PENGARUH TINGKAT KEMATANGAN BUAH TERHADAP …

14
PROSIDING Seminar Nasional Fakultas Pertanian Universitas Jambi tahun 2018 Tema: Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Sumberdaya Lokal ISBN: 978-602-97051-7-1 E-ISSN : DOI : 354 PENGARUH TINGKAT KEMATANGAN BUAH TERHADAP KANDUNGAN FITOKIMIA DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK N-HEKSAN KERNEL BIJI TEH Iinagustina Nainggolan*, Indriyani, Yernisa Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Jambi, Kampus Pondok Meja Jl. Tribrata Km 11, Jambi, Indonesia *) e-mail: [email protected] ABSTRAK Buah teh merupakan buah yang dihasilkan tanaman teh. Buh teh berbentuk bundar yang terdiri dari kulit paling luar dan biji teh terdiri dari tempurung dan kernel (inti). Tingkat kematangan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi komposisi fitokimia (metabolit sekunder). Senyawa metabolit sekunder umumnya mempunyai kemampuan bioaktivitas dan berpotensi sebagai antioksidan seperti golongan fenolat, flavonoid dan alkaloid. Untuk memperoleh seyawa fitokimia maka dapat dilakukan ekstraksi menggunakan pelarut n-heksan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat kematangan buah teh dan tingkat kematangan buah teh yang tepat terhadap kandungan senyawa fitokimia dan antioksidan ekstrak n-heksan kernel biji teh. Penelitian ini dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 taraf perlakuan tingkat kematangan buah teh Mature, Ripe dan Over Ripe yang diulang sebanyak 6 kali sehingga diperoleh 18 satuan percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kematangan buah teh berpengaruh nyata pada nilai rendemen dan aktivitas antioksidan, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap nilai berat jenis. Identifikasi kandungan senyawa fitokimia secara kualitatif dengan perlakuan tingkat kematangan buah teh menunjukkan hasil yang positif (+) pada senyawa alkaloid dan saponin. Kandungan fitokimia paling banyak terdapat pada tingkat kematangan Ripe yaitu mengandung alkaloid banyak (+++) dan saponin sedang (++) dan aktivitas antioksidan paling tinggi pada tingkat kematangan Ripe yaitu sebesar 54,1%. Kata Kunci: kematangan buah; fitokimia; aktivitas antioksidan; ekstraksi; n- heksan

Transcript of PENGARUH TINGKAT KEMATANGAN BUAH TERHADAP …

Page 1: PENGARUH TINGKAT KEMATANGAN BUAH TERHADAP …

PROSIDING

Seminar Nasional Fakultas Pertanian Universitas Jambi tahun 2018

Tema: Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Sumberdaya Lokal

ISBN: 978-602-97051-7-1 E-ISSN : DOI :

354

PENGARUH TINGKAT KEMATANGAN BUAH TERHADAP

KANDUNGAN FITOKIMIA DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

EKSTRAK N-HEKSAN KERNEL BIJI TEH

Iinagustina Nainggolan*, Indriyani, Yernisa

Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Jambi, Kampus Pondok Meja Jl. Tribrata Km

11, Jambi, Indonesia *)e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Buah teh merupakan buah yang dihasilkan tanaman teh. Buh teh berbentuk bundar yang

terdiri dari kulit paling luar dan biji teh terdiri dari tempurung dan kernel (inti). Tingkat

kematangan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi komposisi fitokimia

(metabolit sekunder). Senyawa metabolit sekunder umumnya mempunyai kemampuan

bioaktivitas dan berpotensi sebagai antioksidan seperti golongan fenolat, flavonoid dan

alkaloid. Untuk memperoleh seyawa fitokimia maka dapat dilakukan ekstraksi

menggunakan pelarut n-heksan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

tingkat kematangan buah teh dan tingkat kematangan buah teh yang tepat terhadap

kandungan senyawa fitokimia dan antioksidan ekstrak n-heksan kernel biji teh. Penelitian

ini dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 taraf perlakuan

tingkat kematangan buah teh Mature, Ripe dan Over Ripe yang diulang sebanyak 6 kali

sehingga diperoleh 18 satuan percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat

kematangan buah teh berpengaruh nyata pada nilai rendemen dan aktivitas antioksidan,

tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap nilai berat jenis. Identifikasi kandungan senyawa

fitokimia secara kualitatif dengan perlakuan tingkat kematangan buah teh menunjukkan

hasil yang positif (+) pada senyawa alkaloid dan saponin. Kandungan fitokimia paling

banyak terdapat pada tingkat kematangan Ripe yaitu mengandung alkaloid banyak (+++)

dan saponin sedang (++) dan aktivitas antioksidan paling tinggi pada tingkat kematangan

Ripe yaitu sebesar 54,1%.

Kata Kunci: kematangan buah; fitokimia; aktivitas antioksidan; ekstraksi; n-

heksan

Page 2: PENGARUH TINGKAT KEMATANGAN BUAH TERHADAP …

PROSIDING

Seminar Nasional Fakultas Pertanian Universitas Jambi tahun 2018

Tema: Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Sumberdaya Lokal

ISBN: 978-602-97051-7-1 E-ISSN : DOI :

355

PENDAHULUAN

Buah teh dihasilkan dari tanaman teh. Buah teh berbentuk bundar yang terdiri dari

kulit paling luar dan biji teh terdiri tempurung dan kernel (inti). Biji teh dapat diolah

menjadi minyak biji teh (tea seed oil, TSO) dan residunya dapat dimanfaatkan sebagai

pakan ternak dan pupuk ( Kuntz, 2002 ; Wickremasinghe, 1976 dalam Prasetyo & Prima,

2010). Pemanfatan minyak biji teh ( Camellia oliefera ) telah dilakukan secara luas di

China yaitu sebagai minyak goreng, obat sakit perut dan luka bakar ( Yu, dkk, 1999;

Chen, dkk, 1998 dalam Lee &Yen, 2006 ).

Fitokimia ( metabolit sekunder ) merupakan senyawa metabolit yang tidak

essensial bagi tumbuhan dan dapat ditemukan dalam bentuk yang berbeda-beda satu sama

lainnya. secara garis besar metabolit sekunder dapat digolongkan dalam beberapa

kelompok yaitu alkaloid, saponin, tanin, flavonoid, steroid dan fenolik. Senyawa

metabolit sekunder umumnya mempunyai kemampuan bioaktivitas dan berfungsi sebagai

pelindung tumbuhan dari gangguan hama penyakit dan lingkungannya (Harbone,

1987;Herbet, 1996). Menurut Rahmayani (2013), senyawa fitokimia ( metabolit sekunder

) yang berpotensi sebagai antioksidan yaitu golongan fenolat, flavonoid dan alkaloid.

Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron pada senyawa yang memiliki

elektron tidak berpasangan (radikal bebas). Antioksidan dapat meredam atau

mengurangi dampak negatif radikal bebas dengan cara mengikatnya lalu mengubahnya

menjadi tidak berbahaya bagi tubuh ( Sies, 2007; Iskandar, 2004). Berdasarkan

sumbernya antioksidan dibagi dua kelompok yaitu antioksidan sintetik dan antioksidan

alami. Antioksidan alami dapat dijumpai dapat dijumpai pada bagian tanaman seperti

akar, batang, kulit, ranting, daun, buah, bunga dan biji (Hutapea dkk, 2005).

Faktor yang mempengaruhi komposisi metabolit sekunder yang terkandung yaitu

umur panen dan cara pemanenan. Umur panen sangat menentukan komposisi aktif yang

terkandung didalam bahan baku, misalnya buah yang tua memiliki komposisi yang

berbeda dengan buah yang muda (Yasni, 2012). Berdasarkan penelitian Sirait, dkk (2014)

kandungan senyawa metabolit sekunder ekstrak metanol buah laban (V. pubescens)

dengan perlakuan tingkat kematangan menunjukkan jenis senyawa metabolit sekunder

yang sama namun kadarnya berbeda. Buah laban mentah memiliki kadar rmetabolit

sekunder yang sedikit (+), yang setengah matang memiliki kadar metabolit sekunder yang

Page 3: PENGARUH TINGKAT KEMATANGAN BUAH TERHADAP …

PROSIDING

Seminar Nasional Fakultas Pertanian Universitas Jambi tahun 2018

Tema: Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Sumberdaya Lokal

ISBN: 978-602-97051-7-1 E-ISSN : DOI :

356

sedang (++) dan yang yang masak memiliki kadar metabolit sekunder yang banyak (+++)

untuk flavonoid dan alkaloid dan sedang (++) untuk terpenoid dan polifenol.

Untuk mengetahui senyawa metabolit sekunder dari suatu bahan, perlu terlebih

dahulu dilakukan ekstraksi. Ekstraksi ini bertujuan untuk mengeluarkan senyawa

metabolit sekunder yang terdapat pada bahan. Salah satu cara ekstraksi yaitu dengan

maserasi. Maserasi merupakan cara ekstraksi dengan merendam bahan dengan pelarut

pada suhu ruang (tanpa pemanasan) (Voight, 1995 dalam Latifah, 2015). Salah satu

pelarut yang dapat digunakan pada proses maserasi yaitu n-heksan. N-heksan merupakan

pelarut yang bersifat non-polar. Tujuan penggunaan pelarut n-heksan yaitu untuk

mengesktrak senyawa yang bersifat nonpolar misalnya lilin, lipid dan minyak atsiri

(Yasni, 2012). N-heksan merupakan pelarut yang umum digunakan. Hal ini dikarenakan

n-heksan memiliki stabilitas tinggi, mudah menguap korosi rendah, residu (endapan)

yang tertinggal lebih sedikit pada ekstrak (Orhebva dan Jinadu, 2011). Berdasarkan

penelitian Wulandari, dkk (2013), uji fitokimia kulit buah jeruk sambal terhadap ekstrak

n-heksan menunjukkan hasil yang positif pada senyawa steroid.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat kematangan

buah teh terhadap kandungan fitokimia dan aktivitas antioksidan ekstrak n-heksan kernel

biji teh dan untuk mengetahui tingkat kematangan yang tepat pada kandungan fitokimia

dan aktivitas antioksidan.

BAHAN DAN METODE

2.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Analisis Pangan dan Hasil Pertanian,

Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Jambi. Penelitian

ini dilaksanakan bulan Mei-Juli 2018.

2.2 Bahan dan Alat

Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah kernel biji teh (Camellia

sinensis) yang diperoleh dari perkebunan Kayu Aro Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi

dan pelarut n-heksan. Bahan lainnya ialah klorofom amoniak, klorofom, H2SO4 2 N,

Reagen (Dragendroff, Mayer, Wagner), Serbuk Mg, HCL, etanol, eter, reagen

Liebermann burchard, aquades, FeCL3, larutan DPPH 0,0027% dan DMSO.

Page 4: PENGARUH TINGKAT KEMATANGAN BUAH TERHADAP …

PROSIDING

Seminar Nasional Fakultas Pertanian Universitas Jambi tahun 2018

Tema: Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Sumberdaya Lokal

ISBN: 978-602-97051-7-1 E-ISSN : DOI :

357

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah timbangan analitik, oven, blender

philip, gelas ukur 500 ml, labu ukur 100 ml, pipet mikro, tabung reaksi, erlenmeyer,

piknometer 10 ml, rotary evaporator vacum, kertas saring, alumunium foil, plat tetes,

corong pemisah, kuvet dan spectrofotometer UV-VIS.

2.3 Metode Penelitian

a. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan

tingkat kematangan buah teh yaitu Mature, Ripe dan Over Ripe. Masing-masing

perlakuan diulang sebanyak 6 kali. Analisis data uji fitokimia dilakukan secara deskriptif.

Data rendemen, aktivitas antioksidan dan berat jenis yang didapat dianalisis

menggunakan ANOVA pada taraf 1% dan 5% dan apabila didapat adanya pengaruh

perlakuan maka dilakukan maka dilakukan uji lanjut menggunakan Duncan New

Multiple Range Test pada taraf 5%.

b. Pelaksanan Penelitian

Persiapan Sampel

Buah teh terlebih dahulu disortasi dan diklasifikasikan berdasarkan perlakuan.

Dimana buah dengan tingkat kematangan Mature yaitu buah yang masih ranum tetapi

sudah mendekati matang dengan warna buah hijau dengan bintik kecoklatan dan warna

biji coklat, Ripe yaitu yang sudah matang dengan warrna buah hijau tua kecoklatan, buah

sudah mulai pecah dan warna biji coklat tua, Over Ripe yaitu buah yang sudah lewat

matang dengan warna buah dan warna cangkang biji teh coklat gelap dan biji teh sudah

ada yang keluar. Buah teh yang telah diklasifikasi dikeringkan dibawah sinar matahari

hingga kulitnya pecah dan diperoleh biji teh. Selanjutnya biji teh dipecah sehingga

diperoleh kernel biji teh. kernel biji teh dikeringkan dibawah sinar matahari selama tiga

hari hingga diperoleh kadar air kernel ≤10%. Kernel biji teh diperkecil ukurannya

menggunakan blender philip dengan kecepatan 2 ( dari 5 speed yang tersedia ) selama

dua menit sehingga diperoleh serbuk kernel biji teh dan siap untuk diekstraksi.

Ektraksi dengan Pelarut (Harbone, 1996 dalam Yasni, 2012)

Bubuk kernel dimaserasi dengan pelarut n-heksan dengan perbandingan 1:3 (b/v)

selama 3x24 jam. Hasil maserasi disaring dengan kertas saring sehingga diperoleh filtrat

dan ampas. Filtrat kemudian dipisahkan dari pelarutnya menggunakan rotary evaporator

Page 5: PENGARUH TINGKAT KEMATANGAN BUAH TERHADAP …

PROSIDING

Seminar Nasional Fakultas Pertanian Universitas Jambi tahun 2018

Tema: Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Sumberdaya Lokal

ISBN: 978-602-97051-7-1 E-ISSN : DOI :

358

vacuum pada suhu 50oC selama 30 menit atau ditandai dengan tidak adanya aroma n-

heksan. Berdasarkan proses ini diperoleh ekstrak n-heksan. Ekstrak dimasukkan kedalam

botol ekstrak dan siap untuk dianalisis.

c. Parameter Penelitian

Rendemen (Kusumawati dkk, 2008 dalam Salamah dkk, 2011)

Rendemen merupakan persentase perbandingan berat bagian bahan yang dapat

dimanfaatkan dengan total berat bahan. Ekstrak pekat n-heksan kernel biji teh yang

diperoleh ditimbang. Kemudian dihitung dengan rumus, yaitu :

Persen Rendemen = berat ekstrak pekat

berat serbukkernel biji teh

x 100%

Uji Fitokimia

Uji fitokimia ekstrak n-heksan kernel biji teh meliputi uji alkaloid (Harbone,

1987), uji flavonoid (Harbone, 1987), uji triterpenoid/steroid (Harbone, 1987), uji

saponin ( Harbone, 1996) dan uji fenolik (Houghton dan Rahman, 1998 dalam Yasni

2012). Hasil uji fitokimia ditandai dengan pengkodean sebagai berikut : ++++ (positif

sangat kuat); +++ (positif kuat); ++ (positif); + (positif lemah); - (negatif).

Uji Antioksidan Menggunakan DPPH (Anung, 2006 dalam Waluyo dan Pasaribu, 2013)

Membuat larutan sampel yaitu 0,5 ml ekstrak/asam askorbat ditambah 0,5 ml

DMSO lalu divortex. Diambil larutan sampel sebanyak 0,165 ml lalu ditambahkan 2,5 ml

larutan DPPH 0,0027% (b/v) dan etanol 2,335 dan divortex kembali. Diinkubasi selama

30 menit. Lalu, diukur absobansinya menggunakan spectrofotometer UV-VIS dengan

panjang gelombang (ג) 514 nm.

Antivitas antioksidan sampel ditentukan dengan rumus :

% inhibisi = 𝐀𝐛𝐬.𝐤𝐨𝐧𝐭𝐫𝐨𝐥 – 𝐀𝐛𝐬.𝐬𝐚𝐦𝐩𝐞𝐥

𝐀𝐛𝐬. 𝐤𝐨𝐧𝐭𝐫𝐨𝐥 x 100%

Berat Jenis (Ketaren, 2008)

Berat jenis ekstrak (minyak) diukur menggunakan piknometer 10 ml. sampel

minyak didinginkan pada suhu 25oC . Sampel minyak dimasukkan kedalam piknometer

sampai meluap dan tidak terbentuk gelembung udara. Kemudian piknometer dikeringkan

dengan kertas penghisap, kemudian piknometer dengan isinya ditimbang. Berat jenis

minyak dapat dihitung dari persamaan berikut :

Page 6: PENGARUH TINGKAT KEMATANGAN BUAH TERHADAP …

PROSIDING

Seminar Nasional Fakultas Pertanian Universitas Jambi tahun 2018

Tema: Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Sumberdaya Lokal

ISBN: 978-602-97051-7-1 E-ISSN : DOI :

359

Berat jenis = a−b

V

Keterangan :

a = Berat piknometer + minyak (gr)

b = Berat piknometer kosong (gr)

V = Volume air pada suhu 25oC (ml)

2.4 Analisis Data

Analisa data senyawa fitokimia ekstrak n-heksan kernel biji teh dilakukan secara

deskriptif. Data rendemen, aktivitas antioksidan dan berat jenis dari ekstrak yang telah

diberi perlakuan dianalisa menggunakan sidik ragam 1% dan 5%. Jika berbeda nyata

maka dilanjutkan dengan uji Duncan’s New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf

5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Rendemen

Rendemen merupakan persentase berat bagian bahan yang dapat dimanfaatkan

dengan total berat bahan (Kusumawati dkk, 2008 dalam Salamah dkk, 2011). Rendemen

pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Nilai rata-rata rendemen ekstraksi n-heksan kernel biji teh (C. sinensis) dengan

perlakuan tingkat kematangan buah.

Perlakuan Rendemen (%)

Mature 11,75 b

Ripe 12,40 ab

Over Ripe 13,25 a

Keterangan : angka-angka diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5%

menurut uji DNMRT.

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat nilai rata-rata rendemen berkisar dari 11,75-

13,25%. Hasil ini masih dalam kisaran dengan rendemen yang diperoleh dari penelitian

sebelumnya yaitu rendemen kernel biji teh (C. sinensis) dengan pelarut n-heksan dengan

kisaran 9-14% (Sahrial dkk, 2017). Dari Tabel 1 dapat dilihat dengan semakin bertambah

tingkat kematangan maka rendemen yang didapat juga semakin banyak. Hubungan

tingkat kematangan buah terhadap rendemen dapat dilihat pada Gambar 1.

Page 7: PENGARUH TINGKAT KEMATANGAN BUAH TERHADAP …

PROSIDING

Seminar Nasional Fakultas Pertanian Universitas Jambi tahun 2018

Tema: Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Sumberdaya Lokal

ISBN: 978-602-97051-7-1 E-ISSN : DOI :

360

Gambar 1. Grafik hubungan antara tingkat kematangan buah teh terhadap rendemen

ekstrak n-heksan kernel biji teh

Gambar 1 menunjukkan bahwa tingkat kematangan dari mature hingga over ripe,

rendemennya semakin meningkat. Peningkatan kematangan buah sejalan dengan

peningkatan persen rendemen. Rendemen ekstrak n-heksan kernel biji teh tertinggi pada

perlakuan over ripe yaitu 13,25%. Peningkatan rendemen ini diduga karena adanya

metabolisme pembentukan lemak yang terjadi selama tingkat pematangan buah.

Berdasarkan penelitian Nurloviana, dkk (2018) rendemen minyak biji bintaro dengan

perlakuan tingkat kematangan biji (mentah, matang 25%, matang 50%, matang 75% dan

matang 100%) menunjukkan bahwa pada tingkat kematangan buah mentah menghasilkan

rendemen paling rendah yaitu 48,72% sedangkan paling tinggi pada tingkat kematangan

matang 100% yaitu 52,93%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin meningkat

kematangan biji maka rendemen yang didapat juga semakin meningkat.

3.2 Uji fitokimia

Uji fitokimia bertujuan untuk mengetahui senyawa metabolit sekunder pada

tumbuhan. ( Astuti dkk, 2013). Hasil uji fitokimia ekstrak n-heksan kernel biji teh dengan

perlakuan tingkat kematangan dapat dilihat pada Tabel 2.

11

11.5

12

12.5

13

13.5

Mature Ripe Over Ripe

Ren

dem

en (

%)

Tingkat kematangan buah teh

Page 8: PENGARUH TINGKAT KEMATANGAN BUAH TERHADAP …

PROSIDING

Seminar Nasional Fakultas Pertanian Universitas Jambi tahun 2018

Tema: Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Sumberdaya Lokal

ISBN: 978-602-97051-7-1 E-ISSN : DOI :

361

Tabel 2. Hasil Uji Fitokimia Ekstrak n-heksan kernel biji teh dengan perlakuan tingkat

kematangan buah.

Senyawa Metabolit

Sekunder

Perlakuan

Mature Ripe Over Ripe

Alkaloid:

-Meyer

-Wagner

-dragendroff

-

++

+

-

+++

+

-

+

+

Flavonoid - - -

Triterpenoid/steroid - - -

Saponin + ++ +

Fenolik - - - Keterangan : - : negatif ; + : positif lemah ; ++: positif ; +++ : positif kuat ; ++++ : positif sangat

kuat

Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan hasil yang positif (+) pada senyawa alkaloid

dan saponin. Kadar senyawa metabolit sekunder paling banyak terdapat pada tingkat

kematangan buah teh ripe (matang) yaitu mengandung alkaloid positif kuat/banyak (+++)

dan saponin positif/sedang (++). Kadar senyawa metabolit sekunder paling sedikit

terdapat pada tingkat kematangan buah teh over ripe (kelewat matang) yaitu mengandung

senyawa alkaloid dan saponin yang positif lemah/sedikit (+)(Tabel 2).

Adanya perbedaan kadar kandungan metabolit sekunder pada tingkat kematangan

yang berbeda diduga dikarenakan adanya perbedaan kandungan kimia dalam proses

pertumbuhan dan pematangan buah (Lienny,2013). Kandungan metabolit sekunder

ekstrak n-heksan kernel biji teh mengalami peningkatan dari tingkat kematang mature

hingga tingkat kematangan ripe dan mengalami penurunan pada tingkat kematangan over

ripe (Tabel 2).

Umur panen sangat menentukan komposisi komponen aktif yang terkandung

didalam bahan baku, misalnya buah yang tua memiliki komposisi yang berbeda dengan

buah yang muda (Yasni, 2012). Berdasarkan penelitian Sirait, dkk (2014) kandungan

senyawa metabolit sekunder ekstrak metanol buah laban (V. pubescens) dengan tingkat

kematangan yaitu buah mentah, buah setengah masak, dan buah masak diperoleh jenis

senyawa metabolit sekunder yang sama namun kadarnya berbeda. Buah laban yang

mentah memiliki kadar senyawa metabolit sekunder yang sedikit (+), buah laban yang

setengah masak memiliki kadar senyawa metabolit sekunder sedang (++) dan buah laban

yang masak memiliki kadar senyawa metabolit sekunder yang banyak (+++) untuk

flavonoid dan alkaloid dan sedang untuk terpenoid dan polifenol.

Page 9: PENGARUH TINGKAT KEMATANGAN BUAH TERHADAP …

PROSIDING

Seminar Nasional Fakultas Pertanian Universitas Jambi tahun 2018

Tema: Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Sumberdaya Lokal

ISBN: 978-602-97051-7-1 E-ISSN : DOI :

362

3.3 Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH

Penelitian ini dilakukan uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH terhadap

ekstrak n-heksan kernel biji teh dengan perlakuan tingkat kematangan buah. Ekstrak n-

heksan dari kernel biji teh ini didapat berupa minyak kernel biji teh. Ekstrak n-heksan

kernel biji teh (minyak biji teh) dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Ekstrak n-heksan kernel biji teh berurutan Mature, Ripe, Over Ripe

(Sumber : dokumentasi pribadi)

Hasil uji aktivitas antioksidan dinyatakan dalam persen inhibisi. Inhibisi

merupakan presentasi peluruhan warna ungu dan dapat dihitung dari absorbansinya

(Widyasanti ddk, 2016). Nilai rata-rata persen inhibisi ekstrak n-heksan kernel biji teh

dapat dilihat pata Tabel 3.

Tabel 3. Nilai rata-rata aktivitas antioksidan ekstrak n-heksan kernel biji teh (C. sinensis)

dengan perlakuan tingkat kematangan buah.

Perlakuan Aktivitas antioksidan (% inhibisi)

Mature 44,8 b

Ripe 54,1 a

Over Ripe 44,4 b

Keterangan : angka-angka diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5%

menurut uji DNMRT.

Tabel 3 menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan (% inhibisi) perlakuan tingkat

kematangan memiliki aktivitas antioksidan yang berbeda untuk setiap perlakuan.

Aktivitas antioksidan ekstrak n-heksan kernel biji teh 44,4-54,1% (setiap perlakuan

konsentrasi ekstrak (minyak) 30 mg/ml). Hasil ini tidak jauh berbeda dengan penelitian

sebelumnya yaitu menurut penelitian Wang, dkk (2011) minyak biji teh (Camelia sinensis

L.) dengan metode ekstraksi SC-CO2 (Supercritical Carbon Dioxide) memiliki aktivitas

antioksidan sebesar 50% dengan konsentrasi minyak 35,8 mg/ml.

Page 10: PENGARUH TINGKAT KEMATANGAN BUAH TERHADAP …

PROSIDING

Seminar Nasional Fakultas Pertanian Universitas Jambi tahun 2018

Tema: Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Sumberdaya Lokal

ISBN: 978-602-97051-7-1 E-ISSN : DOI :

363

Pada penelitian ini, antioksidan pembanding yang digunakan adalah asam

askorbat. Apabila dibandingkan aktivitas antioksidan asam askorbat (99,7%) dengan

ekstrak n-heksan kernel biji teh (44,8, 54,1, dan 44,4%) maka aktivitas antioksidan

ekstrak n-heksan kernel biji teh lebih kecil yaitu sebesar 0,45, 0,54 dan 0,44 kali asam

askorbat. Hubungan tingkat kematangan buah dengan aktivitas antioksidannya disajikan

pada Gambar 3.

Gambar 3. Grafik hubungan tingkat kematangan buah teh dengan aktivitas antioksidan

(%inhibisi) ekstrak n-heksan kernel biji teh

Gambar 3 menunjukkan bahwa perlakuan tingkat kematangan buah yang berbeda

menghasilkan aktivitas antioksidan yang berbeda. Aktivitas antioksidan ekstrak n-heksan

(minyak) kernel biji teh tidak terlepas dari kandungan metabolit sekunder yang

terkandung didalamnya. Rahmayani (2013), menyatakan senyawa fitokimia yang

berpotensi sebagai antioksidan berasal dari golongan fenolat, flavonoid dan alkaloid. Dari

hasil uji fitokimia (Tabel 3), dengan perlakuan ripe memiliki kadar alkaloid lebih banyak

dibanding mature dan over ripe. Hal tersebut sejalan dengan hasil aktivitas antioksidan

yaitu ripe lebih tinggi apabila dibandingkan dengan mature dan over ripe. Selain alkaloid

yang berpotensi sebagai antioksidan, berdasarkan penelitian Sahari dan Amooi (2013)

minyak biji teh (C. sinensis) juga mengandung senyawa metabolit sekunder yang

berperan sebagai senyawa antioksidan antara lain betakaroten yang ditandai dengan

warna ekstrak kuning, senyawa polifenol dan vitamin E. Warna ekstrak n-heksan yang

diperoleh pada penelitian ini kuning (Gambar 2).

3.4 Berat Jenis Minyak Biji Teh

0

10

20

30

40

50

60

Mature Ripe Over Ripe

% I

nhib

isi

Tingkat kematangan buah

Page 11: PENGARUH TINGKAT KEMATANGAN BUAH TERHADAP …

PROSIDING

Seminar Nasional Fakultas Pertanian Universitas Jambi tahun 2018

Tema: Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Sumberdaya Lokal

ISBN: 978-602-97051-7-1 E-ISSN : DOI :

364

Berat jenis merupakan salah satu parameter yang dapat menentukan mutu

kemurnian kandungan minyak (Ketaren, 2008). Berat jenis pada penelitian ini dapat

dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Nilai rata-rata berat jenis ekstrak (minyak) n-heksan kernel biji teh dengan

perlakuan tingkat kematangan buah.

Perlakuan Berat jenis (gr/ml)

Mature 0,91

Ripe 0,91

Over Ripe 0,91

Berat jenis minyak dengan perlakuan tingkat kematangan buah menghasilkan

berat jenis sebesar 0,91 gr/ml (Tabel 4). Hasil yang didapat masih dalam kisaran berat

jenis minyak secara umum yaitu sebesar 0,696 – 1,188 gr/ml pada suhu 25 oC

(Guenther,1987 dalam Faizal dkk, 2005). Berat jenis minyak kernel biji teh dengan

perlakuan tingkat kematangan buah teh lebih kecil dibandingkan dengan berat jenis

minyak biji teh pada penelitian sebelumnya yaitu Nova (2017) dengan perlakuan suhu

pengeringan kernel sebesar 0,94-0,95 gr/ml. Hal ini diduga adanya perbedaan komponen

kimia yang ikut terekstrak. Semakin besar fraksi berat komponen-komponennya maka

semakin besar nilai berat jenisnya. Menurut Simbolon (2012) dalam Jeremia dkk (2016)

besar kecilnya nilai berat jenis jenis sering dihubungkan dengan fraksi berat komponen-

komponen yang terbawa didalamnya, artinya bertambah besar fraksi berat yang

terkandung dalam minyak maka bertambah besar nilai berat jenisnya dan derajat ketidak

jenuhan yang tinggi pada suatu minyak maka berat jenisnya bertambah besar.

Berdasarkan hasil penelitian, berat jenis ekstrak n-heksan (minyak) kernel biji teh

dengan perlakuan tingkat kematangan buah teh menunjukkan hasil yang sama. Hal ini

diduga pada tingkat kematangan buah teh yang berbeda, jenis dan dan jumlah trigliserida

penyusun minyak biji teh tidak mengalami perubahan (sama) sehingga berat jenis yang

dihasilkan juga tidak berbeda.

Page 12: PENGARUH TINGKAT KEMATANGAN BUAH TERHADAP …

PROSIDING

Seminar Nasional Fakultas Pertanian Universitas Jambi tahun 2018

Tema: Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Sumberdaya Lokal

ISBN: 978-602-97051-7-1 E-ISSN : DOI :

365

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. tingkat kematangan buah teh berpengaruh terhadap kandungan fitokimia dan

aktivitas antioksidan. Identifikasi kandungan fitokimia secara kualitatif pada

ekstrak n-heksan kernel biji teh dengan perlakuan tingkat kematangan buah teh

menunjukkan hasil yang positif (+) pada senyawa alkaloid dan saponin.

2. Tingkat kematangan buah yang tepat terhadap kandungan fitokimia dan aktivitas

antioksidan ekstrak n-heksan kernel biji teh yaitu pada tingkat kematangan Ripe.

Tingkat kematangan Ripe mengandung senyawa fitokimia paling banyak

(alkaloid banyak (+++) dan saponin sedang (++)) dan aktivitas antioksidan paling

tinggi yaitu sebesar 54.1%.

4.2 Saran

Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka disarankan untuk memperoleh ekstrak

n-heksan kernel biji teh dengan kandungan fitokimia dan antioksidan yang paling tinggi

adalah tingkat kematangan buah ripe.

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, J, Rudiyansah dan Gusrizal. 2013. Uji fitokimia dan aktivitas antioksidan

tumbuhan paku uban (Neprolepis bisserata (Sw) Schhott). Program studi kimia.

Universitas Tanjung Pura. 2(2) :118-122. ISSN: 2303-1077

Faizal, M, Prastya, N dan Rizky, A. 2009. Pengaruh jenis pelarut, massa biji, uuran

partikel dan jumlah siklus terhadap yield ekstraksi minyak biji ketapang. Jurnal

Teknik Kimia. 2(16). 28-34.

Harbone, J.B. 1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan

(Phytochemical Methods). Penerjemah: Padmawinata, K. dan I. Soediro. Edisi ke-

2. Bandung: Penerbit ITB.

Harbone, J.B. 1996. Metode Fitokimia. Penerjemah : Padmawinata, K. dan I.

Soediro.Bandung: Terbitan ke-11. Penerbit ITB.

Herbert, R.B. 1996. Biosintesis Metabolit Sekunder. Alih Bahasa Bambang Srigandono.

Penerbit IKIP Semarang Press. Semarang. Hal. 103-123.

Hutapea, E R F, Siahaan, L O dan Tambun, R. 2014. Ekstraksi Antosianin dari kulit

Rambutan (Nephelium lappaceum) dengan pelarut metanol. J. Teknik Kimia USU.

3: 34-40.

Iskandar, J. 2004. Menuju Hidup Sehat dan Awet Muda. Bhuana Ilmu Populer. Jakarta

Page 13: PENGARUH TINGKAT KEMATANGAN BUAH TERHADAP …

PROSIDING

Seminar Nasional Fakultas Pertanian Universitas Jambi tahun 2018

Tema: Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Sumberdaya Lokal

ISBN: 978-602-97051-7-1 E-ISSN : DOI :

366

Jeremia, K., Sudaryanto, Z., Sarifah, N., Asri, W., dan Selly, H. P., 2016. Pengaruh lama

ekstraksi terhadap rendemen dan mutu minyak bunga melati putih menggunakan

metode ekstraksi pelarut menguap (solvent extraction). TIP. J. Teknik Pertanian

dan Biosistem. 10(2): 34-43. ISSN: 2528-6285.

Ketaren, S. 1986. “Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan”, UI-Press, Jakarta.

Latifah. 2015. Identifikasi Senyawa Flavonoid dan Uji Aktivitas Antioksidan pada

ekstrak rimpang Kencur Kaempferia galangan L. Dengan Metode DPPH(1,1-

Difenil-2-Pikrilhidrazil)(Skripsi). Jurusan Kimia. Universitas Islam Negeri

Maulana Malik Ibrahim Malang. Malang.

Lee, C & Yen, G. 2006. Antioxidant Activity And Bioactive Compounds Of Tea Seed

(Camellia Oleifera Abel.) Oil. Journal Agric. Food Chem. Department of Food

Science and Biotechnology, National Chung Hsing University, Taiwan, Republic of

China.54: 779-784

Lienny M M. 2013. Aktivitas antibakteri ekstrak etanol biji buah pepaya(carica papaya

l.) Terhadap escherichia coli dan staphylococcus aureus. J. Farmasi Universitas

Surabaya, 2(2):1-9.

Nova, L.S. 2017. Pengaruh Suhu Pengeringan Kernel Terhadap Rendemen dan Kualitas

Minyak Biji Teh (Skripsi). Teknologi Hasil Pertanian. Universitas Jambi.

Nurloviana, S, Rudianda, S dan Evi, S. 2018. Karakteristik mutu minyak biji bintaro

berdasarkan tingkat kematangan biji. Fakultas kehutanan. Universitas Riau. 5(1).

1-9.

Orhevba, A. B.., dan Jinadu O. A. 2011. Determination Of Physico-Chemical Properties

And Nutritional Contents Of Avocado Pear (Persea Americana M.). University of

Technology, Niger State. Nigeria. 1(3). ISSN 2223-9553.

Prasetyo, S.S & A. Prima, K. 2010. Kurva Kesetimbangan Minyak Biji Teh – Normal

Heksana Dan Aplikasinya Pada Ekstraksi Padat – Cair Multitahap. Lembaga

Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat. Universitas Katolik Parahyangan

Bandung.

Rahmayani, U , Delianis, P , dan Ali, D. 2013. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kasar

Keong Bakau (Telescopium telescopium) dengan pelarut yang berbeda terhadap

metode DPPH (Diphenyl Picril Hidrazil). Journal of Marine Research. 2(4) : 36-45.

Sahari, M A dan Amooi M. 2013. Tea seed oil : Extraction, compositions, aplications,

functional, and antioxidant propeties. Journal of medical plants 1(4) : 068-079.

Sahrial. 2017. Karakteristik Sifat Fisik untuk Perancangan Peralatan Penanganan

Pascapanen dan Pengolahan Biji Teh. Universitas Jambi. Jambi. (unpublished).

Salamah, E, Purwaningsih, S dan Permtasari, E. 2011. Aktivitas Antioksidan dan

Komponen Bioaktif pada Selada Air (Nasturtium officinale L. R. Br). J.

Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. XIV(2): 85-91.

Sies, H. 1997. Oxidative Stress: Oxidants and Antioxidants. Experimental Physiology.

82: 291-295.

Sirait, E.U, Khotimah , S. & Turnip, M. 2014. Ekstrak buah Laban (Vitex pubescens

Vahl) sebagai Penghambat Pertumbuhan Salmonella thypi dan Staphylococcus

aureus. Jurnal Protobiont. Universitas Tanjungpura. 3(3) : 40-45.

Waluyo, T K dan Pasaribu, G. 2013. Aktifitas antiosidan dan antikoagulasi resin jernang.

J. Penelitian Hasil Hutan. 31(4).:306-314. ISSN: 0216-4329

Wang, Y, Sun, D, Chen, H, Qian, L and Xu, P.2011. Fatty Acid Composition and

Antioxidant Activity of Tea (Camellia sinensis L.) Seed Oil Extracted by

Page 14: PENGARUH TINGKAT KEMATANGAN BUAH TERHADAP …

PROSIDING

Seminar Nasional Fakultas Pertanian Universitas Jambi tahun 2018

Tema: Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Sumberdaya Lokal

ISBN: 978-602-97051-7-1 E-ISSN : DOI :

367

Optimized Supercritical Carbon Dioxide. Department of Tea Science, Zhejiang

University, Hangzhou, China. 12 : 7708-7719. ISSN 1422-0067

Widyasanti A, Dadan R dan Novriana E. 2016. Aktivitas antioksidan ekstrak teh putih

(Camellia sinensis) dengan metode DPPH (2,2 Difenil-1- pikrilhidrazil).

Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem. 1(1). 1-9.

Yasni, S. 2012. Teknologi Pengolahan dan Pemanfaatan Produk Ekstraktif Rempah.

Bogor. IPB Press