SANG KRISTUS DALAM PUISI INDONESIA MODERN

21
SANG KRISTUS DALAM PUISI INDONESIA MODERN Yoseph Yapi Taum Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Email: [email protected] ABSTRACT Indonesia is a country with Muslims majority population in this world. Before 1970, Teeuw noted that the figure of Christ was not known publically for Indonesians. However, after 1970, I observe that the image of The Christ get more common for Indonesian, as it was shown at the works of literature. In this paper, I show that the Christ was experienced by at least 10 Indonesian poets on 25 poetries. They are not only Christians but also Muslims. On their works, we will learn 5 dominant themes, i.e: 1) Christ as the Savior of all human; 2) Christ belongs to a certain community; 3). Christ makes the sinners repentance; 4) People doubt of Christ holiness; and 5) Christ is a cruel Judge. Keywords: Jesus Christ, religiosity, poetry, poetic experience. 1. PENDAHULUAN Pembahasan tentang Sang Kristus dalam puisi Indonesia modern pernah dilakukan oleh Teeuw (1969: 119-135) dan Atmosuwito (1989: 48-60). Secara umum, uraian Teeuw (1969) mencakup dua hal pokok. Pertama, dikemukakan fakta bahwa kebudayaan Indonesia tidak banyak dipengaruhi dan diresapi oleh agama Kristen. Orang Kristiani merupakan minoritas sehingga Kristus dan Injil tidak menjadi nama atau pengertian yang populer bagi rakyat Indonesia. Kedua, Teeuw menyebut beberapa nama penyair yang pernah menyebut Kristus dalam puisinya, yakni: Chairil Anwar ( Isa, dan Doa), Sitor Situmorang ( Kristus di Medan Perang), WS Rendra ( Ballada Penyaliban, dan Litani bagi Domba Kudus), dan Subagio Sastrowardoyo ( Afrika Selatan). Upaya Teeuw ini adalah sebuah rintisan awal yang patut diikuti dengan kajian terhadap topik yang sama tetapi dengan data dan analisis yang lebih mendalam (intensif) dan meluas (ekstensif). Uraian Atmosuwito (1989) sesunggguhnya lebih terbatas karena hanya menyoroti Sang Kristus dalam beberapa sajak Darmanto Yatman. Dalam kajiannya pun, Atmosuwito tidak mengutip puisi-puisi itu secara utuh. Atmosuwito menyebutkan bahwa sebagai penyair Darmanto Yatman belum mencapai kematangan sebagai “penyair tulen” sekalipun sudah terlihat adanya “kegesitan poetic”. Kekristenan dalam puisi tentu saja bukan “dakwah”, maupun yang berbau penonjolan agama. Begitu pula Sang Kristus dalam sastra seharusnya semacam “Christ beyond dogma”. Kekristenan dalam arti ini seperti dimaksudkan oleh T.S. Eliot, “an unconscious Christianity in literature” (Atmosuwito, 1989: 53). Apakah Kristus itu terlalu ‘sensitif’ sehingga hanya menjadi ‘pembicaraan untuk golongan tertentu saja’ (speaking of themselves)? Menurut Sitor Situmorang, sastra yang bersifat penginjilan adalah “semacam sastra yang dikebiri” (Atmosuwito, 1989: 55). 1

Transcript of SANG KRISTUS DALAM PUISI INDONESIA MODERN

Page 1: SANG KRISTUS DALAM PUISI INDONESIA MODERN

SANG KRISTUSDALAM PUISI INDONESIA MODERN

Yoseph Yapi TaumProgram Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma

Email: [email protected]

ABSTRACT

Indonesia is a country with Muslims majority population in this world. Before 1970, Teeuw noted

that the figure of Christ was not known publically for Indonesians. However, after 1970, I observe

that the image of The Christ get more common for Indonesian, as it was shown at the works of

literature. In this paper, I show that the Christ was experienced by at least 10 Indonesian poets on

25 poetries. They are not only Christians but also Muslims. On their works, we will learn 5 dominant

themes, i.e: 1) Christ as the Savior of all human; 2) Christ belongs to a certain community; 3).

Christ makes the sinners repentance; 4) People doubt of Christ holiness; and 5) Christ is a cruel

Judge.

Keywords: Jesus Christ, religiosity, poetry, poetic experience.

1. PENDAHULUAN

Pembahasan tentang Sang Kristus dalampuisi Indonesia modern pernah dilakukanoleh Teeuw (1969: 119-135) dan Atmosuwito(1989: 48-60). Secara umum, uraian Teeuw(1969) mencakup dua hal pokok. Pertama,dikemukakan fakta bahwa kebudayaanIndonesia tidak banyak dipengaruhi dandiresapi oleh agama Kristen. Orang Kristianimerupakan minoritas sehingga Kristus danInjil tidak menjadi nama atau pengertianyang populer bagi rakyat Indonesia. Kedua,Teeuw menyebut beberapa nama penyairyang pernah menyebut Kristus dalam puisinya,yakni: Chairil Anwar (Isa, dan Doa), SitorSitumorang (Kristus di Medan Perang), WSRendra (Ballada Penyaliban, dan Litani bagiDomba Kudus), dan Subagio Sastrowardoyo(Afrika Selatan). Upaya Teeuw ini adalahsebuah rintisan awal yang patut diikuti dengankajian terhadap topik yang sama tetapi dengandata dan analisis yang lebih mendalam(intensif) dan meluas (ekstensif).

Uraian Atmosuwito (1989) sesunggguhnyalebih terbatas karena hanya menyoroti SangKristus dalam beberapa sajak DarmantoYatman. Dalam kajiannya pun, Atmosuwitotidak mengutip puisi-puisi itu secara utuh.Atmosuwito menyebutkan bahwa sebagaipenyair Darmanto Yatman belum mencapaikematangan sebagai “penyair tulen” sekalipunsudah terlihat adanya “kegesitan poetic”.

Kekristenan dalam puisi tentu sajabukan “dakwah”, maupun yang berbaupenonjolan agama. Begitu pula Sang Kristusdalam sastra seharusnya semacam “Christbeyond dogma”. Kekristenan dalam arti iniseperti dimaksudkan oleh T.S. Eliot, “anunconscious Christianity in literature”(Atmosuwito, 1989: 53). Apakah Kristus ituterlalu ‘sensitif’ sehingga hanya menjadi‘pembicaraan untuk golongan tertentu saja’(speaking of themselves)? Menurut SitorSitumorang, sastra yang bersifat penginjilanadalah “semacam sastra yang dikebiri”(Atmosuwito, 1989: 55).

1

Page 2: SANG KRISTUS DALAM PUISI INDONESIA MODERN

Jurnal Ilmiah Kebudayaan SINTESIS, Volume 10, Nomor 1, Maret 2016, hlm. 1-212

Pengalaman tentang Sang Kristussesungguhnya berbeda-beda dari satukebudayaan ke kebudayaan lainnya.Sebagaimana dikemukakan Teeuw (1969),Sang Kristus dan kristianitas di dunia Barattidak dapat dipisah-pisahkan selamaberabad-abad. Dengan demikian, wajarlahbahwa Sang Kristus dan kristianitas itu telahsedemikian pervasif dalam kehidupankeseharian mereka, termasuk juga di dalamlingkungan kesusastraan. Di Indonesia, SangKristus dan Injil bukanlah sebuah nama yangsangat populer karena agama Kristen adalahminoritas.

Tulisan ini bermaksud melakukan kajianulang terhadap tema Sang Kristus dalampuisi Indonesia modern dengan melakukanpembacaan scara intensif dan ekstensif.Tulisan ini memiliki keterbatasan: tidaksemua puisi yang berkaitan dengan Kristussudah terhimpun dan dianalisis di sini.

2. LANDASAN TEORI

Membicarakan Sang Kristus dalampuisi Indonesia modern berati kita memasukisimbol-simbol keagamaan. Untuk itu perludicari landasan yang kuat untuk memandangaspek religiositas dalam sastra’.

Kata religiositas (religosity) menurutThe World Book Dictonary (1980) berarti‘religious feeling or sentiment’ yakni perasaanatau sentimen keagamaan. Sentimen keagamaanadalah segala perasaan batin yang adahubungannya dengan Tuhan. Sentimen iniseringkali diwujudkan dalam: perasaan dosa(guilt feeling), perasaan takut (fear to God), dankebesaran Tuhan (God’s glory).

Kata religiositas berasal dari kata dasar‘religion’ (Indonesia: religi) yang maknanyalebih luas dari kata agama. Agama lebihmenunjuk kepada “lembaga’ kebaktiankepada Tuhan dalam aspeknya yang resmi,yuridis seperti doktrin dan hukum. Sedangkanmanusia religius berarti manusia yang berhatinurani serius, saleh, teliti dalam pertimbanganbatin, dan prihatin terhadap kebaktiankepada sang ilahi (Mangunwijaya, 1988: 11).

Jadi berbicara tentang manusia religius, kitatidak perlu menyebut seseorang menganutagama tertentu. Kata ini lebih bermaknapersonal, lebih dinamis karena lebihmenonjolkan aspek eksistensinya sebagaimanusia. Bahkan ada orang yang secaraformal tidak menganut ‘agama’ tertentutetapi cita rasanya, sikap dan tindakannyasehari-hari pada hakikatnya religius(Mangunwijaya, 1988: 12-13).

Hubungan antara Sastra dan Agamamemiliki dua alasan atau motivasi pokok(Goenawan, 1982: 138-139). Pertama, adalahmotif-motif kesusastraan sendiri, yaknipersoalan pencarian identitas diri sastrawan-sastrawan. Untuk mendapatkan identitas diriyang ‘tersendiri’ atau ‘berani tampil beda’maka para pengarang bersibuk diri denganmenggali pengalaman-pengalaman darihidup keagamaan yang sering disebut“wilayah yang belum banyak digarap dalamdunia kesusastraan’. Kedua, adalah motif-motif di luar kesusastraan yakni pengaruhpenggolongan serta rivalitas antar-golongandi dalam masyarakat. Kondisi penggolongandan rivalitas antar-golongan ini dimulaitahun 1950-an dengan adanya pemilu danpersaingan politik. Dalam periode tersebutmuncul istilah-istilah seperti ‘kesusastraanIslam”, “kesusastraan Kristen/Katolik”,“kesusastraan proletariat” yang seringkalisukar diterangkan. Dalam persaingan tersebut,muncul kesadaran perlunya sastra darigolongan agama, yang memiliki komitmendengan agamanya.

Religi (agama) dan religiositas memilikiperbedaan pengertian yang sangat signifikan.Religi lebih menunjuk kepada institusikebaktian kepada Tuhan atau kepada ‘DuniaAtas’ dalam aspeknya yang resmi, yuridis,peraturan-peraturan dan hukum-hukumnya,serta keseluruhan organisasi tafsir Alkitabdan sebagainya yang melingkupi segi-segikemasyarakatan. Sedangkan religiositas lebihmelihat aspek yang ‘di dalam lubuk hati’, riakgetaran hati nurani pribadi; sikap personalyang mungkin menjadi misteri bagi oranglain, karena menafaskan intimitas jiwakedalaman si pribadi manusia (Mangunwijaya,

Page 3: SANG KRISTUS DALAM PUISI INDONESIA MODERN

3Yoseph Yapi Taum – Sang Kristus dalam Puisi ....

1988: 12; Hartoko, 1982). Dengan demikian,religiositas lebih dalam dan mengatasi agamayang tampak formal dan resmi. Religiositaslebih bergerak dalam tata paguyuban(Gemeinschaft) yang cirinya lebih intim.

3. METODE

M e t o d e y a n g d i g u n a k a n u n t u kmengumpulkan dan menganalisis data adalahmetode kualitatif-tekstual. Dengan metodeini, penulis mengumpulkan sebanyak mungkin(kalau tidak bisa dikatakan semua) puisi yangberkaitan dengan atau menyebut Sang Kristusdalam puisinya, tanpa melihat latar belakangagama penyairnya. Tujuannya adalah agardapat dikaji dan dirumuskan imaji (penyair)Indonesia tentang Sang Kristus.

Tabel 1: Daftar Penyair, Judul Puisi, dan Agama PenyairNo. Nama Penyair Judul Puisi Agama Penyair1. Chairil Anwar (1922-1949) 1. Isa Islam

2. Doa2. Sitor Situmorang (1923-2014) 3. Chatedrale de Chartes

4. Kristus di Medan Perang Kristen5. Kamar I

3. Subagio Sastrowardoyo (1924-1995) 6. Jarak Islam7. Tanda8. Afrika Selatan9. Leiden 12/10/78

4. Darmanto Yatman (1942-) 10. Aku Menatapmu Kristen11. Apa yang Sesungguhnya Harus Kukatakan12. Apakah Kristus Pernah?13. Pa Sia Pa14. Tell Me Is There Any Reason Why Should

I be Born? Tanya si Sui Lin Si Nyamuk5. Linus Suryadi AG (1951-1999) 15. Maria dari Magdala Katolik6. Rusli Marzuki Saria(1936 -) 16. Kristus Sawo Matang Islam7. WS Rendra (1935-2009) 17. Ballada Domba Putih

18. Litani Domba Kudus Katolik8. Saini KM (1939-) 19. Himne Islam9. Hartojo Andangdjaja (1930-1990) 20. Golgotha, Sebuah Pesan Islam

10. Joko Pinurbo (1962 -) 21. Kredo Celana Katolik22. Celana Ibu23. Di Perjamuan24. Di Kalvari25. Mandi

Melalui teknik simak-catat, penulistelah berhasil mengumpulkan sebanyak 25puisi dari 10 orang penyair yang menyebutkanSang Kristus dalam puisinya (PerhatikanTabel 1 di bawah ini). Latar belakang agamasang penyair juga beragam, yakni: Islam (5orang atau 50%), Kristen Protestan (2 orangatau 20%) dan Katolik (3 orang atau 30%).1

4. TEMUAN DAN PEMBAHASAN

Pembahasan dalam tulisan ini terbataspada aspek tema yang dikandung teks-tekspuisi. Dari pembacaan yang intensif terhadappuisi-puisi yang berkaitan dengan SangKristus, ditemukan lima gambaran temaumum. Kelima tema besar itu adalah: Kelimatema itu adalah: 1) Kristus Juru Selamat

Page 4: SANG KRISTUS DALAM PUISI INDONESIA MODERN

Jurnal Ilmiah Kebudayaan SINTESIS, Volume 10, Nomor 1, Maret 2016, hlm. 1-214

umat manusia; 2). Kristus menyadarkanpendosa untuk bertobat; 3) Ironi antara imanpada Kristus dan kenyataan; 4) Kristusdiragukan kesucian-Nya; dan 5) Kristusadalah Hakim yang Kejam. Berikut ini akandikaji gambaran tersebut satu per satu.

4.1 Kristus Juru Selamat UmatManusia

Penyair Indonesia modern yangpertama memandang dan berkontemplasitentang Sang Juru Selamat adalah ChairilAnwar. Kontemplasinya yang sangat halusdan menyentuh di hadapan Sang Kristus itutampak dalam puisinya berjudul “Isa” yangdiperuntukkannya kepada Nasrani Sejati.Berikut ini puisi ‘Isa’.

ISAKepada Nasrani Sejati

Itu Tubuhmengucur darahmengucur darah

rubuh

patah

mendampar tanya: aku salah?

kulihat Tubuh mengucur darahaku berkaca dalam darahterbayang terang di mata masabertukar rupa ini segera

mengatup luka

aku bersuka

Itu Tubuhmengucur darahmengucur darah

Dalam pandangan Chairil, sosok Tubuhyang ‘disaksikannya sendiri’ mengucur(kan)darah merupakan suatu gugatan yang pedih.Sang Kristus yang tubuhnya mengucurdarah, rubuh dan patah itu menanggung

penderitaan bukan karena kesalahan-Nyamelainkan karena dosa manusia (“mendampartanya: aku salah?). Tubuh yang mengucurdarah itu terus-menerus membawa penyairke dalam refleksi diri (“aku berkaca dalamdarah”), berangan-angan mendapatkanpencerahan, pertobatan, perubahan, dankeselamatan (“terbayang terang di matamasa”, “bertukar rupa ini segera”). Ketikaluka di tubuh Sang Kristus itu terkatup(seperti sembuh), aku lirik pun ikut bersukacita, senang karena penderitaan-Nyaberkurang (“mengatup luka/Aku bersuka”).Akan tetapi suka cita itu tidaklah lestarilantaran pemandangan sosok Tubuh yangmengucurkan darah itu masih tetap danterus menerus mengucurkan darah.

Demikianlah dalam kehidupan manusia,Salib dan penderitaan Sang Kristus tidakpernah berakhir. Sosok Tubuh itu tetapmengucurkan darah untuk menebus dosademi dosa, yang terus menerus pula dibuatoleh manusia.

Refleksi Chairil Anwar tentang hidup,dosa, dan Sang Kristus diulang kembali dalampuisinya yang lain berjudul “Doa” yanglagi-lagi ditujukannya “kepada pemelukteguh”. Puisi “Doa” ini ditulis bersamaanwaktu (bulan yang sama, yakni November1943 menurut keterangan HB Yassin). Besarkemungkinannya bahwa “sang Nasranisejati” itu adalah juga “pemeluk teguh” (lihatTeeuw, 1969: 122). Dapat pula ditafsirkanbahwa ketakjuban penyair kepada sosokSang Kristus (yang dikenalnya melaluipertemuannya dengan seorang Nasranisejati) membuatnya ‘termangu,’ merenungidosa-dosanya dan memutuskan untukberpaling kepada-Nya. Secara lengkappuisinya itu sebagai berikut.

DOAKepada Pemeluk Teguh

TuhankuDalam termanguAku masih menyebut namaMu

Biar susah sungguhmengingat Kau penuh seluruh

Page 5: SANG KRISTUS DALAM PUISI INDONESIA MODERN

5Yoseph Yapi Taum – Sang Kristus dalam Puisi ....

cayaMu panas sucitinggal kerdip lilin di kelam sunyi

Tuhanku

aku hilang bentukremuk

Tuhanku

aku mengembara di negeri asing

Tuhankudi pintuMu aku mengetukaku tidak bisa berpaling.

Tuhan tidak lagi dianggapnya sebagaimusuh. Tuhan (yakni sosok Tubuh yangmengucur darah itu) membuat penyair“termangu” dan dalam permenungannya,dia toh menyebut nama Tuhan (“aku masihmenyebut nama-Mu”) sekalipun padamulanya penyair eksistensial ini sangat susahmenyebut nama Tuhan. Dia toh menyapaTuhan juga “mengingat Kau penuh seluruh”.Penyair bahkan bisa merasakan “cayaMupanas suci” meski “tinggal kerdip lilin dikelam sunyi”. Sekalipun samar-samar,penyair tetap merasakan panas dan melihatsinar keagungan Tuhan.

Dalam saat-saat seperti ini, kembalirefleksi dan meditasi Chairil Anwar itu mencuat.Dan dia mengeluh: “Tuhanku, aku hilangbentuk, remuk”. Pilihan kata “aku hilangbentuk, remuk” memiliki asosiasi permainanrima dan bunyi yang sangat dekat dengandiksi “rubuh, patah” dalam puisi “Isa”. Diripenyair yang terasa hancur remuk takberbentuk itu diakibatkan oleh dosa-dosayang membayang (“aku berkaca dalamdarah”). Dia merasa seperti “mengembara dinegeri asing” di mana orang tidak menyapadan segalanya terasa asing. Sekali lagi diamemutuskan bahwa “di pintuMu akumengetuk” karena memang “aku tak bisaberpaling”.

Sosok Sang Kristus dalam dua buahpuisi Chairil Anwar ini menggambarkanKristus sebagai Juru Selamat bagi umat

manusia. Kristus datang dan menderitauntuk menyelamatkan umat manusia.

Penyair lain yang memiliki visi yangsama dengan Chairil Anwar ini adalah W.SRendra. Tema yang diambil oleh keduapenyair ini pun sama, yakni: penderitaanSang Kristus sebagai cara penyelamatanumat manusia. Perhatikan visi penyair W. S.Rendra dalam dua buah puisinya berikut ini.

BALADA PENYALIBANWS Rendra

Yesus berjalan ke Golgotadisandangnya salib kayubagai domba kapas putih

Tiada mawar-mawar di jalanantiada daun-daun palmadomba putih menyerap azab dan deramerunduk oleh tugas teramat dicinta

Mentari melelehsegala menetes dari lupadan leluhur kita Ibrahimberlutut, dua tangan pada Bapa:

—Bapa kami di sorgatelah terbantai domba paling putihatas altar paling agung.Bapa kami di sorgaberilah kami bianglala!

Ia melangkah ke Golgotajantung berwarna paling agungmengunyah dosa demi demidikunyahnya dan betapa getirnya.

Tiada jubah terbentang di jalananbunda menangis dengan rambut dandebu dan menangis pula segalaperempuan kota.

—Perempuan!mengapa kau tangisi dirikudan tiada kau tangisi dirimu?

Air mawar merah dari tubuhnyamenyiram jalanan kering

Page 6: SANG KRISTUS DALAM PUISI INDONESIA MODERN

Jurnal Ilmiah Kebudayaan SINTESIS, Volume 10, Nomor 1, Maret 2016, hlm. 1-216

jalanan liang-liang jiwa yang papadan pembantaian berlangsungatas taruhan dosa.

Akan diminumnya dari tuwungkencanaanggur darah lambungnya sendiridan pada tarikan napas terakhirbertuba—Bapa, selesailah semua!

Puisi “Ballada Penyalipan” merupakansebuah dramatisasi kisah penyaliban YesusKristus yang dipadukan dengan refleksi dandoa yang berasal dari lubuk hati yang palingdalam. Pilihan katanya menyiratkanpenghormatan yang tinggi terhadap sosokKristus. Perhatikan penggunaan frase “bagaidomba kapas putih”, “domba putih menyerapazab dan dera”, “merunduk oleh tugasteramat dicinta”, “jantung berwarna palingagung,” “Air mawar merah dari tubuhnyamenyiram jalanan kering”.

LITANI BAGI DOMBA KUDUSWS Rendra

+ Yesus kecil domba yang kudus

- Lapangkanlah dadamu, ya DombaKudus!

+ Yang terbantai di tengah siang.

- Limpahkanlah kiranya berkatMubagai air!

+ Yang berdarah bagai anggur.

- Meluaplah ampun dari samodrakasihMu!

+ Yang menyala bagai kandil.

- Kami semua adalah milikmu!

+ Duhai, daging korban sempurnaIa tempat lari segala jiwa yang papa.Ia bunga putih, keputihan, danbunga-bunga;

Ia sarang napas langit yang disebutcinta.Ia burung dara dari gading.Ia utusan Bapa dan Dirinya.Ia tebing yang dipukuli arus air.

- Lapangkanlah dadamu, ya DombaKudus!

+ Yang dirobek oleh dendam.Yang dipaku di kayu topangan dosa.Yang menggenggam duri-duri didagingnyaYang ditelanjangi dan membukahatinya.Yang mengampuni si penikamdurjana.Yang dipeluhkan bintik darah.

- Limpahkanlah kiranya berkatMubagai air!

+ Raja tanpa emas tanpa permata.Raja yang dimahkotai duriRaja yang menyusuri jalanan paramiskinRaja yang dibaptiskan pertapa dina.Raja yang diminyaki pelacur yangdipalingi mukaRaja yang ditampar pada pipinya.

- Meluaplah ampun dari samodrakasihMu!

+ Anak buah tubuh perawan benarperawanAnak yang dihadap tiga raja dariTimur.Anak yang mengucap kalimat IlahiAnak yang putih bagai mawar putihAnak yang menutup mata diribabundanya.Anak emas dari kawanan kijang emas.Anak penuh bunga di matabundanya.

- Kami semua adalah milikMu!

+ Domba korban segala umatmanusia.

Page 7: SANG KRISTUS DALAM PUISI INDONESIA MODERN

7Yoseph Yapi Taum – Sang Kristus dalam Puisi ....

Domba yang berlutut di tamanzaitun.Domba yang dibantai dan bangkitdari kematian.Domba yang duduk di kanan Bapa.Domba anak dari segala terang.Domba yang diludahi di Golgota.Domba yang manis, Domba kamisemua.

- Lapangkanlah dadaMu, ya dombaKudus.Limpahkanlah berkatMu bagai air.Meluaplah ampun dari samodrakasihMu.Kami semua adalah milikMu:pengkhianat, pezinah, pemberontak,pembunuh,pendusta dan perampok,Lapangkanlah dadaMu, ya DombaKudus.

P u i s i “ L i t a n i D o m b a K u d u s ”mengungkapkan penghayatan iman danharapan yang mendalam terhadap prosespenyelamatan Yesus Kristus. Dalam agamaKatolik, dikenal doa litani. Kata “litani”berasal dari bahasa Latin “litania”, yangmerupakan terjemahan kata Yunani “litaneia”.Litani berarti untaian doa permohonan yangdiserukan atau dinyanyikan pemimpin doabersahut-sahutan dengan umat. Bentuk doasemacam litani ini barangkali diambil Gerejaawal dari cara berdoa umat Yahudi (bdkMzm 118 dan 136). Doa litani dalam GerejaKatolik cukup banyak. Contohnya: LitaniSanta Hati Yesus Yang Mahakudus (PS 209),Litani Nama Yesus Yang Tersuci (PS 208),Litani Orang Kudus (PS 128), Litani SantoYusuf (PS 219), Litani Santa Perawan Maria(PS 214). Bahkan ada juga litani untuk orangkudus tertentu, misalnya litani Santo Vinsensius,Litani Santo Aloysius, Litani Santo Antonius,dan lainnya.

“Litani Domba Kudus” karya WSRendra ini banyak didaraskan sebagai doaoleh umat Katolik. Puisi ini mengungkapkansemua dimensi keilahian dan keagunganSang Kristus yang tidak saja sesuai dengan

iman Kristiani tetapi juga mengungkapkaniman itu dalam bahasa sastra yang indah.

Dramatisasi kisah sengsara Yesus Kristusseperti yang dilakukan WS Rendra di atas,dipertunjukkan pula oleh Joko Pinurbodalam puisinya yang berjudul “Mandi”. Jikadramatisasi yang dilakukan WS Rendrasesuai dengan gambaran historis sepertidikisahkan di dalam Kitab Suci (lihat Lukas,22: 14-23; Yohanes, 18: 13-24, Mateus, 26:53-66; Markus, 14: 57-64), gambaran JokoPinurbo benar-benar kreatif, sesuai dengankecenderungan kepenyairannya sendiri. Kisahpenyaliban Yesus Kristus digambarankannyaseperti orang-orang yang dengan paksamemandikan korbannya. Penderitaanmahadahsyat pun dapat kita rasakan daripuisi ini.

MANDI

Mereka tiba di kamar mandimenjelang tengah malam ketikalangit terang dan bulan sedangcemerlang. Pemimpin rombongansegera angkat bicara: “Hadirinsekalian, malam ini kita berkumpuldi sini untuk mengantar mandi salahseorang saudara kita. Mari kitasakiti dia agar sempurnalahmandinya.”

Korban segera diseret ke kamarmandi dan diperintahkan berdiri didepan. Wajahnya tertunduk pucat,tubuhnya gemetar, dan matanyaseperti kenangan yang redupperlahan. Belum sempat pemimpinrombongan menanyakan tanggallahir dan asal-usul korban, orang-orang yang sudah tak sabarmenyaksikan sekaratnya berserunyaring: “Mandikan dia! Mandikandia!”

Tubuh tak bernama yang terlampautabah menerima cambukan waktuyang gagah perkasa. Mandikanlah dia.

Page 8: SANG KRISTUS DALAM PUISI INDONESIA MODERN

Jurnal Ilmiah Kebudayaan SINTESIS, Volume 10, Nomor 1, Maret 2016, hlm. 1-218

Mulut tanpa kata yang tak perlu lagimengucap segala yang takterucapkan kata. Mandikanlah dia.

Hati paling rasa yang tak pernahusai memburu cinta di rimba raga.Mandikanlah dia.

Mandikanlah dia hingga tak tersisalagi luka.

Pembantaian sebentar lagi dimulai.Hadirin segera pergi setelah masing-masing menghunjamkan nyeri keulu hati. Korban dibiarkan terkapardi kamar mandi.

Sepi yang tinggi besar melangkahmasuk sambil terbahak-bahak.Korban diperintahkan berdiri.Mandi!” bentaknya. Dengan geramditerkamnya tubuh korban dankemudian dikuliti. Lihatlah, korbansedang mandi. Mandi dengan tubuhberdarah-darah.

Bahkan bulan tak berani bicara;dengan takut-takut ia melongoklewat genting kaca. Sepi makinberingas. Ia cengkeram tubuh kuruskorban, ia serahkan lehernya kepadayang terhormat tali gantungan.Krrrkk! Sepi melenggang pergisambil terbahak-bahak,meninggalkan korban berkelejatansendirian. Lalu, di hening malamitu, tiba-tiba terdengar seorang bocahmenjerit pilu: “Ibu, tolong lepaskanaku, Ibu!”

(2003)

Dilema dalam sejarah penderitaanYesus Kristus dari sisi manusiawinya punterungkap dalam puisi ini. Jika di dalamkisah historis Yesus berdoa kepada Bapak-Nya di surga, “Bapa-Ku, kalau mungkin,biarlah cawan ini berlalu dari-Ku” (Mateus,26:38), dalam puisi “Mandi”, penyair

menjerit pilu pada Ibunya: “Ibu, tolonglepaskan aku, Ibu!”

Penyair lain yang mengekspresikan visitentang Kristus sebagai juru selamat umatmanusia dikemukakan oleh penyair Muslim,Saiki K.M.2 Perhatikan puisinya berikut ini.

HIMNESaini K. M.

Bahkan batu-batu yang keras danbisuMengagungan namaMu dengan carasendiriMenggeliat derita pada lekuk danliku bawah sayatan khianat dandusta.

Dengan hikmat selalu kupandangpatungMumenitikkan darah dari tangan dankaki dari mahkota duri dansembulan pakuYang dikarati dosa manusia.

Tanpa luka-luka yang lebar terbukadunia kehilangan sumber kasihBesarlah mereka yang dalam nestapamengenalmu tersalib di dalam hati.

Saini K.M. menggambarkan sosokKristus dengan sebuah penghayatan yangsangat intensif. Sekalipun penyair ini bukanpenganut agama Kristen, keagungan Kristusdipandangnya sebagai sesuatu yang nyata.“Bahkan batu-batu yang keras dan bisu//Mengagungkan namaMu dengan carasendiri.” Penderitaan Kristus adalah “sayatankhianat dan dusta” manusia. Maka sebagaimanusia, “kupandang patungMu”, sesuatuyang biasa dilakukan orang Kristen sambilmerefleksikan dosa manusia. Makna penyalibanitu pun dipahami sebagai tugas penyelamatandunia. “Tanpa luka-luka yang lebar terbuka//dunia kehilangan sumber kasih”.

Di puncak refeleksinya, penyair teguhberkeyakinan, “Besarlah mereka yangdalam nestapa//mengenalmu tersalib didalam hati.”

Page 9: SANG KRISTUS DALAM PUISI INDONESIA MODERN

9Yoseph Yapi Taum – Sang Kristus dalam Puisi ....

Keyakinan akan peran Kristus sebagaiJuru Selamat umat manusia terlihat puladalam puisi Joko Pinurbo, “Kredo Celana”.Penyair yang selalu mempersoalkan berbagaiihwal substansif-filosofis dengan metaforapengalaman yang paling empirik inimengibaratkan sejarah penyelamatan Kristusdengan sejarah celana jins. Celana jins Yesusyang sudah robek dan bernoda darah didengkulnya, diperolehnya di pasar loak.Iman akan celana itu barangkali pernahdimiliki pencuri yang kelaparan, guru yangdihajar hutang, atau pengarang yangdianiaya kemiskinan. Siapapun yang pernahmengimani dan memiliki celana itu tidakpenting. Kini sudah menjadi milik penyair,yang dengan bangga menggunakannyamembaca puisi di sebuah gedung pertunjukan.Dan yang lebih penting lagi adalah penyairitu bangga mengenakan celana Yesus.

KREDO CELANA

Yesus yang seksi dan baik hati,kutemukan celana jeans-mu yangkoyak disebuah pasar loak.Dengan uang yang tersisa dalamdompetku kusambar ia jadi milikku.

Ada noda darah pada dengkulnya.Dan aku ingat sabdamu:“Siapa berani mengenakan celanakuakan mencecap getir darahku.”Mencecap darahmu? Siapa takut!Sudah sering aku berdarah,walau darahku tak segarangdarahmu.

Siapa gerangan telah melegocelanamu?Pencuri yang kelaparan,pak guru yang dihajar hutang,atau pengarang yang dianiayakemiskinan?Entahlah. Yang pasti celanamupernah dipakai bermacam-macamorang.

Yesus yang seksi dan murah hati,Malam ini aku akan baca puisiDi sebuah gedung pertunjukanDan akan kupakai celanamuYang sudah agak pudar warnanya.Boleh dong sekali-sekali akutampil gaya.

(2007)

4.2 Kristus Menyadarkan Pendosauntuk Bertobat

Kehadiran Kristus sebagai manusia suciterkadang juga menimbulkan rasa bersalahpada manusia. Manusia menjadi teringat(dan bertobat?) akan dosa-dosanya. Kristusbukanlah figur pembawa damai danketenteraman batin, melainkan sebaliknyajustru memojokkan manusia. Hal ini tampakdalam puisi “Aku MenatapMu” dan “ApaYang Sesungguhnya Harus Kukatakan”, PaSia Pa”, dan “Tell Me Is There Any ReasonWhy Should I Be Born? Tanya si Suilin siNyamuk” karya Darmanto Jatman; “Chatedralede Chartes,” “Kamar I, Kepada Madame Z.”karya Sitor Situmorang, dan “Leiden 12/1078” karya Subagio Sastrowardoyo.

Anehnya, kesadaran semacam inikebanyakan muncul pada para penyair yangberlatar belakang Kristiani.

AKU MENATAPMUDarmanto Jatman

Maka malam pun sobekMatahari gugur dalam ledakan bomKetika pertempuran

tanpa medantanpa lawanitu

Jarak kitaSengkarut sistem moralmacam-macamYang membenamkanTuhan ke dasar rawaSengkerut dogma theologiamacam-macam

Page 10: SANG KRISTUS DALAM PUISI INDONESIA MODERN

Jurnal Ilmiah Kebudayaan SINTESIS, Volume 10, Nomor 1, Maret 2016, hlm. 1-211 0

…………….

KekasihkuBetapapun kemelutnyaJangan lepaskan tanganmu!

Tangan kita yangbertautan—Itulah Kristus padajaman farisiTangan kita yangbertautan—Itulah kedamaiankita kini.

Puisi ini menggambarkan dilema yangsangat mendalam tentang pertobatan disatu pihak, dengan pengkhianatan (menurutsistem moral) di lain pihak. Kristus dansejarah penyelamatan serta pertobatan umatmanusia memang menjadi keutamaanKristiani. Akan tetapi kelekatan padakekasih (gelap) juga memberikan kedamaiandi hati mereka. Karena itu, mereka tetapmenerima Sang Kristus, seperti kaum Farisiyang bersikap munafik dan pura-puramenjalankan ajaran agamanya. Mereka punberketetapan hati untuk tetap berselingkuh.“Kekasihku//Betapapun kemelutnya//Jangan lepaskan tanganmu!”

Mengapa pilihan “tetap dengankekasih gelap” itu yang diambil? Karena adakedamaian di dalamnya, seperti di jamanhidup Yesus dan kaum Farisi. “Tangan kitayang bertautan//—Itulah Kristus padajaman farisi//Tangan kita yang bertautan//—Itulah kedamaian kita kini”.

Tema pertobatan dari “kekasih gelap”atau dari “Cinta yang selalu bikin repotorang saja” juga jelas terungkap dalam puisi“Apa yang Sesungguhnya Harus Kukatakan”.Perhatikan puisinya berikut ini.

APA YANG SESUNGGUHNYAHARUS KUKATAKAN3

Darmanto Yatman

Lewat jendela kamarkuAku menjengukmu‘Adakah kau sehat-sehat saja

Seperti waktu aku dulumeninggalkanmu?”

(Seperti Nuh membukajendela kapalnyaBerharap‘Semoga ada daratandengan bunga-bungaserta buah-buah”Kami pun sama-samamelepas burung dara)

DuluKalau aku duduk di muka jendela iniKuberondongkan seribu tembakan(Suara tanpa rupa)Yang menghancurkan nestapayang menyergapkuapabila aku dihukum ibu.

Dan sekarangBahkan seribu tambah satutembakanTak mampu melukai dukayang menyerbuku.

Sementara perhitungantelitiMemunculkan berbagai-bagai ancamanLawan yang tersembunyiSerta medan yang takterpetakan(Namun toh tiada malu-malunya kita berdoa:‘Semoga terjadilahSemogaSedang kepadamukukatakan selaluWahai)‘Hidupku adalah keajaibanHeranKenapa belum paham-paham juga?!”

——Di bawah pohon-pohon kenariDi sepanjang bukit-bukitKabut berjalan dengan diam-diam

Page 11: SANG KRISTUS DALAM PUISI INDONESIA MODERN

1 1Yoseph Yapi Taum – Sang Kristus dalam Puisi ....

Lalu berbisik:Siapakah yang mati?Akupun pucatNamun tak urung:ManusiaYaManusia terbaik abad ini.

Bah!Apakah gunanya aku berbantah-bantah dengan TuanToh Ia selalu lebih benar?

Kabut menghampiri jendelakuSia-sia kuberondongkan tembakankuSatu kali lagiSebelum sampai putus asaAku menyaksikan dosaku:Cinta yang selalu bikin repot orangsaja!

Percuma usul kita:‘TuhanHarap yang begini-beginiKau beri hak hidup jugaBetapapun terbatasnya’Sebab Tuhan sendiri toh tak pernahkesepianSekalipun Ia bujangan.

Wah.Lewat jendela kamarkuKukirimkan suratku kepada-Nya: KristusSeandainya Kau kesasar dalamperjalananMuMampirlah ke rumahkuAku sangat butuh bantuan-MuAku pengin coba-coba menulis pesan

CintakuYang abadiYang penuh pasiYang manusiawi

Yang belum lagi jadi milikku kini.

Puisi ini barangkali belum sampaipada makna pertobatan sejati. Sebaliknya,kehadiran Kristus dipandang bisa memberikan

bantuan legitimasi mempersatukan “cintaku,”yaitu “cinta yang selalu bikin repot orangsaja” menjadi cinta yang abadi—sekalipunpasi—karena cinta yang mereka alamiadalah cinta yang bersifat manusiawi.

Dalam puisi Darmanto Jatman yanglain berjudul “Pa sia Pa” 4, penyair yangmerasa mengenal, memuja, dan takut padaTuhan, tiba pada kesadaran baru bahwa diajustru tidak takut pada Tuhan. Mengapademikian? “Tuhan sudah menghadiahi aku//kesukaran//sebagai jodohku”.

Nah, Tuhan?Setiap orang memang merasamengenalmuTak kecuali akuSetiap orang memang pernahmemujamuTak kecuali akuSemua orang memang takutkepadamu

Kecuali aku:SialanTuhan sudah menghadiahi akuKesukaranSebagai jodohku!

Sekalipun dia mendeklarasikan dirisebagai salah satu orang yang tidak takutpada Tuhan, bunyi dentang lonceng yangterdengar di kesunyian dalam irama “pa siapa”, yang seolah-olah mencari para pendosaselalu membuatnya was-was bahkan takut.

Lonceng pun berdentangmeloncat dari satu dahanke dahan lainnyadalam irama ‘pa siapa’dan kita pun merangkak pelan-pelanpada baris-baris sajakyang tak mampu berkata apa-apa.(Khotbah-khotbah para mandormenara Babel, atauPidato penuh ruh para rasul paraPantekosta (?))

Page 12: SANG KRISTUS DALAM PUISI INDONESIA MODERN

Jurnal Ilmiah Kebudayaan SINTESIS, Volume 10, Nomor 1, Maret 2016, hlm. 1-211 2

Di akhir kisah yang digambarkan puisiini, ketakutan penyair berubah menjadiketerkejutan. Lonceng itu selalu mencarinya.

Matahari pun menggeleserJam pun berdentangDan kita pun terkejut:Wah. Masih dalam irama itu-itujuga!(Pa si apaPa si apa).

Renungan penyair tentang Sang Kristusdalam tema pertobatan terungkap puladalam puisi berujudl “Tell Me, Is There AnyReason Wahy Should Be Born? –Tanya Si SuiLin Si Nyamuk”. Puisi ini menceritakanpengalaman nyamuk bernama Sui Lin yangterpesona dengan kulit hangat Jesus padapagi Paskah. Paskah adalah pesta peringatankebangkitan Kristus dari kubur setelah Diadisiksa, disalibkan, dan dikuburkan. Paskahselalu identik dengan pertobatan.

TELL MEIS THERE ANY REASON WHYSHOULD I BE BORN?— TANYA SI SUI LIN SINYAMUK5

pada pagi paskahmengapung mimpi somnambulistiksi sui linnyamuk yang suka dansa swingditingkah tembangkinanti panglipur wuyungdan sukmaku. sukmakutergelincir pada arus deras manoastreamterdampar di waikiki beachdi antara tubuh-tubuh gosong dibawah matahari sub tropis

sementara angin terjun dalam wangiplumeriasi sui lin terpesona kulit hangat jesus:

wah. jelita macam manadia

macam jelita manatubuhnyayang pedat darah namundagingyang absoletenamun jelita

mampu menciptakanberibu nuansaimaginasi sorgawiuhmkok seperti jesus yaseems like jesus …

hai!jesus! jesus!apakah engkau itu jesusyang serupa anak memelasmencoba menjajakan cinta padaturis?

bau keringat jesusmembikin sui linmenggelinjang berahimemacu arus angingelombang menyikatbendungan mimpinyaseperti judas yang gugupmencoba memutar nasibdengan mengembalikan 30kepeng upahpengkhianatannya –kucari jesus ke seluruhpenjuru bumi!

O jesus! jesus! yang malangpada masa persainganantara kumpeni inikau butuh konglomeratraksasadan manager mahamanageruntuk memasyarakatkancinta-mu.

(sementara gareng pungpada pohonan salammenyulukkan jejerlahirnya jesus:

Page 13: SANG KRISTUS DALAM PUISI INDONESIA MODERN

1 3Yoseph Yapi Taum – Sang Kristus dalam Puisi ....

hoongbumi gonjang ganjinglangit kelap kelapkaton lir kincanging aris….dog. dog. dog. dog:apa saja yang mungkin jadipada dia jadilah!).

eh. kok seperti jesus yaastagafirilah. betul dia!terduduk lesu di sudutnightclub di down town

— hmm. tak satu turis pun maudaganganmu?— belum barangkali— bangsat mereka semua!— aku menjual barang yang tidakmereka butuhkan barangkali— hanya barang-barang terbaik yangjesus jual— hei. kau tahu aku?— my blue eyed god jesus sudah kutempuh dua samudra satu padangpasir berpuluh-puluh pulau untuk menemuimu— takkan lena aku oleh samaranmu (biuuh. bukankah demosthenes jauhdi bawahku?)— bolehkah aku percaya?— nyawaku jaminannya (ee, ini bukan pembujukan gayajudas lho)

dan pada pagi paskah ituaku terjaga di tengah gara-garadisalibnya jesusdiseling gendakan para ledek dalamtayuban: trek tek tek

dung tek dung tek dung

dan sukmaku. sukmakuswaying ditingkah jesus christsuperstarsurfing di pasifikmendarat di antara sukma-sukmasesat ciblon di pesisir

o jesusku malang. jesuskumerpati kembarku waktuaku dilahirkan dulutak sanggup lagi aku mainperan lambang seperti inimenjadi nyamukyang tak urung mestimenghisap darahmu— wahaiampunilah aku.

— plak!

Kisah tragis perempuan malang (sinyamuk Sui Lin) yang begitu jatuh cintapada Jesus Kristus berakhir dengankematiannya, —plak!

Sang Kristus dan misi pertobatan umatmanusia dapat ditemukan pula dalam puisiSitor Situmorang berjudul “Chatedrale deChartes”. Suasana syahdu yang dibangunpenyair ini mengarah pada pertobatankontemplatif yang jernih.

CHATEDRALE DE CHARTES6

Sitor Situmorang

Akan bicarakah Ia di malam sepiKala salju jatuh dan burung putih-putihSekali-sekali ingin menyerah hatiDalam lindungan sembahyang bersih

Ah, Tuhan, tak bisa kita lagi bertemuDalam doa bersama kumpulan umatIni kubawa cinta di mata kekasih keluTiada terpisah hidup dari khianat

Menangis ia tersedu di hari PaskahKetika kami ziarah di Chartres digerejaDoanya kuyu di warna kaca basahKristus telah disalib manusia habiskata

Ketika malam itu sebelum ayamberkokokDan penduduk Chartresmeninggalkan kermis

Page 14: SANG KRISTUS DALAM PUISI INDONESIA MODERN

Jurnal Ilmiah Kebudayaan SINTESIS, Volume 10, Nomor 1, Maret 2016, hlm. 1-211 4

Tersedu ia dalam daunan malamrontokMengembara ingatan di hujangerimis

Pada ibu, istri, anak serta IsaHati tersibak antara zinah dan setiaKasihku satu, Tuhannya satuHidup dan kiamat bersatu padu

Demikianlah kisah cinta kamiyang Bermuda di pekan kembangDi pagi buta sekitar Notre Dame deParisDi musim bunga dan mata remang

Demikianlah kisah hari PaskahKetika seluruh alam diburu resahOleh goda, zinah, cinta dan dosaKarena dia, aku dan istri yang setia

Maka malam itu di ranjangpenginapanTerbawa kesucian nyanyi gerejakepercayaanBersatu kutuk nafsu dan rahmatTuhanLambaian cinta setia dan pelukanperempuan

DemikianlahCerita PaskahKetika tanah basahAir mata resahDan bunga-bunga merekahDi bumi PerancisDi bumi manisKetika Kristus disalibkan

1953

Sajak ini mengungkapkan suatu konflikantara Tuhan (Sang Kristus) dan nafsukelamin yang ada pada manusia (“Bersatukutuk nafsu dan Rahmat Tuhan). Episodedari penyaliban Kristus pada hari Paskahdibawakan dengan penuh khusuk danmengena. Pandangan Sitor Situmorangterkokus pada Antroposentis (lihat Atmosuwito,1989: 58). Pertobatan yang memang hendak

dilakukan pada malam Paskah itu tidaktuntas karena justru di depan Salib itu si akumembawa pula “kekasih kelu” sampai iamerasa berkhianat “Pada ibu, istri, anak sertaIsa//Hati tersibak antara zinah dan setia//Kasihku satu, Tuhannya satu//Hidup dankiamat bersatu padu”

Kesadaran akan dosa, kelemahan,kelalaian ‘meminum darah Kristus’ terungkapdalam puisi Joko Pinurbo “Di Perjamuan”dan “Di Kalvari”.

DI PERJAMUAN

Aku tak akan minta anggurdarahMu lagi.Yang tahun lalu saja belum habis,masih tersimpan di kulkas.Maaf, aku sering lupa meminumnya,kadang bahkan lupa rasanya.Aku belum bisa menjadi pemabukyang baik dan benar, Sayang.

(2006)

Dalam puisi “Di Perjamuan”, penyairberkomunikasi dengan Kristus, yangdisapanya dengan sangat mesra, sepertiseorang kekasih, “Sayang!” Dengan rendahhati, penyair ‘minta maaf” pada SangKekasih di perjamuan (Ekaristi Kudus),bahwa dia tak meminta anggur darah Kristuslagi karena yang lama, yang pernah diberikanpun belum dihabiskannya, hanya disimpannyadi kulkas. Dia menyadari dirinya belummenjadi pemabuk (orang yang sungguh-sungguh mencintai dan meminum anggurdarah-Nya itu habis-habisan).

DI KALVARI

Salibmu tinggi sekali.Ya, lebih baik kaupanjat tubuhmusendiri.

2007

Dalam perenungan kontemplatiftentang penderitaan Kristus di atas kayusalib di Bukit Kalvari, muncul kesadaran

Page 15: SANG KRISTUS DALAM PUISI INDONESIA MODERN

1 5Yoseph Yapi Taum – Sang Kristus dalam Puisi ....

penyair akan begitu tingginya Salib danpenderitaan Kristus itu. Yang bisa dilakukanumat manusia adalah ‘memanjat tubuhmusendiri” untuk mencapai tingginya Salib itu,sebuah refleksi pertobatan atas dosa-dosamanusia sendiri.

4.3 Ironi antara Iman pada Kristusdan Kenyataan

Dalam beberapa puisi Indonesia modern,tema ironi antara iman (kepada Kristus) dankenyataan (melupakan penderitaan sesamamanusia) direfleksikan dengan cukup tajamdan mendalam. Kristus dipahami sebagai“kristusnya orang kulit putih”. Sementaraitu, tingkah laku orang kulit putih (yangmendapat konteksnya yang paling tegasyakni di Afrika Selatan dengan politikApartheidnya yang sangat rasialistis dansangat merendahkan kaum kulit hitam)begitu memuakkan. Sekalipun kelakuanmereka demikian itu, mereka tetaplahmenyanyikan “Hosannah” dan “ ramaiberarak ke sorga”.

AFRIKA SELATAN7

Subagio Sastrowardoyo

Kristus pengasih putih wajah.—kulihat dalam buku injilbergambardan arca-arca gereja dari marmer—Orang putih bersorak: “Hosannah!”dan ramai berarak ke sorga.

Tapi kulitku hitam.Dan sorga bukan tempatku berdiam.bumi hitamiblis hitamdosa hitamKarena itu:aku bumi lataaku iblis laknataku dosa melekataku sampah di tengah jalan.

Mereka membuat rel dan sepurhotel dan kapal terbang.

Mereka membuat sekolah dan kantorposgereja dan restoran.Tapi tidak buatku.Tidak buatku.

Diamku di batu-batu pinggir kotadi gubug-gubug penuh nyamukdi rawa-rawa berasap.

Mereka boleh memburuMereka boleh membakarMereka boleh menembak

Tetapi istriku terus berbiakseperti rumput di pekaranganmerekaseperti lumut di tembok merekaseperti cendawan di roti mereka.Sebab bumi hitam milik kamiTambang intan milik kami.Gunung natal milik kami.

Mereka boleh membunuh.Mereka boleh membunuh.Mereka boleh membunuh.Sebab mereka kulit putihdan kristus pengasih putih wajah.

Jarak antara iman dan kenyataan itusemakin jelas digambarkan SubagyoSastrowardoyo di dalam puisinya” Jarak”.

JARAK

Bapak di sorga, Biar kita jaga jarakini antara kau dan akuKau hilang dalam keputihan ufukDan aku tersuruk ke hutan buta.Hiburku hanya burung di dahandan jauh ke lembahgerau pasar di dusun.Aku tahu keriuhan ini hanya sekaliterdengarSesudah itu padam segala suaradan aku memburu ke pintu rumah.

Bapak di sorga,biarlah kita jaga jarak ini

Page 16: SANG KRISTUS DALAM PUISI INDONESIA MODERN

Jurnal Ilmiah Kebudayaan SINTESIS, Volume 10, Nomor 1, Maret 2016, hlm. 1-211 6

Sebab aku ini manusia mualSekali kau tampak telanjang dihutanAku akan berteriak seperti Jahudi:

“Salib!”Dan kau akan tinggal sebungkahlumpur lekat di kayu.

Yesus yang ada di Salib tidak bermaknaapa-apa selain sebungkah lumpur yangdilekatkan di kayu. Doa umat manusia punjelas: meminta jarak itu tetap dijaga. JikaYesus adalah ufuk (fajar) yang terang, akuadalah kegelapan hutan yang buta.

Dalam puisi “Kristus Sawomatang”,Rusli Marzuki Saria menggambarkan Kristussecara metaforis sebagai “sebutir puntungrokok” berwarna sawomatang yang dipunguttukang sapu di jalanan. Sebagai puntungrokok, Kristus sesungguhnya diinjak-injaksemua orang yang lalu lalang. Sementara itu,di Katedral, orang-orang yang merayakanmisa berseru dan berjanji kepada Kristusuntuk “menyandang Salib ke Golgota”sambil merenungkan kata-kata Yesus sendiridi puncak kesengsaraannya, “Eli, Eli, LamaSabahtani!” Penyair menunjukkan sebuahironi antara iman akan Kristus yang disalib(yang ada di dalam Katedral) dengan kondisinyata Kristus berkulit sawomatang yangtergeletak di jalanan, yang tidak dihiraukansemua orang yang lalu-lalang.

KRISTUS SAWOMATANG8

IKristus sawomatang tergeletak di jalankemudian di pungut tukang sapuyang berkeringat. Sebutir puntungrokok termangusetelah di pijak orang lalu.Katedral sedang mengantarkan misa:Kristus kami menyandangSalib ke Golgota“Eli, Eli, Lama Sabahtani!”

IIMati adalah untuk hidup kembalidalam gaung waktudi mana yang hakiki menyeringaimenantidi bukit-bukit penyamunanorang-orang tidak pernah kembali.Suatu waktukita begitu bijak: melawan mautdengan tinjuKita tinju dinding, kita hardik kelilingSeperti pahlawan yang pulang darimedan perangpenuh bulu. Keyakinan begitu akrabdalam dencing peluru.Ah, kematian bukanlah salahsatujalan terbaikbuat lari dari kenyataan hidup se-hari-hari!Itu desismu.

IIISaat yang paling baik adalah ketikamendongengianak-anak dengan cerita kancil.Tidak terlihat dalam kerutkening. Sederhana dan tidak adafilsafatseperti tukang sapu yangmenemukan Kristus sawomatangdi jalan.Sajak sajakkuadalah sapudan aku si tukang sapu yangtemukan puntung rokoktergeletak di jalan.

Dengan judul “Kristus Sawomatang”,puisi ini menyimpangi konvensi bahwaKristus itu berkulit putih. Siapakah KristusSawomatang itu? Dia adalah orang-orangtertunta-lunta di luar Katedral yang diinjak-injak orang yang lalu lalang. Dalamkeprihatinannya, penyair yang adalah situkang sapu itu memungut sampah puntungrokok Kristus Sawomatang itu dan mematrinyake dalam sajak-sajaknya.

Page 17: SANG KRISTUS DALAM PUISI INDONESIA MODERN

1 7Yoseph Yapi Taum – Sang Kristus dalam Puisi ....

4. KRISTUS DIRAGUKANKESUCIAN-NYA

Ada juga sebuah pemahaman yangkurang populer di kalangan para penganutagama Kristen, yakni: Kristus diragukankesuciannya. Dalam studi ini ditemukan satupuisi karya Darmanto Jatman berjudul“Apakah Kristus Pernah (?)” Pertanyaanretoris ini sesungguhnya dijawab sendiri olehpenyairnya, yakni penyair benar-benarmeragukan Ke-Allah-an” Yesus Kristus.

APAKAH KRISTUS PERNAH (?)9

Darmanto Yatman

Malaekat-malaekatMenobatkan Kitasebagai raja dan ratuSodom & Gomora.

Kita pun terasingsaling asingdan bicara dalam bahasaberbedaKita adalah Nimrod-nimrodkecilyang berteriak dari puncakmenara Babel:Cintailah aku –hhhNimisi Sinimi!

Ketika matahari menggeliatdi atas daun-daun belimbing—aku menghitung batu satu-satudan teringat Yesus:“Yang merasa dirinya tiada berdosahendaklah ia melepar batu yangpertamaatas kepala penjinah itu!”

Malaekat-malaekatbersijingkat jenakaketika para ulamadengan menggenggam salib ditangannyamenuding kita

dan dengan serempak berteriak:“Jina

JinaJina!”

(Apa yang kita yakin sebagai cinta)dan“Iblis

IblisIblis”

(Apa yang kita jalani secara wajarsaja).

Namun daun-daun belimbing tohluruhBunga-bunga belimbing toh gugurKitapun tercenungTak faham bahasa para ulamayang membawa berkat-berkatyang kudus dan penuih cahaya.

Sambil berjalan di antara rumah-rumah tuaserta dongeng-dongeng setan yangmelingkupinya—hujan mengalunkan lagunya:(Apakah Kristus pernah (?))

Apakah Kristus pernahmenggigil kehujanan?

Tapi ia memang pernah menggigilketakutandi Gethsemaneketika hendak disalibkan.

Apakah Kristus pernahgeram akan kata orang?

Tapi ia memang pernah geram luarbiasadi Sinagogeketika melihat orang jualan.

Diam-diamdengan ringanaku pun menjanjikansegala kesukaranyang menghentikan langkahku,

Page 18: SANG KRISTUS DALAM PUISI INDONESIA MODERN

Jurnal Ilmiah Kebudayaan SINTESIS, Volume 10, Nomor 1, Maret 2016, hlm. 1-211 8

SatuDua

SatuDua

Aku pun menujuke rumahmuJinahanku.

Puisi Darmanto Jatman berjudul “ApakahKristus Pernah (?)” secara implisit (karenatidak berani mengungkapkannya secaraeksplisit) mempertanyakan (desas-desus, issu,rumor) bahwa Kristus pernah berselingkuh.Dalam sejarahnya, Kristus kadang-kadangdiduga melakukan perselingkuhan denganMaria Magdalena, pelacur cantik yangpernah mengurapi kaki-Nya dengan minyakwangi. Perhatikan uraian Dan Brown dalambukunya yang kontroversial berjudul “TheDa Vinci Code” tentang misteri perselingkuhanYesus dengan Maria Magdalena itu.

Dengan keyakinan bahwa YesusKristus saja pernah berselingkuh, DarmantoJatman dengan ringan langkah mengatakan,“Aku pun menuju//ke rumahmu//Jinahanku.”

Dalam puisi “Kamar I” yang ditujukankepada Madame Z, penyair Sitor Situmorangsecara eksplisit mempertanyakan, “AdakahIa penipu ataukah anak Tuhan?” Mengapapenyair mengajukan pertanyaan yangmenggugat seperti ini?

KAMAR I10

Kepada Madame Z

Kalau kau Yahudi diburuAku kotamu yang menungguDaerah ramah yang satuParis, Seine, rindu pemburu

Mari kita endapkan hidupDi lukisan di dinding redupKarena Bakh dan putih senjaKarena Yerusalem, dan karena Isa

Laskar pergi memburu anakmanusiaBerperang di tengah gurun

Lama sebelum Hitler membaunBahwa manusia hanya cinta

Kini musim dan rambut ubananMenyejuk wajah kenangankata sepi yang tak berkata-kataAdakah Ia penipu ataukah anakTuhan?

Puisi “Kamar I” mengungkapkankontradiksi antara cinta dan pengkhianatan,antara pembantaian dan penebusan. Penyairdengan tegas mengemukakan latar belakangseorang madam sebagai “Yahudi yang diburu”(oleh Hitler di Jerman) dan keinginankuuntuk memberikan perlindungan penuhcinta kepada sang madame di Paris, Seine.Di tempat ini mereka “endapkan hidup”demi Yerusalem dan Isa. Penyair kemudianmembawa permenungan kita secarakontradiktif pada peran Isa (yang berperangdi tengah gurun demi cinta) dan Hitler (lamasebelum Hitler membaun…membunuhjutaan orang Yahudi). Dalam situasipermenungan yang kontras dan tajam ini,penyair mempertanyakan perihal cinta yangdiajarkan Isa, yang seharusnya dipercayadan diyakini kebenarannya oleh siapapun.

Jika kita tidak percaya pada ajarancinta yang dibawakan oleh Sang Kristus,“Adalah Ia penipu ataukah anak Tuhan?”Pertanyaan retoris ini menuntut jawabanyang tegas dari para pengikut-Nya.

Puisi Subagio Sastrowardoyo berjudul“Leiden” merupakan sebuah ekspresi pemikirantentang sengsara dan wafatnya Yesus Kristusjustru dari perspektif Yesus Kristus sendiri,yang berbeda dengan tugas dan karyapenyelamatan yang dijalankan Kristus.

LEIDEN11

12/10/78 (LARUT MALAM)Subagio Sastrowardoyo

mengapa selalu harus ada siksasebelum bisa terucap geliat nyawa

dia yang disalibditusuk lambungnya dengan tombak

Page 19: SANG KRISTUS DALAM PUISI INDONESIA MODERN

1 9Yoseph Yapi Taum – Sang Kristus dalam Puisi ....

deritadarahnya titik memurnikan sabda

kebahagiaan melumpuhkan tenagaberkata

sebelum sama sekali bisubiar kujatuhkan diri dari menarasehingga terlepas sengsara dalamsyair paling merdu

Melalui perspektif Jesus versi SubagioSastrowardoyo, refleksi tentang sengsara danpenderitaan yang dialami Yesus menjadisebuah refleksi yang sangat manusiawi danberciri antroposentris. Refleksi itu diawalidengan pertanyaan tentang penyiksaan yangharus dialami untuk menyelamatkan jiwa-jiwa: “mengapa selalu harus ada siksa//sebelum bisa terucap geliat nyawa”.

Melalui perspektif antroposentris,penyair kemudian mengemukakan sikap danpandangannya pribadi, yang mengingkarisejarah keselamatan Kristus sendiri. Penderitaandan siksaan terhadap Yesus Kristus membuatInjilnya menjadi semakin murni, “dia yangdisalib//ditusuk lambungnya dengantombak derita//darahnya titik memurnikansabda”.

Akan tetapi, bayangan siksa danpenderitaan itu membuat penyair memilihkanjalan nasib yang berbeda bagi Yesus Kristus.Yesus Kristus justru dilepaskannya dari siksadan penderitaan itu, dengan mengikuti ajakansetan “menjatuhkan diri dari menara”.

sebelum sama sekali bisubiar kujatuhkan diri dari menarasehingga terlepas sengsara dalamsyair paling merdu

Dengan gambaran seperti ini, tampakjelas bahwa Yesus Kristus menurut versiSubagio justru jatuh ke dalam godaan setan.

4.5 Kristus adalah Hakim Yang Kejam

Dalam puisi “Kristus di Medan Perang”,Sang Kristus dipahami (atau dialami?)sebagai seorang hakim yang kejam, yang

senantiasa menghukum yang berdosa.Bahkan Ia juga hakim yang tidak mengenalkata ampun dan pengampunan dosa. Halini terlihat dalam puisi Sitor Situmorangberikut ini.

KRISTUS DI MEDAN PERANG12

Sitor Situmorang

Ia menyeret diri dalam lumpurmengutuk dan melihat langit gugur;Jenderal pemberontak segala zaman,Kuasa mutlak terbayang di angan!

Tapi langit ditinggalkan merah,pedang patah di sisi berdarah,Tapi mimpi selalu menghadang,Akan sampai di ujung: Menang!

Sekeliling hanya reruntuhan.jauh manusia serta ratapan,Dan di hati tersimpan dalam:Sekali ‘kan dapat balas dendam!

Saat bumi olehnya diadili,dirombak dan dihanguskan,Seperti Cartago, habis dihancurkan,dibajak lalu tandus digarami.

Tumpasnya hukum lama,Menjelmanya hukum Baru,Ia, yang takkan kenal ampun,Penegak Kuasa seribu tahun!

1955

Dalam puisi ini, gambaran tentangSang Kristus sebagai hakim yang kejamdidukung oleh pilihan kata dan suasana yangdibangunnya. Puisi ini diawali dengangambaran dan dramatisasi yang dahsyat,lumpur, kutuk, gugur. “Ia menyeret diri dalamlumpur//mengutuk dan melihat langitgugur”. Ia bahkan digelari pemberontaksegala zaman dengan kekuasaan (menghukum)yang mutlak di tangan-Nya. “Jenderalpemberontak segala zaman,//Kuasa mutlakterbayang di angan!”

Oleh karena manusia tidak jugabertobat, “jauh manusia serta ratapan”, Dia

Page 20: SANG KRISTUS DALAM PUISI INDONESIA MODERN

Jurnal Ilmiah Kebudayaan SINTESIS, Volume 10, Nomor 1, Maret 2016, hlm. 1-212 0

yang sudah berkorban jiwa dan raga akanbalas dendam “Sekali ‘kan dapat balasdendam!” Dan pembalasan itu begitudahsyatnya, “Seperti Cartago, habisdihancurkan,//dibajak lalu tandusdigarami.”

5. KESIMPULAN

Percy Bysshe Shelley menegaskanbahwa puisi adalah rekaman detik-detikpengalaman puncak (peak experience) dalamhidup manusia, termasuk pengalaman puitisdan religiositasnya. Pengalaman puitik danreligiositas berhubungan dengan aspek ‘didalam lubuk hati’, riak getaran hati nuranipribadi; sikap personal yang mungkinmenjadi misteri bagi orang lain, karenamenafaskan intimitas jiwa kedalaman sipribadi manusia. Penyair-penyair Indonesiamerekam pengalaman puitik dan religiositasnya(kadang-kadang imannya) berkaitan dengansosok Sang Kristus. Dari kajian singkat diatas, dapat disimpulkan bahwa masyarakatIndonesia kini sudah lebih banyak mengenaltokoh Sang Kristus dibandingkan dengan erasebelum tahun 1970-an. Dapat dikatakanbahwa kini Sang Kritus sudah cukup populerdi bumi Nusantara. Jumlah penyair Muslim

yang lebih banyak merefleksikan SangKristus dibandingkan dengan penyairKristen menunjukkan bahwa Dia tidak hanyadikenal oleh penyair-penyair yang beragamaKristiani, tetapi juga oleh para penyair non-Kristiani.

Studi ini menemukan lima tema pokokyang muncul dari kajian terhadap puisi-puisimodern yang berkaitan dengan Sang Kristus.Kelima tema itu adalah: 1) Kristus Juru Selamatumat manusia; 2). Kristus menyadarkanpendosa untuk bertobat; 3) Ironi antaraiman pada Kristus dan kenyataan; 4) Kristusdiragukan kesucian-Nya; dan 5) Kristusadalah Hakim yang Kejam.

Puisi-puisi yang ditulis oleh berbagaipenyair Indonesia yang berkaitan denganSang Kristus merupakan ekspresi pengenalan,pemahaman, iman religious, atau bahkanmempertanyakan segi-segi tertentu dalamkehidupan Yesus Kristus ataupun kehidupanpenyair sendiri. Semua ekspresi itu menjaditanda yang jelas bahwa sosok Sang Kristushadir dalam kesadaran para penyair Indonesiamodern di bumi Nusantara ini. Adafenomena, penyair non-Kristiani dapat lebihmengenal, memahami, bahkan mengimaniKristus dan Injil-nya dibandingkan denganpenyair yang benar-benar hidup dalamtradisi dan iman Kristiani.

DAFTAR PUSTAKA

Abrams, M. H., 1981. A Glossary of LiteraryTerms: Fourth Edition. New York,Chicago: Holt, Rinehart and Winston.

Atmazaki, 1993. Analisis Sajak: Metodologi danAplikasi. Bandung: Angkasa.

Atmosuwito, Subijantoro, 1989. Perihal Sastradan Religiositas dalam Sastra. Bandung:C.V. Sinar Baru.

Brown Dan, 2003. The Da Vinci Code. NewYork: Doubleday.

Driyarkara, N. 1980. Driyarkara tentangKebudayaan. Yogyakarta: Kanisius.

Drost, J., SJ. 1983. “Lembaga PendidikanKatolik” dalam Prisma No. 9 September1983 Tahun XII. Jakarta: LP3SE

Hartoko, Dick, 1982. Tonggak PerjalananBudaya: Sebuah Antologi. Yogyakarta:Kanisius.

Hartoko, Dick. 1991. Manusia dan Seni.Yogyakarta: Kanisius.

Luxemberg, Jan Van, 1985. Pengantar TeoriSastra . Diindonesiakan oleh DickHartoko. Jakarta: Gramedia.

Mangunwijaya, Y.B., 1988. Sastra danReligiositas. Yogyakarta: Kanisius.

Pradopo, Rachmat Djoko, 1990. PengkajianPuisi: Analisis Strata Norma dan AnalisisStruktural dan Semiotik. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.

Sutrisno, Mudji dan Christ Verhaak, 1993.Estetika: Filsafat Keindahan. Seri PustakaFilsafat. Yogyakarta: Kanisius.

Page 21: SANG KRISTUS DALAM PUISI INDONESIA MODERN

2 1Yoseph Yapi Taum – Sang Kristus dalam Puisi ....

Taum, Yoseph Yapi, 1995. “Teks dan Estetika:Sebuah Refleksi” dalam Majalah

Kebudayaan Umum Basis, September 1995 -XLIV - No. 9. Yogyakarta: Andi Offset.

Teeuw, A., 1978. Sastra Baru Indonesia. Ende:Percetakan Arnoldus.

Teeuw, A., 1979. Sastra dan Ilmu Sastra:Pengantar Teori Sastra. Jakarta:Pustaka Jaya – Giri Mukti Pasaka.

Teeuw, A., 1980. Tergantung Pada Kata.Jakarta: Pustaka Jaya.

Teeuw, A., 1982. “Sang Kristus dalam PuisiIndonesia Baru” dalam SejumlahMasalah Sastra (Satyagraha Hoerip,Ed.). Jakarta: Sinar Harapan.

Waluyo, Herman J., 1991. Teori dan ApresiasiPuisi. Jakarta: Erlangga.

Yunus, Umar, 1981. Puisi Indonesia dan MelayuModern. Jakarta: Bhatara Karya Aksara.

CATATAN AKHIR

1 Dalam tulisan ini, WS Rendra dimasukkan ke dalam

penyair beragama Katolik (agama yang dianut

Rendra sebelum berpindah keyakinan ke agama

Islam). Selain karena warna khas iman Katolik yang

ditemukan dalam dua puisi yang mengungkapkan

Sang Kristus, puisi-puisi ini pun ditulis Rendra

ketika masih menganut kepercayaan Katolik.2 Dikutip dari “Makna Puisi untuk Kehidupan Kita

Dewasa Ini” MS Hutagalung, Majalah Bahasa dan

Sastra, Tahun II Nomor 1, 1976. Jakarta: Pusat

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, halaman 39.3 Dikutip dari Kumpulan Puisi “Sang Darmanto”

karya Darmanto Jatman. Penerbitan Kesebelas PUISI

INDONESIA, Jakarta, 1976.4 Dikutip dari Kumpulan Puisi “Sang Darmanto”

karya Darmanto Jatman. Penerbitan Kesebelas PUISI

INDONESIA, Jakarta, 1976.5 Dikutip dari Kumpulan Puisi “Bangsat!” karya

Darmanto Jatman. Penerbitan Ketiga PUISI

INDONESIA, Jakarta, 1974.

6 Dikutip dari Sitor Situmorang, “Rindu Kelana:

Pilihan Sajak 1948-1993” Dipilih dan diberi kata

penutup oleh Dr. Riris K. Toha Sarumpaet. Jakarta:

Gramedia Widiasarana, 1994: 11-12.7 Dari Kumpulan Puisi Simphoni, 1971. Jakarta:

Pustaka Jaya.8 Dikutip dari kumpulan Ada Ratap Ada Nyanyi

karya Rusli Marzuki Saria Penerbitan kesembilan

Puisi Indonesia, Jakarta, 1976.9 Dikutip dari Kumpulan Puisi Sang Darmanto karya

Darmanto Jatman. Penerbitan Kesebelas Puisi

Indonesia. Jakarta, 1976.1 0 Dikutip dari Kumpulan Surat Kertas Hijau, Jakarta:

PT Dian Rakyat (h. 35).1 1 Dari Kumpulan Puisi Buku Harian, 1979. Jakarta:

Budaya Jaya.1 2 Dikutip dari Sitor Situmorang, “Rindu Kelana:

Pilihan Sajak 1948-1993” Dipilih dan diberi kata

penutup oleh Dr. Riris K. Toha Sarumpaet. Jakarta:

Gramedia Widiasarana, 1994: 47