi atas beberapa kategori yaitu
Control Assurance, Internal Audit, Security Service, Enterprise Risk
Management, Technology Risk & Governance, Data Risk Service dan
Regulatory Compliance,
Financial Advisory – Divisi ini memberikan jasa konsultasi keuangan. Jasa-
jasa yang diberikan antara lain adalah konsultasi merger & acquisition, jasa
valuasi, jasa restrukturisasi, dan jasa forensik audit.
Tax Services – Divisi ini memberikan jasa konsultasi pajak dan kepatuhan
terhadap regulasi pajak yang berlaku. Divisi ini juga memberikan jasa
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
31
Universitas Indonesia
kepatuhan pajak internasional, transaksi transfer pricing,dan transaksi pajak
terkait akuisisi.
3.2 Profil Perusahaan Klien – PT AI
3.2.1 Profil dan Lini Bisnis Perusahaan Induk
Selama program magang berlangsung, penulis ditempatkan pada tim yang
mengaudit PT IP. PT IP bergerak di bidang real estate dan properti. PT IP sudah
berdiri semenjak tahun 1983, dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak
melakukan initial public offering di tahun 1994. Hingga saat ini, perusahaan telah
memiliki beberapa unit bisnis, yaitu:
1. Perhotelan
Saat ini perusahaan memiliki dua hotel yang terletak di kota Jakarta dan
Surabaya. Kedua hotel menyediakan fasilitas pendukung yang cukup
lengkap, seperti penyewaan ruang konferensi, restoran dan bar, serta pusat
kebugaran dan olahraga. Hotel yang terletak di Surabaya saat ini dikelola
oleh anak perusahaan, yaitu PT GRYM. Sementara itu, hotel yang terletak
di Jakarta dikelola oleh anak perusahaan yang bernama PT GH.
2. Apartemen
PT IP memiliki sebuah apartemen di kawasan segitiga emas Jakarta yang
dekat dengan pusat kegiatan bisnis. Saat ini, apartemen dikelola oleh anak
perusahaan, yaitu PT AI. PT AI menyewakan serviced apartment, dimana
setiap unit yang disewakan memiliki fasilitas yang lebih lengkap
dibandingkan dengan hotel biasa, seperti mesin cuci dan dapur. Apartemen
PT AI memiliki empat menara, dimana unit-unit yang terdapat di menara A,
B, dan C diprioritaskan untuk dijual putus kepada pihak ketiga. Sementara
itu, menara D memiliki unit yang secara khusus disediakan untuk disewakan
kepada tennant. Walaupun unit-unit pada menara D diutamakan untuk
disewakan, tidak menutup kemungkinan bahwa unit-unit pada menara
tersebut untuk dijual bila memang ada peminat. Apartemen PT AI juga
dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung, seperti kolam renang,
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
32
Universitas Indonesia
taman bermain, supermarket, taman kanak-kanak, pusat kebugaran, dan
sauna.
Pendapatan PT AI, selain berasal dari penjualan dan penyewaan unit
apartemen, juga berasal dari jasa pemeliharaan atas pengelolaan dari
apartemen yang dimiliki oleh pihak ketiga. PT AI mengenakan biaya atas
jasa pembayaran listrik, air, telepon, dan lain-lain kepada pemegang unit
apartemen di menara A, B, C.
3. Gedung Perkantoran
PT IP juga memiliki unit bisnis yang fokus pada penyewaan lahan
perkantoran yang saat ini dikelola oleh anak perusahaan, yaitu PT Pales.
Gedung perkantoran PT Pales terletak di area perkantoran di Sudirman, dan
sudah mulai beroperasi sejak tahun 1979.
4. Pusat Perbelanjaan
PT IP saat ini memiliki dua pusat perbelanjaan yang terletak di kota Jakarta
dan Bandung. Kedua pusat perbelanjaan tersebut sudah beroperasi cukup
lama. Pusat perbelanjaan yang terletak di Jakarta sudah beroperasi sejak
tahun 1992, dan yang terletak di Bandung telah beroperasi sejak tahun 1983.
Pengelolaan pusat perbelanjaan yang terletak di Jakarta saat ini dipegang
oleh PT LL, sementara itu pusat perbelanjaan yang terletak di Bandung
dikelola oleh PT AS.
5. Perumahan/Real Estate
Salah satu anak perusahaan PT IP, yaitu PT GRA, mengelola lini bisnis
yang bergerak pada pengembangan perumahan. Perumahan yang
dikembangkan PT GRA terletak di daerah Tangerang. Konsep perumahan
yang dikembangkan PT GRA adalah perumahan sederhana yang ditujukan
bagi karyawan pabrik yang bekerja di daerah Tangerang. PT IP sendiri
berencana untuk membangun area perumahan baru yang akan
dikembangkan oleh anak perusahaan, PT PARA, dan pada saat ini sudah
masuk pada tahap pra-operasi.
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
33
Universitas Indonesia
3.2.2 Struktur Kepemilikan atas Entitas Anak pada IP Group
PT IP sebagai perusahaan induk menguasai 99,59% saham PT AI secara
langsung. Sebesar 0,41% kepemilikan dari PT AI dikuasai oleh PT LL yang juga
merupakan anak perusahaan dari PT AI. Pada tahun 2012, PT AI mengakuisisi
sebesar 99,98% kepemilikan atas PT GRA yang dulunya dimiliki secara mayoritas
oleh PT IP. Struktur kepemilikan atas PT AI dapat dilihat pada gambar 3.1.
Gambar 3.1 Struktur Kepemilikan atas PT AI
PT LL
PT GRA
PT IP
PT AI
99,59%
0,41%
99,998%
99,98%
0,02%
Sumber: Laporan Keuangan PT IP 2013 (diolah kembali)
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
34
Universitas Indonesia
3.2.3 Struktur Organisasi PT AI
Gambar 3.2 Struktur Organisasi PT AI
Sumber: Kertas Kerja Audit (Diolah Kembali)
General
Manager
Company
Head
Company
Head
Secretary
Hotel &
Residential
Coordinator
Engineering
Spv
Staff
Service &
Leasing
Manager
Engineering
Ass
Manager
Tennant
Relation Spv
Staff
Housekeeping
Spv
Outsourcing
Tennant
Relation Ass
Manager
HK Asst
Manager
Sales
Executive
Administration &
Reservation Spv
Staff
Legal
Manager
Marketing
Manager
Marketing
Ass
Manager
Credit
Manager
Finance
Spv
Finance
Staff
Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT AI
Purchasing
Staff
HR
Supervisor
HR & GA
Manager
Staff
Acct Spv
Staff
Store Spv
Staff IS Staff
Fin & Acc
Manager
Ass
Finance
Manager
Ass Acct
Manager
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
35 Universitas Indonesia
BAB 4
PEMBAHASAN DAN ANALISIS
4.1 Kebijakan Akuntansi dan Siklus atas Aset Tetap PT AI
PT AI menjalankan kebijakan akuntansi yang mengacu pada standar
akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia, yaitu PSAK. Laporan keuangan
perusahaan disajikan dalam mata uang Rupiah. Perusahaan menggunakan basis
pencatatan akrual dalam melakukan pencatatan transaksi yang dilakukan.
Terkait pencatatan aset tetap, acuan yang digunakan adalah PSAK no. 16
(revisi 2011). Perusahaan melakukan pencatatan aset tetapnya dengan
menggunakan metode biaya historis (model biaya), sehingga tidak melakukan
revaluasi atas nilai aset tetap. Perusahaan menetapkan klasifikasi aset tetap ke
dalam beberapa kategori untuk menentukan umur manfaat dari masing-masing aset
tetap. Dalam menghitung aset tetap, perusahaan menggunakan metode garis lurus
terhadap semua asetnya. Perusahaan tidak menggunakan nilai residu dalam
melakukan penghitungan beban penyusutan aset tetap. Beban terkait aset tetap yang
dikeluarkan selama periode berjalan merupakan beban depresiasi dan beban
pemeliharaan aset tetap. Untuk kepentingan penyajian, beban depresiasi dan
pemeliharaan tersebut diklasifikasikan ke dalam beban produksi dan beban
operasional (beban penjualan dan beban administrasi dan umum) pada catatan
laporan keuangan. Kebijakan akuntansi atas aset tetap secara lebih lengkap dapat
dilihat pada lampiran 2.
Dalam pencatatan akuntansinya, PT AI menggunakan aplikasi Synergi.
Perangkat lunak yang digunakan dibeli pada tahun 2001 tanpa banyak modifikasi
yang dilakukan. Aplikasi akuntansi yang digunakan masih belum menggunakan
konsep enterprise resource plannning (ERP) yang menggunakan aplikasi perangkat
lunak yang terintegrasi.
Pada tahap perencanaan, tim audit mencoba memahami setiap siklus dari
operasi bisnis klien. Tim audit meminta keterangan langsung kepada klien terkait
siklus-siklus bisnis yang dijalani, yaitu siklus pelaporan keuangan, siklus
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
36
Universitas Indonesia
pembelian dan pengeluaran kas, siklus aset tetap, siklus persediaan, siklus
penggajian, dan siklus pendapatan dan penerimaan kas. Semua keterangan terkait
siklus-siklus tersebut didokumentasikan oleh auditor pada kertas kerja terkait
pemahaman proses bisnis klien.
Berdasarkan keterangan yang diberikan klien, siklus aset tetap sendiri terdiri
dari lima proses utama, yaitu pembelian aset tetap, pemeliharaan daftar aset tetap,
penghitungan depresiasi, dan penjualan aset tetap. Pembahasan terkait masing-
masing proses akan dibahas lebih lanjut.
4.1.1 Pembelian Aset Tetap
Proses pembelian aset tetap yang dijalankan klien tidak memiliki perbedaan
dengan pembelian barang-barang selain aset tetap. Proses ini dimulai dari adanya
permintaan dari departemen tertentu terhadap suatu aset. Permintaan tersebut harus
dibuat dalam pernyataan tertulis dengan menggunakan requisition form (RF).
Sebelum diproses lebih lanjut, RF tersebut harus mendapat persetujuan dari kepala
masing-masing departemen yang mengajukan permintaan. Dokumen RF tersebut
nantinya perlu untuk dibuat rangkap empat, untuk diberikan kepada bagian
akuntansi, pembelian, storekeeper, dan requestor.
Sebelum pembelian dilakukan, requestor perlu membawa RF yang diisi ke
gudang untuk memeriksa ketersediaan aset tetap yang diperlukan, karena ada
kemungkinan bahwa aset tetap yang dibutuhkan ternyata masih tersedia di gudang
dan tidak diperlukan pembelian lagi. Bila aset yang diminta masih tersedia di
gudang, maka bagian gudang akan memberikan persetujuan pada dokumen RF dan
memberikan barang yang diminta oleh requestor. Bila barang yang diminta tidak
tersedia di gudang, maka bagian gudang akan membuat purchase requisition form
(PRF), yang nantinya akan dibuat rangkap tiga untuk bagian akuntansi, pembelian
dan gudang. Dokumen PRF yang asli akan diproses lebih lanjut setelah menerima
persetujuan dari kepala departemen yang mengajukan permintaan dan kepala
departemen keuangan. Setelah mendapatkan persetujuan yang diwajibkan, bagian
pembelian akan mencari pemasok dari barang yang akan dibeli. Bagian pembelian
akan mengumpulkan setidaknya data dari tiga pemasok untuk membandingkan
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
37
Universitas Indonesia
tawaran yang diberikan. Pemilihan pemasok sepenuhnya merupakan wewenang
dari direktur perusahaan. Biasanya, pertimbangan dalam pembelian tersebut
didasarkan dari harga penawaran yang paling rendah. Selanjutnya, bagian
pembelian akan membuat purchase order (PO) yang akan diberikan kepada bagian
finance. Dokumen PO ini nantinya akan dibuat rangkap tiga untuk diberikan kepada
pemasok, bagian akuntansi, bagian pembelian, dan gudang.
Ketika barang tersebut telah sampai di gudang, orang yang menerima akan
mencocokkan dokumen PO, PRF, surat jalan, dan barang yang telah diterima, untuk
memastikan barang yang diterima sudah sesuai dengan pesanan. Selanjutnya,
bagian gudang akan membuat receiving report yang akan diberikan ke bagian
pembelian, dengan rangkap yang akan diberikan ke bagian keuangan dan akuntansi.
Dokumen penerimaan barang tersebut akan dijadikan acuan oleh bagian akuntansi
dalam pencatatan terkait barang yang dibeli. Pencatatan yang dilakukan sesuai
dengan nilai yang tertera pada invoice dari pemasok.
Jurnal yang dicatat setelah penerimaan barang:
Aset Tetap xxx
A/P Supplier xxx
Selanjutnya, bagian pembelian akan menerima tagihan dari pemasok.
Bagian pembelian akan mencocokkan invoice yang diterima dengan faktur pajak,
kuitansi, dan dokumen PO. Bagian pembelian juga harus memastikan dokumen-
dokumen tersebut sudah diotorisasi oleh pihak yang berwenang. Bila dokumen dan
otorisasi yang diperlukan telah lengkap, bagian pembelian akan memberikan
dokumen tersebut kepada kasir agar pembayaran dapat diproses. Bagian kasir
nantinya akan menyiapkan payment voucher, bilyet giro atau cek, dan slip setoran.
Voucher dan cek atau giro yang disiapkan akan dikaji dan harus mendapatkan
persetujuan dari bagian keuangan dan direktur perusahaan. Setelah mendapatkan
persetujuan, pembayaran akan diproses oleh kasir. Dokumen rangkap yang diterima
oleh bagian keuangan nantinya akan diberikan kepada bagian akuntansi untuk
dijadikan acuan dalam pencatatan.
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
38
Universitas Indonesia
Jurnal yang dicatat setelah pembayaran diproses:
A/P Supplier xxx
Bank xxx
Atas aset tetap berupa bangunan apartemen yang dimiliki untuk disewakan
tidak diklasifikasikan sebagai properti investasi. Hal ini dilakukan berdasarkan
pertimbangan bahwa penerimaan atas rental tidak dapat berjalan tanpa adanya
fasilitas penunjang dan tidak terjadi pemindahan tanggung jawab ketika suatu unit
apartemen disewa oleh pihak luar. Tidak adanya pemindahan tanggung jawab
kepada penyewa mengharuskan PT AI untuk tetap bertanggung jawab atas biaya
pengelolaan dan pemeliharaan bangunan. Kondisi ini tidak memenuhi syarat
properti investasi berdasarkan PSAK 13 yang mengharuskan adanya independence
of generation of cash flow untuk suatu aset tetap agar dapat diklasifikasikan sebagai
properti investasi. Karena itu, aset bangunan masih diklasifikasi sebagai aset tetap
yang diatur oleh PSAK 16 (revisi 2011).
4.1.2 Pemeliharaan Daftar Aset Tetap
Daftar aset tetap perusahaan selalu di-update oleh bagian akuntansi ketika
ada penambahan atau pelepasan aset tetap. PT AI tidak menetapkan nilai
materialistis minimum untuk pengeluaran yang dapat dikapitalisasi sebagai aset.
Pengeluaran yang dapat diakui sebagai aset tetap didasarkan lewat pertimbangan
dari masa manfaat dari aset yang dibeli, bila masa manfaat melebihi satu tahun
maka pengeluaran tersebut dapat dikapitalisasi sebagai aset. Penambahan dan
pelepasan aset tetap tersebut harus mendapatkan persetujuan dari bagian keuangan
dan Property Manager. Berbeda dengan pembelian aset tetap lain, untuk pembelian
kendaraan membutuhkan persetujuan dari direktur, dan general manager.
Perusahaan jarang melakukan pemeriksaan fisik dari aset tetap perusahaan,
dikarenakan jumlah aset tetap yang begitu banyak dan terletak di kamar-kamar yang
ditempati oleh tennant.
Dalam melakukan input ke daftar aset tetap, bagian akuntansi mencatat nilai
aset tetap berdasarkan harga perolehan yang dikeluarkan untuk mendapatkan dan
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
39
Universitas Indonesia
mengkondisikan aset tetap tersebut seusai dengan kebutuhan perusahaan. Selain
harga perolehan, daftar aset tetap harus berisi deskripsi aset tetap, bulan dan tahun
pembelian, tipe klasifikasi aset tetap, masa manfaat, jumlah, depresiasi per bulan,
dan nilai buku bersih. Daftar aset tetap dibuat berdasarkan lokasi dari aset tetap
bersangkutan, yaitu bagian pemasaran, ruang serba guna, housekeeping dan
meeting room, dan serviced apartment .
4.1.3 Penghitungan Depresiasi
Penghitungan depresiasi aset tetap dilakukan oleh salah satu personel dari
departemen akuntansi setiap bulannya. Penghitungan depresiasi yang dilakukan
menggunakan metode garis lurus (straight line) untuk semua jenis aset. Perhitungan
yang dilakukan akan diperiksa oleh manajer departemen Finance & Accounting.
Setelah mendapat persetujuan, bagian akuntansi akan menyiapkan journal voucher
untuk mencatat beban depresiasi pada bulan bersangkutan ke dalam buku besar dan
akan diinput ke dalam daftar aset tetap. Perusahaan melakukan pengkajian ulang
secara periodik untuk melihat adanya perubahan pada umur manfaat dan nilai residu
dari aset tetap yang dimiliki.
Dalam menentukan masa manfaat dari suatu aset tetap, PT AI menggunakan
tarif sesuai dengan peraturan pajak. Tarif depresiasi berdasarkan peraturan pajak
dibagi atas aset bangunan dan non-bangunan. Aset tetap berupa bangunan dibagi
atas permanen dan non-permanen. Sementara itu, untuk aset tetap non-bangunan
dibagi ke dalam 4 kategori masa manfaat. Dalam menentukan kategori tersebut,
secara lebih rinci dijelaskan pada PMK No. 96/PMK.03/2009 terkait jenis-jenis
harta yang termasuk dalam kelompok harta berwujud bukan bangunan untuk
keperluan penyusutan. Penggunaan tarif sesuai dengan peraturan pajak digunakan
dengan maksud untuk mengurangi kemungkinan timbulnya temporary difference
ketika melakukan penghitungan pajak badan. Berikut merupakan masa manfaat dari
berbagai kategori aset tetap berdasarkan peraturan pajak:
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
40
Universitas Indonesia
4.1.4 Penjualan Aset Tetap
Setiap aset tetap yang akan dijual harus mendapatkan persetujuan dari
Property Manager. Aset yang akan dijual akan diserahkan terlebih dahulu ke
bagian gudang dan akan diambil alih oleh pihak koperasi karyawan. Pihak koperasi
akan menegosiasi harga kepada pembeli pihak ketiga atau pengumpul barang bekas.
Selanjutnya, kepala koperasi akan mengajukan harga penawaran dari pihak ketiga
tersebut kepada manajer keuangan dan akuntansi untuk memastikan harganya
sesuai dengan perhitungan bagian akuntansi.
Setelah mendapatkan persetujuan harga dari bagian akuntansi, barang
tersebut akan ditawarkan terlebih dahulu kepada karyawan perusahaan dengan
harga jual yang telah disetujui. Bila tidak ada karyawan yang berminat, barang
tersebut baru akan dijual kepada pihak ketiga. Invoice dari penjualan barang
tersebut akan diproses setelah ada pembeli yang siap membayarkan barang tersebut
sesuai dengan harga yang telah disetujui. Setelah penjualan dilakukan, perusahaan
akan mengakui rugi atau laba atas penjualan aset tetap tersebut dengan
membandingkan harga jual dengan nilai buku bersih dari aset yang dijual.
4.1.5 Analisis Kebijakan Akuntansi Aset Tetap PT AI
Pada analisis ini penulis akan membandingkan kebijakan akuntansi yang
dijalankan oleh PT AI terkait aset tetap dengan standar akuntansi yang berlaku,
yaitu PSAK 16 (revisi 2011). Analisis akan dilakukan mulai dari tahap pengakuan
aset tetap, pengukuran setelah pengukuran, depresiasi aset tetap, penghentian
pengakuan aset tetap, penyajian aset tetap, dan pengungkapan aset tetap.
Tabel 4.1 Tarif Beban Depresiasi PT AI
Kelompok Harta Masa Manfaat Tarif Penyusutan
(Metode Garis Lurus)
Bukan Bangunan
Kelompok I 4 Tahun 25%
Kelompok II 8 Tahun 12,5%
Kelompok III 16 Tahun 6,25%
Kelompok IV 20 Tahun 5%
Bangunan
Permanen 20 Tahun 5%
Tidak Permanen 10 Tahun 10%
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
41
Universitas Indonesia
1. Pengakuan Aset Tetap
Pengakuan suatu aset sebagai aset tetap oleh PT AI sendiri dilakukan ketika
suatu aset yang dibeli untuk digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan dan
dalam jangka waktu lebih dari satu tahun. Bagi aset berupa bangunan, diakui
sebagai aset tetap bagi bangunan untuk disewakan dan diakui sebagai persediaan
bagi bangunan yang dijual. Terkait besarnya nilai aset tetap yang dicatat, sesuai
dengan kebijakan yang diterapkan, pengakuan aset tetap dicatat sebesar biaya
perolehan yang dikeluarkan untuk mengkondisikan aset tetap sesuai dengan
kebutuhan PT AI. Biaya perolehan tersebut meliputi biaya yang dapat diatribusikan
langsung, seperti biaya pengiriman, biaya instalasi, dan biaya imbalan kerja.
Kebijakan pengakuan yang diterapkan sudah sesuai dengan PSAK 16 (revisi 2011).
2. Pengukuran Setelah Pengakuan Awal
Dalam melakukan pengukuran setelah pengakuan awal, PT AI memilih
untuk menggunakan metode biaya historis. Model biaya mengharuskan perusahaan
untuk mencantumkan nilai aset tetap berdasarkan biaya perolehannya dikurangi
dengan akumulasi depresiasi dan amortisasi hingga tanggal neraca tersebut, Dengan
menggunakan metode biaya, PT AI tidak perlu melakukan revaluasi nilai aset tetap
berdasarkan nilai wajar aset tetap. Metode pengukuran yang dipilih PT AI sudah
sesuai dengan peraturan pengukuran setelah pengakuan awal aset tetap yang diatur
pada PSAK 16 (revisi 2011), yang membolehkan perusahaan untuk melakukan
pengukuran aset tetap menggunakan model biaya maupun model revaluasi.
Kebijakan perusahaan terkait depresiasi aset tetap juga sudah sesuai dengan
peraturan PSAK 16 (revisi 2011). PT AI memilih untuk menggunakan metode garis
lurus bagi semua aset tetap yang dimiliki dalam menghitung beban depresiasi di
setiap periode. Penggunaan metode garis lurus menyebabkan perusahaan selalu
mengakui adanya penyusutan yang besarannya selalu sama di setiap periode
terlepas dari tingkat penggunaan aset tersebut. Perusahaan memilih untuk tidak
menggunakan nilai residu bagi semua aset tetap, dengan tujuan untuk memudahkan
perhitungan dan dikarenakan besarnya nilai residu dianggap tidak signifikan.
Dalam penentuan masa manfaat aset tetap, PT AI memilih untuk menggunakan tarif
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
42
Universitas Indonesia
yang diberlakukan oleh PMK No. 96/PMK.03/2009 sesuai dengan perhitungan
depresiasi berdasarkan pajak. PT AI menganggap tarif yang diberlakukan peraturan
pajak sudah cukup sesuai dengan penggunaan aset tetap yang dimiliki. Pengakuan
beban depresiasi selalu dicatat di laporan laba rugi, sesuai dengan yang diatur pada
PSAK 16 (revisi 2011). PT AI juga melakukan pengkajian ulang secara periodik
untuk melihat adanya perubahaan dari umur manfaat dan nilai residu dari aset tetap
yang dimiliki. Namun, terkait pengkajian secara periodik ini hanya sebatas
keterangan yang diberikan manajemen. Tidak ada bukti nyata yang menyatakan
adanya proses pengkajian yang dilakukan.
3. Pemberhentian Pengakuan Aset Tetap
Pemberhentian pengakuan aset tetap dilakukan PT AI ketika suatu aset tetap
telah dijual ke pihak luar. Berdasarkan PSAK 16 (revisi 2011), pemberhentian
pengakuan aset tetap dapat dilakukan bila terjadi pelepasan atau ketika suatu aset
tetap tidak dapat memberikan manfaat ekonomis. Pelepasan itu sendiri dapat
dilakukan melalui penjualan, disumbangkan, atau disewakan melalui sewa
pembiayaan. Perusahaan lebih memilih untuk menjual aset tetap ke pihak luar
ketika mereka memutuskan untuk melepas aset tetap. Keuntungan atau kerugian
yang timbul dari penjualan aset tetap tersebut diakui dalam laporan laba rugi
perusahaan.
4. Penyajian Aset Tetap
PT AI menyajikan nilai aset tetap secara keseluruhan pada neraca keuangan
perusahaan dengan nilai bersih setelah dikurangi dari akumulasi depresiasi hingga
tanggal neraca pada 31 Desember 2013. Rincian dari aset tetap tersebut secara lebih
lanjut dijelaskan pada catatan laporan keuangan. Beban terkait aset tetap disajikan
pada laporan laba rugi perusahaan, yang rinciannya terdapat pada catatan laporan
keuangan. Pada rincian tersebut beban depresiasi dan beban pemeliharaan
diatribusikan dalam beban langsung, beban administrasi dan umum, dan beban
penjualan. Penyajian aset tetap PT AI sudah sesuai dengan standar yang berlaku.
Secara lebih lanjut, penyajian atas aset tetap dan beban terkait dapat dilihat pada
lampiran 1.
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
43
Universitas Indonesia
5. Pengungkapan Aset Tetap
Pada laporan keuangan PT AI, sudah terdapat informasi terkait:
a. Dasar pengukuran dalam menentukan nilai bruto yang tercatat
b. Metode depresiasi yang digunakan
c. Umur manfaat dan tarif depresiasi dari masing-masing kelompok aset
tetap
d. Jumlah tercatat bruto serta akumulasi depresiasi pada awal dan akhir
tahun berjalan
e. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode
PSAK 16 (revisi 2011) juga mengharuskan perusahaan untuk
mengungkapkan kondisi khusus terkait aset tetap, seperti adanya aset yang
dijaminkan, atau adanya restriksi atas hak penggunaan aset tetap. Pada tahun 2013,
tidak ada aset tetap PT AI yang dijadikan jaminan atas hutang. PT AI juga saat ini
tidak memiliki aset dalam pembangunan dan aset yang dijadikan sebagai komitmen
kontraktual. Karena itu, tidak diperlukan pengungkapan atas informasi tersebut.
Pengungkapan yang dilakukan PT AI telah sesuai dengan PSAK 16 (revisi 2011).
Pengungkapan terkait aset tetap dapat dilihat pada lampiran 2.
4.2 Pelaksanaan Audit atas Aset Tetap PT AI
Selama menjalankan kegiatan magang, penulis bergabung dengan sebuah
tim yang mendapatkan tugas untuk melaksanakan audit atas laporan keuangan grup
PT IP untuk periode 31 Desember 2013. Tim audit grup PT IP terdiri dari seorang
manager, seorang assistant manager, dua orang associate 2, dan dua orang trainee.
Selama kegiatan magang sendiri, penulis lebih banyak mengerjakan prosedur audit
lapangan. Pelaksanaan audit yang dijalankan KAP OBSE mengacu pada Deloitte
Audit Approach Manual (DAAM) yang digunakan oleh seluruh kantor afiliasi dari
Deloitte Touche Tohmatsu.
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
44
Universitas Indonesia
4.2.1 Penerimaan Klien
Tahapan pertama dari pelaksanaan audit dimulai dengan proses penerimaan
klien. Pengambilan keputusan terkait penerimaan klien dibuat berdasarkan
penilaian atas risiko yang akan timbul bila kerja sama dengan klien terjalin. Dalam
menentukan risiko meliputi suatu klien, auditor perlu melakukan pemahaman
mendalam terhadap kondisi dan lingkungan bisnis perusahaan. Pemahaman
tersebut didapatkan melalui keterangan yang diberikan langsung oleh klien, pihak
ketiga seperti kuasa hukum, dan berdasarkan pengalaman dari auditor pada periode
sebelumnya. Berikut adalah beberapa masalah menurut DAAM yang perlu
ditanyakan kepada klien untuk membantu tim audit dalam menilai risiko
perusahaan:
1. Karakteristik dan Integritas Manajemen: auditor akan menanyakan apakah
adanya pengaruh dari bagian atas manajemen terkait filosofi, karakteristik,
dan gaya operasional pada perusahaan secara keseluruhan.
Berdasarkan keterangan yang diberikan general manager perusahaan, tidak
ada pengaruh negatif atas karakteristik dan integritas manajemen atas dalam
menjalankan bisnis. Manajemen terdiri dari personel yang sudah bekerja di
perusahaan dalam waktu yang lama dan sangat memahami operasional
perusahaan.
2. Struktur organisasi: Beberapa contoh dari kondisi struktur yang dapat
meningkatkan risiko klien adalah alokasi tugas dan tanggung jawab yang
tidak jelas dan ketika perusahaan baru menjalankan ekspansi besar-besaran.
Struktur perusahaan tergolong tidak rumit dan sesuai dengan bisnis yang
dijalani. Penerapan rantai komando dan alokasi tanggung jawab telah
dijalankan dengan baik.
3. Sifat bisnis: Beberapa contoh kondisi yang mampu meningkatkan risiko
perusahaan adalah perusahaan memiliki siklus operasional yang panjang
dan menggunakan strategi pembiayaan yang kompleks dan inovatif.
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
45
Universitas Indonesia
Perusahaan klien beroperasi pada penjualan dan sewa apartemen.
Perusahaan tidak memiliki key customer, sehingga sumber pendapatan tidak
bergantung pada suatu pihak. Perusahaan juga tidak menggunakan estimasi
dan strategi pembiayaan yang rumit.
4. Lingkungan Bisnis: Auditor melakukan penilaian atas keterangan yang
diberikan klien terkait faktor eksternal yang dapat mempengaruhi risiko
bisnis perusahaan.
Berdasarkan keterangan yang diberikan klien, tidak ada faktor-faktor
eksternal yang secara signifikan dapat mempengaruhi kegiatan operasional
perusahaan. Tim audit juga melakukan konfirmasi dengan kuasa hukum
perusahaan dan melakukan penilaian berdasarkan pengalaman dari audit
periode sebelumnya.
5. Kinerja keuangan: risiko perusahaan dapat meningkat bila perusahaan klien
mendapatkan tekanan besar untuk mencapai target kinerja keuangan
tertentu. Beberapa kondisi yang mampu meningkatkan tekanan tersebut
antara lain adalah ketika kompensasi manajemen bergantung pada kinerja
keuangan perusahaan.
Berdasarkan keterangan yang diberikan general manager perusahaan, tidak
ada faktor-faktor yang memberikan tekanan kepada pihak manajemen untuk
memanipulasi laba untuk mencapai target keuangan tertentu. Manajemen
juga menjelaskan bahwa perusahaan beroperasi secara stabil karena tidak
ada ekspansi atau akuisisi yang dilakukan.
6. Hubungan bisnis dengan pihak afiliasi: auditor perlu memiliki pemahaman
memadai terkait sifat transaksi dan hubungan bisnis dengan pihak afiliasi.
Manajemen menerangkan bahwa segala transaksi dengan pihak afiliasi
selalu dilengkapi dengan dokumen pendukung. Manajemen juga berusaha
terbuka kepada auditor bila ada pertanyaan seputar transaksi dengan pihak
afiliasi.
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
46
Universitas Indonesia
7. Pengalaman dari audit periode sebelumnya: risiko audit akan lebih besar
bila audit baru dijalankan pertama kali. PT AI sendiri sudah menjadi klien
KAP OBSE dalam beberapa tahun terakhir. Selama menjadi klien KAP
OBSE, manajemen PT AI bersikap sangat kooperatif, terutama dalam
memberikan dokumen dan data pendukung yang diperlukan dalam
menjalankan prosedur audit.
8. Risiko penyelewengan: auditor perlu memahami adanya faktor-faktor yang
dapat meningkatkan kemungkinan adanya salah saji laporan keuangan yang
disengaja. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah tekanan dari pihak
ketiga maupun dari dalam perusahaan untuk mencapai target kinerja
keuangan tertentu dan sifat dari industri ataupun operasional perusahaan
yang memungkinkan adanya peluang untuk melakukan penyelewengan.
Setelah mendapatkan keterangan klien, auditor perlu merumuskan risiko
signifikan yang meliputi klien tersebut. Pada kasus PT AI, tim audit merumuskan
risiko signifikan yang meliput klien adalah risiko terkait pengakuan pendapatan dan
risiko terkait pelanggaran terhadap pengendalian internal untuk mencapai tujuan
tertentu. Risiko signifikan yang telah ditentukan tersebut nantinya perlu
dihubungkan dengan suatu saldo akun, kelompok transaksi tertentu, pengungkapan
tertentu, atau risiko yang berhubungan dengan laporan keuangan secara
keseluruhan. Risiko signifikan yang telah ditentukan nantinya akan diuji dengan uji
pengendalian internal (test of control).
4.2.2 Pembuatan Engagement Letter dan Pembentukan Tim
Setelah memutuskan untuk menerima klien, partner akan menyiapkan
engagement letter sebagai pernyataan tertulis mengenai tujuan audit, ruang lingkup
audit, dan tanggung jawab dari kedua belah pihak. Tentunya isi dari engagement
letter harus sudah disetujui oleh kedua belah pihak.
Langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah pembentukan tim yang
akan menjalankan proses audit. Anggota tim diharuskan memiliki kemampuan dan
kapabilitas sesuai kriteria yang ditetapkan oleh kebijakan KAP OBSE, standar
profesional, dan hukum yang berlaku. KAP juga memberlakukan kebijakan bahwa
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
47
Universitas Indonesia
harus ada rotasi engagement partner. Engagement partner hanya boleh memimpin
tim audit suatu klien dalam dua periode, selanjutnya akan digantikan oleh partner
yang lain.
Tim yang dibentuk untuk mengaudit grup PT IP cenderung tidak besar,
karena klien masih dianggap belum beroperasi dalam skala besar dan menjalankan
proses bisnis yang rumit. Tim audit grup PT IP sendiri terdiri dari seorang manajer,
seorang asisten manajer, dua orang associate 2, dan dua orang trainee. KAP juga
memutuskan untuk tidak menggunakan jasa IT specialist saat mengaudit PT IP,
dikarenakan sistem komputer dan aplikasi yang digunakan perusahaan masih sangat
sederhana dan belum terintegrasi.
4.2.3 Penetapan Materialitas
Dalam merancang strategi audit secara keseluruhan, tim audit perlu
menentukan tingkat materialitas yang akan digunakan. KAP OBSE memiliki tiga
jenis materialitas, yaitu Materiality (M), Performance Materiality (PM), Clearly
Trivial Misstatement (CTM). Ketiga jenis materialitas tersebut memiliki maksud
yang berbeda. M merupakan total salah saji yang dapat diterima dari suatu laporan
keuangan. PM merupakan salah saji yang dapat diterima dari suatu kelompok akun.
CTM merupakan salah saji yang dapat diterima dari suatu akun yang terdiri dalam
kelompok akun.
Penentuan materialitas sangatlah bergantung pada pertimbangan
profesional auditor. Auditor perlu memilih acuan yang akan digunakan dalam
perhitungan tingkat materialitas. Penjualan dipilih atas pertimbangan bahwa akun
ini memiliki pergerakan cukup stabil dari tahun ke tahun, dan dianggap dapat
menggambarkan kinerja dan pertumbuhan perusahaan.
Besarnya penjualan pada tahun 2013 tersebut nantinya akan dikalikan
dengan factor rate. Besarnya persentase dari factor rate sendiri sudah ditetapkan
oleh Deloitte Audit Approach Manual (DAAM). Factor rate yang akan digunakan
sesuai dengan besarnya penjualan PT AI adalah sebesar 2.35%. Tim audit
mendapatkan angka materialitas sebesar 1,401,830,424, yang selanjutnya akan
dibulatkan menjadi 1,400,000,000 untuk melakukan perhitungan komponen
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
48
Universitas Indonesia
materialitas berikutnya. Selanjutnya, untuk menentukan besarnya PM, materialitas
yang dipilih dikalikan dengan 90%. Besarnya CTM sendiri merupakan 10% dari
total materialitas, dan besarnya AUM adalah 10% dari total materialitas.
Tabel 4.2 Perhitungan Materialitas PT AI
Description Calculation
Benchmark Balance (Revenue) 59,652,358,486
Selected Factor 2.35%
Calculated Materiality (Benchmark * Factor) 1,401,830,424
Selected Materiality (rounded) 1,400,000,000
Total Anticipated Uncorrected Materiality 140,000,000
Performance Materiality 1,260,000,000
Clearly Trivial Misstatement 70,000,000
Sumber: Kertas Kerja Audit (Diolah Kembali)
Karena PT AI merupakan anak perusahaan dari PT IP, materialitas yang
telah dihitung tersebut harus dibandingkan terlebih dahulu dengan materialitas
perusahaan induk. Tim audit akan menghitung besarnya materiality based on
forecast berdasarkan materialitas induk. Setelah membandingkan kedua
perhitungan materialitas tersebut, tim audit akan memilih tingkat materialitas yang
lebih kecil untuk digunakan dalam proses audit.
Pada PT IP sendiri, acuan yang digunakan adalah total aset. Penghitungan
komponen materialitas berdasarkan total aset ditentukan dengan cara mengalikan
nilai total aset dengan 3% (berdasarkan DAAM). Dalam menentukan materiality
based on forecast, auditor membandingkan terlebih dahulu total aset antara PT AI
dengan perusahaan induk. Rasio yang didapatkan akan menjadi acuan atas
persentase yang akan digunakan dalam menentukan materiality based on forecast.
Perbandingan atas materialitas PT AI dengan materiality based on forecast dapat
dilihat di tabel 4.3.
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
49
Universitas Indonesia
Tabel 4.3 Perbandingan Materialitas PT AI dengan Materiality Based on Forecast
Perusahaan Materiality Performance
Materiality CTM
PT IP 1,590,000,000 1,431,000,000 79,500,000
PT AI 1,400,000,000 1,260,000,000 70,000,000
Perusahaan Amount for
choosen
benchmark =
Total Aset
% of the
Group
Represented
by Chosen
Benchmark
Indicative Range
of Materiality
Compared to
Group
Materiality
(refer to DAAM)
Taksiran
%
Materiality
based on
forecast*
PT IP 793,633,878,112 100%
PT AI 333,960,293,862 42% 55% - 75% 65% 1,033,500,000
*Taksiran % x Materiality Induk Sumber: Kertas Kerja Audit (Diolah Kembali)
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, tim audit menemukan bahwa
perhitungan komponen materialitas PT AI lebih besar dibandingkan dengan
materiality based on forecast. Tim audit menemukan besaran materiality based on
forecast sebesar 1,033,500,000. Nilai tersebut lebih kecil dari komponen
materialitas PT AI sebesar 1,400,000,000. Tim audit memutuskan untuk
menggunakan nilai materialitas sebesar 1,033,500,000. Selanjutnya, tim audit perlu
melakukan perhitungan kembali untuk menentukan besaran AUM, PM, dan CTM.
Perhitungan untuk ketiga materialitas tersebut sama dengan cara perhitungan pada
materialitas PT AI sebelumnya. Dengan nilai materialitas baru, didapatkan nilai
AUM, PM, dan CTM sebagai berikut:
Tabel 4.4 Materialitas Final PT AI
Description Amount
Selected Materiality (M) 1,033,500,000
AUM (10% of M) 103,350,000
PM (90% of M) 930,150,000
CTM (5% of M) 51,675,000
Sumber: Kertas Kerja Audit (Diolah Kembali)
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
50
Universitas Indonesia
Nilai CTM sendiri biasanya digunakan ketika auditor menjalankan
pengujian substantif. Sebagai contoh, bila auditor melakukan perhitungan ulang
atas beban depresiasi aset tetap klien, ada kemungkinan auditor akan menemukan
selisih dengan angka beban depresiasi yang terdapat di neraca. Bila selisih tersebut
melebihi nilai CTM, auditor perlu melakukan prosedur tambahan untuk mengetahui
timbulnya selisih tersebut. Prosedur tambahan tersebut dapat berupa inquiry kepada
klien atau dengan dokumentasi atas dokumen pendukun dari suatu aset tertentu
yang menimbulkan adanya selisih tersebut.
4.2.4 Menentukan Program Audit
Pada tahap penerimaan klien, tim audit sudah memperdalam
pemahamannya atas kegiatan bisnis klien. Pemahaman yang mendalam tersebut
membantu auditor untuk merumuskan risiko signifikan yang perlu mendapatkan
perhatian lebih lanjut ketika audit dijalankan. Selanjutnya, tim audit juga perlu
menentukan risiko-risiko lainnya yang membutuhkan prosedur pengujian. Risiko-
risiko yang telah ditentukan akan didokumentasikan ke dalam sebuah kertas kerja
yang bernama Audit Planning Memorandum (APM). Kertas kerja APM juga berisi
perencanaan audit secara komprehensif, dimulai dari ruang lingkup audit,
komponen materialitas yang digunakan, risiko signifikan, dan risiko-risiko salah
saji lainnya. Pada APM, risiko signifikan yang telah ditentukan pada tahap
sebelumnya dibagi ke dalam beberapa risiko yang memungkinkan timbulnya salah
saji. Pembagian risiko tersebut memungkinkan tim audit untuk memilih asersi
manajemen terkait, dan merancang prosedur pengujian yang sesuai agar tujuan
audit dapat tercapai.
Selanjutnya, tim audit perlu mengidentifikasi risiko-risiko non-signifikan
yang dapat memungkinkan terjadinya salah saji material. Setiap risiko tersebut
harus dihubungkan dengan suatu saldo akun, kelas transaksi tertentu, atau memiliki
risiko yang memiliki dampak pada pengungkapan dan laporan keuangan secara
keseluruhan. Setelah menghubungkan risiko dengan kelas transaksi atau saldo akun
tertentu, auditor dapat mengembangkan prosedur pengujian lebih lanjut untuk
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
51
Universitas Indonesia
setiap saldo akun atau kelas transaksi. Prosedur yang telah dirancang untuk masing-
masing saldo akun tersebut nantinya akan didokumentasikan pada kertas kerja
Model Audit Program. Kertas kerja Model Audit Program nantinya juga akan
digunakan setelah prosedur audit atas aset tetap telah dijalankan. Pada kertas kerja
tersebut, auditor perlu menyertakan kesimpulan atas prosedur substantif yang telah
dijalankan, beserta acuan atas kertas kerja untuk prosedur terkait, Identifikasi risiko
dan prosedur pengujian yang akan dijalankan terkait aset tetap dapat dilihat pada
tabel 4.5.
4.2.5 Prosedur Audit atas Aset Tetap
Pada tahapan ini tim audit mulai menjalankan berbagai prosedur yang telah
ditentukan pada tahapan perancangan program audit secara keseluruhan. Pada tahap
penetapan risiko, aset tetap dianggap memiliki tingkat risiko normal, karena itu
tidak diperlukan pengujian atas keefektifan pengendalian internal. Pada tabel 4.5,
dapat dilihat bahwa tim audit memilih tingkat pengujian tanpa bergantung terhadap
pengendalian internal perusahaan (not relying on Control). Tingkat pengujian yang
tidak bergantung pada pengendalian internal perusahaan akan berdampak pada
pemilihan sampel atas pengujian yang jumlahnya lebih banyak bila dibandingkan
dengan tingkat pengujian yang mengandalkan pengendalian internal perusahaan.
1. Prosedur Analitis
Prosedur audit aset tetap diawali dengan membuat lead schedule kelompok akun
aset tetap terlebih dahulu. Lead schedule terdiri dari angka akun-akun yang terdapat
pada kelompok aset tetap. Angka tersebut didapatkan langsung dari trial balance
yang didapatkan dari klien. Pada lead schedule, terdapat angka saldo akun pada
akhir tahun 2013 dan 2012. Angka pada akhir tahun 2013 yang didapatkan dari
klien ini disebut dengan angka preliminary. Pada kertas kerja ini, sudah terdapat
dua kolom tambahan yang berfungsi untuk mengisi adanya angka penyesuaian dan
reklasifikasi. Angka akhir tahun 2013 setelah adanya jurnal penyesuaian dan
reklasifikasi tersebut disebut juga sebagai angka final.
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
52
Universitas Indonesia
Tabel 4.5 Identifikasi Risiko Terkait Aset Tetap
Risks Identified Relevant
Assertion
Plan to
rely on
prior
period
Control
testing
Plan to
test OE
in
current
period
Interim
procedure
to be
performed
Description of planned
substantive testing procedures to
be performed
Extent of
tests
Property, Plant and Equipment stated in the
general ledger does not reconcile back to the
fixed asset register and/or the reconciliation
contains invalid items resulting in Property,
Plant and Equipment being misstated
Valuation and
allocation;
No No No 1). Tie up asset register with
general ledger
Risk and not
relying on
controls
Existence and
completeness
Disposal of fixed asset is not properly
recorded.
Existence;
Right and
No No No 1) Perform test of detail for sale of
fixed asset.
Risk and not
relying on
controls
Obligation;
Completeness
2) Recalculate book value when
sale of fixed asset and compared
with selling price to know gain or
loss of fixed asset.
There is a risk that additions to property, plant
and equipment are not valid or not properly
recorded because of the following:
Existence;
Completeness No No No
Make a selected sample using
representative sampling to Test Of
Detail addition of property, plant
and equipment
Risk and not
relying on
controls
(i) Cost recognized does not comply with the
definition of cost on initial recognition.
(ii) Period cost are incorrectly capitalized
(iii) Replacement of part of an asset is not
properly accounted
Sumber: Kertas Kerja Audit (Diolah Kembali)
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
53
Universitas Indonesia
Saat pembuatan lead schedule ini, auditor juga dapat melakukan prosedur
analitis untuk kelompok akun bersangkutan. Pada kertas kerja lead schedule
terdapat kolom yang menunjukkan perubahan dari masing-masing akun yang
terdapat pada kelompok aset tetap. Bila besarnya perubahan angka tersebut
melebihi 10% dari nilai materialitas, yang pada PT AI adalah sebesar 103,350,000,
maka auditor perlu melakukan analisis lebih lanjut terkait perubahan tersebut. Dari
prosedur analitis yang telah dilakukan, auditor menemukan adanya peningkatan
yang cukup signifikan pada biaya perolehan pada akun kendaraan, furnitur, dan
renovasi bangunan. Berdasarkan keterangan klien, peningkatan tersebut muncul
dari sejumlah pembelian atas aset tetap baru. Setelah lead schedule dibuat, auditor
dapat menjalankan prosedur substantif lainnya.
2. Pengujian atas Saldo Akhir dan Mutasi Aset Tetap
Selanjutnya, auditor perlu melakukan verifikasi atas saldo akhir aset tetap
dan memeriksa mutasi atau perubahan aset tetap secara lebih lanjut pada kertas
kerja tersendiri. Pengerjaan prosedur ini dimulai dengan meminta daftar aset tetap
yang sudah disiapkan oleh klien. Pada daftar aset tetap yang disiapkan oleh klien
terdapat semua aset tetap yang dimiliki beserta informasi pendukung seperti biaya
perolehan, masa manfaat, beban depresiasi setiap bulannya, dan nilai buku bersih
setiap aset tetap. PT AI menyediakan daftar aset tetap untuk perlengkapan,
bangunan, dan kendaraan. Pada daftar aset tetap perlengkapan dibagi lebih lanjut
berdasarkan lokasi aset tersebut.
Setelah daftar aset tetap didapat, auditor dapat melakukan perhitungan
perubahan aset tetap dari tahun 2012 ke tahun 2013. Perhitungan dapat dilakukan
dengan memasukan saldo akhir tahun 2012 ditambahkan dengan penambahan dan
pelepasan aset pada tahun 2013. Auditor akan mendapatkan saldo akhir tahun 2013
berdasarkan perhitungan audit. Auditor harus memastikan saldo hasil perhitungan
pada akhir tahun 2013 tersebut sudah sesuai dengan daftar aset tetap yang diberikan
oleh klien. Perhitungan atas mutasi aset tetap yang telah dilakukan oleh auditor
membuktikan bahwa tidak adanya perbedaan antara angka yang tercatat pada
neraca dengan rincian pada daftar aset tetap milik PT AI.
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
54
Universitas Indonesia
Tabel 4.6 Perhitungan Mutasi Aset Tetap
Beginning balance per audited, 31 Dec 2012:
72,610,330,475 Φ
Addition :
Jan s/d Des 2013
-
521,317,342
Deduction:
Jan s/d Des 2013
-
-
Ending balance per audit 31.12.13
73,131,647,817
Ending balance per client 31.12.13
02-02-001-
0000 BUILDING EX MARKETING
460,587,890
02-02-002-
0000 BUILDING SA TWR D
70,578,320,626
02-02-006-
0000 BUILDING IMPROVMENT
2,092,739,301
73,131,647,817
L
Selisih
-
Sumber: Kertas Kerja Audit (Diolah Kembali)
3. Melakukan Perhitungan Ulang Beban Depresiasi
Selain memastikan perhitungan nilai saldo akhir aset tetap, auditor juga
perlu memeriksa perhitungan beban depresiasi dari aset tetap yang diakui PT AI
pada tahun 2013. Auditor melakukan penghitungan ulang aset tetap dengan
menggunakan informasi tanggal pembelian aset tetap dan masa manfaat dari aset
masing-masing aset tetap. Informasi tersebut telah tersedia pada daftar aset tetap
yang diberikan oleh klien. Dari informasi tersebut, tim audit juga memastikan
bahwa umur manfaat dari aset tetap yang dimiliki telah sesuai dengan kebijakan
akuntansi yang digunakan oleh PT AI. Dalam penghitungan beban depresiasi, PT
AI menggunakan metode penyusutan garis lurus tanpa menggunakan nilai residu
untuk semua aset tetap yang mereka miliki.
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
55
Universitas Indonesia
Dari hasil perhitungan beban depresiasi tersebut, auditor akan melakukan
investigasi lebih lanjut bila menemukan adanya perbedaan yang signifikan dengan
perhitungan beban depresiasi klien. Selisih antara perhitungan auditor dan
perhitungan klien yang berasal dari pembulatan tidak akan ditindaklanjuti. Hasil
perhitungan beban depresiasi aset tetap dapat dilihat pada tabel 4.7.
Tabel 4.7 Perhitungan Ulang Beban Depresiasi
Account Per TB Per Audit Selisih
Building Depreciation Exp
3,690,402,469
3,690,402,538
(69)
Equipment & Computer Depreciation
Exp
922,229,351
922,280,857
(51,506)
Vehicle Depreciation Exp
396,841,714
396,841,607
108
Total
5,009,473,534
5,009,525,002
(51,467)
Sumber: Kertas Kerja Audit (Diolah Kembali)
Selanjutnya, tim audit melakukan verifikasi terhadap saldo akhir akun
akumulasi penyusutan aset tetap. Verifikasi atas saldo akhir ini dilakukan dengan
membandingkan angka akumulasi depresiasi yang terdapat pada neraca dengan
angka yang terdapat pada daftar aset tetap. Penambahan atas akumulasi penyusutan
tersebut didapatkan dari master file aset tetap yang disiapkan oleh PT AI.
Pengurangan atas akumulasi aset tetap dapat timbul akibat adanya penjualan dari
suatu aset tetap pada tahun berjalan.
Setelah menjalankan prosedur di atas, auditor menemukan adanya selisih
yang timbul akibat adanya perbedaan pada perhitungan bulan pada suatu aset
komputer yang dimiliki PT AI. Tim audit tidak menjalankan prosedur tambahan
atas selisih tersebut dikarenakan nilainya jauh dibawah tingkat materialitas yang
telah ditetapkan. Selisih pada beban depresiasi kendaraan dan bangunan berasal dari
perbedaan pembulatan angka, sehingga tim audit hanya mengajukan jurnal
penyesuaian bagi beban depresiasi komputer dan peralatan.
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
56
Universitas Indonesia
Jurnal penyesuaian beban depresiasi komputer dan peralatan:
Beban Depresiasi Komputer 51,506
Akumulasi Depresiasi – Komputer 51,506
4. Test of Detail Penambahan Aset Tetap
Prosedur berikutnya yang dilakukan oleh auditor adalah melakukan
pengujian terinci untuk penambahan aset tetap selama tahun 2013. Pada buku besar
PT AI ada sebanyak 121 transaksi penambahan aset tetap pada tahun 2013. Nilai
nominal dari seluruh transaksi pembelian pada buku besar tersebut dicocokkan
dengan nilai nominal dari aset tetap yang memiliki tanggal perolehan di tahun 2013
pada daftar aset tetap, untuk memastikan tidak ada perbedaan antara daftar aset
tetap dengan pencatatan di buku besar. Banyaknya transaksi pembelian tersebut
mengharuskan auditor untuk memilih sampel. Penghitungan sampel dilakukan
dengan metode monetary unit sampling. Penghitungan sampel dengan metode ini
dapat dilakukan dengan menggunakan kertas kerja monetary unit sampling yang
telah diformat secara khusus oleh Deloitte. Dalam penghitungan sampel tersebut,
auditor membutuhkan nilai populasi dari penambahan aset tetap. Angka tersebut
nantinya akan dibagi dengan performance materiality untuk mendapatkan jumlah
sampel yang akan diambil. Jumlah sampel dan seluruh transaksi penambahan
tersebut nantinya akan dimasukkan ke dalam kertas kerja monetary unit sampling.
Setelah mendapatkan tiga sampel yang diperlukan, auditor akan meminta
kepada bagian akuntansi dokumen voucher beserta dokumen pendukung lainnya
seperti invoice, bilyet giro, cek, faktur pajak, purchase order, dan requisition form.
Dokumen yang didapat akan dicocokkan dengan transaksi yang tercatat. Dengan
dokumen pendukung yang diberikan, terutama vendor invoice, giro atau cek, dan
faktur pajak, auditor dapat melakukan pengujian untuk mencapai tujuan audit
terkait keberadaan dan ketepatan. Auditor juga memeriksa ketepatan nilai aset yang
tercatat dan ketepatan tanggal pencatatan berdasarkan tanggal yang tercatat pada
receiving report dan cek atau giro untuk pencatatan tanggal pembayaran.
Berdasarkan prosedur vouching yang telah dilakukan, auditor berkesimpulan
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
57
Universitas Indonesia
bahwa pencatatan penambahan aset tetap pada tahun 2013 telah dilakukan secara
wajar.
5. Test of Detail dan Pengujian Laba (Rugi) Penjualan Aset Tetap
Selanjutnya auditor perlu menjalankan prosedur atas penjualan aset tetap.
Auditor harus memastikan nilai penjualan yang terdapat pada daftar aset tetap telah
sesuai dengan nilai penjualan pada transaksi penjualan yang ada di buku besar
perusahaan. Selanjutnya prosedur yang dilakukan adalah pengujian terinci atas
penjualan dan penghitungan laba rugi penjualan aset tetap. Pada pengujian test of
detail penjualan aset tetap, auditor memutuskan untuk melakukan pengujian pada
seluruh populasi. Hal ini dilakukan karena penjualan pada tahun 2013 tidak terlalu
banyak, karena itu tidak diperlukan adanya penghitungan sampel untuk pengujian.
Selanjutnya, auditor meminta kepada klien receiving voucher untuk penerimaan kas
beserta dokumen pendukung lainnya sebagai syarat dalam pencatatan penjualan
aset tetap. Transaksi penjualan aset tetap yang didapat dari buku besar kemudian
dicocokkan dengan dokumen pendukung yang diberikan oleh klien untuk
memastikan pencatatan transaksi tersebut telah dilakukan dengan wajar.
Pada prosedur selanjutnya, auditor memastikan bahwa pencatatan laba atau
rugi dari penjualan aset tetap telah dilakukan secara wajar. Auditor melakukan
perhitungan atas nilai buku bersih dari aset tetap yang dijual dengan cara
mengurangi nilai perolehan aset dengan akumulasi depresiasi hingga tahun
penjualan aset tetap tersebut, Informasi terkait aset tetap yang diperlukan telah
tersedia pada daftar aset tetap yang diberikan klien pada pengujian sebelumnya.
Dari perhitungan yang telah dilakukan, semua aset yang dijual oleh klien sudah
habis masa manfaatnya, dan pencatatan laba penjualan aset tetap tersebut telah
dilakukan secara wajar.
6. Prosedur Terkait Asuransi
KAP OBSE juga menjalankan sebuah prosedur tambahan untuk menilai
kecukupan asuransi yang PT AI miliki untuk melindungi aset yang dimiliki
terhadap risiko-risiko yang meliputi. Prosedur ini perlu dilakukan karena pada tahap
perencanaan, cakupan dari nilai pertanggungan asuransi merupakan salah satu
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
58
Universitas Indonesia
informasi tambahan yang perlu diungkapkan di dalam laporan keuangan PT AI.
Prosedur terkait asuransi yang dijalankan memiliki tujuan untuk memastikan tujuan
ketepatan dari nilai pertanggungan asuransi dapat tercapai.
Dalam menjalankan prosedur ini, tim audit meminta kepada PT AI dokumen
polis asuransi yang dimiliki untuk mendapatkan informasi yang diperlukan, seperti
jenis asuransi, periode asuransi, nilai pertanggungan dari asuransi dan premi
asuransi yang dikenakan. Setelah semua dokumen polis didapatkan, auditor
membuat rekapitulasi atas rincian informasi dari polis asuransi. Nilai
pertanggungan dari asuransi tersebut nantinya akan dibandingkan dengan nilai buku
dari aset tetap yang diasuransikan.
Berdasarkan informasi yang didapatkan dari dokumen polis asuransi, nilai
pertanggungan dari asuransi yang dimiliki PT AI lebih besar dari nilai buku aset
tetap. Nilai asuransi atas aset bangunan dan perlengkapan memiliki pertanggungan
sebesar 104% dari nilai buku aset tersebut. Sementara itu, untuk aset berupa
kendaraan memiliki nilai pertanggungan sebesar 150% dari nilai buku. Karena nilai
pertanggungan asuransi lebih tinggi dari nilai buku, maka dapat disimpulkan bahwa
asuransi yang dimiliki mampu melindungi aset tetap atas kerugian dan risiko yang
mungkin timbul dari aset bersangkutan.
4.2.6 Analisis Prosedur Audit Aset Tetap KAP OBSE
4.2.6.1 Prosedur Perencanaan
Prosedur pengendalian yang dijalankan KAP OBSE secara garis besar
sudah sesuai dengan teori yang dipaparkan oleh Arens et al. (2009). Tahapan awal
perencanaan audit oleh KAP OBSE menggabungkan beberapa tahapan awal
perencanaan yang diterangkan oleh Arens et al. Tahapan pemahaman bisnis klien
dilakukan sebelum KAP OBSE menentukan untuk menerima apakah akan
menjalankan perikatan dengan suatu klien atau tidak. Hal ini dilakukan agar auditor
memiliki gambaran yang lebih komprehensif dan memiliki pemahaman yang baik
sebelum memutuskan untuk menerima suatu klien.
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
59
Universitas Indonesia
Prosedur awal sebelum menentukan penerimaan klien mencakup
pemahaman atas integritas dan karakteristik manajemen, struktur organisasi,
kondisi umum bisnis klien, lingkungan bisnis, kinerja keuangan klien, hubungan
klien dengan pihak luar dan pihak afiliasi, pengalaman sebelumnya terkait perikatan
dengan klien, dan penilaian atas risiko penyelewengan. Tahapan pemahaman bisnis
dan industri yang diterangkan Arens et al. (2009) setidaknya mengharuskan auditor
untuk memiliki pemahaman atas kondisi eksternal dan industri dimana klien
menjalankan bisnisnya, kondisi operasional dan proses bisnis yang dijalani oleh
klien, kondisi tata kelola dan gaya manajemen, tujuan dan strategi yang diterapkan
oleh klien, beserta pengukuran kinerja yang digunakan.
Pemahaman atas klien berdasarkan DAAM telah sesuai dan mencakup
ketentuan yang diterangkan oleh Arens tersebut. Prosedur yang dilakukan ini juga
sudah sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik SA 318 terkait
pemahaman atas bisnis klien. Seluruh prosedur tersebut harus dijalankan agar
auditor dapat merumuskan risiko signifikan dan risiko perikatan secara umum yang
meliputi calon klien. Berdasarkan risiko perikatan umum, auditor akan memutuskan
apakah akan menerima klien atau tidak. Pada teori acuan, risiko dibagi ke tiga
tingkatan, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Sementara pada KAP OBSE, risiko
dibagi ke dalam dua tingkatan, yaitu risiko biasa dan risiko signifikan.
Setelah menetapkan risiko dan risiko signifikan dari klien, KAP OBSE akan
merancang program audit secara keseluruhan. Proses ini dimulai dengan
menghubungkan risiko-risiko tersebut dengan saldo akun atau kelas transaksi
tertentu. Dari setiap saldo akun maupun kelas transaksi yang tela ditentukan, tim
audit dapat merancang prosedur untuk setiap risiko yang terkait beserta tujuan audit
yang ingin dicapai. Pada tahapan ini, tim audit juga menentukan tingkat materialitas
yang akan digunakan dalam menjalankan prosedur audit lapangan. Tahapan ini
merupakan salah satu yang paling penting, karena sangat melibatkan pertimbangan
profesional yang dimiliki oleh auditor.
Setelah memutuskan untuk menerima klien, auditor akan membentuk tim
yang akan menjalankan prosedur audit selanjutnya. Pemilihan anggota tim telah
dilakukan sesuai dengan SA Seksi 220: Independensi, dimana anggota tim harus
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
60
Universitas Indonesia
sepenuhnya independen dan tidak memiliki kepentingan atas perusahaan klien. Tim
audit yang telah terbentuk nantinya akan menjalankan prosedur audit interim, yang
di dalamnya termasuk melakukan prosedur analitis awal untuk melihat adanya
perubahan dari saldo akun yang di luar ekspektasi auditor. Prosedur analitis awal
yang dijalankan biasanya dengan membandingkan angka interim yang
disetahunkan dengan angka tahun sebelumnya. Dengan menjalankan prosedur
analitis interim ini, tim audit dapat melihat adanya pembelian dan penjualan atas
aset tetap yang dilakukan pada tahun berjalan, sehingga auditor akan mendapatkan
gambaran untuk prosedur audit selanjutnya yang akan dijalankan. Selain prosedur
analitis, tim audit juga mempelajari pengendalian internal yang dijalankan klien.
Tim audit meminta keterangan atas siklus bisnis yang dijalankan oleh klien, seperti
siklus pengeluaran kas, siklus penerimaan kas, siklus penggajian, dan lain-lain.
Selanjutnya, tim audit menjalankan prosedur lebih lanjut untuk memeriksa
ekeftivitas pengendalian bagi risiko yang dianggap signifikan.
4.2.6.2 Pengujian Pengendalian Internal
Arens et al. (2009) menjelaskan beberapa prosedur yang perlu dilakukan
ketika melakukan pengujian atas pengendalian internal terkait siklus pembelian dan
pembayaran, yang juga mencakup siklus pembelian aset tetap. Dalam melakukan
pengujian pengendalian internal atas aset tetap, auditor perlu memiliki pemahaman
mendalam terkait siklus pembelian dan pemeliharaan aset tetap. Siklus dari aset
tetap sendiri biasanya meliputi otorisasi pembelian, penyimpanan dan pemeliharaan
aset tetap, pencatatan aset tetap, dan otorisasi pembayaran atas pembelian aset tetap.
Pemahaman atas siklus dan pengendalian internal perusahaan akan membantu
auditor dalam menentukan tingkatan pengujian yang akan dilakukan.
Prosedur pengujian pengendalian internal hanya dilakukan tim audit untuk
akun yang dianggap memiliki risiko signifikan, yaitu penjualan, dan pengujian
journal entries untuk risiko pencatatan laporan keuangan secara keseluruhan. KAP
OBSE memutuskan untuk tidak melakukan pengujian pengendalian internal atas
akun aset tetap atas pertimbangan bahwa pengendalian atas aset tetap belum terlalu
kuat dan risiko salah saji material pada akun aset tetap dianggap tidak signifikan,
sehingga tim audit memilih untuk tidak bergantung pada pengendalian internal PT
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
61
Universitas Indonesia
AI (not rely on Control). Tidak adanya pengujian pengendalian internal pada akun
aset tetap berdampak pada jumlah sampel yang akan lebih banyak bila
dibandingkan jika pengujian pengendalian internal dilakukan.
4.2.6.3 Prosedur Substantif
Berdasarkan teori yang terdapat pada Arens et al. (2009), pengujian atas aset
tetap memiliki perbedaan dengan aset lancar. Akun aset tetap memiliki karakteristik
dimana frekuensi transaksinya cenderung lebih sedikit dibandingkan dengan aset
lancar, namun transaksi yang dilakukan biasanya dalam jumlah nominal yang besar.
Atas dasar pertimbangan tersebut, dalam menguji akun aset tetap, auditor lebih
fokus terhadap akuisisi dan penjualan pada periode bersangkutan dibandingkan
verifikasi terhadap saldo akun dari periode sebelumnya. Arens et al. (2009)
menjelaskan dalam memeriksa akun aset tetap terdapat prosedur audit sebagai
berikut:
Menjalankan prosedur analitis
Verifikasi akuisisi/pembelian pada periode pelaporan
Verifikasi penjualan pada periode pelaporan
Verifikasi saldo akhir akun aset tetap
Verifikasi beban depresiasi pada periode pelaporan
Verifikasi saldo akhir akumulasi depresiasi aset tetap
Berikut analisis atas prosedur audit yang diterapkan oleh KAP OBSE atas
akun aset tetap PT AI:
1. Prosedur Analitis
Prosedur analitis merupakan tahapan pertama yang dilakukan oleh tim audit
ketika mengaudit aset tetap dari PT AI. Dengan menjalankan prosedur analitis,
auditor dapat mengidentifikasi adanya penambahan atau pelepasan aset pada tahun
berjalan. Prosedur analitis pada KAP OBSE dilakukan sebanyak tiga kali. Prosedur
analitis pertama dilakukan pada tahap interim. Prosedur analitis kedua dilakukan
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
62
Universitas Indonesia
ketika pengujian substantif dilakukan setelah klien memberikan angka tertanggal
31 Desember 2013. Kemudian auditor melakukan prosedur analitis subsequent
sebelum tanggal rilis laporan keuangan telah diaudit untuk melihat adanya peristiwa
atau kondisi yang membutuhkan investigasi lebih lanjut. Prosedur analitis yang
dilakukan oleh KAP OBSE terkait akun aset tetap hanya dengan melihat tren
peningkatan dan penurunan melalui perbandingan antara angka akhir tahun
sebelumnya dengan angka pada tanggal tutup buku tahun berjalan. Akan lebih baik
bila prosedur analitis juga melakukan pengujian rasio terkait akun beban depresiasi
dan akumulasi depresiasi aset tetap, karena akun ini cukup rentan akan kesalahan
dalam pencatatan.
2. Verifikasi Akuisisi Aset Tetap
Verifikasi penambahan aset tetap menjadi salah satu prosedur yang sangat
penting dilakukan, karena pencatatan penambahan aset tetap yang tidak tepat dapat
berdampak kepada salah saji yang dicatat dalam beberapa periode ke depan.
Prosedur yang dijalankan oleh KAP OBSE sudah sesuai dengan teori yang
dijelaskan. KAP OBSE mencocokkan jumlah nilai transaksi penambahan aset tetap
yang tercatat pada buku besar dengan aset tetap yang memiliki tanggal akuisisi di
tahun 2013 pada fixed asset register. Selanjutnya, KAP OBSE melakukan
pengujian terinci atas transaksi penambahan aset tetap dengan memilih sampel
representatif berdasarkan tingkat materialitas yang ditetapkan. Berdasarkan Arens
et al. (2009), terdapat tujuh tujuan audit terkait saldo yang menurut Arens perlu
dicapai dalam melakukan audit atas aset tetap, yaitu detail tie-in, keberadaan,
kelengkapan, ketepatan, klasifikasi, pisah batas, dan hak serta kewajiban. Prosedur
audit atas aset tetap yang telah dijalankan oleh KAP OBSE setidaknya telah
memenuhi tujuan yang harus dicapai tersebut, kecuali untuk tujuan terkait pisah
batas. Tim audit memutuskan untuk tidak mengumpulkan bukti untuk mencapai
tujuan audit terkait pisah batas, diakibatkan jumlah transaksi penambahan aset tetap
yang jumlahnya tidak banyak dan pada tahun berjalan tidak ada transaksi aset tetap
yang terjadi berdekatan dengan tanggal tutup buku.
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
63
Universitas Indonesia
3. Verifikasi Penjualan Aset Tetap
KAP OBSE juga menjalankan prosedur untuk melakukan verifikasi atas
penjualan aset tetap pada periode pelaporan. Prosedur yang dijalankan sudah sesuai
dengan teori yang ada. Verifikasi yang dilakukan oleh tim audit dimulai dengan
mencocokkan transaksi pelepasan aset tetap yang terdapat pada buku besar dengan
pelepasan yang tercatat pada daftar aset tetap yang dimiliki klien, dan dilanjutkan
dengan meminta dokumen pendukung bagi aset tetap yang dijual. KAP OBSE juga
melakukan penghitungan ulang atas nilai buku aset tetap yang dijual untuk
memastikan laba atau rugi atas penjualan aset tetap telah dicatat dengan benar.
4. Verifikasi Saldo Akhir Aset Tetap
Dalam melakukan verifikasi atas saldo akhir akun aset tetap, KAP OBSE
memastikan angka yang tertera pada buku besar dan neraca telah sesuai dengan
daftar aset tetap yang dimiliki klien. Namun, KAP OBSE tidak menjalankan
pemeriksaan fisik atas aset tetap perusahaan. Hal ini memungkinkan adanya aset
tetap yang hilang atau tidak lagi dapat memberikan manfaat ekonomis bagi
perusahaan namun masih termasuk di dalam daftar aset tetap klien. Tujuan audit
atas keberadaan aset tetap akan lebih tercapai bila tim audit menjalankan prosedur
pemeriksaan fisik atas aset tetap.
5. Verifikasi Beban Depresiasi dan Akumulasi Depresiasi
Dalam melakukan verifikasi atas beban depresiasi, Arens et al. (2009)
mengatakan bahwa auditor harus terlebih dahulu mengkaji apakah perusahaan klien
menggunakan kebijakan depresiasi yang konsisten dari tahun ke tahun. Prosedur ini
telah tercakup di saat perencanaan audit, dimana auditor meminta keterangan
kepada klien atas adanya kondisi yang mempengaruhi kegiatan bisnis dan
menyebabkan adanya perubahan estimasi akuntansi. Berdasarkan keterangan yang
diberikan, tidak ada perubahan atas kebijakan depresiasi perusahaan. Sehingga,
selanjutnya auditor perlu memastikan ketepatan perhitungan beban depresiasi pada
tahun 2013. Tim audit melakukan perhitungan ulang atas beban depresiasi dari
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
64
Universitas Indonesia
seluruh aset untuk memastikan beban depresiasi dicatat secara tepat. Verifikasi atas
saldo akhir akun akumulasi depresiasi aset tetap juga dilakukan oleh KAP OBSE
dengan memastikan bahwa nilai akumulasi depresiasi aset tetap yang terdapat pada
daftar aset tetap klien telah sesuai dengan pencatatan yang ada di buku besar.
6. Prosedur Terkait Asuransi
Prosedur pengujian atas asuransi bukan merupakan prosedur utama yang
termasuk dalam audit atas aset tetap. Pengujian atas asuransi aset masih masuk ke
dalam siklus pengeluaran perusahaan. Namun, karena asuransi dibayarkan sebagai
salah satu bentuk manajemen risiko atas aset yang dimiliki perusahaan, maka
prosedur ini menjadi sangat penting dan sangat berkaitan dengan aset tetap
perusahaan yang digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan.
Arens et al. (2009) menjelaskan bahwa bentuk pengendalian atas akun
asuransi dibayar di muka terbagi ke dalam tiga pengendalian utama, yaitu
pengendalian atas pembayaran dan pencatatan asuransi, pengendalian atas daftar
asuransi yang dimiliki perusahaan, dan pengendalian atas reklasifikasi asuransi
dibayar di muka menjadi beban. Prosedur pengujian yang dilakukan atas akun
asuransi sendiri dapat dimulai dengan meminta dokumen polis asuransi perusahaan.
Dari dokumen polis tersebut, auditor dapat melihat informasi terkait besarnya
premi, periode premi, nilai pertanggungan, syarat dan ketentuan asuransi, dan lain-
lain. Informasi yang tertera pada dokumen polis tersebut dapat digunakan auditor
untuk mencapai tujuan terkait keberadaan, hak, klasifikasi, dan ketepatan atas
pencatatan nilai asuransi dibayar di muka dan beban asuransi pada tahun berjalan.
Prosedur yang dijalankan KAP OBSE atas akun asuransi PT AI sudah sesuai
dengan yang dipaparkan oleh Arens et al. (2009). Seluruh dokumen polis milik PT
AI pada tahun berjalan telah didokumentasikan pada kertas kerja audit. Tim audit
juga melakukan pengujian atas nilai pertanggungan asuransi dibandingkan dengan
nilai buku aset yang diasuransikan. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa nilai
pertanggungan telah mencukupi sebagai salah satu bentuk manajemen risiko yang
diterapkan perusahaan.
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
65
Universitas Indonesia
Secara keseluruhan, prosedur audit atas aset tetap yang dirancang oleh KAP
OBSE telah sesuai dan mencakup prosedur yang dipaparkan oleh Arens et al.
(2009). Terdapat beberapa kekurangan atas prosedur substantif yang dijalankan.
Akan lebih baik bila dalam melakukan pemeriksaan atas aset tetap, prosedur audit
dilengkapi dengan melakukan pengujian atas penurunan nilai aset tetap dan
pengumpulan bukti berupa pemeriksaan fisik.
Tim audit tidak melakukan pengujian atas penurunan nilai aset tetap.
Keputusan ini dibuat berdasarkan penilaian atas keterangan yang diberikan
manajemen, dimana tidak terdapat indikasi atas penurunan nilai pada aset tetap
perusahaan. Tim audit baru akan melakukan pengujian atas penurunan nilai bila
terdapat indikasi penurunan nilai atau ketika klien sedang dalam tahapan untuk
melakukan corporate action seperti akuisisi.
Tim audit memutuskan untuk tidak mengumpulkan bukti berupa
pemeriksaan fisik diakibatkan jumlah aset tetap yang kuantitasnya cukup banyak
namun secara nominal tidak begitu besar, kecuali untuk gedung dan kendaraan.
Selain itu, aset tetap PT AI memiliki karakteristik tidak mudah dipindahkan dan
letaknya tersebar di dalam unit-unit yang disewakan sehingga akses terhadap aset
cukup terjaga. Walaupun begitu, akan lebih baik bila tim audit melakukan
pemeriksaan fisik atas aset tetap klien. Karena pengujian saldo akhir aset tetap
terlalu bergantung pada daftar aset tetap yang disiapkan oleh klien yang mudah
sekali diubah-ubah oleh pihak yang memiliki akses atas data tersebut. Dengan
adanya prosedur pemeriksaan fisik, akan membantu auditor untuk dapat mencapai
tujuan audit terkait kejadian dan kelengkapan.
4.3 Hasil Temuan Audit
Melalui berbagai prosedur yang dijalankan tim audit atas akun aset tetap PT
AI, tim audit dapat menyimpulkan bahwa akun aset tetap telah disajikan secara
wajar oleh PT AI. Terdapat temuan berupa selisih pada penghitungan beban
depresiasi aset komputer. Timbulnya kesalahan pada perhitungan depresiasi ini
diakibatkan adanya salah input pada daftar aset tetap. Namun, tim audit
memutuskan untuk tidak melakukan investigasi secara lebih lanjut. Tim audit
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
66
Universitas Indonesia
mengajukan adanya jurnal penyesuaian atas temuan tersebut walaupun jumlahnya
jauh dibawah tingkat materialitas yang digunakan.
Selain dari selisih tersebut, tim audit merasa pengendalian atas aset tetap
yang dilakukan oleh PT AI masih belum cukup baik. Pengawasan dan pemeliharaan
atas aset tetap akan lebih baik lagi bila PT AI menggunakan nomor identifikasi
khusus untuk setiap aset tetap dan secara berkala melakukan pemeriksaan fisik atas
aset tetap yang dimiliki. Adanya pemeriksaan fisik secara berkala dapat membantu
PT AI dalam memastikan bahwa daftar aset tetap yang disiapkan benar-benar sesuai
dengan kondisi yang sebenarnya. Karena ada saja kemungkinan adanya aset tetap
yang hilang atau sudah tidak mampu berfungsi sesuai perkiraan awal tanpa disadari,
dan aset tersebut masih tercatat di dalam daftar aset tetap.
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
67 Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penulis telah menyelesaikan program magang di KAP OBSE untuk periode
Januari hingga April. Selama mengikuti program magang, penulis ditugaskan untuk
melakukan audit atas laporan keuangan PT AI untuk periode pelaporan yang
berakhir pada 31 Desember 2013. Aset tetap merupakan salah satu akun yang
menjadi tanggung jawab penulis ketika melakukan audit pada PT AI. Berdasarkan
pengalaman dan analisis yang dilakukan oleh penulis, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Kebijakan Akuntansi PT AI
Berdasarkan analisis terhadap kebijakan akuntansi atas aset tetap PT AI,
penulis menyimpulkan bahwa kebijakan akuntansi yang diterapkan oleh PT AI
telah sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia.
Kebijakan atas pengakuan, pengukuran, dan penghentian pengakuan aset telah
sesuai dengan PSAK 16 (revisi 2011) mengenai aset tetap. PT AI memiliki
kebijakan atas penyusutan, nilai sisa, dan umur manfaat dengan alasan kepraktisan.
Berdasarkan PSAK 16 mensyaratkan entitas untuk melakukan pengkajian ulang
secara berkala atas metode penyusutan, nilai sisa, dan umur manfaat berdasarkan
pola penggunaan dari masing-masing aset. Pengkajian atas umur manfaat, nilai
residu, dan metode depresiasi walaupun berdasarkan keterangan manajemen telah
dilakukan secara berkala, tidak ada dokumen pendukung sebagai bukti dari adanya
proses pengkajian tersebut.
2. Prosedur Audit KAP OBSE
Berdasarkan analisis atas proses audit yang dijalankan KAP OBSE yang
mengacu pada Deloitte Audit Approach Manual (DAAM), penulis dapat
menyimpulkan bahwa proses audit secara substansi sudah sesuai dengan teori dan
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
68
Universitas Indonesia
Standar Profesional Akuntan Publik. Dalam menjalankan kerja lapangan, prosedur
yang telah dirancang oleh tim audit KAP OBSE juga sudah sesuai dengan teori
audit atas aset tetap yang dipaparkan Arens et al. (2009). Tim audit tidak
melakukan pengujian pengendalian internal atas aset tetap PT AI dikarenakan pada
tahapan perencanaan tim audit memutuskan untuk tidak bergantung pada
pengendalian internal klien. Selain itu, prosedur audit yang dijalankan KAP OBSE
tidak menjalankan pengujian atas penurunan nilai aset tetap dan prosedur
pemeriksaan fisik yang biasa dilakukan dalam mengaudit aset tetap. Tim audit
merasa pengujian atas penurunan nilai tidak perlu dilakukan karena tidak terdapat
indikasi penurunan nilai dan klien sedang tidak melakukan corporate action.
Sementara itu, prosedur pemeriksaan fisik tidak perlu dilakukan karena sebagian
besar aset tetap perusahaan terdiri dari gedung dan furniture yang terletak di dalam
unit-unit apartemen. Karakteristik tersebut menjadikan aset tetap menjadi tidak
mudah dipindahkan, sehingga risiko kehilangan aset tetap dianggap kecil.
3. Hasil Temuan Audit atas Aset Tetap PT AI
Setelah prosedur audit atas aset tetap dilakukan, tim audit mendapatkan
beberapa temuan terkait aset tetap PT AI, yaitu:
a. Terdapat selisih pada perhitungan beban depresiasi atas aset tetap komputer
PT AI. Namun, selisih tersebut memiliki nilai di bawah dari tingkat
materialitas yang ditetapkan sehingga tidak memerlukan adanya investigasi
lebih lanjut. Tim audit tetap mengajukan jurnal penyesuaian atas selisih
tersebut.
b. Tim audit menemukan adanya kelemahan dalam pengendalian internal atas
aset tetap yang dimiliki PT AI. PT AI tidak menjalankan pemeriksaan fisik
secara berkala dan aset tetap tidak dilengkapi dengan nomor identifikasi.
Kedua bentuk pengendalian tersebut dapat membantu PT AI dalam
melakukan pengawasan terhadap aset tetap yang dimiliki, sehingga
pencatatan akuntansi dapat dilakukan secara lebih representatif dengan
kondisi yang sebenarnya.
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
69
Universitas Indonesia
Secara keseluruhan, tim audit dapat berkesimpulan bahwa akun aset tetap
PT AI telah disajikan secara wajar.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Kepada PT AI
1. Manajemen sebaiknya melakukan pengkajian atas kebijakan metode
depresiasi, umur manfaat, dan nilai residu secara berkala untuk memastikan
kebijakan terkait depresiasi benar-benar sesuai dengan pola penggunaan
aset perusahaan, tidak hanya sebatas alasan kepraktisan. Sebaiknya proses
pengkajian ini juga didokumentasikan ke dalam dokumen pendukung,
sehingga ada bukti yang dapat dipertanggungjawabkan.
2. Sebaiknya perusahaan melakukan pengkajian atas penyusunan daftar aset
tetap untuk memastikan tidak ada kesalahan input data yang timbul atas
kelalaian staf akuntansi. Pengkajian juga sebaiknya dilakukan oleh personil
yang berbeda, untuk memastikan adanya pemisahan tugas.
3. Dalam mengelola aset tetapnya, akan lebih baik bila PT AI melakukan
pemeriksaan fisik secara berkala. Dengan adanya pengawasan secara
berkala ini, selain akan lebih memastikan ketepatan dalam pencatatan, juga
akan membantu PT AI dalam melakukan pemeliharaan atas aset tetap yang
dimiliki. Akan lebih baik jika masing-masing aset tetap diberikan nomor
identifikasi khusus. Dengan adanya nomor identifikasi khusus akan
memudahkan juga bagi pengawasan atas aset tetap perusahaan dan juga
akan memudahkan bila auditor menjalankan prosedur pemeriksaan aset
tetap.
5.2.2 Saran Kepada KAP OBSE
Berikut beberapa saran yang penulis dapat berikan kepada KAP OBSE,
selaku tempat penulis menjalankan program magang:
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
70
Universitas Indonesia
1. Terkait prosedur audit atas aset tetap, akan lebih baik bila dalam mengaudit
aset tetap, auditor juga mengumpulkan bukti audit berupa pemeriksaan fisik
aset tetap. Dengan melakukan pemeriksaan fisik, auditor dapat dengan lebih
baik menilai keberadaan dari aset tetap yang dimiliki klien.
2. Melakukan penilaian atas adanya indikasi terhadap penurunan nilai aset
tetap milik klien. Penilaian atas adanya indikasi ini sebaiknya dilakukan
secara berkala berdasarkan persyaratan indikasi yang terdapat pada PSAK
48 (revisi 2009) terkait penurunan nilai, bukan hanya sebatas adanya
corporate action yang dilakukan klien.
3. Selama menjalani program magang di KAP OBSE, penulis mengalami
sedikit kesulitan di awal-awal masa program. Sebaiknya ketika pelatihan,
anak magang diberikan pelatihan untuk membuat kertas kerja bagi semua
area akun. Karena terkadang anak magang sudah diberikan tanggung jawab
yang cukup besar untuk mengerjakan berbagai saldo akun, sementara yang
diajarkan ketika pelatihan hanya empat area akun.
4. Selain itu, akan lebih baik ketika anak magang mulai ditugaskan ke klien,
mereka diberikan sedikit pemahaman atau briefing singkat untuk
membahas hasil perencanaan audit atas klien yang menjadi tanggung
jawabnya. Pemahaman atas hasil perencanaan tersebut tentu akan
membantu anak magang ketika menjalankan prosedur substantif karena
mereka akan lebih paham risiko-risiko yang meliputi dan tujuan yang ingin
dicapai dari prosedur yang dijalani.
5.2.3 Saran Kepada Program Studi Akuntansi
Berikut beberapa saran yang penulis dapat berikan kepada program studi S1
Akuntansi FEUI:
1. Sebaiknya proses pengajuan topik karya akhir dapat dilakukan secara
online. Pengajuan topik karya akhir yang mengharuskan mahasiswa untuk
menemui Kaprodi pada hari kerja dirasa cukup menyulitkan, khususnya
bagi mahasiswa yang sedang menjalankan kegiatan magang. Selain itu,
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
71
Universitas Indonesia
Kaprodi pun juga pasti memiliki kesibukan lain diluar memberikan
persetujuan topik karya akhir.
Penilaian atas proposal karya akhir selain dilakukan secara online juga
sebaiknya dikaji oleh sebuah tim dosen. Selain agar tidak terlalu
memberatkan Kaprodi, diharapkan sistem pengkajian lewat tim dosen ini
dapat memastikan bahwa karya akhir yang diajukan mahasiswa benar-benar
layak dan mendapatkan feedback dari berbagai sudut pandang.
2. Mengembangkan kerjasama antar program studi S1 akuntansi dengan
berbagai perusahaan dan institusi, baik swasta ataupun milik negara, dalam
memberikan kesempatan magang bagi mahasiswa. Hal ini diupayakan agar
kegiatan magang mahasiswa tidak terbatas pada bidang audit saja, namun
juga dapat meliputi bidang sektor publik, sistem informasi, pajak, dan
konsentrasi ilmu lain.
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
72
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Arens, Alvin A., Mark S. Beasley, Randal J. Elder, dan Amir Abadi Jusuf. 2009.
Auditing and Assurance Services - an Indonesian Approach. Singapore:
Prentice Hall.
Deloitte Touche Tohmatsu. 2014. Firm's History. Diakses May 7, 2014.
https://www.deloitte.com/view/en_ID/id/about-us/firm-history/index.htm.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2011. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor
13 Revisi 2011: Properti Investasi. Jakarta: IAI.
—. 2011. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 16 Revisi 2011: Aset
Tetap. Jakarta: IAI.
—. 2009. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 48: Penurunan Nilai
Aset Revisi 2009. Jakarta: IAI.
International Accounting Standards Board. 2005. “Conceptual Framework
Qualitative Characteristics 4: Definition of Understandability and
Materiality.” Norwalk. 1-3.
Kementerian Keuangan Republik Indonesia. 2009. Peraturan Menteri Keuangan
No. 96/PMK.03/2009: Jenis-jenis Harta yang Termasuk dalam Kelompok
Harta Berwujud Bukan Bangunan untuk Keperluan Penyusutan. Jakarta.
Kieso, Donald E., Jerry J. Wegandt, dan Terry D. Warfield. 2011. Intermediate
Accounting. New Jersey: John Wiley & Sons.
PT AI. 2013. About Us. Diakses May 7, 2014. www.********.co.id.
Standar Profesional Akuntan Publik. t.thn. SA Seksi 311 (PSA No. 05):
Perencenaan dan Supervisi.
—. t.thn. SA Seksi 315 (PSA No. 16): Komunikasi Antara Auditor Pendahulu
Dengan Auditor Pengganti.
—. t.thn. SA Seksi 318 (PSA No. 67): Pemahaman Atas Bisnis Klien.
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
73
Universitas Indonesia
Lampiran 1 - Neraca Bagian Aset PT AI
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
74
Universitas Indonesia
Lampiran 2 – Catatan atas Laporan Keuangan: terkait Aset Tetap
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014
75
Universitas Indonesia
Lampiran 2 – Catatan atas Laporan Keuangan: terkait Aset Tetap
(Lanjutan)
Audit atas aset…, Hirzi Risad, FE UI, 2014