PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

72
i PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK SISTEM ABDOMINAL RAYAP TANAH BERDASARKAN 16S rRNA SKRIPSI SEPTHIA DWI SUKARTININGRUM DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA 2012 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA Septhia Dwi Sukartiningrum

Transcript of PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

Page 1: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

i

PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK SISTEM ABDOMINAL RAYAP TANAH

BERDASARKAN 16S rRNA

SKRIPSI

SEPTHIA DWI SUKARTININGRUM

DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS AIRLANGGA 2012

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 2: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

2

PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK

SISTEM ABDOMINAL RAYAP TANAH BERDASARKAN 16S rRNA

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Sains Bidang Kimia pada Fakultas Sains dan

Teknologi Universitas Airlangga

Disetujui Oleh :

Pembimbing I, Prof. Dr. Ni Nyoman Tri Puspaningsih, M.Si

NIP. 19630615 198701 2 001

Pembimbing II,

Dr. Ni’matuzahroh NIP. 19680105 199203 2 003

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 3: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

iii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Judul : Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem

Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA Penyusun : Septhia Dwi Sukartiningrum NIM : 080810518 Pembimbing I : Prof. Dr. Ni Nyoman Tri Puspaningsih, M.Si Pembimbing II : Dr. Ni’matuzahroh Tanggal seminar : 23 Juli 2012

Disetujui Oleh :

Pembimbing I,

Prof. Dr. Ni Nyoman Tri Puspaningsih, M.Si NIP. 19630615 198701 2 001

Pembimbing II,

Dr. Ni’matuzahroh NIP. 19680105 199203 2 003

Mengetahui,

Ketua Program Studi S1 Kimia Departemen Kimia

Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga

Dr. Alfinda Novi Kristanti, DEA NIP. 19671115 199102 2 001

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 4: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

2

PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI

Skripsi ini tidak dipublikasikan, namun tersedia di perpustakaan dalam

lingkungan Universitas Airlangga. Diperkenankan untuk dipakai sebagai referensi

kepustakaan, tetapi pengutipan seijin penulis dan harus menyebutkan sumbernya

sesuai kebiasaan ilmiah.

Dokumen skripsi ini merupakan hak milik Universitas Airlangga

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 5: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang

berjudul “Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal

Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA”

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan akademis pendidikan

sarjana sains dalam bidang kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

Airlangga.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Ni Nyoman Tri Puspaningsih, M.Si selaku dosen pembimbing I atas

bimbingan dan nasehatnya selama penyusunan dan penyelesaian skripsi ini,

2. Dr. Ni’matuzahroh selaku dosen pembimbing II atas bantuan dan kesabaran

dalam memberikan bimbingan kepada penulis,

3. Dr. Sri Sumarsih, M.Si selaku penguji I atas nasehat dan sarannya kepada

penulis,

4. Drs. Hamami, M.Si selaku penguji II atas saran dan masukannya kepada

penulis,

5. Dra. Aning Purwaningsih, M.Si selaku dosen wali atas kesabaran, saran,

dukungan serta bimbingannya kepada penulis,

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 6: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

2

6. Dr. Alfinda Novi Kristanti, DEA selaku Ketua Departemen Kimia yang telah

memberikan fasilitas serta arahan selama penyusun belajar di Departemen

Kimia,

7. Bapak dan ibu dosen Departemen Kimia Universitas Airlangga yang telah

senantiasa membagikan ilmu dan nasehat kepada penulis,

8. Bapak dan ibu selaku orang tua yang memberikan kasih sayang, doa,

kepercayaan, dan dukungan baik secara moril maupun materi,

9. Ibu A.A. Istri Ratna Dewi yang telah menemani dan memberi saran saat

penelitian,

10. Seluruh keluarga besar Departemen Kimia dan FSAINTEK yang telah

memberikan banyak ilmu, nasehat, dan dukungan,

11. Teman-teman satu penelitian (Amaliah dan Previta) yang telah banyak

membantu dalam mengerjakan penelitian, memberi saran dan dukungan yang

sangat berharga, memberi keceriaan serta hiburan ketika penulis bersedih,

12. Sahabat-sahabat tercinta (Laudita, Faya, Yudistia, Yudha, Dyah Respati,

Mella, Mala) yang telah sabar menampung dan mendengarkan segala keluh

kesah dan isak tangis, memberi saran dan dukungan, serta memberikan

tempat berteduh ketika penulis lelah,

13. Teman-teman seperjuangan Biokimia (Resti, Siska, Dita, dan seluruh anggota

Biokim BLAST) atas bantuan, dukungan, dan semangat yang diberikan

kepada penulis selama pengerjaan skripsi ini,

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 7: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

vii

14. Teman–teman S1 Kimia angkatan 2008 yang senantiasa menemani dalam

menuntut ilmu, memberikan banyak dukungan serta semangat selama penulis

menjalankan masa pendidikan S1 di Universitas Airlangga,

15. Kakak-kakak di laboratorium Proteomik, TDC (mbak Nita, mbak One, mbak

Laura, mas Ivan, mbak Titin) atas kesabaran dalam membagikan ilmu dan

menuntun penulis dari awal sampai akhir penelitian,

16. Serta pihak–pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang banyak

memberikan saran, masukan, dan pengalamannya,

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam

penyusunan skripsi ini, oleh karena itu kritik dan saran yang besifat membangun

untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini sangat diperlukan. Semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surabaya, Juli 2012

Penulis,

Septhia Dwi S.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 8: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

2

Sukartiningrum, S.D., 2012, Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA. Skripsi ini di bawah bimbingan Prof. Dr. Ni Nyoman Tri Puspaningsih, M.Si., dan Dr. Ni’matuzahroh, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya

ABSTRAK

Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan kekerabatan bakteri xilanolitik isolat B dan 7 penghasil endo-β-1,4-xilanase hasil isolasi dari sistem abdominal rayap tanah Macrotermes sp. Identifikasi dilakukan dengan cara mendesain pohon filogenetik berdasarkan sekuen gen penyandi 16S rRNA. Sekuen gen penyandi 16S rRNA didapatkan dengan cara mengamplifikasi gen penyandi 16S rRNA menggunakan teknik PCR. Amplifikasi gen penyandi 16S rRNA menggunakan primer forward B27F dan primer reverse U1492R. Dari proses amplifikasi gen penyandi 16S rRNA dengan teknik PCR, didapatkan sekuen gen penyandi 16S rRNA milik bakteri xilanolitik isolat B dan isolat 7 sebesar 1460 bp dan 1423 bp. Desain pohon filogenetik menunjukkan bahwa bakteri xilanolitik sistem abdominal rayap tanah isolat B mempunyai hubungan kekerabatan terdekat dengan Bacillus anthracis dan bakteri xilanolitik sistem abdominal rayap tanah isolate 7 mempunyai hubungan kekerabatan terdekat dengan Escherichia fergusonii. Kata kunci: Endo-β-1,4-xilanase, Rayap tanah, 16S rRNA, Pohon filogenetik

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 9: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

ix

Sukartiningrum, S.D., 2012, Determination of Phylogenetic Tree of Xylanolitic Bacteria Abdominal System Soil Termite based on 16S rRNA. This script is supervised by Prof. Dr. Ni Nyoman Tri Puspaningsih, M.Si., and Dr. Ni’matuzahroh, Department of Chemistry, Faculty of Science and Technology, Airlangga University, Surabaya.

ABSTRACT The purpose of research is to determine the relationship of isolates B and 7 from endo-β-1,4-xylanase-producing xylanolitic bacteria. Identification was done by designed a phylogenetic tree based on molecular identification of genes encoding 16S rRNA. Sequences of genes encoding 16S rRNA can be obtained by amplification of genes encoding 16S rRNA using PCR technique. Amplification for 16S rRNA gene encoding using B27F forward primer and U1492R reverse primer. From gene coding for 16S rRNA amplification by PCR technique, it has been found the sequences of gene encoding 16S rRNA sequences belonging xylanolitic isolates B and isolates 7 of 1460 bp and 1423 bp. Design of a phylogenetic tree showed that the xylanolitic bacteria abdominal system soil termite isolate B has a closest relathionship with Bacillus anthracis and the xylanolitic bacteria abdominal system soil termite isolate 7 has a closest relathionship with Escherichia fergusonii. Keywords: Endo-β-1,4-xylanase, Termite soil, 16S rRNA, Phylogenetic tree

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 10: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

2

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i LEMBAR PERNYATAAN .......................................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii LEMBAR PENGGUNAAN SKRIPSI ......................................................... iv KATA PENGANTAR ................................................................................... v ABSTRAK ..................................................................................................... viii ABSTRACT .................................................................................................. ix DAFTAR ISI ................................................................................................. x DAFTAR TABEL ......................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiv BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 4 1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 4 1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keberadaan Mikroorganisme Penghasil Xilanase pada Rayap ....... 6 2.1.1 Protozoa pada rayap......................................................... 6 2.1.2 Bakteri pada rayap ............................................................... 6 2.2 Xilanase........................................................................................ 7 2.2.1 Endo-β-1,4-xilanase……………………………………….... 7

2.3 Identifikasi Bakteri ....................................................................... 8 2.3.1 Ribosom RNA ..................................................................... 9

2.3.1.1 16S rRNA ................................................................. 10 2.3.1.2 Primer universal 16S rRNA ....................................... 11

2.4 Pohon Filogenetik ......................................................................... 12 2.4.1 Struktur pohon filogenetik.................................................... 12

2.4.2 Program BLAST sebagai penunjang pembuatan pohon filogenetik ...................................................................... … 13

2.5 Polymerase Chain Reaction (PCR) ................................................ 14 2.5.1 Komponen PCR ................................................................... 14 2.5.2 Tahapan PCR ....................................................................... 14 2.5.3 Aplikasi teknik PCR ............................................................ 16 2.6 Elektroforesis Gel Agarosa ............................................................ 17 BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 20

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 11: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

xi

3.2 Sampel dan Bahan Penelitian ........................................................ 20 3.2.1 Sampel penelitian ................................................................. 20 3.2.2 Bahan penelitian .................................................................. 20 3.3 Alat Penelitian .............................................................................. 21 3.4 Diagram Alir Penelitian ................................................................ 22 3.5 Prosedur Penelitian ....................................................................... 23 3.5.1 Pembuatan larutan................................................................. 3.5.1.1 Pembuatan 50 mM bufer TE ...................................... 23

3.5.1.2 Pembuatan 3 M Na-asetat .......................................... 23 3.5.1.3 Pembuatan bufer Loading Dye ................................... 24

3.5.1.4 Pembuatan bufer TAE ............................................... 24 3.5.2 Pembuatan media Luria-Bertani padat dan cair .................... 24

3.5.3 Peremajaan bakteri xilanolitik sistem abdominal rayap tanah isolat B dan 7.............................................................. 25

3.5.4 Perbanyakan sel dan isolasi DNA kromosom bakteri xilanolitik sistem abdominal rayap tanah isolat B dan 7 ....... 25

3.5.5 Penentuan konsentrasi DNA kromosom ............................... 26 3.5.6 Elektroforesis gel agarosa .................................................... 27 3.5.7 Proses amplifikasi gen penyandi 16S rRNA dengan teknik

PCR ..................................................................................... 27 3.5.8 Sekuensing gen penyandi 16S rRNA ................................... 28 3.5.9 Desain pohon filogenetik ..................................................... 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi DNA Kromosom Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal

Rayap Tanah Isolat B dan Isolat 7 ................................................ 30 4.2 Amplifikasi Gen Penyandi 16S rRNA dengan Teknik PCR .......... 31 4.3 Desain Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal

Rayap Tanah Isolat B dan Isolat 7 ................................................ 35 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan .................................................................................. 45 5.2 Saran ............................................................................................ 45 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 46 LAMPIRAN

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 12: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

2

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman

2.1 Komposisi ribosom pada prokaryot dan eukaryot..................... 9

2.2 Primer universal untuk amplifikasi 16S rRNA.......................... 12

2.3 Macam-macam bufer elektroforesis........................................ .. 18

4.1 Hasil BLAST bakteri xilanolitik sistem abdominal rayap tanah isolat B………………………………………………………….. 38

4.2 Hasil BLAST bakteri xilanolitik sistem abdominal rayap tanah

isolat 7………………………………………………………….. 39

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 13: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

xiii

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Judul Gambar

Halaman

2.1

2.2

2.3

2.4

2.5

2.6

4.1

4.2

4.3

4.4

4.5

Sistem enzimatis dan aspek metabolisme rayap…...……….

Enzim xilanolitik pada xilan tumbuhan ……………………

Struktur 16S rRNA…………………………………...........

Struktur pohon filogenetik …………………………...…….

(a) Reaksi PCR, (b) Alat PCR ………….………………..…

(a) Gel agarosa, (b) Alat elektroforesis …...………………..

Elektroforesis hasil isolasi DNA kromosom (A) isolat A, (B) isolat B, (7) isolat 7 ................................................... Elektroforesis hasil amplifikasi gen penyandi 16S rRNA bakteri xilanolitik sistem abdominal rayap tanah dengan primer B27F dan U1492R suhu 530 C. Lajur 1 adalah pita DNA gen penyandi 16S rRNA isolat B; 2 adalah GeneRulerTM 1 kb DNA ladder; 3 adalah pita DNA gen penyandi 16S rRNA isolat 7………...................................... Desain pohon filogenetik bakteri xilanolitik sistem abdominal rayap tanah isolat B…………………….………. Desain pohon filogenetik bakteri xilanolitik sistem abdominal rayap tanah isolat 7……………………..………. Desain pohon filogenetik bakteri xilanolitik sistem abdominal rayap tanah isolat B dan 7……………………………………………………………..

7

8

11

13

16

19

30

34

40

40

41

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 14: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

2

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

1 Perhitungan Pembuatan Media Luria-Bertani Padat dan Cair

2 Perhitungan Pembuatan Larutan untuk Isolasi DNA Kromosom

3 Perhitungan Pembuatan Larutan dan Bahan untuk Elektroforesis

4 Perhitungan Larutan Kerja untuk Reaksi PCR

5 Proses Alignment Sekuen Gen Penyandi 16S rRNA Bakteri Xilanolitik Menggunakan Program Clone Manager

6 Proses Pelacakan Sekuen Gen Penyandi 16S rRNA Bakteri

Xilanolitik dengan Sekuen Gen Penyandi 16S rRNA Bakteri Lain di Genbank

7 Proses Multiple Sequence Alignmet dari Data BLAST yang

Diperoleh dengan Menggunakan Program ClustalW dan MEGA5 8 Proses Pendesainan Pohon Filognetik Menggunakan Program

MEGA5

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 15: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

2

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

1 Perhitungan Pembuatan Media Luria-Bertani Padat dan Cair

2 Perhitungan Pembuatan Larutan untuk Isolasi DNA Kromosom

3 Perhitungan Pembuatan Larutan dan Bahan untuk Elektroforesis

4 Perhitungan Larutan Kerja untuk Reaksi PCR

5 Proses Alignment Sekuen Gen Penyandi 16S rRNA Bakteri Xilanolitik Menggunakan Program Clone Manager

6 Proses Pelacakan Sekuen Gen Penyandi 16S rRNA Bakteri

Xilanolitik dengan Sekuen Gen Penyandi 16S rRNA Bakteri Lain di Genbank

7 Proses Multiple Sequence Alignmet dari Data BLAST yang

Diperoleh dengan Menggunakan Program ClustalW dan MEGA5 8 Proses Pendesainan Pohon Filognetik Menggunakan Program

MEGA5

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 16: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keberadaan Mikroorganisme Penghasil Xilanase pada Rayap

Rayap termasuk serangga perusak kayu yang sangat potensial karena rayap

dapat mencerna material-material yang terkandung di dalam kayu. Material-

material tersebut berupa selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Adanya kemampuan

pencernaan khusus tersebut dikarenakan di dalam sistem pencernaan rayap

terdapat suatu mikroorganisme khusus yang membantu mencerna dan merombak

material-material tersebut (Setford, 2005) (Gambar 2.1). Mikroorganisme tersebut

antara lain metazoa, protozoa atau protista, bakteri, dan fungi (Purwadaria dkk.,

2004). Enzim yang berfungsi untuk mencerna dan merombak hemiselulosa adalah

enzim xilanolitik. Mikroorganisme penghasil enzim xilanolitik tersebut dapat juga

ditemukan di dalam sistem pencernaan rayap.

2.1.1 Protozoa pada rayap

Protozoa dapat ditemukan di dalam sistem pencernaan rayap jenis

Mastotermitidae, Kalotermitidae, dan Rhinotermitidae. Protozoa tersebut

berperan dalam melumatkan selulosa sehingga dapat dicerna dan diserap oleh

rayap.

2.1.2 Bakteri pada rayap

Pada rayap famili Termitidae (Macrotermes, Odontotermes, dan

Microtermes), mikroorganisme yang berperan untuk melakukan perombakan

selulosa dan xilanase adalah bakteri (Tarumingkeng, 2001). Beberapa bakteri

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 17: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

xxi

yang berperan sebagai penghasil enzim xilanolitik, yaitu Bacillus sp. (Shimizu et

al., 1998) dan Bacillus pumilus (Purwadaria dkk., 2004).

Gambar 2.1 Sistem enzimatis dan aspek metabolisme rayap (Radek, 1999)

2.2 Xilanase

Xilan merupakan komponen utama penyusun hemiselulosa. Xilanase

merupakan enzim ekstraseluler yang menghidrolisis polisakarida β-1,4-xilan yang

merupakan komponen utama hemiselulosa pada tumbuhan. Berdasarkan substrat

yang dihidrolisis, xilanase dapat diklasifikasikan sebagai β-1,4-xilosidase,

eksoxilanase, dan endo-β-1,4-xilanase (endoxilanase) (Richana, 2002). Gambar

2.2 menunjukkan sisi pemotongan rantai xilan dari enzim-enzim xilanolitik.

2.2.1 Endo-β-1,4-xilanase

Endo-β-1,4-xilanase merupakan salah satu kelompok xilanase yang

mampu menguraikan rantai utama xilan menjadi xilooligosakarida rantai pendek

dan xilosa dan juga mampu memutus ikatan β-1,4 pada bagian dalam rantai xilan

Selulosa native

Kelenjar saliva (endoglukanase, sellobiase)

Perut bagian tengah (endoglukanase,

sellobiase)

Perut bagian utama

Flagellata anaerob

Asam amino

Hidrogenosom

CO2, H2, asetil Ko-A

Piruvat Glukosa Selulase

Selulosa

As. Org. asetat

Mono-,di-, & oligosakarida

Bakteri metanogenik

Bakteri pereduksi CO2 asetogenik

Asetat

Asetat

Pakan prectodeal

Lingkungan anaerobik

Bakteri fakultatif &

obligat anaerob

Bakteri fermentatif

Bakteri fiksasi N2 heterotrofik

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 18: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

2

secara teratur (Bravman et al, 2001). Ikatan yang diputus ditentukan berdasarkan

panjang rantai substrat, derajat percabangan, ada tidaknya gugus substitusi, dan

pola pemutusan dari enzim hidrolase (Richana, 2002).

Gambar 2.2 Enzim xilanolitik pada xilan tumbuhan (Collins et al., 2005)

2.3 Identifikasi Bakteri

Proses identifikasi bakteri mengalami perkembangan dari tahun ke tahun.

Pada awal perkembangannya, pengklasifikasian bakteri hanya didasarkan pada

morfologinya. Dari identifikasi morfologi inilah muncul nama-nama bakteri

seperti Bacillus, Coccus, Streptococcus, dan lain-lain. Pada tahap perkembangan

selanjutnya, pengklasifikasian bakteri menggunakan metode pendekatan fisiologi.

Sistem penamaan bakteri yang didasarkan pada penggabungan sifat morfologi dan

fisiologi menjadi semakin sulit dan kompleks, sehingga dilakukan perkembangan

pengklasifikasian lebih lanjut.

Pada tahun 1940-an muncul metode pengklasifikasian bakteri secara

molekular dengan pendekatan genetik. Pendekatan genetik digunakan untuk

mengukur kedekatan dan kekerabatan antara isolat-isolat bakteri. Proses

pengklasifikasian tersebut terus dikembangkan sampai akhirnya ditemukan

metode baru, yaitu metode analisis urutan DNA yang menyandi gen 16S rRNA

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 19: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

xxiii

(Murray and Holt in Boone et al., 2001). Metode ini digunakan untuk menentukan

kebaharuan isolat bakteri yang ditemukan dari alam.

2.3.1 Ribosom RNA

Ribosom merupakan organel kecil dan padat dalam sel yang terdiri atas

protein dan molekul RNA (ribonucleic acid). Ribosom berfungsi dalam proses

translasi (sintesis protein). Suatu sel dapat mengandung sampai 10.000 ribosom

sehingga massa selnya dapat mencapai 40% dari massa total sel bakteri (Yuwono,

2007). Ribosom RNA merupakan molekul yang sempurna karena mempunyai

fungsi yang konstan pada tiap organisme, tersebar secara universal, dan

mempunyai urutan sekuen yang terkonservasi dengan baik diantara anggota

filogenetik yang luas (Madigan et al., 2000).

Ribosom disusun oleh molekul-molekul RNA dan beberapa macam

protein. Ribosom tersusun atas dua subunit, yaitu subunit kecil dan subunit besar.

Tabel 2.1 Komposisi ribosom pada prokaryot dan eukaryot (Yuwono, 2007) Subunit RNA Protein

Prokaryot 30S

50S

16S

5S

23S

21 macam

31 macam

Eukaryot 40S

60S

18S

5S

5,8S

28S

33 macam

49 macam

Molekul 16S rRNA mempunyai ukuran sekuen 1541 bp (Gambar 2.3),

molekul 23S rRNA mempunyai ukuran sekuen 2904 bp, dan molekul 5S rRNA

mempunyai ukuran sekuen 120 bp.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 20: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

2

Carl Woese (1967) menampilkan tiga domain dari “theory of life”

berdasarkan gen yang mengkode ribosom RNA, meliputi eubacteria, archaea, dan

eukariot. Gen yang mengkode ribosom RNA bersifat conserved (dipertahankan)

oleh suatu spesies dan tersebar di seluruh organisme. Urutan DNA pengkode

rRNA, yaitu rDNA, digunakan untuk merekonstruksi filogenetik,

mengidentifikasi golongan taksonomi suatu organisme, memperkirakan hubungan

suatu golongan dengan golongan lainnya, serta mengestimasi tingkat perbedaan

suatu spesies dengan spesies lainnya. Ribosom DNA (rDNA) ini penting dalam

pembuatan pohon filogenetik yang berkaitan dengan evolusi.

2.3.1.1 16S rRNA

16S RNA ribosom atau 16S rRNA adalah komponen dari subunit kecil

30S pada ribosom prokariot. Sekuen dari 16S rRNA mencapai 1500 bp. Sekuen

basa tersebut digunakan untuk merekonstruksi filogeni. 16S rRNA mempunyai

fungsi, antara lain menerjemahkan posisi protein dari ribosom, berinteraksi

dengan 23S dan membantu dalam pengikatan dua subunit ribosom yaitu unit 50S

dan 30S, serta menstabilkan pasangan kodon-antikodon melalui pembentukan

ikatan hidrogen antara atom N1 dari adenine dengan 'OH pada mRNA.

Gen 16S rRNA digunakan untuk mempelajari filogenetik dari bakteri

maupun archaea karena kedua mikroorganisme tersebut mempunyai hubungan

kekerabatan yang sangat dekat (Weisburg et al., 1991; Coenye et al., 2003).

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 21: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

xxv

Gambar 2.3 Struktur 16S rRNA (Serianni, 2011)

2.3.1.2 Primer universal 16S rRNA

Analisis 16S rRNA dilakukan dengan bantuan primer universal. Primer

universal menargetkan dan memperkuat wilayah lestari gen 16S rRNA agar dapat

mengamplifikasi seluruh urutan 16S rRNA secara lengkap. Primer universal

terdiri dari primer forward (mengamplifikasi bagian awal) dan primer reverse

(mengamplifikasi bagian akhir) (Huber et al., 2002). Pasangan primer universal

yang umum digunakan adalah B27F dan U1492R (Tabel 2), yang dirancang oleh

Weisburg et al (1991).

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 22: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

2

Tabel 2.2 Primer universal untuk amplifikasi 16S rRNA (Weidner et al., 1996) Nama Primer Urutan (5' 3') B27F AGA GTT TGA TCC TGG CTC AG U1492R GGT TAC CTT GTT ACG ACT T 928F TAA AAC TYA AAK GAA TTG ACG GG 336R ACT GCT GCS YCC CGT AGG AGT CT 1100F YAA CGA GCG CAA CCC 1100R GGG TCG TTG LKP TTG 337F GAC TAC TCC GGG AGG CWG CAG 907R CCG TCA ATT CCT TTR AGT TT 785F GGA TTA GAT ACC CTG GTA 805R GAC TAC CAG GGT ATC TAA TC 533F GTG CCA GCM GCC GCG GTA A 518R GTA TTA CCG CGG CTG CTG G 2.4 Pohon Filogenetik

Dalam ilmu biologi, filogeni atau filogenesis adalah kajian mengenai

hubungan antara kelompok-kelompok organisme yang dikaitkan dengan proses

evolusi. Filogenetik merupakan ilmu yang mempelajari hubungan evolusi

beberapa kelompok organisme yang berbeda (contohnya spesies atau populasi).

Dalam studi filogenetik, cara yang paling tepat untuk menghubungkan beberapa

kelompok organisme adalah dengan membuat atau mendesain pohon filogenetik.

Pohon filogenetik digunakan untuk membatasi taksa masing-masing kelompok

individu yang saling terhubung.

2.4.1 Struktur pohon filogenetik

Sebuah pohon filogenetik terdiri dari node dan cabang. Masing-masing

node mewakili unit taksonomi berupa individu, spesies, dan populasi. Masing-

masing cabang mendifinisikan hubungan antar unit taksonomi. Satu cabang pada

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 23: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

xxvii

pohon filogenetik dapat menghubungkan dua node yang mempunyai kekerabatan.

Pola percabangan pohon ini disebut topologi.

Gambar 2.4 Struktur pohon filogenetik (Theobald, 2004)

Struktur pohon filogenetik pada Gambar 2.4 di atas terdiri dari root,

branch, node, branch length, dan clade. Root merupakan nenek moyang semua

taksa. Branch mendefinisikan hubungan antara taksa. Node mewakili unit

taksonomi dan dapat berupa suatu spesies yang telah ada. Branch Length

mewakili jumlah perubahan yang telah terjadi. Clade berupa kelompok dua taksa

atau lebih.

2.4.2 Program BLAST sebagai penunjang pembuatan pohon filogenetik

Program BLAST dapat digunakan untuk membandingkan urutan

terpenting dari semua urutan yang tersimpan dalam GenBank maupun NCBI. Jika

nama ilmiah atau hubungan kekerabatan suatu organisme tidak diketahui, NCBI

menyediakan link langsung ke beberapa organisme yang umum digunakan dalam

proyek penelitian molekular.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 24: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

2

2.5 Polymerase Chain Reaction (PCR)

Polymerase chain reaction atau reaksi rantai polimerase adalah teknik

ilmiah dalam biologi molekular yang digunakan untuk mengamplifikasi beberapa

basa DNA menjadi ribuan sampai jutaan kopi basa. PCR dikembangkan oleh Kary

Mullis pada 1983 (Bartlett et al., 2003). Reaksi PCR merupakan reaksi replikasi

DNA yang terjadi di luar tubuh makhluk hidup.

2.5.1 Komponen PCR

Reaksi polymerase chain reaction membutuhkan beberapa komponen.

Komponen-komponen tersebut meliputi primer, dNTP, bufer, kation divalen,

DNA cetakan, dan DNA polimerase.

Primer adalah sepasang DNA untai tunggal atau oligonukleotida rantai

pendek yang menginisiasi gen DNA target. dNTP alias building blocks berfungsi

sebagai ‘batu bata’ penyusun DNA yang baru. dNTP terdiri atas 4 macam sesuai

dengan basa penyusun DNA, yaitu dATP, dCTP, dGTP, dan dTTP. Bufer

berfungsi untuk mengkondisikan reaksi dan menyediakan lingkungan kimia yang

cocok agar PCR berjalan optimum dan menstabilkan DNA polimerase. Kation

divalen yang umum digunakan dalam reaksi PCR adalah magnesium (Mg2+).

Kation divalen berfungsi sebagai kofaktor DNA polimerase. DNA cetakan

merupakan sumber gen DNA target. DNA polimerase berfungsi sebagai enzim.

DNA polimerase mempunyai suhu optimal sekitar 700C (Sambrook et al., 2001).

2.5.2 Tahapan PCR

Reaksi PCR dilakukan dalam sebuah alat pengendali suhu yang dapat

memanaskan dan mendinginkan tabung reaksi dalam waktu singkat (Gambar

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 25: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

xxix

2.5(b)). Reaksi PCR mempunyai siklus optimal antara 20 - 40 siklus, dimana

masing-masing siklus terdiri dari 2 - 3 suhu berbeda (Rychlik et al., 1990). Reaksi

PCR mempunyai beberapa tahapan, antara lain inisiasi, denaturasi, annealing,

extension, dan elongasi akhir (Gambar 2.5(a)).

Tahap inisiasi dilakukan pada suhu 94 - 960 C selama untuk 1 - 9 menit.

Tahap denaturasi dilakukan pada suhu 94 - 980 C selama 30 - 60 detik. Pada suhu

ini, DNA untai ganda akan memisah menjadi DNA untai tunggal. Tahap

annealing merupakan tahap yang memberikan kesempatan bagi primer untuk

menempel pada DNA cetakan di tempat yang komplemen dengan sekuen primer.

Suhu reaksi yang dipakai pada saat annealing berkisar antara 50 - 650 C selama 20

- 40 detik. Biasanya suhu annealing diturunkan tiga sampai lima derajad celcius

di bawah Tm dari primer yang digunakan. Perpanjangan atau extension adalah

tahapan dimana DNA polimerase akan mensintesis untai DNA baru untuk

melengkapi untai DNA cetakan (DNA template) dengan menambahkan dNTP

dalam arah 5' ke 3'. Suhu yang umum dipakai pada tahap extension adlah 720C.

Elongasi akhir merupakan tahap paling akhir dalam reaksi PCR. Tahap ini terjadi

setelah semua siklus PCR terpenuhi. Tahap elongasi akhir berfungsi untuk

memastikan bahwa setiap DNA untai tunggal yang tersisa telah diperpanjang

seluruhnya. Suhu yang umum digunakan pada tahap ini berkisar antara 70 - 740 C

selama 5 - 15 menit (Sharkey et al., 1994).

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 26: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

2

a b

Gambar 2.5 (a) Reaksi PCR (Yepyhardi, 2011), (b) Alat PCR

2.5.3 Aplikasi teknik PCR

Teknik PCR telah digunakan secara luas untuk berbagai macam

kebutuhan, antara lain:

1. Isolasi Gen

DNA berfungsi sebagai penyandi genetik, yaitu panduan sel dalam

memproduksi protein dan sebagai transkrip DNA untuk menghasilkan RNA

(Yuwono, 2007). Selanjutnya, RNA diterjemahkan untuk menghasilkan rantai

asam amino atau protein.

Untuk mengisolasi gen, diperlukan DNA yang dikenal dengan nama

‘probe’. DNA probe memiliki urutan basa nukleotida yang sama dengan gen

target yang akan diisolasi. Probe dibuat dengan teknik PCR dengan menggunakan

primer yang sesuai dengan gen tersebut.

2. Sekuensing DNA

Urutan basa suatu DNA dapat ditentukan dengan teknik sekuensing DNA.

Metode sekuensing DNA yang umum digunakan adalah metode Sanger (chain

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 27: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

xxxi

termination method) yang sudah dimodifikasi menggunakan dye-dideoxy

terminator, dimana pada proses awal reaksi PCR hanya menggunakan satu primer

dan tambahan dideoxynucleotide yang diberi label fluorescent. Warna fluorescent

setiap basa berbeda. Perbedaan warna tersebut digunakan untuk membedakan dan

menentukan urutan basa suatu DNA yang tidak diketahui.

2.6 Elektroforesis Gel Agarosa

Menurut Yuwono (2007), elektroforesis adalah suatu teknik pemisahan

molekul sel berdasarkan massa dan bentuk molekulnya dengan menggunakan

medan listrik yang dialirkan pada suatu medium yang mengandung sampel yang

akan dipisahkan. Elektroforesis memanfaatkan muatan listrik yang ada pada

makromolekul, yaitu DNA yang bermuatan negatif. Jika molekul yang bermuatan

negatif dilewatkan melalui suatu medium, kemudian dialiri arus listrik dari kutub

positif ke kutub negatif, maka molekul tersebut akan bergerak dari kutub negatif

ke kutub positif.

Teknik elektroforesis dapat digunakan untuk menganalisis DNA, RNA,

maupun protein. Elektroforesis DNA digunakan untuk menganalisis fragmen-

fragmen DNA hasil pemotongan enzim restriksi, hasil isolasi DNA kromosom,

produk PCR, dan lain sebagainya. Elektroforesis DNA memerlukan gel agarosa

(Gambar 2.6(a)). Agarosa merupakan suatu bahan semi-padat berupa polisakarida

yang diekstraksi dari rumput laut.

Gel agarosa dibuat dengan melarutkan serbuk agarosa dalam suatu bufer

dan dibantu pemanasan. Jenis bufer yang digunakan untuk melarutkan agarosa ada

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 28: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

2

beberapa macam. Macam-macam bufer yang digunakan untuk elektroforesis dan

melarutkan agarosa dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Macam-macam bufer elektroforesis (Sambrook, 2001) Buffer Working solution Concentrated stok solution (per

liter)

Tris-acetate

(TAE)

1x : 0.04 M Tris-acetate

0.001 M EDTA

50x : 242 g Tris base

57.1 mL glacial acetic acid

100 mL 0.5 M EDTA (pH

8.0)

Tris-

phosphate

(TPE)

1x : 0.09 M Tris-phospate

0.002 M EDTA

10x : 108 g Tris base

15.5 mL 85% phosphoric acid

(1.679 g/mL)

40 mL 0.5 M EDTA (pH 8.0)

Tris-borate

(TBE)

0.5x : 0.045 M Tris-borate

0.001 M EDTA

5x : 54 g Tris base

27.5 g boric acid

20 mL 0.5 M EDTA (pH 8.0)

Alkaline 1x : 50 mN NaOH

1 mM EDTA

1x : 5 mL 10 N NaOH

2 mL 0.5 M EDTA (pH 8.0)

Tris-glycine 1x : 25 mM Tris

250 mM glycine

0.1% SDS

5x : 15.1 g Tris base

94 g glycine (electrophoresis

grade) (pH 8.3)

50 mL 10% SDS

(electrophoresis grade)

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 29: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

xxxiii

Gambar 2.6 (a) Gel agarosa, (b) Alat elektroforesis (Pradhika, 2011).

b a

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 30: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

2

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai dengan Juni

2012 di Laboratorium Proteomik, ITD, Universitas Airlangga.

3.2 Sampel dan Bahan Penelitian

3.2.1 Sampel penelitian

Sampel penelitian ini adalah isolat bakteri xilanolitik sistem abdominal

rayap tanah (isolat A, isolat B, dan isolat 7) yang merupakan koleksi bakteri

xilanolitik milik Ratnadewi dkk (2007).

3.2.2 Bahan penelitian

Bahan- bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah HCl, EDTA,

Na-asetat, asam asetat glasial, sukrosa, NaCl, MgSO4, NaOH, Sodium Dodecyl

Sulfat (SDS), Bacto Agar, Tryptone, Yeast Extract, agarosa, etanol absolut, etanol

70%, fenol, tris-base (H2NC(CH2OH)3), Bromophenol Blue (C19H10Br4O5S, BPB),

lisosim, proteinase K, Taq polymerase, bufer Taq 10x, dNTP, MGSO4, primer

B27F, primer U1492R, dan GeneRuler™ 1 Kb Ladder (Intron).

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 31: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

xxxv

3.3 Alat Penelitian

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah autoklaf (TOMY

High-Pressure Steam Strelizer ES-315), laminair air flow cabinet (Kottermann

8580), sentrifuga Hermle (tipe Z 400 K), timbangan analitik (Ohaus Gold Series),

pH meter (Metro-ohm 744), oven (Memmert, Jerman), lemari pendingin -200C

(Samsung Sansio SCF-240), pipet mikro (Eppendorf), waterbath (Gemmyco

YCW-010), thermoshake (Gerhardt), alat PCR Thermal Cycler (Bioneer

MyGenie96 Thermal Block), Nanodrop (Spectrophotometer ND-1000),

seperangkat alat elektroforesis (Life Technologies model 250) dengan power

supply, UV transluminator, peralatan gelas yang lazim digunakan di laboratorium,

kamera digital, dan Notebook A*Note Centurion C-9462 dengan spesifikasi Intel

Celeron M Processor 900 2,2 GHz dengan RAM 1 Gb.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 32: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

2

3.4 Diagram Alir Penelitian

Isolasi DNA kromosom bakteri xilanolitik sistem abdominal rayap tanah isolat A, B, dan 7

Penentuan konsentrasi dan kemurnian DNA kromosom

Amplifikasi gen 16S rRNA dengan teknik PCR

Elektroforesis gel agarosa

Sequensing produk PCR

Desain pohon filogenetik

Peremajaan bakteri xilanolitik sistem abdominal rayap tanah isolat A, B, dan 7

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 33: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

xxxvii

3.5 Prosedur Penelitian

3.5.1 Pembuatan larutan

Pembuatan larutan meliputi pembuatan 0,05 M bufer TE (bufer Tris-Cl,

EDTA), 3 M Na-asetat, bufer Loading Dye, bufer TAE (Tris-asetat EDTA).

3.5.1.1 Pembuatan 50 mM bufer TE

0,05 M bufer TE dibuat dari larutan stok 0,5 M tris-Cl pH 8 dan 0,5 M

EDTA pH 8.

Larutan stok 0,5 M tris-Cl pH 8 dibuat sebanyak 50 mL. Ditimbang

3,0285 gr tris-base kemudian dilarutkan dalam 25 mL akuades. Selanjutnya

ditambahkan HCl 1 M dan diukur pH-nya sampai mencapai pH 8. Lalu

ditambahkan akuades hingga mencapai volume 50 mL.

Larutan stok 0,5 M EDTA dibuat sebanyak 50 mL. Ditimbang 9,306

EDTA kemudian dilarutkan dalam 50 mL akuades. Lalu ditambahkan NaOH 1 N

sampai mencapai pH 8.

0,05 M bufer TE dibuat sebanyak 50 mL. Dicampur 5 mL 0,5 M tris-Cl

pH 8 dan 5 mL 0,5 M EDTA pH 8, kemudian diencerkan dengan akuades hingga

mencapai volume 50 mL.

Ketiga larutan di atas disterilkan menggunakan autoklaf pada suhu 1210C

selama 15 menit.

3.5.1.2 Pembuatan 3 M Na-asetat

Ditimbang 2,4606 gr Na-asetat, kemudian dilarutkan dalam 10 mL

akuades. Selanjutnya disterilkan menggunakan autoklaf pada suhu 1210C selama

15 menit.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 34: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

2

3.5.1.3 Pembuatan bufer Loading Dye

Bufer Loading Dye dibuat dari campuran 0,25% Bromophenol Blue dan

40% sukrosa. Ditimbang 0,0125 gr Bromophenol Blue dan 2 gr sukrosa, kemudian

dilarutkan dalam 5 mL akuades. Bufer Loading Dye disimpan di dalam lemari

pendingin -200C.

3.5.1.4 Pembuatan bufer TAE

Bufer TAE dibuat dari campuran tris-base, asam asetat glasial, dan EDTA

pH 8. Ditimbang 48,4 gr tris-base, 11,42 gr asam asetat glasial, dan 20 mL 0,5 M

EDTA pH 8, kemudian dilarutkan dalam 200 mL akuades.

3.5.2 Pembuatan media Luria-Bertani padat dan cair

Media Luria-Bertani padat dibuat dari campuran 1% Tryptone, 1% NaCl,

2% Bacto Agar, dan 0,5% Yeast Exstract. Ditimbang 0,5 gr Tryptone, 0,5 gr

NaCl, 0,25 gr Yeast Exstract, dan 1 gr Bacto Agar. Semua bahan dilarutkan dalam

50 mL akuades. Selanjutnya media tersebut dipindahkan ke dalam Erlenmeyer

dan disterilkan menggunakan autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit. Media

steril yang masih hangat-hangat kuku dihomogenkan kemudian dituang ke dalam

cawan Petri steril. Media yang telah memadat disimpan dalam lemari pendingin

40C.

Media Luria-Bertani cair dibuat dari campuran 1% Tryptone, 1% NaCl,

dan 0,5% Yeast Exstract. Ditimbang 0,6 gr Tryptone, 0,6 gr NaCl, dan 0,3 gr

Yeast Exstract. Semua bahan dilarutkan dalam 60 mL akuades, kemudian

disterilkan menggunakan autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 35: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

xxxix

3.5.3 Peremajaan bakteri xilanolitik sistem abdominal rayap tanah isolat B dan 7

Proses peremajaan bakteri dimulai dari mengambil biakan bakteri

xilanolitik sistem abdominal rayap tanah isolat B dan 7 dari kultur sebelumnya

dengan menggunakan kawat ose. Kawat yang mengandung biakan bakteri

digoreskan pada media Luria-Bertani padat menggunakan metode streak.

Selanjutnya biakan diinkubasi pada oven dengan suhu 370C selama 18 jam.

3.5.4 Perbanyakan sel dan isolasi DNA kromosom bakteri xilanolitik sistem abdominal rayap tanah isolat B dan 7

Proses perbanyakan sel bakteri xilanolitik dilakukan dengan

menumbuhkan bakteri pada media Luria-Bertani cair. Kultur bakteri di-shaker

dengan kecepatan 150 rpm selama 18 jam pada suhu 370C.

Diambil 10 mL kultur bakteri lalu disentrifugasi dengan kecepatan 10.000

rpm selama 2 menit pada suhu 40C. Pelet yang terbentuk disuspensikan dengan

500 µL bufer TE dan diinkubasi selama 30 menit pada suhu -200C. Kemudian

ditambahkan 500 µL larutan lisosim 10 mg/mL pada sel beku. Sel diinkubasi

kembali selama 45 menit di dalam es, kemudian ditambahkan 100 µL larutan

STEP (SDS 0,5%, 50 mM tris-Cl pH 7,5, 0,4 M EDTA, proteinase K) pada

suspensi sel. Suspensi sel ini kemudian diinkubasikan di waterbath selama 1 jam

pada suhu 500C. Setelah langkah inkubasi, ditambahkan 600 µL fenol jenuh dan

dicampur sampai terbentuk emulsi. Emulsi yang terbentuk disentrifugasi dengan

kecepatan 12.000 rpm selama 10 menit pada suhu 40C. Fasa paling atas hasil

sentifugasi dipindahkan pada tabung Eppendorf baru. Kemudian ditambahkan 3

M Na-asetat sebanyak 0,1x volume total, etanol absolut dingin sebanyak 2x

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 36: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

2

volume total campuran, kemudian dicampur secara perlahan, dan diinkubasi

selama 12 jam pada suhu -200C. Setelah diinkubasi, campuran disentrifugasi pada

kecepatan 12.000 rpm selama 5 menit suhu 40C. Supernatan yang terbentuk

dibuang, pelet yang ada di dasar tabung dicuci dengan 500 µL etanol 70%, lalu

disentrifugasi kembali dengan kecepatan 12.000 rpm selama 10 menit suhu 40C.

Supernatan dibuang dan pelet yang terbentuk dikeringkan selama beberapa menit

pada temperatur ruang. Pelet yang telah kering dilarutkan dalam 30 µL ddH2O.

Larutan lisozim berfungsi untuk proses lisis dinding sel bakteri.

Penambahan larutan STEP (SDS, Tris-cl, EDTA, Proteinase-K) berfungsi untuk

penyempurnaan kerusakan dinding dan membran sel bakteri secara kimiawi dan

enzimatis. Penambahan fenol jenuh berfungsi untuk memisahkan protein dari

DNA. Pada tahap ini akan terbentuk tiga lapisan, yaitu lapisan atas merupakan

larutan DNA dan RNA yang larut dalam fasa air, lapisan tengah merupakan

larutan protein, dan lapisan bawah merupakan sisa fenol. Natrium asetat dan

etanol absolut dingin berfungsi untuk presipitasi DNA (Brown, 2001).

3.5.5 Penentuan konsentrasi DNA kromosom

Larutan DNA kromosom hasil isolasi diukur konsentrasinya menggunakan

nilai absorbansi pada panjang gelombang 260 nm. Konsentrasi larutan DNA

ditentukan dengan cara mengasumsikan bahwa setiap satu satuan A260nm

sebanding dengan 50 µg.ml-1 DNA untai ganda. Pengukuran konsentrasi DNA

kromosom isolat B dan 7 hasil isolasi menggunakan alat Nanodrop

Spectrophotometer ND-1000.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 37: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

xli

3.5.6 Elektroforesis gel agarosa

Elektroforesis DNA menggunakan gel agarosa 1%. Gel agarosa 1% dibuat

dari 0,4 gr agarosa yang dilarutkan dalam 40 mL bufer TAE 0,5x. Sampel DNA

kromosom dicampur dengan bufer Loading Dye dengan perbandingan 3:1,

kemudian dielektroforesis pada tegangan 60 - 70 Volt sampai warna biru

bermigrasi sepanjang 3 4 gel. Gel agarosa kemudian direndam dalam larutan EtBr

0,5 g/mL dalam bufer TAE 0,5x selama 5 - 10 menit. Pita-pita DNA diamati

dengan sinar UV dan didokumentasi dengan kamera digital.

3.5.7 Proses amplifikasi gen penyandi 16S rRNA dengan teknik PCR

Bahan yang digunakan untuk proses amplifikasi gen penyandi 16S rRNA

dengan teknik PCR adalah 2,5 µL bufer PCR 10x (KCl 0,5 M, Tris-HCl 0,1 M pH

8,0, MgCl2 0,015 M), 1 µL dNTP 0,01 M, 2 µL MgSO4, 2 µL primer B27F (5’-

AGAGTTTGATCCTGGCTCAG- 3’), 2 µL primer U1492R (5’ -

GGTTACCTTGTTACGACTT- 3’), 6 µL DNA cetakan, 1 µL Taq DNA

polimerase 5 units/ µL, dan 5 µL ddH2O.

Proses amplifikasi gen penyandi 16S rRNA dari bakteri xilanolitik sistem

abdominal rayap tanah isolat B dan isolat 7 dilakukan pada kondisi denaturasi

pada suhu 950C selama 1 menit, annealing pada suhu 530C dan 550C selama 1

menit, dan extension pada suhu 720C selama 1 menit 30 detik dengan jumlah

siklus 30 kali. Proses amplifikasi diawali dengan inisiasi pada suhu 950C selama 5

menit dan diakhiri dengan elongasi akhir yang dilakukan pada suhu 720 C selama

10 menit. Produk PCR kemudian dielektoforesis untuk mengetahui ukuran pasang

basanya.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 38: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

2

3.5.8 Sekuensing gen penyandi 16S rRNA

Sekuensing gen penyandi 16S rRNA dilakukan di laboratorium Macrogen,

Singapura dengan menggunakan primer forward B27F dan primer reverse

U1492R.

3.5.9 Desain pohon filogenetik

Pohon filogenetik didesain menggunakan perbandingan sekuen 16S rRNA

dari bakteri lain pada program pelacakan database Basic Local Alignment Search

Tool (BLAST) dengan alamat situs http://blast.ncbi.nlm.nih.gov/Blast.cgi.

Alignment divisulisasikan menggunakan program ClustalW. Pembentukan pohon

filogenetik dilakukan dengan menggunakan program MEGA5. Langkah-langkah

pembuatan pohon filogenetik adalah sebagai berikut:

1. Sekuen 16S rRNA milik bakteri xilanolitik didesain menggunakan program

Clone Manager dengan langkah-langkah:

a. Buka program Clone Manager.

b. Pilih menu Align Align multiple sequences.

c. Pilih tipe alignment Multi-Way dan align sequences as DNA next.

d. Masukkan data basa nukleotida hasil sekuen primer forward dan reverse

finish.

e. Gabungkan basa-basa nukleotida hasil sekuen 16S rRNA dan simpan

dalam format text document (.txt).

2. Perbandingan sekuen gen penyandi 16S rRNA bakteri xilanolitik dengan

sekuen gen penyandi 16S rRNA bakteri lain yang ada di GenBank dilacak

dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 39: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

xliii

a. Buka program BLAST pada alamat situs http://blast.ncbi.nlm.nih.gov/.

b. Klik pilihan nucleotide blast.

c. Masukkan data 16S rRNA pada kolom upload file, klik pilihan Others

pada menu Database, ganti dengan 16S ribosomal RNA sequences.

d. Klik BLAST.

e. Pilih beberapa data sekuen bakteri yang diperlukan get selected

sequences.

f. klik Send to file pilih format FASTA ok.

3. Multiple sequence alignmet dari data BLAST yang diperoleh dibuat dengan

menggunakan program ClustalW dan MEGA5 dengan langkah sebagai

berikut:

a. Klik kanan pada data hasil BLAST format FASTA open with MEGA5.

b. Pada tampilan layar M5: Alignment Explorer, pilih menu Alignment

Align by Clustal W ok, tunggu sampai proses berhenti.

c. Pilih menu Data Export alignment MEGA format.

4. Pohon filognetik didesain menggunakan program MEGA5.

a. Buka program MEGA5.

b. Pada toolbar, pilih Phylogeny Construct/Test Neighbor-Joining Tree.

c. Pilih data hasil multiple sequence alignmet dalam format MEGA open

compute.

d. Setelah desain filogenetik muncul, klik Image simpan desain pohon

filogenetik dalam format TIFF file.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 40: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

2

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Isolasi DNA Kromosom Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah Isolat B dan Isolat 7

Isolasi DNA kromosom bakteri xilanolitik sistem abdominal rayap tanah

isolat B dan 7 menggunakan metode Sambrook et al (1989). Hasil isolasi DNA

kromosom dicek dengan elektroforesis gel agarosa 1%. Bufer yang digunakan

adalah bufer TAE (Tris-asetat EDTA). Hasil elektroforesis isolasi DNA

kromosom isolat B dan 7 dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Elektroforesis hasil isolasi DNA kromosom (B) isolat B, (7) isolat 7

Hasil isolasi DNA kromosom dari kedua isolat diukur konsentrasi dan

kemurniannya menggunakan alat Nanodrop Spectrophotometer ND-1000. Tujuan

pengukuran adalah untuk memastikan DNA yang akan digunakan untuk proses

amplifikasi 16S rRNA dengan teknik PCR mempunyai konsentrasi dan

kemurnian yang sesuai untuk amplifikasi. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa

isolat B mempunyai konsentrasi sebesar 500,5 ng/µL dengan nilai kemurnian 1,89

dan isolat 7 mempunyai konsentrasi sebesar 183,4 ng/µL dengan nilai kemurnian

1,94.

B 7

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 41: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

xlv

DNA kromosom dianggap murni apabila rasio kemurniannya berada

diantara nilai 1,8 – 2,0 (Brown, 2001). DNA kromosom yang mempunyai nilai

kemurnian < 1,8 menandakan bahwa DNA kromosom tersebut belum murni

karena terkontaminasi dengan protein. Adanya kontaminasi protein tersebut

disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah human error. Pada tahap

penambahan larutan fenol proses isolasi DNA kromosom akan terbentuk tiga

lapisan, dimana fasa DNA terdapat pada lapisan atas dan fasa protein terdapat

pada lapisan tengah. Ketika melakukan pemisahan fasa DNA, ketidak hati-hatian

akan menyebabkan fasa protein ikut terambil bersamaan dengan fasa DNA. Fasa

protein yang terbawa akan ikut mengalami presipitasi bersama dengan DNA pada

tahap penambahan natrium asetat dan etanol absolut sehingga menyebabkan DNA

kromosom tidak murni.

DNA kromosom dapat digunakan untuk proses amplifikasi dengan teknik

PCR apabila mempunyai konsentrasi antara 100 – 500 ng/µL (Grunenwald, 2003).

Nilai konsentrasi tersebut ditentukan dengan cara mengukur nilai absorbansi DNA

pada panjang gelombang 260 nm. Setiap satu satuan A260nm sebanding dengan 50

µg.ml-1 DNA untai ganda. Nilai kemurnian dan konsentrasi yang tidak sesuai akan

menyebabkan DNA cetakan mengalami kerukasakan sehingga gen target tidak

dapat teramplifikasi (Lindahl and Nyberg, 1972).

4.2 Amplifikasi Gen Penyandi 16S rRNA dengan Teknik PCR

PCR (Polymerase Chain Reaction) merupakan metode yang digunakan

untuk mengamplifikasi sekuen DNA spesifik secara cepat dalam kondisi in vitro

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 42: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

2

(Bartlett, 2003). Bahan-bahan yang diperlukan dalam proses amplifikasi gen

penyandi 16S rRNA dengan teknik PCR adalah DNA cetakan, sepasang primer,

Mg2+, dNTPs, bufer PCR, dan Taq DNA polymerase. Untuk amplikasi 16S rRNA

bakteri xilanolitik sistem abdominal rayap tanah isolat B dan isolat 7, digunakan

pasangan primer B27F dan U1492R dengan urutan basa nukleotida sebagai

berikut:

Primer forward B27F : 5’ -AGAGTTTGATCCTGGCTCAG- 3’

Primer reverse U1492R : 5’ -GGTTACCTTGTTACGACTT- 3’.

DNA cetakan bertindak sebagai sumber gen 16S rRNA yang akan

diamplifikasi. dNTPs mengandung kelompok-kelompok basa, yaitu dATP, dCTP,

dGTP dan dTTP yang berfungsi sebagai sumber basa nukleotida ketika DNA

polimerase mensintesis untai DNA target yang baru. Primer merupakan

oligonukleotida yang akan mengenali dan menempel pada wilayah DNA yang

ditargetkan sehingga memungkinkan terjadinya proses amplifikasi. Primer hanya

akan mengamplifikasi wilayah DNA tertentu yang dibatasi oleh primer forward

dan reverse (Brown, 2001). Bufer berfungsi menstabilkan DNA polimerase. Mg2+

berfungsi sebagai kofaktor dari DNA polimerase (Sambrook and Russel, 2001).

DNA polimerase berfungsi sebagai enzim yang mensintesis untai baru DNA.

Untuk proses PCR, diperlukan DNA polimerase yang termostabil seperti Taq

polimerase yang sudah umum digunakan dalam reaksi PCR.

Tiga tahapan penting dalam teknik PCR adalah denaturasi, penempelan

primer (annealing), dan perpanjangan (extension). Proses denaturasi melibatkan

pemanasan pada suhu tinggi. Pemanasan ini merusak ikatan hidrogen yang

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 43: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

xlvii

mengikat untai-untai DNA sehingga DNA mengalami denaturasi dari rantai ganda

menjadi rantai tunggal (Brown, 2001). Proses annealing memberikan kesempatan

bagi primer untuk menempel pada DNA cetakan yang mempunyai pasangan basa

yang komplemen dengan primer. Suhu annealing yang optimal untuk suatu

primer didasarkan pada komposisi basa, sekuen nukleotida, serta panjang dan

konsentrasi primer. Suhu annealing yang disarankan adalah 50C dibawah Tm

primer (Grunenwald, 2003). Annealing harus dilakukan pada suhu yang tepat.

Apabila suhu terlalu tinggi, primer tidak akan menempel pada sisi DNA target.

Bila suhu terlalu rendah, dapat menyebabkan primer menempel pada daerah yang

tidak spesifik dan menghasilkan lebih dari satu gen yang diamplifikasi. Proses

extension merupakan proses perpanjangan rantai DNA oleh DNA polimerase.

Perpanjangan rantai ini telah dibatasi oleh primer yang menempel pada saat

annealing. DNA polimerase berfungsi sebagai enzim yang bertugas mensintesis

untai DNA baru untuk melengkapi untai DNA cetakan dengan menambahkan

dNTP dalam arah 5' ke 3'. Umumnya pada proses extension digunakan suhu 720 C,

yaitu suhu optimum dari Taq polimerase.

Pada proses amplifikasi gen penyandi 16S rRNA bakteri xilanolitik sistem

abdominal rayap tanah isolat B dan isolat 7 dilakukan variasi suhu annealing,

yaitu 530C dan 550C. Tujuan dilakukan variasi suhu adalah untuk menentukan

suhu optimal dari primer agar dapat menempel pada DNA cetakan secara

sempurna. Dari hasil variasi suhu tersebut, gen penyandi 16S rRNA bakteri

xilanolitik sistem abdominal rayap tanah isolat B dan 7 dapat teramplifikasi

sebesar 1500 bp pada suhu annealing 530C. Pada suhu annealing 550C, tidak

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 44: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

2

ditemukan pita DNA hasil amplifikasi 16S rRNA. Hal tersebut menunjukkan

bahwa suhu 550C terlalu tinggi untuk proses annealing sehingga primer tidak

menempel pada sisi DNA target dan tidak terjadi amplifikasi.

Gambar 4.2 Elektroforesis hasil amplifikasi gen penyandi 16S rRNA bakteri xilanolitik sistem abdominal rayap tanah dengan primer B27F dan U1492R suhu 530 C. Lajur 1 adalah pita DNA gen penyandi 16S rRNA isolat B; 2 adalah GeneRulerTM 1 kb DNA ladder; 3 adalah pita DNA gen penyandi 16S rRNA isolat 7.

Amplikon bakteri xilanolitik sistem abdominal rayap tanah isolat B dan 7

yang diperoleh selanjutnya dimurnikan untuk menghilangkan sisa-sisa zat reaksi

PCR. Pemurnian dilakukan untuk memperoleh DNA cetakan yang ditargetkan dan

menghilangkan amplikon yang kurang spesifik. Pemurnian DNA dilakukan

dengan menggunakan kit pemurnian Gene Clean dari QIAGEN. Setelah

dimurnikan, amplikon diukur konsentrasi dan rasio kemurniannya menggunakan

alat Nanodrop Spectrophotometer ND-1000. Amplikon isolat B mempunyai

konsentrasi sebesar 124,8 ng/µL dengan nilai kemurnian 1,93. Amplikon isolat 7

mempunyai konsentrasi sebesar 118,6 ng/µL dengan nilai kemurnian 1,91. Urutan

Pita DNA gen penyandi 16S rRNA isolat B Pita DNA gen penyandi 16S

rRNA isolat 7

2000 bp

1500 bp

1000 bp

1 2 3

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 45: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

xlix

basa nukleotida penyandi gen 16S rRNA isolat B dan isolat 7 didapatkan dari

hasil sekuensing yang dilakukan di laboratorium Macrogen, Singapura dengan

menggunakan primer forward B27F dan primer reverse U1492R.

4.3 Desain Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah Isolat B dan Isolat 7

Pohon filogenetik didesain dengan menggunakan sekuen gen penyandi

16S rRNA milik bakteri xilanolitik sistem abdominal rayap tanah isolat B dan 7.

Sekuen gen penyandi 16S rRNA merupakan molekul yang sempurna karena

memiliki daerah conserved (dipertahankan) dan fungsi yang konstan pada tiap

organisme, tersebar secara universal, dan mempunyai urutan sekuen yang

terkonservasi dengan baik diantara anggota filogenetik yang luas (Madigan et al.,

2000). Selain itu, pada uji konvensional sebelumnya diketahui bahwa kedua isolat

ini termasuk dalam jenis prokariot, sehingga untuk mendapatkan sekuen yang

universal, digunakan molekul 16S rRNA.

Primer forward B27F dan primer reverse U1492R digunakan untuk proses

sekuensing basa nukleotida. Proses sekuensing dengan kedua primer akan

menghasilkan urutan basa nukleotida secara menyeluruh. Sekuen lengkap gen

penyandi 16S rRNA diperlukan untuk melakukan proses BLAST. Hasil sekuen

yang telah lengkap diproses dengan menggunakan program Clone Manager.

Penyusunan sekuen gen penyandi 16S rRNA dari bakteri xilanolitik sistem

abdominal rayap tanah isolat B dan 7 dilakukan setelah proses alignment terhadap

hasil sekuensing 16S rRNA dari kedua primer selesai. Hasil alignment adalah

sebagai berikut:

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 46: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

2

1. Gen penyandi 16S rRNA bakteri xilanolitik sistem abdominal rayap tanah

isolat B mempunyai sekuen 1460 bp

CCT GGG GTG TGG GGG GCC TAC TCA TGC ACG TCG TAG CGA GGT AAC TAG GAG CTT GCT CTT ATG AAG TTA GCG GCG GAC GGG TGA GTA ACA CGT GGG TAA CCT GCC CAT GAG ACT GGG ATA ACT CCG GGA AAC CGG GGC TAA TAC CGG ATA ACA TTT TGA ACC GCA TGG TTC GAA ATT GAA AGG CGG CTT CGG CTG TCA CTT ATG GAT GGA CCC GCG TCG CAT TAG CTA GTT GGT GAG GTA ACG GCT CAC CAA GGC AAC GAT GCT TAT CCG ACC TGA GAG GGT GAT CGG CCA CAC TGG GAC TGA GAC ACG GCC CAA ACT CCT ACG GGA GGC AGC AGT AGG GAA TCT TCC GCA ATG GAC GAA AGT CTG ACG GAA CAA CGC CGC GGG AGT GAT GAA GGC TTT CGG GTC CAA AAA CTC TGT TGT TAG GGA AGA ACA AGT GCT AGT TGA ATA AGC TGG CAC CTT GAC GGT ACC TAA CCA GAA AGC CAC GGC TAA CTA CGT GCC AGC AGC CGC GGT AAT ACG TAG GTG GCA AGC GTT ATC CGG AAT TAT TGG GCG TAA AGC GCG CGC AGG TGG TTT CTT AGT CTG ATG TGA AAG CCC ACG GCT CAA CCG TGG AGG GTC ATT GGA ACT GGA GAG ACT TGA GTG CAG AAG AGG AAA GTG GGA TTC CAT TGT GTA GCG GTG AAA TGC GTA GAG ATA TGG AGG AAC ACC AGT GGC GAA GGC GAC TTT CTG GTC GGT AAC TGA CAC TG AGG CGC GAA AGC GTG GGG AGC AAA CAG GAT TAG ATA CCC TGG TAG TCC ACG CCG TAA ACG ATG AGT GCT AAG TGT TAG AGG GTT TCC GCC CTT TAG TGC TGA AGT TAA CGC ATT AAG CAC TCC GCC TGG GGA GTA CGG CCG CAA GGC TAA ACT CAA AGG AAT GAC GGG GGC CCG CAC AAG CGG TGG AGC ATG TGG TTT AAT TCG AAG CAA CGC GAA GAA CCT TAC CAG GTC TTG ACA TCC TCT GAC AAC CCT AGA GAT AGG GCT TCT CCT TCG GGA GCA GAG TGA CAG GTG GTG CAT GGT TGT CGT CAG CTC GTG TTA GAG GTT GAT CGT TTA ACT CCA GCA GGA AGC GCA TCC CTA TTT CTT ATT CCC CAT CAT TAA TTC GGC CAC TTT AAG CTG ACG ACC GTT GAC AAA CCG GCG AAA GTT GGG GAG GAC GTC AAA CCA TCA TAC CCC TAA TGT CCG GGG CAG CAC TCG GGC CAC ACT TGT CGT TCC AAC GAC AAG CAG GAC CTC GAG GTG GAG CTA TTC TCA TAA AAC CGT TCT CAG TTC GGA ATT GTA GCC TGC AAT TGG CCT CCA TGA AGC TGC AAT CGC TAG TAA TCG CGG TCC ACC ATG CCG CGG TGA ATA CGT TCC CTG GCC TAG ACT TCA CCT CCC GTC ACA CCC CGA TGA CTT TCA TCC CCC GAC GTC CGT GAG TTG ATC ATG CTC ACA TCA GAC GCT GGC GCC GCT GCC GTC

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 47: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

li

2. Gen penyandi 16S rRNA bakteri xilanolitik sistem abdominal rayap tanah

isolat 7 mempunyai sekuen 1423 bp

GTA AAA CAA TGG TAA CCA GGC AGC TTG CTT GTT TGC TGA CGA GTG GCG GAC GGG TGA GTA ATG TCT GGG AAA CTG CCT GAT GGA GGG GGA TAA CTA CTG GAA ACG GTA GCT AAT ACC GCA TAA CGT CGC AAG ACC AAA GAG GGG GAC CTT CGG GCC TCT TGC CAT CGG ATG TGC CCA GAT GGG ATT AGC TAG TAG GTG GGG TAA CGG CTC ACC TAG GCG ACG GTC CCT AGC TGG TTT GAA AGG ATG ACC AGC CCC ACT GGA ACT GAG ACC CGG TCC AGA TTC CTA CGG GAG GCA GCA GTG GGA ATA TTG CAC AAT GGG CGC AAG CCT GAT GCA GCC ATG CCG CGT GTA TGA AGA AGG CCT TCG GGT TGT AAA GTA CTT TCA GCG GGG AGG AAG GGA GTA AAG TTA ATA CCT TTG CTC ATT GAC GTT ACC CGC AGA AGA AGC ACC GGC TAA CTC CGT GCC AGC AGC CGC GGT AAT ACG GAG GGT GCA AGC GTT AAT CGG AAT TAC TGG GCG TAA AGC GCA CGC AGG CGG TTT GTT AAG TCA GAT GTG AAA TCC CCG GGC TCA ACC TGG GAA CTG CAT CTG ATA CTG GCA AGC TTG AGT CTC GTA GAG GGG GGT AGA ATT CCA GGT GTA GCG GTG AAA TGC GTA GAG ATC TGG AGG AAT ACC GGT GGC GAA GGC GGC CCC CTG GAC GAA GAC TGA CGC TCA GGT GCG AAA GCG TGG GGA GCA AAC AGG ATT AGA TAC CCT GGT AGT CCA CGC CGT AAA CGA TGT CGA CTT GGA GGT TGT GCC CTT GAG GCG TGG CTT CCG GAG CTA ACG CGT TAA GTC GAC CGC CTG GGG AGT ACG GCC GCA AGG TTA AAA CTC AAA TGA ATT GAC GGG GGC CCG CAC AAG CGG TGG AGC ATG TGG TTT AAT TCG ATG CAA CGC GAA GAA CCT TAC CTG GTC TTG ACA TCC ACG GAA GTT TTC AGA GAT GAG AAT GTG CCT TCG GGA ACC GTG AGA CAG GTG CTG CAT GGC TGT CGT CAG CTC GTG TTG TGA AAT GTT GGG TTA AGT CCC GCA ACG AGC GCA ACC CTT ATC CTT TGT TGC CAG CGG TCC GGC CGG GAA CTC AAA GGA GAC TGC CAG TGA TAA ACT GGA GGA AGG TGG GGA TGA CGT CAA GTC ATC ATG GCC CTT ACG ACC AGG GCT ACA CAC GTG CTA CAA TGG CGC ATA CAA AGA GAA GCG ACC TCG CGA GAG CAA GCG GAC CTC ATA AAG TGC GTC GTA GTC CGG ATT GGA GTC TGC AAC TCG ACT CCA TGA AGT CGG AAT CGC TAG TAA TCG TGG ATC AGA ATG CCA CGG TGA ATA CGT TCC CGG GCC TTG TAC ACA CCG CCC GTC ACA CCA TGG GAG TGG GTT GCA AAA GAA GTA CGT GAG TTG ATC ATG CTC AGA TAA ACG CTG CGC AGC TAC GCT TAC C

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 48: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

2

Hasil sekuen gen penyandi 16S rRNA dari isolat B dan isolat 7 dilacak

homologinya terhadap sekuen 16S rRNA milik bakteri lainnya yang ada di dalam

GenBank melalui program BLAST dengan alamat situs

http://blast.ncbi.nlm.nih.gov/Blast.cgi. sekuen-sekuen 16S rRNA yang didapat

dari program BLAST disimpan dalam format FASTA dan diolah kembali

menggunakan program ClustalW dan MEGA5 untuk mendapatkan multiple

sequence alignmet (MSA). Hasil MSA disimpan dalam format MEGA.

Tabel 4.1 Hasil BLAST bakteri xilanolitik sistem abdominal rayap tanah isolat B

Kode NCBI Nama Spesies Panjang

sekuen (bp)

Persentase

Homologi

- Isolat B 1460 100%

NR_041248.1 Bacillus anthracis 1306 94%

NR_043403.1 Bacillus thuringiensis 1486 93%

NR_024697.1 Bacillus weihenstephanensis 1531 92%

NR_036880.1 Bacillus mycoides 1513 92%

NR_025240.1 Bacillus marisflavi 1506 89%

NR_041942.1 Bacillus acidicola 1548 89%

NR_025511.1 Bacillus luciferensis 1502 89%

NR_026144.1 Bacillus halmapalus 1504 89%

NR_025373.1 Bacillus shackletonii 1503 89%

NR_043774.1 Bacillus acidiceler 1495 88%

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 49: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

liii

Tabel 4.2 Hasil BLAST bakteri xilanolitik sistem abdominal rayap tanah isolat 7

Kode NCBI Nama Spesies Panjang

sekuen (bp)

Persentase

Homologi

- Isolat 7 1423 100%

NR_027549.1 Escherichia fergusonii 1473 99%

NR_024570.1 Escherichia coli 1450 99%

NR_025569.1 Escherichia albertii 1494 99%

NR_026332.1 Shigella dysenteriae 1487 99%

NR_041527.1 Citrobacter youngae 1490 97%

NR_044371.1 Salmonella enterica subsp. houtenae 1437 97%

NR_044370.1 Salmonella enterica subsp. indica 1414 97%

NR_041696.1 Salmonella enterica subsp. arizonae 1491 97%

NR_044373.1 Salmonella enterica subsp. diarizonae 1368 97%

NR_024640.1 Enterobacter asburiae 1422 96%

Kedua tabel hasil BLAST menunjukkan kedekatan antara bakteri

xilanolitik sistem abdominal rayap tanah isolat B dan 7 dengan bakteri lainnya

yang ada di dalam GenBank. Dari Tabel 4.1 diketahui bahwa bakteri xilanolitik

sistem abdominal rayap tanah isolat B mempunyai homologi terdekat sebesar 94%

dengan Bacillus anthracis (kode NCBI NR_041248.1). Dari Tabel 4.2 diketahui

bahwa bakteri xilanolitik sistem abdominal rayap tanah isolat 7 mempunyai

homologi terdekat sebesar 99% dengan Escherichia fergusonii (kode NCBI

NR_027549.1).

Pohon filogenetik didesain menggunakan program MEGA5. Metode yang

digunakan untuk mendesain pohon filogenetik adalah Neighbor-Joining Tree.

Hasil desain pohon filogenetik bakteri xilanolitik sistem abdominal rayap tanah

isolat B dan 7 ditampilkan pada gambar sebagai berikut:

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 50: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

2

Gambar 4.3 Desain pohon filogenetik bakteri xilanolitik sistem abdominal rayap

tanah isolat B

Gambar 4.4 Desain pohon filogenetik bakteri xilanolitik sistem abdominal rayap

tanah isolat 7

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 51: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

lv

Gambar 4.5 Desain pohon filogenetik bakteri xilanolitik sistem abdominal rayap tanah isolat B dan 7

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 52: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

2

Pada Gambar 4.3 menunjukkan bahwa bakteri xilanolitik sistem

abdominal rayap tanah isolat B tidak berada pada cabang maupun node yang sama

dengan bakteri-bakteri yang ada di dalam pohon filogenetik. Bakteri xilanolitik

isolat B mempunyai cabang tersendiri yang terpisah dari kesepuluh bakteri yang

ada dalam pohon filogenetik. Tetapi di dalam tabel homologi BLAST (Tabel 4.1),

diketahui bahwa isolat B mempunyai homologi sekuen 16S rRNA paling dekat

dengan Bacillus anthracis. Hal tersebut menunjukkan bahwa secara filogenetik,

bakteri xilanolitik isolat B tidak mempunyai kesamaan spesies dengan kesepuluh

spesies bakteri di dalam pohon filogenetik, tetapi mempunyai kemiripan urutan

basa sebesar 94% dengan Bacillus anthracis.

Pada Gambar 4.4 menunjukkan bahwa bakteri xilanolitik sistem

abdominal rayap tanah isolat 7 berada pada cabang yang sama dengan Escherichia

fergusonii. Dua isolat yang berada pada cabang yang sama menandakan kesamaan

spesies (Ludwig and Klenk, 2001). Pada tabel homologi BLAST (Tabel 4.2) juga

ditunjukkan bahwa bakteri xilanolitik sistem abdominal rayap tanah isolat 7

mempunyai homologi sekuen 16S rRNA paling dekat dengan Escherichia

fergusonii. Dari hasil pohon filogenetik dan homologi BLAST, diketahui bahwa

bakteri xilanolitik isolat 7 mempunyai kesamaan spesies dengan Escherichia

fergusonii dan mempunyai homologi sekuen 16S rRNA sebesar 99%.

Pada Gambar 4.5 menunjukkan hubungan kekerabatan satu bakteri dengan

bakteri lain. Dari desain pohon filogenetik tersebut dapat dismpulkan bahwa isolat

B dan isolat 7 tidak berada dalam satu cabang filogenetik, satu clade (spesies),

maupun satu node (genus) yang sama. Hal tersebut menandakan bahwa isolat B

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 53: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

lvii

dan 7 tidak mempunyai kemiripan urutan basa nukleotida maupun kedekatan

filogenetik satu sama lain. Kedua isolat mempunyai root (nenek moyang) yang

sama tetapi mengalami perubahan yang berbeda satu sama lain ketika berevolusi.

Selain itu, kedua isolat bakteri xilanolitik (isolat B dan 7) bukan merupakan

spesies bakteri baru karena nilai homologi kedua isolat bakteri xilanolitik berada

diantara 94 – 99 %. Bakteri bisa dikatakan spesies baru apabila memiliki

kemiripan homologi basa nukleotida < 70% (Wayne, 1987). Hal ini dikemukan

oleh Wayne, dimana suatu spesies dapat dikatakan memiliki hubungan dengan

salah satu kelompok spesies yang telah ada apabila mempunyai nilai homologi

gen lebih besar dari 70% bila dibandingkan dengan seluruh gen yang mengalami

hibridisasi DNA-DNA. Nilai total gen yang mengalami hibidrisasi DNA-DNA

merupakan kunci utama dari penentuan dan pembatasan hubungan kekerabatan

spesies baru tersebut dengan spesies yang telah ada.

Belum ada rekomendasi cara yang pasti untuk menentukan pembatasan

homologi genus bakteri maupun untuk menentukan level tertinggi kemiripan

suatu genus bakteri. Menurut Stackebrandt and Goebel (1994), suatu isolat bakteri

yang baru ditemukan dapat dikatakan berada dalam satu kelompok genus dengan

bakteri yang telah ada di data GenBank apabila memiliki homologi sekuen gen

16S rRNA dengan nilai antara 97 – 99 %. Jika nilai homologi sekuen gen 16S

rRNA kurang dari 97%, maka bakteri tersebut belum dapat disebut sebagai

bakteri baru maupun digolongkan sebagai bakteri yang berbeda genus. Untuk

mengetahui posisi taksonomi yang pasti dari bakteri baru tersebut, perlu dilakukan

beberapa pengevaluasian. Evaluasi tersebut meliputi evaluasi posisi filogenetik

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 54: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

2

bakteri dengan keseluruhan grup filogenetik pada GenBank, evaluasi

kemotaksonomi, dan evaluasi fenotip dari bakteri-bakteri yang mempunyai

hubungan kekerabatan filogeni terdekat. Apabila hasil evaluasi fenotip dan

kemotaksonomi mendukung hasil evaluasi filogenetik, maka bakteri tersebut

sudah dapat ditentukan kelompok taksanya dan diberi nama sesuai genus yang

telah dievaluasi.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 55: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

lix

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :

1. Identifikasi molekular berdasarkan 16S rRNA hanya dapat dilakukan

pada bakteri xilanolitik sistem abdominal rayap tanah isolat B dan 7

yang menghasilkan sekuen gen penyandi 16S rRNA sebesar 1460 bp

dan 1423 bp.

2. Hubungan kekerabatan bakteri xilanolitik sistem abdominal rayap

tanah isolat B dengan Bacillus anthracis sebesar 94% dan hubungan

kekerabatan bakteri xilanolitik sistem abdominal rayap tanah isolat 7

dengan Escherichia fergusonii sebesar 99% pada program pelacakan

database Basic Local Alignment Search Tool (BLAST) dapat diketahui

berdasarkan desain pohon filogenetik yang telah dibuat.

5.2 Saran

Diharapkan dapat dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui identifikasi

dan karakteristik dari bakteri xilanolitik sistem abdominal rayap tanah isolat B dan

7 secara lengkap. Serta dapat dilakukan penelitian lanjutan untuk bakteri

xilanolitik sistem abdominal rayap tanah isolat A agar dapat diketahui hubungan

kekerabatannya dengan bakteri lain yang ada pada program pelacakan database

Basic Local Alignment Search Tool (BLAST).

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 56: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

2

DAFTAR PUSTAKA Bartlett, J.M., Stirling, D., 2003, A short history of the polymerase chain reaction,

Methods Mol Biol., 226: 3-6 Bravman, T., Mechaly, A., Shulami, S., Belakhov, V., Baasov, T., Shoham, G.,

Shoham, Y., 2001, Glutamic acid 160 is the acid-base catalyst of β-xylosidase from Bacillus stearothermophilus T-6: a family 39 glycoside hydrolase, FEBS Letters, 495 : 115–119

Brown, T.A, 2001, Gene Cloning and DNA Analysis An Introduction, Fourth

Edition, Blackwell Publishings, United Kingdom Coenye T., Vandamme P., 2003, Intragenomic heterogeneity between multiple

16S ribosomal RNA operons in sequenced bacterial genomes, FEMS Microbiol. Lett., 228 (1): 45–49

Collins, T., Gerday, C., and Feller, G., 2005, Xylanases, xylanase families and

extremophilic xylanases, FEMS Microbiology Reviews, 29 (2005) : 3-23 Gillis, M., Vandamme, P., Vos, P.D., Swings, J., Kersters, K., 2001, Polyphasic

Taxonomy, In Boone, Castenholz and Garrity (Editors), Bergey’s Manual of Systematic Bacteriology, 2nd Edition, Volume 1, The archaea and the deeply branching and phototrophic bacteria, Springer, New York, 43-48

Grunenwald, H., 2003, Optimization of polymerase chain reactions, In Bartlett

and Stirling (Editors), PCR Protocols, Methods in Molecular Biology., 226: 89-98

Huber, H., Hohn, M.J., Rachel, R., Fuchs, T., Wimmer, V.C., and Stetter, K.O.,

2002, A new phylum of Archaea represented by a nanosized hyperthermophilic symbiont, Nature, 417 (6884): 63–7

Lindahl, T., Nyberg, B., 1972, Rate of depurination of native deoxyribonucleic

acid, Biochemistry 11, 3610–3618 Ludwig, W., Klenk, H.P., 2001, Overview: A phylogenetic backbone and

taxonomic framework for procaryotic systematic, In Boone, Castenholz and Garrity (Editors), Bergey’s Manual of Systematic Bacteriology, 2nd Edition, Volume 1, The archaea and the deeply branching and phototrophic bacteria, Springer, New York, 49–65

Madigan, M.T., Martinko, J.M., and Parker, J., 2000, Biology of Microorganisms

9th ed, Prentice Hall Inc, New Jersey

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 57: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

lxi

Murray, R.G.E., Holt, John G., 2001, The history of bergey’s manual, In Boone, Castenholz and Garrity (Editors), Bergey’s Manual of Systematic Bacteriology, 2nd Edition, Volume 1, The archaea and the deeply branching and phototrophic bacteria, Springer, New York, 1-13

Pradhika, E.I., Mikrobiologi Dasar, http://ekmon-saurus.blogspot.com, 15

November 2011 Purwadaria, T., Ardiningsih, P., Ketaren, P.P., dan Sinurat, A.P., 2004, Isolasi dan

penapisan bakteri xilanolitik mesofil dari rayap, Jurnal Mikrobiology Indonesia, Vol 9, No 2 (2004)

Radek, R., 1999, Flagellates, bacteria, and fungi associated with termites :

diversity and function in nutrition-A review, Ecotropica, 5 (2) : 183-196 Ratnadewi, A.A.I., Handayani, W., Hadi, A. F., Sa’diyah, H., Budi, L., 2007,

Isolasi, Pemurnian dan Karakterisasi Enzim Xilanolitik Asal Mikrob dalam Sistem Intestin Rayap untuk Memproduksi Xilooligosakarida sebagai Pereduksi Resiko Kanker, Universitas Jember, Jember

Richana, N., 2002, Produksi dan prospek enzim xilanase dalam pengembangan

bioindustri di Indonesia, Buletin AgroBio, 5 (1) : 29-36 Rychlik, W., Spencer, W.J., Rhoads, R.E., 1990, Optimization of the annealing

temperature for DNA amplification in vitro, Nucl Acids Res, 18 (21): 6409–6412

Sambrook, J., Fritsch, E.F., Maniatis, T., 1989, Molecular Cloning, A Laboratory

Manual, Second Edition, Volume 1, Cold Spring Harbor Laboratory Pres, New York

Sambrook, J., Russell, D. W., 2001, Molecular Cloning: A Laboratory Manual

3rd edition, Cold Spring Harbor Laboratory Press, Cold Spring Harbor, NY, USA

Serianni, A.S., Principles of Biochemistry, http://www.nd.edu, 13 November

2011 Setford, S., 2005, Intisari Ilmu Hewan Merayap, Erlangga, Jakarta Sharkey, D.J., Scalice, E.R., Christy, K.G., Atwood, S.M., Daiss, J.L., 1994,

Antibodies as thermolabile switches: high temperature triggering for the Polymerase Chain Reaction, Bio/Technology, 12 (5): 506–509

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 58: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

2

Shimizu, H., Ohkuma, M., Moriya, K., Akiba, T., and Kudo, T., 1998, Purification and Characterization of Xylanase Produced by Bacillus sp. from Termite Guts. In Ohmiya, K., Hayashi, K., Sakka, K., Kobayashi, Y., Karita, S., and Kimura, T. (Eds.), Genetics, Biochemistry, and Ecology of Cellulose Degradation, Uni Publishers Co. Ltd, Tokyo

Stackebrandt, E., Goebel, B.M., 1994, Taxonomic note: A place for DNA–DNA

reassociation and 16S rRNA sequence analysis in the present species definition in bacteriology, 1994, Int. J. Syst. Bacteriol, 44: 846-849

Tarumingkeng, R. C., 2001, Biologi dan Perilaku Rayap, Program Studi Ilmu

Hayati Institut Pertanian Bogor, Bogor, diakses online dari url http : //tumoutou.net/biologi_&_perilaku_rayap.htm/, 12 November 2011

Theobald, D., 2004, Phylogenetic Trees Represent Evolutionary Relationships,

http://www.talkreason.org, 12 November 2012 Wayne, L.G., Brenner, D.J., Colwell, R.R., Grimont, P.A.D., Kandler, O. ,

Krichevsky, M.I., Moore, L.H., Moore, W.E.C., Murray, R.G.E., Stackebrandt, E., Starr, M.P., Truper, H.G., 1987, Report of the ad hoc committee on reconciliation of approaches to bacterial systematic, Int. J. Syst. Bacteriol, 37: 463–464

Weidner, S., Arnold, W., Pühler, A., 1996, Diversity of uncultured

microorganisms associated with the seagrass Halophila stipulacea estimated by restriction fragment length polymorphism analysis of PCR-amplified 16S rRNA genes, Appl Env Microbiol, 62 (3): 766–71

Weisburg, W.G., Barns, S.M., Pelletier, D.A., and Lane, D.J., 1991, 16S

ribosomal DNA amplification for phylogenetic study, Journal of Bacteriology, 173 (2): 697-703

Woese, C.R., 1967, The Genetic Code: The Molecular Basis for Genetic

Expression, Erlangga, Jakarta Yepyhardi, Mengenal PCR, http://sciencebiotech.net, 13 November 2011 Yuwono, T., 2007, Biologi Molekular, Penerbit Erlangga, Jakarta Yuwono, T., 2007, Teori dan Aplikasi Polymerase Chain Reaction, Penerbit Andi,

Jakarta

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 59: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

lxiii

LAMPIRAN 1

Perhitungan Pembuatan Media Luria-Bertani Padat dan Cair

1. Media Luria-Bertani padat

50 mL media LB padat:

- 1% tripton = 1 𝑔𝑟

100 𝑚𝐿 x 50 mL = 0,5 gr

- 1% NaCl = 1 𝑔𝑟

100 𝑚𝐿 x 50 mL = 0,5 gr

- 0,5% yeast = 0,5 𝑔𝑟

100 𝑚𝐿 x 50 mL = 0,25 gr

- 2% bacto agar = 2 𝑔𝑟

100 𝑚𝐿 x 50 mL = 1 gr

2. Media Luria-Bertani cair

60 mL media LB cair:

- 1% tripton = 1 𝑔𝑟

100 𝑚𝐿 x 60 mL = 0,6 gr

- 1% NaCl = 1 𝑔𝑟

100 𝑚𝐿 x 60 mL = 0,6 gr

- 0,5% yeast = 0,5 𝑔𝑟

100 𝑚𝐿 x 60 mL = 0,3 gr

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 60: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

2

LAMPIRAN 2

Perhitungan Pembuatan Larutan untuk Isolasi DNA Kromosom

1. Bufer TE 0,05 M

Stok 0,5 M tris-Cl pH 8 50 mL:

- Tris-base (H2NC(CH2OH)3) = 𝑔𝑟𝑀𝑟

x 1000

𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒

= 𝑔𝑟

121 ,14 x 1000 𝑚𝐿

50 𝑚𝐿

= 3,0285 gr

Stok 0,5 M EDTA pH 8 50 mL:

- EDTA (C10H14N2Na2O8.2H2O) = 𝑔𝑟𝑀𝑟

x 1000

𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒

= 𝑔𝑟

372,24 x 1000 𝑚𝐿

50 𝑚𝐿

= 9,306 gr

Larutan Kerja = 0,05 M bufer TE 50 mL

- Tris-Cl : V1 x M1 = V2 x M2

V1 x 500x = 50 mL x 50x

V1 = 5 mL

- EDTA : V1 x M1 = V2 x M2

V1 x 0,5x = 50 mL x 0,05x

V1 = 5 mL

2. Lisosim

1 mL Lisosim 10 mg/mL

- Lisosim = 10 𝑚𝑔

𝑚𝐿 x 1 mL

= 10 mg = 0,01 gr

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 61: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

lxv

3. STEP

Stok 0,5 M tris-Cl pH 7,5 50 mL:

- Tris-base (H2NC(CH2OH)3) = 𝑔𝑟𝑀𝑟

x 1000

𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒

= 𝑔𝑟

121 ,14 x 1000 𝑚𝐿

50 𝑚𝐿

= 3,0285 gr

Larutan kerja = 500 µL STEP

- SDS (Sodium Dodecyl Sulfat) 0,5% = 0,5 𝑔𝑟

100.1000 µL x 500 µL

= 0,0025 gr

- 0,05 M tris-Cl pH 7,5 : V1 x M1 = V2 x M2

V1 x 0,5x = 500 µL x 0,05x

V1 = 50 µL

- 0,4 M EDTA : V1 x M1 = V2 x M2

V1 x 0,5 M = 500 µL x 0,4 M

V1 = 400 µL

- Proteinase K 1 mg/mL : : V1 x M1 = V2 x M2

500 µL x 1 mg/mL = V1 x 20 mg/mL

V1 = 25 µL

- Akuades = 500 – 50 – 400 – 25 = 25 µL

4. Na-asetat

- 3 M Na-asetat 10 mL: 3 M = 𝑔𝑟𝑀𝑟

x 1000

𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒

= 𝑔𝑟

82,03 x 1000 𝑚𝐿

10 𝑚𝐿

= 2,4609 gr

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 62: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

2

LAMPIRAN 3

Perhitungan Pembuatan Larutan dan Bahan untuk Elektroforesis

1. Bufer TAE

Stok 50x bufer TAE 200 mL:

- tris-base (H2NC(CH2OH)3) = 200 mL

1000 mL x 242 gr

= 48,4 gr

- asam asetat glacial = 200 mL

1000 mL x 57,1 gr

= 11,42 gr

- 0,5 M EDTA pH 8 = 200 mL

1000 mL x 20 mL

= 20 mL

Larutan kerja = 0,5x TAE dalam 500 mL

V1 x M1 = V2 x M2

V1 x 50x = 500 mL x 0,5x

V1 = 5 mL

2. Gel agarosa

1% gel agarosa 40 mL = 1 𝑔𝑟

100 𝑚𝐿 x 40 mL

= 0,4 gr

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 63: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

lxvii

3. Bufer loading dye

Bufer loading dye 5 mL

- 0,25% Bromophenol Blue (C19H10Br4O5S, BPB) = 0,25 𝑔𝑟

100 𝑚𝐿 x 5 mL

= 0,0125 gr

- 40% sukrosa (C12H22O12) = 40 𝑔𝑟

100 𝑚𝐿 x 5 mL

= 2 gr

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 64: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

2

LAMPIRAN 4

Perhitungan Larutan Kerja untuk Reaksi PCR

Stok 0,1 M primer forward B27F dan 0,1 M primer reverse U1492R

- Larutan kerja = 10 mM primer forward B27F 20 µL

V1 x M1 = V2 x M2

V1 x 0,1 M = 20 µL x 0,01 M

V1 = 2 µL

- Larutan kerja = 0,01 M primer reverse U1492R 20 µL

V1 x M1 = V2 x M2

V1 x 0,1 M = 20 µL x 0,01 M

V1 = 2 µL

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 65: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

lxix

LAMPIRAN 5

Proses Alignment Sekuen Gen Penyandi 16S rRNA Bakteri Xilanolitik Menggunakan Program Clone Manager 1. Tampilan menu awal program Clone Manager

2. Pemilihan menu align multiple sequences

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 66: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

2

3. Hasil alignment sekuen gen penyandi 16S rRNA

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 67: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

lxxi

LAMPIRAN 6

Proses Pelacakan Sekuen Gen Penyandi 16S rRNA Bakteri Xilanolitik dengan Sekuen Gen Penyandi 16S rRNA Bakteri Lain di Genbank

1. Menu pada program BLAST

2. Hasil BLAST

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 68: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

2

3. Hasil homologi sekuen

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 69: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

lxxiii

LAMPIRAN 7

Proses Multiple Sequence Alignmet dari Data BLAST yang Diperoleh dengan Menggunakan Program ClustalW dan MEGA5 1. Proses menuju multiple sequence alignmet

2. Tampilan menu program MEGA5

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 70: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

2

3. Proses multiple sequence alignmet

4. Hasil multiple sequence alignmet

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 71: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

lxxv

LAMPIRAN 8

Proses Pendesainan Pohon Filognetik Menggunakan Program MEGA5

1. Menu awal program MEGA5

2. Pemilihan data

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum

Page 72: PENENTUAN POHON FILOGENETIK BAKTERI XILANOLITIK …

2

3. Proses pendesainan pohon filogenetik

4. Desain pohon filogenetik

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Penentuan Pohon Filogenetik Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah berdasarkan 16S rRNA

Septhia Dwi Sukartiningrum