Presentasi Kasus - Anestesi Spinal
-
Upload
aris-rahmanda -
Category
Health & Medicine
-
view
289 -
download
19
Transcript of Presentasi Kasus - Anestesi Spinal
ANESTESI SPINAL
Aris RahmandaFKUPH / 0712010091Kepantieraan Klinik Anestesi dan Reanimasi RSPAD GATOT SOEBROTOPeriode 14 Agustus – 17 Oktober 2015
Pembimbing :dr. Noor Achmadi, Sp.An
ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK
Identitas Pasien• No RM : 809373• Nama pasien : Ny. MF• Umur/ tanggal lahir : 51 tahun• Agama : Kristen• Pekerjaan : PNS• Status sosial : Menikah• Alamat : Jl.Kembang Sepatu no.75,
Senen, Jakarta Pusat• Tanggal masuk RS : 21 September 2015• Tanggal operasi : 23 September 2015
AnamnesisAutoanamnesis pada tanggal 22 September 2015, Pukul 18.30 WIB
Keluhan utama :• Nyeri perut sejak 3 bulan SMRS.
Anamnesis• Pasien mengeluh sering merasa nyeri perut sejak 3 bulan SMRS.
• Nyeri dibawah pusar dan terasa seperti melintir.Pasien
• Menyangkal adanya penjalaran rasa nyeri perut tersebut
• Rasa sakit dirasakan terutama pada saat haid.• Tidak ada hal yang mengurangi rasa sakit yang pasien rasakan.
• Rasa sakit yang ia rasakan dari skala 1 sampai 10 ada di angka 3.
Anamnesis• Adanya muntah , rasa kembung, keluhan pada BAB dan
BAK, demam dan kuning pada mata (-)• Penurunan berat badan dan kencing manis, asma, batuk,
pilek dan demam (-)• Pernah menjalani operasi sebelumnya, yaitu pada 23
tahun lalu berupa operasi Caesar.• Pasien mampu melakukan aktivitas sehari – hari dengan
mandiri tanpa bantuan orang lain. • Gigi goyang maupun ompong (-)• Keluhan seperti perdarahan yang sukar berhenti (-)• Pasien telah berpuasa sejak jam 02.00 WIB dini hari pada
tanggal 23 September,
AnamnesisRiwayat penyakit terdahulu :• Pasien tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya. • Menyangkal pernah kejang, nyeri dada, sakit kuning,
batuk kronis dan pengobatan 6 bulan.Riwayat penyakit penyerta :• Diabetes mellitus, asma , penyakit jantung dan kanker
disangkal.• Pasien memiliki hipertensi sejak 3 tahun lalu dan tidak
rutin kontrol berobat
Anamnesis• Riwayat kebiasaan hidup :Merokok dan minum-minuman beralkohol disangkal pasien• Riwayat pengobatan:Pemakaian obat-obatan rutin disangkal• Riwayat Alergi :Riwayat alergi obat dan makanan disangkal pasien
Pemeriksaan FisikKesadaran : Compos mentisTanda-tanda vital• Tekanan darah` : 140/90 mmHg*• Pernafasan : 16 x/menit• Nadi : 83 x/menit• Suhu : 36.8 oC Antropometri• BB : 57 kg• TB : 164 cm• BMI : 21,4 (gizi normal)Kepala : Normosefali, deformitas (-)Mata : Sklera ikterik -/-, konjungtiva pucat (-)Hidung : Bentuk normal, septum deviasi (-), luka (-), sekret (-)
Pemeriksaan FisikMulut :• Tonsil: T1 - T1
• Gigi : Karies, gigi goyang dan pemakaian protesa (-)• Ketika membuka mulut sebesar mungkin, lebarnya
selebar tiga jari• -Mallampati ILeher : • KGB tidak teraba, Treakea teraba intak di tengah, tidak
ada massa sekitar leher, Ektensi leher sempurna tanpa tahanan.
• Jarak dari Mental – Os. Hyoid tiga jari, Jarak dari bawah mulut – tulang rawan tiroid dua jari
Pemeriksaan FisikThorax :• Jantung• Inspeksi iktus cordis (-)
• Palpasi iktus cordis teraba di sela iga IV linea midklavikularis sinistra
• Perkusi Batas jantung tidak melebar• Auskultasi S1 dan S2 regular, murmur (-), gallop (-)Paru• Inspeksi Simetris saat inspirasi-ekspirasi• Palpasi Taktil fremitus kedua lapang paru simetris• Perkusi Sonor pada kedua lapang paru• Auskultasi Suara nafas vesikular, Rhonki: -/-, Wheezing:
-/-.
Pemeriksaan FisikAbdomen :• Inspeksi Datar• Auskultasi Bising usus (+) normal• Perkusi Timpani pada di seluruh regio abdomen• Palpasi Supel, turgor baikEkstremitas : Akral hangat, capillary refill time < 2 detik
Pemeriksaan PenunjangLaboratorium (21Agustus 2015)
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang• Foto Thorax PA : (17 September 2015)
• COR :CTR < 50% Tidak tampak elongasi dan kalsifikasi aorta
• Paru :Trakea intak di tengahKedua hilus tidak menebalCorakan bronkovaskuler kedua paru normalTidak tampak infiltrate / nodul di kedua lapangan paruLengkung diafragma dan sinus kostofrenikus kanan kiri Baik
• Tulang dan sela – sela iga baik• Soft tissue baik• Kesan : Tidak diteumkan adanya kelainan radiologis
• Spirometri : Tidak dilakukan• EKG (17-9-2015) : Tidak ditemukan adanya kelainan
DiagnosisDiagnosis kerja:• Mioma uteri Pengolongan status fisik pasien menurut ASA:• ASA II Rencana tindakan:• Hystero-Salphingo-Oophorectomy BilateralRencana anestesi:• Anestesi regional dengan teknik spinalResume:Pasien seorang wanita usia 51 tahun, datang dengan keluhan nyeri perut dengan diagnosis pembedahan mioma uteri ,tindakan yang akan dilakukan adalah Hystero-Salphingo-Oophorectomy.Pasien dengan status fisik ASA II dengan penyulit hipertensi tanpa pengobatan terkontrol.Rencana anestesi regional dengan teknik spinal anestesi pada L3-L4
PERSIAPAN ANESTESI
Status Fisik Menurut ASAASA II dengan penyulit :1. Hipertensi grade 1 tidak terkontrol• Tekanan darah 140/90• Tanpa kardiomegali• Echocardiography dalam batas normal• Klinis baik, fungsional tidak terganggu
Rencana AnestesiAnestesi regional dengan teknik Anestesi Spinal
• Riwayat Konsul Antar DepartemenKonsul Kardiologi : acc operasi toleransi ringanKonsul Pulmonologi : acc operasi toleransi ringanKonsul IPD : acc operasi toleransi ringan
• Rencana post-op pasien kembali ke ruangan.
Persiapan Pre-AnestesiSebelum Operasi di Ruang Perawatan :1.Informed consent2.Surat persetujuan operasi3.Konsultasi departemen
• Cardio: acc toleransi ringan
• Pulmo: acc toleransi ringan
• IPD: acc toleransi ringan
Kunjungan Pra-Anestesi1.Anamnesis2. Pemeriksaan Fisik3.Edukasi
• Puasa 6-8 jam, terakhir makan pukul 02.00
• Minum obat anti HT-sesuai IPD
Pre-OperatifRUANG PERSIAPAN OPERASI1.Identifikasi pasien2.Memakai pakaian operasi
yang sudah disediakan3.Anamnesa singkat4.Pemeriksaan tanda-tanda
vital• TD : 115/70 mmHg• Nadi : 80x/menit• RR : 22x/menit• SpO2 : 99%
RUANG OPERASI
1.Posisi pasien2.Pemasangan infus,
manset, EKG, oksimeter, dan nasal kanul
3.Pemeriksaan tanda-tanda vital pre operatif.
Persiapan Alat dan Bahan
Alat Kanulasi Vena• Alas infus• Infus set• Abocath no. 20• Cairan Infus (RL)• Plester dan Gunting• Sarung tangan• Alcohol swab• Tunriket
Alat Anestesi Spinal• Spuit 1 cc, 3 cc, 5 cc• Jarum spinal jenis Quincke No. 27
• Kasa dan duk steril• Betadine 10%• Alkohol 70% • Plester• Sarung tangan steril
Persiapan Alat dan BahanPersiapan Obat Anestesi spinal : • Bupivacaine 0.5% berisi 20 mg
Bupivakain (Dosis 15-20 mg) dengan dosis maksimal 3 mg/kgBB
• Fentanil dosis 20 – 25 mcg• Klonidin Hcl dosis 15 – 30 mcg
Antibiotik :• Ceftriaxone 1 gram 2 ampul (IV)
Cairan : • Ringer Laktat 500 mL• HES 6%
Untuk emergensi :• Stetoskop, Laringoskop• Endotracheal Tube (ETT) 3 ukuran, • yaitu No. 6.5; 7; 7.5• Sungkup muka dewasa• Pipa Y-piece• Oropharyngeal Airway• Plester / Tape• Mandrin / Stillete• Forsep Magill• Spuit 20 cc• Suction• Sphygmomanometer• Mesin Anestesi• Monitor EKG dan SpO2• Pulse Oxymetry• Lumbrikan
Pelaksanaan AnestesiPersiapan • Pasien ditidurkan terlentang di meja operasi kemudian dipasangkan kanulasi vena, monitor EKG, Saturasi O2, manset, nasal kanul.
• Sarung tangan steril prosedur persiapan obat anestesi spinal dilakukan.
• Penggunaan obat anestesi berupa Bupivakain 0,5% 15 mg dan Fentanil 25 mcg yang keduanya dimasukan ke dalam 1 spuit.
• Tidak digunakan anestesi infiltrasi lokal pada prosedur ini.
Pelaksanaan AnestesiPosisi• Dari posisi tidur terlentang, diposisikan duduk tegak, dengan posisi leher flexi, posisi tangan memeluk bantal atau dengan kata lain, memposisikan tulang belakang seperti huruf “C” apabila dilihat dari posisi samping.
• Posisi tersebut membantu memperlebar jarak antar ruas – ruas vertebra lumbal.
Pelaksanaan AnestesiProyeksi• Pendekatan Midline digunakan, lokasi yang dituju adalah L3-L4 garis imajiner yang menghubungkan kedua krista iliaka kanan dan kiri sebagai batas L4 atau L4-L5
Pelaksanaan AnestesiPenusukan • Setelah menemukan posisi yang tepat, lakukan
pemberian tanda dengan penekanan kulit lokal dengan kuku jari
• Tindakan aseptik dengan betadine 10% dengan metode sirkular dari tengah ke luar tindakan aseptik dengan betadine 10% lagi dengan metoda yang sama alkohol 70% untuk membersihkan dengan cara sirkular
• Gunakan jarum spinal no .27 pastikan CSF keluar masukan obat dari spuit berisi obat anestesi pasien dipersilahkan berbaring kembali
• Penilaian blokade dengan nyeri atau dengan skor Bromage
Pelaksanaan AnestesiMonitoring• Pasien kemudian dilakukan monitoring Saturasi O2,
Tekanan Darah, Laju pernafasan, denyut nadi, EKG, cairan yang masuk, berikut obat-obatan yang digunakan melalui intravena. Seluruhnya dimonitor setiap 15 menit.
• Dilakukan Anestesi spinal pukul : 07.45• Mulai pembedahan : 08.00• Selesai Pembedahan : 10.30 • Oksigen diberikan melalui Nasal kanul sebanyak 2 L/menit• Akses intravena pada tangan kiri menggunakan abbocath
20 G
Pelaksanaan Anestesi
Cairan IntraoperatifBerat badan: 57 kg, (Wanita)• Estimated blood volume
(EBV) = BB x CT= 57 kg x 65 cc
(Wanita dewasa)= 3.705 cc
• Allowable blood loss (ABL): EBV x (Hi - Hf) Hi3.705 x ( 45- 38) / 45 = 682cc
• Maintenance (M) / rumatan:• 10 kg x 4 = 40 cc• 10 kg x 2 = 20 cc• 37 kg x 1 = 37 cc
Total = 97 cc• Deficit / Puasa (P) :
• 6 jam puasa x 97 cc = 582 cc• 3rd Space / Operasi (O) :
• 6 cc x kgBB = 6 cc x 57 kg = 342 cc
• Losses / Perdarahan :• 200 cc
Cairan IntraoperatifRencana pemberian cairan intraoperatif
• Jam I = 50% P(Puasa) + M(Rumatan) + O (Operasi)= 50% (582 cc) + 97 cc + 342 cc = 730 cc
• Jam II = 25% P + M + O= 584 cc
• Jam III = 25% P + M + O = 584 cc
• Jam IV = M + O= 342 cc
Post-operatif• Pasien masuk ke ruang pemulihan pada pukul 10.40 WIB • Dilakukan penilaian kesadaran, kesadaran pasien ini
adalah compos mentis • Tanda-tanda vital ditemukan:• Tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 65 x/menit, respirasi
20 x/menit dan saturasi O2 100% • Diberikan tramadol 100 mg IV bolus di ruang pemulihan.
Post-operatifDilakukan penilaian pulih sadar menurut Aldrete Score di ruang pemulihan dan ditemukan :• Tingkat kesadaran dengan nilai 2• Pernafasan dengan nilai 2• Tekanan darah dengan nilai 2• Aktivitas dengan nilai 1• Warna kulit dengan nilai 2 • Total nilai keseluruhan adalah 9 Pasien dapat dipindahkan ke ruang perawatan
Instruksi Post-Operasi• Pemeriksaan tanda – tanda vital setiap 15 menit selama 1 jam pertama
• Pengelolaan nyeri dengan pemberian tramadol 100 mg intravena bolus
• Berikan infus ringer laktat dengan 15 tetes per menit • Apabila mual/muntah: injeksi Ondansentron 4 mg via intravena
• Pasien dilarang melakukan aktivitas yang dapat membuat ia duduk datau terbangun dari posisi tidurnya maupun mengangkat kepala hingga 12 jam setelah operasi.
TINJAUAN PUSTAKA DAN PEMBAHASAN
PembahasanPasien wanita 51 tahun dengan diagnosis mioma uteri akan dilakuan tindakan Hystero-salphingo-oophorectomy, status fisik American Society of Anesthesiologist (ASA) II dengan riwayat hipertensi tidak terkontrol tanpa gangguan organ.
Status fisik menurut ASA : ASA II1. Hipertensi grade 1 tidak terkontrol• Tekanan darah 140/90• Tanpa kardiomegali• Echocardiography dalam batas normal• Klinis baik, fungsional tidak terganggu
PembahasanPemilihan anestesi regional dengan teknik spinal untuk dengan pertimbangan:1. Lokasi yang akan dilakukan operasi terletak pada daerah
abdominal-inguinal2. Durasi operasi relatif singkat (sekitar 3 jam),3. Pada pemeriksaan fisik, laboratorium dan penunjang lainnya tidak
ditemukan kelainan yang membuat tindakan anestesi spinal kontraindikasi
4. Posisi pasien selama operasi adalah terlentang,5. Operasi yang tidak memerlukan instrumen alat bantu nafas, 6. Pasien tetap sadar, komunikatif, relaksasi optimal, perawatan
pasca bedah minimal sehingga nyeri pasca bedah dapat dikelola lebih mudah,
7. Tidak ada penolakan dari pasien untuk dilakukannya prosedur anestesi spinal
Pembahasan• Persiapan pada prosedur anestesi spinal juga
membutuhkan persiapan selayaknya akan dilakukannya prosedur anestesi umum antisipasi kegawatdaruratan jalan nafas, perubahan durasi operasi
• Tinggi blokade setinggi T6-T8.• Pencarian patokan dapat ditarik garis lurus horizontal dari
ujung scapula• Pendekatan yang digunakan median pasien dengan
kondisi gizi normal dan tidak ada penyulit lainya
Pembahasan• Pemantauan blokade anestesi spinal dengan skor
Bromage skor Bromage sebelum operasi III (tidak dapat menekukkan kakinya namun pasien masih dapat menggerakkan jari – jari kakinya. )
• Hasil monitoring peri-operatif, tekanan darah awal pasien adalah 140/90 mmHg dan namun setelah 5-15 menit kemudian terlihat penurunan tekanan darah dan nadi
• Obat yang digunakan Bupivacaine 15mg, Fentanil 25mcg, Midazolam (sedasi) dan
Anestesi Spinal• Definisi : Anestesi spinal (subaraknoid) atau yang sering kita sebut juga analgesi/blok spinal intradural atau blok intratekal adalah anestesi regional dengan tindakan penyuntikan obat anestetik lokal ke dalam ruang subaraknoid (cairan serebrospinal).
• Fungsi motorik dan autonom dapat terpengaruh sebagian atau seluruhnya.
• Pasien tetap sadar sehingga patensi jalan nafas dapat terjaga.
Perbedaan Anestesi Spinal dan Epidural
Indikasi dan KontraindikasiIndikasi1. Bedah ekstremitas bawah2. Bedah panggul3. Tindakan sekitar rektum
perineum4. Bedah obstetrik-ginekologi5. Bedah urologi6. Bedah abdomen bawah7. Pada bedah abdomen
atas dan bawah pediatrik biasanya dikombinasikan dengan anesthesia umum ringan
Kontra indikasi absolut:1. Pasien menolak 2. Hipovolemia berat, syok / renjatan
sepsis3. Koagulopati atau mendapat terapi
anti-koagulan atau trombositopenia4. Peningkatan tekanan intracranial
(TIK)
Kontra indikasi relatif:5. Sepsis6. Infeksi sekitar daerah pungsi7. Riwayat gangguan neurologis8. Kelainan anatomi vertebra (Skoliosis)9. Kondisi jantung yang tergantung pada
preload (Stenosis aorta, kardiomiopati hipertrofi obstruktif)
Persiapan Anestesi1. Informed consent dan persetujuan anestesi2. Pemeriksaan fisik kelainan jantung atau tulang
punggung3. Pemeriksaan lab anjuran (Hb,Ht,pT,aPTT,
trombosit,leukosit)4. Persiapan anestesi umum dan persiapan anestesi
spinal5. Peralatan analgesia spinal (Monitor,resusitasi, jarum
spinal 24-26 gauge,jarum spinal standad 19 gauge,syringe 5ml dan 1ml, bahan-bahan antiseptik, anestetik lokal)
Persiapan Alat• Umumnya mengunakan jarum panjang 9cm (pada pasien
obesitas dapat digunakan 18cm)• Tiga macam jarum spinal dan pembagian menjadi 2
golongan tajam dan runcing (Quince-Babcock atau Greene atau Cutting needle) , tumpul seperti ujung pensil (Whitacre/ Pencil point needle) dan ujung tidak tajam (Sprotte)
Obat Anestetik LokalAnestetik lokal yang paling sering digunakan:1. Lidocaine (xylobain, lignocain) 2%: berat jenis 1.006,
sifat isobarik, dosis 20-100mg (2-5ml)2. Lidocaine (xylobain, lignocaine) 5% dalam dextrose
7.5%: berat jenis 1.033, sifat hiperbarik, dosis 20-50 mg (1-2ml)
3. Bupivacaine (marcaine) 0.5% dlm air: berat jenis 1.005, sifat isobarik, dosis 5- 20mg (1-4ml)
4. Bupivacaine (marcaine) 0.5% dlm dextrose 8.25%: berat jenis 1.027, sifat hiperbarik, dosis 5-15mg (1-3ml)
Mekanisme dan Farmakokinetik Anestetik Lokal
• Memblok konduksi potential aksi dengan cara berinteraksi dengan bagian D4-S6 dari subunit alfa kanal natrium voltage-gated.
• Lipid/Water solubility ratio, awitan obat anestesi lokal. Semakin rendah kelarutan dalam lemak akan semakin cepat awitan potensi anestesi lokal
• pKa menentukan keseimbangan antara bentuk kation dan basa. Makin rendah pKa dan semakin dekat dengan PH fisiologis yakni 7,40 akan semakin cepat onsetnya
Farmakokinetik Anestetik Lokal
Persiapan AnestesiPosisi pasien• Lateral dekubitus cedera atau fraktur pinggul • Duduk bagus digunakan pada pasien obesitas dan
dilakukan untuk operasi lumbar bawah atau sacral• Tengkurap pada pembedahan anorektal, pada posisi
“jack-knife”
AnatomiUntuk menentukan lokasi pungsi, ada beberapa panduan (landmark) yang dapat digunakan untuk menjadi patokan yaitu:1. Berpatokan bahwa garis khayalan setinggi krista iliaka
dianggap setinggi L4 atau L4-L52. Garis khayalan setinggi margo inferior scapula sesuai
dengan ketinggian T7 3. Prosesus spinosus yang paling menonjol di dasar leher
sesuai dengan vertebrae C7
Lokasi pungsi L3-L4 Conus medularis dewasa berakhir di L2 mencegah trauma medulla spinalis
Anatomi• Secara anatomis, bila dilihat dari posisi sagittal maka struktur vertebra dari
lumbar adalah: (Luar ke dalam)1. Kulit2. Lemak Subkutan3. Ligamentum Supraspinosus4. Ligamentum interspinosum; yang merupakan ligament yang tipis diantara
prosesus spinosus5. Ligamentum Flavum; yang sebagian besar terdiri dari jaringan elastic yang
berjalan secara vertical dari lamina ke lamina6. Ruang epidural; yang terdiri dari lemak dan pembuluh darah7. Duramater8. Ruang subdural9. Araknoid10. Ruang Subarachnoid; yang terdiri dari Korda spinalis dan akar saraf yang
dikelilingi oleh CSF. Injeksi dari anestesi local akan bercampur dengan CSF dan secara cepat memblok saraf yang memiliki kontak.
Anatomi
Anatomi
Anatomi (Dermatom)
Pendekatan / ApproachMidline palpasi spinal arah cephal ke caudal dan medial ke lateral• Pendekatan median, jarum spinal menembus (kulit subkutan lig. Supraspinosus lig. Interspinosus lig. Flavum dura ruang subdural araknoid ruang subaraknoid)
Paramedian pada pasien yang sulit mendapatkan posisi yang sesuai e.c arthritis, kifosis, skoliosis, post-oprasi lumbar• Pendekatan ini dilakukan penusukan kira-kira 2 cm sisi lateral
prosesus spinosus atau 10-25 derajat dari midline • Pada pendekatan paramedian jarum spinal menembus (kulit
subkutan lig. Flavum dura ruang subdural araknoid ruang subaraknoid
Penilaian Blokade• Dilakukan 5 menit setelah anestesi spinal• Tes motorik, minta pasien untuk mengangkat kedua
kakinya • Tes sensori, menguji sensasi dengan jarum yang tumpul
Faktor Yang Mempengaruhi Ketinggian Blokade
Faktor Penting :• Barisitas dari cairan anestesi
• Posisi pasien - Saat injeksi - Segera setelah injeksi
• Dosis Obat• Lokasi injeksi• Kecepatan Injeksi
Faktor lain :• Usia • CSF• Kurva tulang belakang• Volume obat• Tekanan intraabdomen• Arah jarum injeksi• Tinggi badan• Kehamilan
Faktor Yang Mempengaruhi Ketinggian Blokade
• Barisitas Cairan Anestesi1. Memegang peranan penting 2. CSF memiliki spesifik berat jenis 1.003-1.008 pada
suhu 37 derajat celcius 3. Berat jenis obat lebih besar dari berat jenis CSF
(hiperbarik), maka akan terjadi perpindahan obat ke dasar akibat gravitasi
• Kecepatan Injeksi1. Injeksi yang lambat menghasilkan penyebaran yang
lebih dapat diprediksikan dibandingkan injeksi cepat
Berat Jenis Obat Anestesi Spinal
Monitoring Intraoperatif• Tanda tanda penting dari turunnya tekanan darah adalah
pucat, berkeringat, mual atau merasakan badan yang tidak enak secara keseluruhan
• Jika pasien merasa baik dan tekanan darah dapat dipertahankan, maka tidak dibutuhkan pemberian atropine
• Jika denyut nadi turun dibawah 50 kali per menit atau ada hipotensi maka atropine 300-600 mcg diberikan secara intravena
• Jika denyut nadi tidak juga meningkat maka dapat diberikan efedrin
Efek Fisiologis Neuroaxial-BlockEfek Kardiovaskuler:• Akibat dari blok simpatis, akan terjadi penurunan tekanan
darah (hipotensi). • Efek simpatektomi tergantung dari tinggi blok. • Hipotensi dapat dicegah dengan pemberian cairan (pre-
loading) untuk mengurangi hipovolemia relatif akibat vasodilatasi sebelum dilakukan spinal/epidural anestesi,
• Apabila telah terjadi hipotensi, dapat diterapi dengan pemberian cairan dan vasopressor seperti efedrin.
• Bila terjadi spinal tinggi atau high spinal (blok pada cardio-accelerator fiber di T1-T4), dapat menyebabkan bardikardi sampai cardiac arrest.
Efek Fisiologis Neuroaxial-BlockEfek Respirasi : • Bila terjadi spinal tinggi atau high spinal (blok lebih dari
dermatom T5) mengakibatkan hipoperfusi dari pusat nafas di batang otak dan menyebabkan terjadinya respiratory arrest.
• Bisa juga terjadi blok pada nervus phrenikus sehingga ganguan otot pernafasan
Efek Gastrointestinal:• Hiperperistaltik gastrointestinal akibat aktivitas parasimpatis
dikarenakan oleh simpatis yg terblok. • Hal ini menguntungkan pada operasi abdomen karena
kontraksi usus dapat menyebabkan kondisi operasi maksimal
Efek Samping1. Hipotensi (8,2 - 33%), akibat blok simpatis terjadi
venous pooling 2. Bradikardia (8,9 – 13%), terjadi akibat depresinya
sistem simpatis 3. Sakit kepala post-spinal (Post dural puncture
headache / PDPH) 4. Trauma pembuluh saraf / Transient Radicular Syndrome
/ Transient Neurological Syndrome (TNS) 5. Mual-muntah / post operative nausea vomiting (PONV)
Komplikasi • Retensio urin, insiden 30% pada penggunaan bupivakain
hiperbarik, • Meningitis• Blok spinal tinggi atau spinal total resusitasi dan ganti
menjadi general anestesia
Daftar Pustaka1. Hamid HMA. Combined low-dose clonidine with fentanyl as an adjuant to spinal bupivacaine 0,5% for anal surgery. Ain Shams Journal
of Anesthesiology 2009 [cited 2014 Jun 19];2;35-39. Available from: http://www.asja-eg.com/articles/45.pdf 2. Thakur A, Bhardwaj M, Kaur K, Dureja J, Hooda S, Taxak S. Intrathecal clonidine as an adjuvant to hyperbaric bupivacaine in patients
undergoing inguinal herniorrhaphy: A randomized double-blinded study. J Anaesthesiol Clin Pharmacol [serial online] 2013 [cited 2014 Jun 19];29:66-70. Available from: http://www.joacp.org/text.asp?2013/29/1/66/105804
3. Bab 4 & 5 Anestetik Lokal dan Analgesia Regional. Dalam: Latief Said A., Kartini A. Suryadi, M. Ruswan Dachlan. Petunjuk Praktis Anestesiologi edisi kedua. Jakarta: Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010. Hal 119-97.
4. Baldini G, Butterworth JF, Carli F, et al. Spinal, Epidural, and Caudal Block. Dalam: Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ. Clinical Anesthesiology 5th Edition. United States of America: Lange Medical Books/McGraw-Hill. 2013. Hal. 937-74.
5. Sukmono RB. Anestesia Regional. Dalam: Soenarto RF, Chandra S. Buku Ajar Anestesiologi. Jakarta: Departemen Anestesiologi dan Intensive Care Fakultas Kedokteran Universitas Kedokteran. 2012. Hal 451-67.
6. Chapter 16 : Local Anesthetics. Dalam: Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ. Clinical Anesthesiology 5th Edition. United States of America: Lange Medical Books/McGraw-Hill. 2013. Hal. 276 – 263.
7. Dillion DC, Gibbs MA. Chapter 40 Local and Regional Anesthesia. Dalam: J.E. Tintinalli, J.S. Stapczynski, D.M. Cline, O.J. Ma, R.K. Cydulka, G.D. Meckler (Eds). Tintinalli's Emergency Medicine: A Comprehensive Study Guide 7th edition [internet]. c2011 [cited 2014 Jun 19]. Available from: http://ezproxy.library.uph.edu:2337/content.aspx?bookid=348§ionid=40381503
8. Campbell NJ. Effective management of post dural puncture handache. Anesthesia Tutorial Of The Week 181 [serial online] 2010 [cited 2014 Jun 19] Available from: http://www.frca.co.uk/Documents/181%20Post%20dural%20puncture%20headache.pdf
9. Spinal anesthesia. NYSORA – New York School Of Regional Anesthesia [Homepage on the internet]. c2013 [Updated 2013 October 04; cited 2014 Jun 19]. Available from: http://www.nysora.com/techniques/neuraxial-and-perineuraxial-techniques/landmark-based/3423-spinal-anesthesia.html
10. Nishiyama T, Komatsu K, Hanaoka K. Comparison of hemodynamic and anesthetic effects of hyperbaric bupivacaine and tetracaine in spinal anesthesia. J Anesth., 17:219, 2003
11. Hindle A. Intrathecal opioids in the management of acute postoperative pain. Continuing Education in Anaesthesia, Critical Care & Pain. 2008; 8: 81-85. Available from: http://www.hindawi.com/journals/prt/2014/513628/ref/
12. Finucane, T. Brendan. Complications of Regional Anesthesia Second Edition. New York : Springer Science. 2007. Hal. 149.13. Harrop-Griffiths W, Cook T, Gill H, Hill D, Ingram M, et al. Guidelines Regional Anaesthesia and patients with abnormalities of
coagulation. The Association of Anaesthetists of Great Britain & Ireland. Anaesthesia. 2013;68;966-972. Available from: http://www.aagbi.org/sites/default/files/rapac_2013_web.pdf
14. Bharath Kumar T V, Madhusudan P. Anesthesia for a patient with thrombocytosis. Saudi J Anaesth [serial online] 2013 [cited 2014 Jun 22];7:480-1. Available from: http://www.saudija.org/text.asp?2013/7/4/480/121059
TERIMA KASIH