MENDEKONTRUKSI DRAMA EMPAT BABAK “KEJAHATAN …

16
25 MENDEKONTRUKSI DRAMA EMPAT BABAK “KEJAHATAN MEMBALAS DENDAM” KARYA IDRUS (DECONSTRUCTING FOUR INNINGS DRAMA “KEJAHATAN MEMBALAS DENDAM” IDRUS’ WORK) I Wayan Nitayadnya Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Tengah Jalan Untad I, Bumi Roviga, Tondo, Palu 94118 Email: [email protected] Telepon: 082145874355 Abstract Four innings drama “Kejahatan Membalas Dendam.” by Idrus has been widely reviewed by literary critics. The reviews have generated the meanings that have been conventionalized, especially in the aspects of characterization and theme. This research aims to uncover meanings behind meanings having been conventionalized or paradoxical meanings of Aporia elements especially in characterization and theme of Idrus’ work. Theory used to reveal the paradoxical meanings is the theory of deconstruction while the methods are literature study, analytic -descriptive, and narrative presentation. The results showed that conventionalized character described as traitor of the State actually is a great hero. He sincerely sacrificed his body and soul to meet the ideals of independence. The central theme of the drama is not to sacrifice for the country and nation, but is to get rid of the traitor of the State. Key words: deconstruction, theme, characterization, binary opposition Abstrak Drama empat babak “Kejahatan Membalas Dendam” karya Idrus telah banyak dikaji oleh para kritikus sastra. Kajian tersebut telah menghasilkan makna-makna yang telah dikonvensionalkan, terutama pada aspek penokohan dan tema. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap makna di balik makna yang telah dikonvensionalkan itu atau makna paradoks dari unsur-unsur aporia, terutama unsur aporia dalam tema dan penokohan drama karya Idrus tersebut. Teori yang digunakan untuk mengungkap makna paradoks itu adalah teori dekonstruksi. Metode yang digunakan adalah metode studi kepustakaan, deskriptik analitik, dan penyajian secara naratif. Hasil dekonstruksi menunjukkan bahwa tokoh yang dikonvensionalkan sebagai tokoh pengkhianat bangsa sebenarnya adalah tokoh pejuang yang hebat. Ia iklas berkorban jiwa dan raga untuk mencapai cita-cita kemerdekaan. Demikian pula mengenai pengorbanan untuk nusa dan bangsa bukanlah tema sentral drama ini, melainkan yang menjadi tema sentral adalah menyingkirkan pengkhianat bangsa. Kata kunci: dekonstruksi, tema, penokohan, oposisi biner

Transcript of MENDEKONTRUKSI DRAMA EMPAT BABAK “KEJAHATAN …

25I Wayan Nitayadnya, Mendekontruksi Drama Empat Babak “Kejahatan Membalas Dendam” Karya Idrus

MENDEKONTRUKSI DRAMA EMPAT BABAK“KEJAHATAN MEMBALAS DENDAM” KARYA IDRUS

(DECONSTRUCTING FOUR INNINGS DRAMA“KEJAHATAN MEMBALAS DENDAM” IDRUS’ WORK)

I Wayan NitayadnyaBalai Bahasa Provinsi Sulawesi Tengah

Jalan Untad I, Bumi Roviga, Tondo, Palu 94118Email: [email protected]

Telepon: 082145874355

AbstractFour innings drama “Kejahatan Membalas Dendam.” by Idrus has been widely reviewed by literary critics.The reviews have generated the meanings that have been conventionalized, especially in the aspects ofcharacterization and theme. This research aims to uncover meanings behind meanings having beenconventionalized or paradoxical meanings of Aporia elements especially in characterization and theme ofIdrus’ work. Theory used to reveal the paradoxical meanings is the theory of deconstruction while the methodsare literature study, analytic -descriptive, and narrative presentation. The results showed that conventionalizedcharacter described as traitor of the State actually is a great hero. He sincerely sacrificed his body and soul tomeet the ideals of independence. The central theme of the drama is not to sacrifice for the country and nation,but is to get rid of the traitor of the State.

Key words: deconstruction, theme, characterization, binary opposition

AbstrakDrama empat babak “Kejahatan Membalas Dendam” karya Idrus telah banyak dikaji oleh parakritikus sastra. Kajian tersebut telah menghasilkan makna-makna yang telah dikonvensionalkan,terutama pada aspek penokohan dan tema. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap maknadi balik makna yang telah dikonvensionalkan itu atau makna paradoks dari unsur-unsur aporia,terutama unsur aporia dalam tema dan penokohan drama karya Idrus tersebut. Teori yang digunakanuntuk mengungkap makna paradoks itu adalah teori dekonstruksi. Metode yang digunakan adalahmetode studi kepustakaan, deskriptik analitik, dan penyajian secara naratif. Hasil dekonstruksimenunjukkan bahwa tokoh yang dikonvensionalkan sebagai tokoh pengkhianat bangsa sebenarnyaadalah tokoh pejuang yang hebat. Ia iklas berkorban jiwa dan raga untuk mencapai cita-citakemerdekaan. Demikian pula mengenai pengorbanan untuk nusa dan bangsa bukanlah tema sentraldrama ini, melainkan yang menjadi tema sentral adalah menyingkirkan pengkhianat bangsa.

Kata kunci: dekonstruksi, tema, penokohan, oposisi biner

26 Gramatika, Volume I, Nomor 1, Januari—Juni 2013

1. Pendahuluan

Idrus lahir di Padang pada tanggal 21 Sep-tember 1921 dari pasangan Siti Alimah danSutan Abdullah. Ia memiliki ketertarikandengan dunia sastra semenjak duduk dibangku sekolah setingkat SMP pada masakolonial Belanda. Ia banyak menulis cerpenselain juga rajin membaca roman-romandan novel-novel dari Eropa yang dipinjam-nya dari perpustakaan sekolah. Minat itulahyang mendorongnya bekerja di Balai Pus-taka. Di perusahan itu, ia bekerja sebagairedaktur majalah berbahasa Melayu. Tugasitu berlangsung hingga tahun 1950. Kemu-dian, ia pindah bekerja di Pusat Oesaha San-diwara Djepang (POSD) di bawah naungandinas propaganda Jepang. Akan tetapi, keti-ka revolusi meletus pada tahun 1945, iakembali bekerja di Balai Pustaka sampaiaksi militer pertama (1947). Ketika Balai Pus-taka diserbu militer Belanda, semua pega-wai, termasuk pengarang republiken, mening-galkan Balai Pustaka. Banyak pegawai yangmenjadi penganggur, tidak terkecuali Idrus(dikutip dari riwayat hidup Idrus dalam no-vel Dari Ave Maria ke Jalan Menuju Roma, 2010:170—176).

Kehebatan Idrus sebagai pengarang se-sungguhnya baru dikenal khalayak sastrasetelah karyanya yang berjudul Dari Ave Ma-ria ke Jalan Menuju Roma yang diterbitkanoleh Balai Pustaka pada tahun 1948. Novelitu berisikan kumpulan cerpen dan dramayang ditulisnya pada zaman Jepang dan za-man sesudah kemerdekaan. Judul cerpen-cerpen karya Idrus dalam novel itu adalah“Ave Maria,” “Kota Harmoni,” “Jawa Baru,”“Pasar Malam Zaman Jepang,” “Sanyo,”“Fujinkai,” “Oh…Oh…Oh!”, “Heiho,” “Ki-sah Sebuah Celana Pendek,” “Surabaya,”“Jalan Lain ke Roma,” dan judul karya dra-manya adalah “Kejahatan Membalas Den-dam.” Meskipun setelah kemunculan karya-nya yang monumental itu, ia masih tetap se-tia menulis novel dan cerpen, tidak dapat

dipungkiri bahwa karya-karyanya yang la-hir kemudian tidak lagi memiliki gema se-hebat karya-karyanya terdahulu.

Karya-karya Idrus telah banyak diteliti,termasuk peneliti sendiri pernah melaku-kan penelitian terhadap karya-karya cerpen-nya yang ditulis pada zaman Jepang dari as-pek sosiologi sastra. Penelitian itu telah di-terbitkan oleh Metasastra, Volume 5, Nomor2, Desember 2012, terbitan Balai Bahasa Pro-vinsi Jawa Barat. Selain itu, peneliti juga te-lah melakukan penelitian terhadap dua kar-ya Idrus, yakni cerpen “Ave Maria” dan dra-ma empat babak “Kejahatan Membalas Den-dam” dari aspek hegemoni. Penelitian terse-but berjudul “Muatan Politik PropagandaKolonial Jepang dalam Cerpen dan DramaKarya Idrus” yang masih dalam prosespenerbitan yang dilakukan oleh Jurnal Ata-visme, Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur. Pa-da kesempatan ini, peneliti kembali menelitisalah satu karya Idrus, yakni drama empatbabak “Kejahatan Membalas Dendam” (se-lanjutnya disingkat KMD). Penelitian kaliini berupaya mendekonstruksi aspek temadan penokohan dalam drama tersebut. Pe-nelitian ini akan melacak unsur-unsur apo-ria dalam tema dan penokohan sehinggamakna paradoks dapat terungkap. Selainitu, penelitian ini juga berupaya membalik-kan atau mengubah makna-makna yang te-lah dikonvensionalkan oleh penelitian sebe-lumnya.

Kajian dekonstruksi ini dilakukan ber-dasarkan pertimbangan sebagai berikut. Per-tama, penelitian terhadap drama ini telah ba-nyak dilakukan, baik dari aspek strukturalmaupun sosiologi. Dengan adanya peneli-tian-penelitian itu dapat ditemukan makna-makna konvensional yang terdapat dalamkarya tersebut. Kedua, menurut hemat pe-neliti, tokoh antagonis ataupun tokoh yangdimarginalkan dalam drama tersebut ke-mungkinan memiliki peran yang pentingdalam keutuhan cerita apabila diban-

27I Wayan Nitayadnya, Mendekontruksi Drama Empat Babak “Kejahatan Membalas Dendam” Karya Idrus

dingkan dengan tokoh protagonis yang te-lah dikonvensionalkan. Demikian pula de-ngan tema, tema minor yang dianggap pe-rannya sangat minimal dalam drama terse-but tidak menutup kemungkinan menjadisentral atau penting dalam keseluruhan ce-rita. Ketiga, sepengetahuan peneliti, peneliti-an yang mengungkap makna unsur-unsuraporia dalam tema dan penokohan yang ter-dapat drama karya Idrus tersebut belumpernah dibicarakan atau diteliti oleh penulislain.

Sehubungan dengan itu, rumusan ma-salah penelitian adalah (1) bagaimana mak-na paradoks dari unsur aporia penokohandan (2) bagaimana makna paradoks dariunsur aporia tema dalam drama KMD ter-sebut? Dari rumusan masalah itu, tujuanyang ingin dicapai adalah terungkapnyamakna laten atau makna paradoks dari un-sur-unsur aporia, terutama unsur aporia da-lam tema dan penokohan. Hasil penelitianini diharapkan dapat memberi sumbanganpemikiran tentang kajian dekonstruksi da-lam sastra yang selama ini amat jarang dila-kukan oleh kritikus sastra.

Teks drama yang dijadikan objek ana-lisis dalam penelitian adalah teks dramaKMD yang termuat dalam novel Dari AveMaria ke Jalan Menuju Roma karya Idrus, ter-bitan Pusat Bahasa, Kementerian Pendidik-an Nasional tahun 2010. Objek kajian terse-but didekati dengan berbagai sumber pus-taka dan informasi tambahan dari berbagaisumber, terutama yang berkaitan dengankajian yang pernah dilakukan oleh para kri-tikus atau peneliti sastra terhadap teks dra-ma ini. Kajian-kajian terhadap teks ini sa-ngat penting diperoleh dalam rangka mene-mukan makna-makna konvensional yangtelah ditetapkan oleh para peneliti sebelum-nya. Hasil penelitian tersebut dijadikan da-sar di dalam mengungkap makna laten. Jadi,semua informasi tentang pembicaraan me-

ngenai teks drama itu sangat diperlukan da-lam rangka menunjang pembuktian analisis.

Untuk mengungkap makna laten ataumakna paradoks dari unsur-unsur aporia,terutama unsur aporia dalam tema dan pe-nokohan dalam KMD, teori yang digunakanadalah teori dekonstruksi. Dalam bidang fil-safat maupun sastra, dekonstruksi termasuksalah satu teori yang sangat sulit untuk di-pahami apabila dibandingkan dengan teori-teori pos-strukturalisme pada umumnya.Konsep dekonstruksi mulai dikenal sejakDerrida membawakan makalahnya yangberjudul “Structure, sign, and play in the dis-course of the human sciences,” di UniversitasJohns Hopkins tahun 1966 (Selden, 1986: 84).Apabila dilihat dari sejarahnya, pada dasar-nya kajian dekonstruksi telah dilakukanoleh Nietzsche dalam kaitan dengan usaha-nya untuk memberikan makna baru terha-dap prinsip sebab-akibat. Prinsip sebab-aki-bat memberikan perhatian terhadap sebab,sedangkan akibatnya sebagai gejala minor.Prinsip sebab-akibat bukanlah hukum uni-versal, melainkan merupakan retorika ba-hasa, yakni sebagai gejala metonimi dan ge-jala bahasa dengan cara melekatkan namaorang atau benda-benda pada pusat objekyang lain (Culler, 1983: 86—87).

Ciri khas teori dekonstruksi yang dike-mukakan oleh Derrida adalah penolakan-nya terhadap logosentrisme dan fonosen-trisme yang secara keseluruhan melahirkanoposisi biner dan cara-cara berpikir lainnyayang bersifat hierarkis dikotomis. Pemba-caan nondekonstruksi atau pembacaan kon-vensional dilakukan dengan cara menemu-kan makna yang benar atau makna terakhiryang disebut sebagai makna optimal, se-dangkan pembaca dekonstruksi tidak perlumenemukan makna terakhir. Yang dipen-tingkan dalam teori dekonstruksi adalahpembongkaran secara terus-menerus de-ngan cara memberikan perhatian pada geja-la-gelaja yang tersembunyi atau sengaja di-

28 Gramatika, Volume I, Nomor 1, Januari—Juni 2013

sembunyikan, contohnya ketidakbenaran,tokoh sampingan, tema bawahan, perempu-an, dan sebagainya.

Teori dekonstruksi ini menolak adanyagagasan makna pusat sebab makna pusatitu relatif. Gagasan makna pusat dianggapsebagai pengingkaran terhadap makna po-lisemi teks. Pemaknaan teks itu bersifat sa-ngat longgar, multitafsir terhadap objek. Ja-di, dekonstruksi itu merupakan salah satustrategi untuk membuktikan bahwa sastrabukanlah bahasa yang sederhana (Selden,1986: 88).

Kajian dekonstruksi yang dilakukanDerrida lebih dikenal dengan istilah kajiandekonstruksi metaforik. Metafora di sini bu-kan dipahami sebagai suatu aspek darifungsi ekspresif bahasa, melainkan sebagaisuatu kondisi yang esensial tentang tuturan.Metafora mewakili salah satu cara dari pe-nyusunan wacana yang sekaligus juga mem-pengaruhi dalam pemahaman sebuah teks.Dekonstruksi bisa terjadi pada teks itu sen-diri atau sebaliknya pembaca itu sendiri da-pat mendekonstruksi sebuah teks (Sarup,2003: 77--79).

Sebagai langkah dalam menyikapi kar-ya sastra melalui dekonstruksi, Derridamenggunakan istilah “trace.” Trace (jejak)bersifat misterius dan tidak terungkap, mun-cul sebagai kekuatan dan pembentuk tulis-an, menembus dan memberi energi padaaktivitasnya yang menyeluruh. Hal ini ber-arti bahwa makna akan bergerak, harus dila-cak terus menerus dan sifatnya meloncat-loncat.

Dekonstruksi menitikberatkan wilayahoperasinya pada sebuah teks, kemudianmenelusuri jejak-jejak tanda dalam teks itu.Penemuan jejak-jejak tanda dalam teks da-pat diperjelas dengan menghadirkan opo-sisi biner, sebagaimana dikatakan oleh Tur-ner (1969: 106) bahwa perbedaan antara sis-tem konvensional dan sistem tafsiran yang

lebih luas akan makin tampak jelas apabiladitampilkan dalam sejumlah oposisi binersebagai berikut.

utama x sampinganprotagonis x antagonispenting x tidak pentingbermakna x tidak bermaknastatus x tanpa statuspejuang x pengkhianatkebenaran x ketidakbenaran

Deretan oposisi itu tampaknya masihmungkin diperpanjang lagi apabila jang-kauan tafsiran ingin diperluas. Dalam kajiandekonstruksi, deretan oposisi biner yangberada di sebelah kanan itu yang lebih di-prioritaskan untuk dianalisis sehingga nan-tinya dapat terungkap sesuatu yang tidakpenting atau dimarginalkan menjadi maknasentral atau penting dalam keseluruhanteks.

Metode pemaknaan dekonstruksi yangdikemukakan oleh Jausz (dalam Pradopo,2001: 185) penting juga dipertimbangkan se-bagai alternatif pengungkapan makna latensastra. Metode ini menitiberatkan pada pen-tingnya pengalaman dan pengetahuan pem-baca untuk bisa menangkap pesan dalamteks, termasuk mempertimbangkan aspekhistorisnya. Bekal pengalaman dan penge-tahuan sejarah ini disebut sebagai horizonharapan oleh Jausz. Dengan bekal penga-laman dan pengetahuan itu, pembaca bisamengisi ruang kosong dalam teks karenamemang sifat karya sastra itu multiinter-pretable (Pradopo, 2001: 185).

Penelitian ini bersifat kualitatif analitik.Metode dan teknik yang digunakan dise-suaikan dengan tahapan-tahapan peneliti-an, yakni persiapan, pengolahan dan anali-sis data, dan penyajian hasil analisis. Padatahapan persiapan, langkah pertama yangdilakukan adalah menelusuri data primer,

29I Wayan Nitayadnya, Mendekontruksi Drama Empat Babak “Kejahatan Membalas Dendam” Karya Idrus

yakni teks drama KMD. Langkah keduayang dilakukan adalah menelusuri data se-kunder dengan cara menemukan ulasan ataukritik yang berkaitan dengan objek analisis.Data primer dan sekunder itu dikumpulkandengan menggunakan metode studi kepus-takaan (library research).

Data primer maupun sekunder yangberhasil diperoleh diidentifikasi. Tujuanpengidentifikasian ini adalah untuk mene-mukan ciri-ciri atau unsur-unsur pengenalsuatu objek sehingga peneliti lebih mudahmengenal objek yang bersangkutan. Lang-kah-langkah dalam pengidentifikasian ada-lah (1) mengidentifikasi oposisi biner di da-lam teks, (2) oposisi-oposisi tersebut previ-lesnya dibalik, dan (3) memperkenalkan ga-gasan baru dengan cara menolak gagasanlama. 

Pada tahapan analisis data, metodeyang digunakan dalam penelitian ini adalahadalah metode deskriptif analitik, yaknimembuat deskripsi, gambaran atau uraiansecara sistematis, faktual dan akurat menge-nai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubunganantarfenomena yang diselidiki (Ratna, 2004:53; Nazir,1988: 65). Langkah-langkah yangditempuh dalam penganalisisan data adalah(1) pembacaan retroaktif, (2) pereduksian da-ta, (3) penyajian data berdasarkan kategori,(4) penafsiran dekonstruksi terhadap data,(5) pembaganan hasil dekonstruksi, dan (6)penarikan simpulan.

Pada tahap penyajian hasil analisis,langkah-langkah yang dilakukan adalah (1)mendeskripsikan hasil temuan dan (2) men-deskripsikan hasil analisis data yang disaji-kan dalam bentuk artikel jurnal ilmiah. Me-tode yang digunakan untuk penyajian hasiltemuan dan analsiis data adalah metode pe-nyajian secara naratif, yakni menyajikan ha-sil temuan dan pembahasan dalam bentuknarasi atau paparan.

2. Temuan dan Pembahasan

2.1 Dekonstruksi Drama Empat Babak“Kejahatan Membalas Dendam”

Kajian terhadap teks drama KMD yangdilakukan kritikus atau peneliti sastra sebe-lumnya sangat penting diperoleh. Hal ini di-lakukan dalam rangka menemukan maknakonvensional yang dijadikan dasar dalammengungkap makna laten dalam teks. Ber-dasarkan hasil penelusuran terhadap hasilpenelitian terhadap teks drama karya Idrusitu diperoleh informasi bahwa makna kon-vensional, terutama dari aspek penokohandan tema, yang telah ditetapkan oleh parapeneliti sebelumnya adalah sebagai berikut.

Tokoh cerita menempati posisi strategissebagai pembawa dan penyampaian pesan,amanat, moral, atau sesuatu yang sengajaingin disampaikan kepada pembaca. Selainsebagai corong penyampaian pesan, tokohcerita juga merupakan refleksi pikiran, si-kap, pendirian, dan keinginan-keinginanpengarang. Corong penyampaian pesan,amanat, moral, pikiran, sikap, pendirian,dan keinginan pengarang dalam dramaKMD terdapat dalam sikap dan perilaku to-koh Ishak. Tokoh Ishak dalam drama ini di-konvensionalkan sebagai tokoh protagonisatau tokoh utama. Tokoh ini dianggap se-bagai tokoh pejuang yang berjuang mengor-barkan semangat juang rakyat Indonesia un-tuk mencapai kemerdekaan. Melalui roman“Hari Ketiga Nippon di Indonesia,” Ishakberusaha memprovokasi rakyat Indonesiauntuk selalu berpihak kepada pemerintahJepang. Walaupun karya roman Ishak diten-tang oleh Suksoro, seorang pengarang dariangkatan lama, Ishak tetap berusaha mem-pertahankannya. Bahkan, di tempat peng-asingannya, yakni di sebuah desa di Cian-jur, Ishak berusaha menyadarkan para pe-tani untuk menyerahkan secara ikhlas seba-gian hasil panennya kepada pemerintah Je-pang. Kegigihan yang ditunjukkan oleh

30 Gramatika, Volume I, Nomor 1, Januari—Juni 2013

Ishak dalam mendorong rakyat Indonesiaikut berjuang bersama tentara Jepang itutelah menyadarkan Suksoro akan arti pen-ting sebuah perjuangan.

Tokoh pelengkap yang mendukungperjuangan Ishak adalah Asmadiputera,Satilawati, dan Perempuan Tua. TokohAsmadiputera berupaya menerbitkanroman karya Ishak karena roman itu diang-gap dapat menggelorakan semangat juangrakyat Indonesia dalam mencapai cita-citakemerdekaan. Satilawati, pacar Ishak, ber-juang di garis belakang sebagai juru rawatyang bertugas merawat para pejuang Indo-nesia dan Jepang yang terluka. Tokoh Pe-rempuan Tua juga ikut memprovokasi peta-ni di desanya agar ikhlas menyerahkan se-bagian hasil keringatnya untuk kepentinganperang.

Yang dikonvensionalkan sebagai tokohantagonis dalam drama ini adalah DokterKartili. Tokoh ini dianggap sebagai peng-

khianat bangsa karena berupaya memberi-kan pencitraan yang negatif terhadap per-juangan Ishak. Demi mendapatkan Satila-wati, Dokter Kartili mengisukan Ishak se-dang menderita gangguan jiwa sehingga di-sarankan olehnya agar Ishak mencari kete-nangan di suatu tempat yang jauh dari Ja-karta. Tidak hanya itu perilaku negatif yangditunjukkan oleh Dokter Kartili, ia jugamencatut obat-obatan yang diperuntukkanrakyat.

Berdasarkan uraian di atas, posisi tokohprotaganis dan tokoh antagonis dalam dra-ma ini dapat dioposisibinerkan sebagaiberikut.

Protagonis: Pejuang x Antagonis: Pengkhianat

Untuk lebih memudahkan pemahamanterhadap penokohan konvensional terhadapdrama tersebut, berikut ini disajikan bentukbagannya.

Penokohan Konvensional

Tokoh Utama (Protagonis)

Ishak

Tokoh Ketiga (Pelengkap)

Asmadiputera Satilawati Suksoro

Perempuan Tua

Kartili

Tokoh Kedua (Antagonis) Pendukung

Penentang

Selanjutnya diuraikan tentang tema da-lam drama KMD yang telah dikonvensional-kan. Tema merupakan ide pokok cerita yangmenjadi dasar penulisan suatu karya sastra.Setiap karya sastra haruslah mempunyai da-sar atau landasan yang dijadikan tempat

pijakan untuk mengembangkan penokohan,alur, pusat pengisahan, dan sebagainya. Ja-di, tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwatema merupakan hal yang paling penting da-lam sebuah cerita.

31I Wayan Nitayadnya, Mendekontruksi Drama Empat Babak “Kejahatan Membalas Dendam” Karya Idrus

Tema sentral drama KMD yang telah di-konvensional oleh penelitian sebelumnyaadalah pengorbanan untuk nusa dan bangsa.Tema sentral ini secara jelas tampak padaperilaku Ishak, Asmadiputera, Satilawati,Perempuan Tua, dan Suksoro. Subtemayang mendukung tema sentral ini adalahmengobarkan semangat juang rakyat Indo-

nesia melalui roman dan melalui semangatpenyerahan padi kepada pemerintah Je-pang. Salah satu subtema yang bertolak be-lakang dengan tema sentral adalah menying-kirkan pengkhianatan Ishak. Dengan demi-kian, dua kutub berbeda yang terdapat da-lam tema sentral dan subtema dapat dipa-hami dengan oposisi biner sebagai berikut.

Tema Sental : Pengorbanan untuk nusa dan bangsa

Subtema: Menyingkirkan pengkhianatan Ishak

Untuk lebih memudahkan pemahaman terhadap tema konvensional dalam dramatersebut, berikut ini disajikan bentuk bagannya.

Tema Konvensional

Subtema

Mengobarkan semangat penyerahan padi kepada pemerintah Jepang

Tema Sentral

Pengorbanan untuk nusa dan bangsa

Subtema

Mengobarkan semangat juang melalui roman

Subtema

Menyingkirkan pengkhianatan Ishak

2.1.1 Makna Paradoks dari Unsur AporiaPenokohan

Kajian dekonstuksi terhadap dramaKMD yang sesungguhnya terletak pada subini dan sub berikutnya. Dekonstruksi terha-dap drama ini menunjukkan bahwa tokohIshak bukanlah seorang pemuda hero (pe-juang), melainkan seorang pemuda yangberwawasan nasionalisme sempit dan pe-ngecut (lemah). Bahkan, apabila ditinjaudari pemaknaan dekonstruksi Jausz, yaitupemaknaan yang mempertimbangkan as-pek historis dan tanggapan pembaca dari

masa ke masa, perbuatan Ishak disesuaikandengan konteks sosial dewasa ini, justru da-pat ditanggapi sebagai perbuatan meng-khianati bangsa.

Demi mewujudkan cita-cita bangsa,yakni kemerdekaan Indonesia, Ishak ber-usaha menggelorakan semangat juang rak-yat Indonesia untuk membantu bangsa Je-pang dalam peperangan Asia Timur Rayamelalui gerakan hidup baru. Gerakan itu di-lakukan oleh Ishak untuk menumbuhkansemangat juang rakyat Indonesia. Untuk me-wujudkan gerakan hidup baru itu, ia menu-lis roman yang berisi muatan provokasi men-

32 Gramatika, Volume I, Nomor 1, Januari—Juni 2013

dukung pemerintah Jepang. Harapan yangingin dicapai oleh Ishak melalui penyediaanbacaan rakyat itu adalah menyadarkan rak-yat Indonesia agar mereka bersedia mengor-bankan jiwa raga membantu pemerintah Je-pang dalam perang melawan sekutu. Ge-rakan yang dilakukan oleh Ishak itu tercer-min dalam dialog Asmadiputera danSuksoro berikut ini.

Asmadiputera : (marah). Ishak? Ishak? Tuanharus belajar dahulu membacaroman. Sudah saya katakancara Ishak mengarang adalahrealistis. Ia mengemukakankebencian orang-orang yangbelum insyaf itu dengan per-kataan-perkataan yang mung-kin diucapkan oleh orang-orang seperti itu. Ishak mencarikekuatan dalam karangannyadi dalam perkataan-perkataanpelaku-pelakunya. Ini yang ti-dak dapat tuan pahami.

Suksoro : Aku tidak ada waktu lagi un-tuk memahami.

Asmadiputera : (meneruskan) Akan tetapi, ba-gaimana akhirnya orang yangtidak insyaf itu insyaf sebenar-benarnya? (membuka buku,membaca pada halaman pengha-bisan). Coba dengarkan TuanSuksoro. “Tiga tahun sudahNippon di Indonesia. Selamaini kami hanya sebagai parasit.Jika ada keuntungan bagi ka-mi, kami mendekat kepada pe-merintah sebagai ayam diberimakan. Akan tetapi, jika tena-ga harus dikerahkan, kamimenjauh sebagai kucing diba-wakan lidi, tetapi semua itutelah berakhir. Jiwa kami yangbobrok makin lama makin hi-dup kembali. Pada waktu CuoSangi In menganjurkan “Ge-rakan hidup baru,” kami in-

syaf-seinsyafnya bahwa kamiharus memperbaharui sesuatudalam dada kami, memperba-harui tekad, memperbaharuijiwa. Dan serentak kami men-ceburkan diri ke dalam barisan“Prajurit Pembela Tanah Air.”

Suksoro : (termenung).(KMD, 2010: 41--42)

Tidak hanya itu, gerakan kebaktianyang dilakukan Ishak, ia juga menggelora-kan semangat program penyerahan padiyang diwacanakan Jepang kepada para pe-tani. Program penyerahan padi yang diwa-jibkan oleh pemerintah Jepang ini dikatakanolehnya sebagai wujud kepedulian rakyatakan kemerdekaan Indonesia. Kebaktianyang dilakukan Ishak tercermin dalamdialog berikut.

Perempuan tua: Apa yang anakku katakankepada mereka?

Ishak : Tentang penyerahan padi.Mengapa mereka harus me-nyerahkan padi kepada peme-rintah, bahwa mereka harusbergiat menanam padi danmenyerahkannya. Untuk pe-rang, untuk kemenanganakhir, kataku. Hanya perkata-an yang penghabisan ini yangdapat mereka pahami. Mere-ka bertepuk .… Sayang, akutidak dapat berbahasa Sundadan mereka tidak dapat berba-hasa Indonesia (termenung).

(KMD, 2010: 58)

Gerakan kebaktian yang dilakukanoleh Ishak itu menunjukkan bahwa tokohini memiliki wawasan yang sempit akanmakna nasionalisme. Gerakan yang dilaku-kannya itu semata untuk kepentingan bang-sa Jepang, bukan untuk kepentingan bangsaIndonesia. Sempitnya pemahaman tokoh ini

33I Wayan Nitayadnya, Mendekontruksi Drama Empat Babak “Kejahatan Membalas Dendam” Karya Idrus

terhadap makna nasionalisme yang menye-babkan ia mudah menerima propaganda-propaganda yang dilancarkan pemerintahJepang. Semboyan-semboyan Dai Nipponseperti “Asia untuk bangsa Asia, Kemak-muran bersama Asia Timur Raya, Jepang pe-mimpin Asia, dan lain-lainnya” dianggap-nya sebagai sesuatu yang membawa kebaik-an bagi bangsa Indonesia. Ia tidak menya-dari bahwa propaganda yang dilakukanoleh pemerintah Jepang tidak untuk mem-berikan kemerdekaan Indonesia, tetapi se-mata-mata untuk kepentingan bangsa Je-pang dalam perang melawan sekutu. Demi-kian pula program penyerahan padi yangdihembuskan oleh pemerintah Jepang, tuju-an utamanya adalah agar pemerintah Jepangmendapatkan pasokan logistik akibat tun-tutan akan kebutuhan bahan makanan yangmakin meningkat akibat perang Asia TimurRaya yang sedang dilakukan Jepang.

Gerakan kebaktian yang dilakukanoleh Ishak tersebut dapat diindikasikan se-bagai gerakan mengkhianati bangsa. Ge-rakannya itu semata-mata untuk kepenting-an kolonial Jepang, bukan untuk kepenting-an kemerdekaan Indonesia. Jadi, tokohIshak dalam drama ini merupakan tokohprotagonis yang berkhianat terhadap bang-sa. Selain berkhianat terhadap bangsa, tokohprotagonis ini juga memiliki sifat pengecut.Ia tidak berani menghadapi kritikan yangdilontarkan oleh tokoh-tokoh yang tidaksetuju dengan cara perjuangan seperti itu,sehingga untuk menghindari kritikan itu iamengasingkan diri ke suatu tempat yangjauh dari Jakarta. Bahkan, ia tega memutus-kan tali cintanya secara sepihak denganpacarnya (Satilawati). Sifat pengecut tokohini tercermin dalam kutipan dialog berikut.

Satilawati : Akan tetapi, mengapa engkaupergi?

Ishak : Itu yang akan kuceritakan ke-padamu sekarang. Aku dalambahaya.

Satilawati : bahaya apa?Ishak : Aku mungkin dipandang

pengkhianat oleh rakyat.Satilawati : Karena apa?Ishak : Karena karanganku

(KMD, 2010: 13)

Justru, tokoh Kartili dalam drama iniadalah tokoh hero yang kuat menghadapitantangan. Lebih-lebih bila dikaitan denganpemaknaan dekonstruksi Jausz, yaitu pe-maknaan yang mempertimbangkan aspekhistoris dan tanggapan pembaca dari masake masa, perbuatan dokter Kartili disesuai-kan dengan konteks sosial dewasa ini, justrudapat dianggap tokoh pejuang bangsa.

Kartili : Aku sebagai dokter mengata-kan, ia telah mulai gila. Biar-kan ia pergi ke gunung. Hawagunung dapat menyehatkan-nya kembali.Asmadiputera dan Satilawatiterkejut.

Kartili : Aku dokter, Satilawati. Sedi-kit-sedikit aku tahu mengana-lisis jiwa orang.

Satilawati : (kesal). Biar bagaimana juga,aku tidak cinta padamu. Akutahu sekarang. Hanya orangseperti Ishaklah yang bisa ber-dampingan dengan aku.

Kartili : Aku mengerti. Karena ia ber-juang kelihatan. Aktif dalamperjuangan. Akan tetapi, ja-ngan sangka itu buat nusa danbangsa. Banyak contoh dapatdicari di atas dunia ini.….

Satilawati : Ia akan baik kembali.Kartili : Ia tidak akan baik kembali.

Gila itu bukan karena menga-rang. Mengarang hanya sebabsaja. Akan tetapi, ini karenawaktunya sudah habis.

34 Gramatika, Volume I, Nomor 1, Januari—Juni 2013

Satiwati : (terkejut, heran). Apa maksud-nya?

Kartili : Ini penyakit turunan. Kakek-nya mati gila waktu berumur30 tahun. Ayahnya mulai gilawaktu berumur 28 tahun. DanIshak sekarang berumur 29tahun.

(KMD, 2010: 19—21)

Kutipan di atas menunjukan bahwadokter Kartili berusaha menyudutkan Ishakdengan cara menyebarkan isu negatif ten-tang diri Ishak. Ishak dikatakan olehnyamenderita penyakit gila turunan. Secaraimplisit, perilaku Kartili yang demikianmencerminkan sebuah perjuangan untukmematahkan semangat provokasi yang dila-kukan Ishak kepada rakyat Indonesia danmendapatkan cinta Satilawati. Kartili me-nyadari bahwa perjuangan yang dilakukanIshak didasari oleh kepentingan pihak ko-lonial Jepang dalam mempersiapkan rakyatIndonesia dalam perang Pasifik. Oleh sebabitu, Kartili mengantisipasinya dengan caramenyebarkan isu negatif terhadap Ishak.Dengan cara itu, Kartili mengharapkan agartidak ada lagi orang yang memprovokasirakyat.

Perjuangan Kartili untuk mengantisi-pasi perjuangan rakyat yang pro-Jepang di-lakukan dengan cara menyabotase persedia-an obat-obatan. Obat-obatan yang diperun-tukkan bagi tentara Jepang dan tentara In-donesia yang pro-Jepang sengaja digelap-kannya dengan harapan agar tentara yangluka dalam pertempuran tidak memperolehbantuan obat-obatan. Perjuangan Kartili da-lam menyabotase obatan-obatan itu tercer-min dialog di bawah ini.

Perempuan Tua: (tegas). Rahasia Tuan bukanitu.

Kartili : Betul itu.

Perempuan Tua: Rahasia Tuan ialah Tuan men-catutkan obat-obatan rumahsakit.

Kartili : (terkejut, marah). Itu tidakbenar.

(KMD, 2010: 52)

Pihak-pihak yang membocorkan per-juangannya dalam menyabotase obat-obatan dilenyapkan atau dibunuh. Salah se-orang yang menjadi sasaran pembunuhanitu adalah Pak Miun. Pak Miun telah mem-bocorkan perbuatannya kepada pihak pe-merintah Jepang. Karena Pak Miun telah ber-khianat kepada bangsa, ia meminta bantuankepada Perempuan Tua untuk menyantetPak Miun, tetapi Perempuan Tua itu meno-laknya. Perempuan Tua itu pun hendaknyadibunuhnya karena tidak mau membantuperjuangannya.

Uraian di atas menunjukkan bahwa to-koh protagonis, yakni Ishak, setelah dide-konstruksi berperan sebagai pengkhianatbangsa karena berusaha menggelorakan se-mangat juang rakyat Indonesia untuk mem-bantu bangsa Jepang dalam peperanganAsia Timur Raya melalui gerakan hidup ba-ru. Tokoh ini juga menggelorakan semangatprogram penyerahan padi yang diwacana-kan pemerintah Jepang kepada para petani.Perilaku tokoh itu jelas merupakan peng-khianatan terhadap perjuangan bangsa. Se-baliknya, tokoh antagonis, yakni dokter Kar-tili, berposisi sebagai tokoh pejuang ataupahlawan karena berusaha melemahkanperjuangan Ishak dengan cara menyebarkanisu negatif kepada diri Ishak. Tokoh ini jugamenyabotase persediaan obat-obatan bagipejuang Indonesia yang pro-Jepang. Perandua tokoh ini dapat dioposisibinerkan seba-gai berikut.

Protagonis: Pengkhianat x Antagonis: Pejuang

Selanjutnya, bagaimana peran tokohpelengkap dalam drama tersebut? Tokoh

35I Wayan Nitayadnya, Mendekontruksi Drama Empat Babak “Kejahatan Membalas Dendam” Karya Idrus

pelengkap, seperti Asmadiputera, Satila-wati, Suksoro, dan Perempuan Tua setelahdidekonstruksi semuanya berperan sebagaitokoh antagonis, yakni tokoh pengkhianatbangsa. Asmadiputera ini merupakan tokohyang mendukung gerakan pembaharuanyang dilakukan Ishak. Karya-karya Ishakyang mengobarkan semangat juang masya-rakat Indonesia dalam mendukung peme-rintah, dalam hal ini kolonial Jepang, ber-usaha diterbitkannya. Satilawati, pacarIshak, juga berjuang di garis belakang seba-gai juru rawat. Tenaganya diabdikan untukmerawat atau mengobati para pejuang yangterluka pada saat perang. Suksoro juga to-koh yang mendukung perjuangan Ishak

setelah menyadari bahwa tuduhan tidakbaik yang pernah diarahkan kepada per-juangan Ishak ternyata salah. Demikian puladengan peran tokoh Perempuan Tua, tokohini bersama-sama Ishak ikut berjuang me-nyadarkan petani akan arti penyerahanpadi. Jadi, gerakan dan perilaku yang ditun-jukkan oleh tokoh pelengkap dalam dramaKMD semuanya adalah tokoh pengkhianatbangsa karena berjuang bukan untuk kepen-tingan bangsa, melainkan untuk kepenting-an pemerintah Jepang dalam menyukseskanperang Pasifik. Dengan demikian, adanyapergeseran peran tokoh setelah didekon-struksi, bagan dalam drama KMD dapat di-buat sebagai berikut.

Tokoh Utama (Protagonis)

Kartili

Ishak Asmadiputera

Satilawati Suksoro

Perempuan Tua

Tokoh Kedua (Antagonis)

Bagan mengenai peran tokoh setelahdidekonstruksi di atas menunjukkan bahwatokoh utama (protagonis) adalah dokter Kar-tili. Tokoh itu adalah tokoh pejuang atau pah-lawan karena berjuang melemahkan peng-khinatan Ishak dan teman-temannya. TokohIshak, Asmadiputera, Satilawati, Suksoro,dan Perempuan Tua merupakan tokoh anta-gonis, yakni tokoh pengkhianat bangsa ka-rena berusaha menggelorakan semangatjuang rakyat Indonesia untuk membantubangsa Jepang dalam peperangan Asia Ti-mur Raya melalui gerakan hidup baru, bukanuntuk kemerdekaan Indonesia.

2.1.2 Makna Paradoks dari Unsur Aporia Tema

Berdasarkan hasil dekonstruksi peno-kohan, tokoh Dokter Kartili merupakan to-koh pejuang dan sebaliknya tokoh Ishak me-rupakan tokoh pengkhianat bangsa. Hal itumenunjukkan bahwa dalam drama KMD ter-

dapat adanya pembalikan peran tokoh.Pembalikan peran tokoh berdampak padaperubahan tema dalam drama tersebut. Bisasaja salah satu subtema menjadi tema sentralatau sebaliknya tema sentral menjadi salahsatu subtema bergantung dari sudut pan-dang analisis.

Salah satu subtema konvensional, seba-gaimana telah diuraikan di depan, yaitu me-nyingkirkan perjuangan Ishak, ternyatasetelah didekonstruksi merupakan temasentral. Dalam analisis dekonstruksi, tokohIshak dianggap sebagai pengkhianat bangsasehingga tema sentral drama ini berubahmenjadi “menyingkirkan pengkhianatbangsa.” Ditetapkan tema ini didasari atasperilaku yang ditunjukkan oleh Dokter Kar-tili dalam cerita. Tokoh ini berjuang untukmelemahkan perjuangan Ishak dengan caramenyebarkan isu tentang penyakit gila yangdiidap oleh Ishak. Hal ini dilakukannya

36 Gramatika, Volume I, Nomor 1, Januari—Juni 2013

dengan tujuan menghentikan gerakan ke-baktian yang dilakukan Ishak kepadapemerintah Jepang. Tokoh ini juga berjuangmemutus persediaan obat-obatan yangdiperuntukan bagi pejuang Indonesia yangpro-Jepang. Selain itu, ia juga berusahamembinasakan pihak-pihak yang tidak da-pat diajak kooperatif dalam berjuang mele-nyapkan pengkhianat bangsa, seperti PakMiun dan Perempuan Tua.

Pada sisi yang lain, pengorbanan untuknusa dan bangsa yang dilakukan Ishak padadasarnya adalah pengkhianatan bangsa.

Bacaan rakyat yang menggelorakan sema-ngat perang dan gerakan kebaktian penye-rahan padi yang dilakukan Ishak tidak un-tuk kepentingan bangsa, tetapi untuk kepen-tingan pemerintah kolonial Jepang, teruta-ma untuk pemenuhan tenaga dan logistiktentara Jepang pada perang Pasifik. Gerakanmengkhianati bangsa yang dilakukan olehIshak merupakan subtema dalam dramaKMD. Sehubungan dengan itu, pasanganoposisi biner dalam kaitannya dengan temaadalah sebagai berikut.

Tema Sentral : Menyingkirkan pengkhianat bangsa

Subtema: Mengkhianati bangsa

Pasangan oposisi biner itu menunjuk-kan dua tema yang saling berlawanan, yak-ni antara menyingkirkan pengkhianat bang-sa dan mengkhianati bangsa. Pihak-pihakatau tokoh yang mengkhianati bangsa ituadalah Ishak, Asmadiputera, Suksoro, Sati-

lawati, dan Perempuan Tua. Semua tokohitu mengabdi untuk kepentigan pemerintahkolonial Jepang.

Gerakan yang dilakukan oleh DokterKartili untuk menyingkirkan pengkhianatbangsa dapat dilihat dalam bagan berikut.

Menyingkirkan pengkhianat bangsa

Subtema Subtema

Memposisikan pengkhianat bangsa sebagai orang gila

Memutus distribusi obatan-obatan bagi pengkhianat

Tema Sentral

Subtema

Melenyapkan pengkhianat bangsa

Bagan di atas menunjukkan bahwa ge-rakan menyingkirkan pengkhianat bangsayang dilakukan oleh Dokter Kartili merupa-kan tema sentral.Tema sentral itu didukungoleh subtema-subtema yang lain, seperti ge-

rakan Dokter Kartili yang memposisikanpengkhianat bangsa, dalam hal ini adalahIshak, sebagai orang gila, gerakan DokterKartili memutus distribusi obat-obatan bagi

37I Wayan Nitayadnya, Mendekontruksi Drama Empat Babak “Kejahatan Membalas Dendam” Karya Idrus

pengkhianat bangsa, dan perjuangan DokterKartili melenyapkan pengkhianat bangsa.

Gerakan Dokter Kartili yang memposi-sikan pengkhianat bangsa sebagai oranggila merupakan salah satu subtema dalamKMD. Subtema ini menggambarkan tentangperjuangan Dokter Kartili untuk memberi-kan pencitraan yang buruk terhadap sosokIshak dihadapan Satilawati. Ia menyebarkanisu bahwa Ishak menderita penyakit gila tu-runan sehingga disarankan olehnya untukmengasingkan diri ke suatu tempat yangjauh dari Jakarta. Isu itu dihembuskannyadengan harapan dapat memisahkan hu-bungan cinta Ishak dengan kekasihnya ber-nama Satilawati. Walaupun demikian, apa-pun motif penyebaran isu yang dihembus-kan oleh Dokter Kartili, yang jelas ia inginmenghentikan gerakan memprovokasi rak-yat yang dilakukan Ishak melalui gerakanpenyebaran bacaan rakyat. Hal itu tercerminpada pernyataan Dokter Kartili dalamdialog berikut.

Kartili : Aku mengerti. Karena ia ber-juang kelihatan. Aktif dalamperjuangan. Akan tetapi, ja-ngan sangka itu buat nusa danbangsa. Banyak contoh dapatdicari di atas dunia ini.

Satilawati : Orang seperti itu pasti lebihtinggi daripada orang yangmenuruti jalan besar saja, ja-lan yang telah dirintis orang.

Kartili : Aku berharap, moga-mogapandanganmu kepadaku akanberubah dengan waktu. Ba-nyak orang seperti Ishak, pe-ngarang juga. Waktu merekakecil mereka berjuang, katanyauntuk sebuah cita-cita yangtinggi. Akan tetapi, perjuanganitu padam, cita-cita itu hilang,jika ia telah mendapat namasebagai pengarang ulung.

(KMD, 2010: 21)

Subtema yang lainnya adalah gerakanyang dilakukan Dokter Kartili menyabotasepersediaan obat-obatan rumah sakit. Padazaman Jepang obat-obatan yang tersedia dirumah sakit dimanfaatkan untuk merawattentara Jepang dan tentara Indonesia yangpro-Jepang dalam perang melawan sekutu.Gerakan yang dilakukan oleh Dokter Kartiliini menunjukkan bahwa ia mengharapkanagar tentara Jepang dan tentara Indonesiapro-Jepang yang luka dalam perang Pasifiktidak memperoleh bantuan obat-obatan.Gerakan Dokter Kartili dalam menyabotaseobatan-obatan itu tercermin dalam dialogberikut.

Perempuan Tua: Perkara apa pula itu?Suksoro : Ia diadukan oleh Pak Miun.Perempuan Tua: Pak Miun? Guruku?Suksoro : Ya, guru Bibi dan dukun Karti-

li selama ini. Rupanya orangini berselisih, dan Pak Miun ta-hu rahasianya.

Perempuan Tua: Aku pun tahu juga. Ia Ia men-catutkan obat rumah sakit.

(KMD, 2010: 66)

Gerakan melenyapkan atau membunuhpihak-pihak yang berkhianat kepada bang-sa juga merupakan salah satu subtema da-lam drama ini. Orang-orang seperti Ishakyang berusaha memprovokasi rakyat me-lalui bacaan rakyatnya, Pak Miun yang me-ngetahui dan melaporkan perbuatannya da-lam menyabotase obat-obatan rumah sakit,dan Perempuan Tua yang tidak bersediamembantunya untuk membunuh Pak Miun,akan disingkirkan oleh Dokter Kartili kare-na ia menganggap orang-orang itu telah ber-khianat kepada nusa dan bangsa. Salah satudialog yang menunjukkan gerakan DokterKartili dalam melenyapkan orang yang ti-dak sehaluan dengan perjuangannya ituadalah sebagai berikut.

38 Gramatika, Volume I, Nomor 1, Januari—Juni 2013

Perempuan Tua: (kepada Satilawati) Tidakkahengkau ceritakan kepadaayahmu, Satilawati?

Satilawati : Ada kuceritakan, bahwa iahendak meracuni Nenek.

Perempuan Tua: Rupanya belum kuceritakansebabnya kepadamu. Ia da-tang ke sini minta pertolong-anku. Ia akan diadukan orangkatanya.

(KMD, 2010: 66)

Subtema mengenai gerakan DokterKartili yang memposisikan pengkhianatbangsa sebagai orang gila, gerakan menya-botase persediaan obat-obatan rumah sakit,dan melenyapkan atau membunuh pihak-pihak yang berkhianat kepada bangsa secarakeseluruhan sangat mendukung tema sen-tral, yakni menyingkirkan semua peng-khianat bangsa. Pengkhianat bangsa itu ada-lah Ishak, Asmadiputera, Satilawati, Su-ksoro, Perempuan Tua, dan Pak Miun. Jadi,dari uraian itu tampak jelas bahwa DokterKartili sebagai tokoh pejuang yang hebat.Demi mewujudkan cita-cita perjuangannya,ia rela berkorban jiwa dan raga. Pengorban-annya itu tercermin dalam dialog berikut.

Kartili masuk dari kanan, rambutnya tidak ka-ruan, bajunya seperti biasa. Ia tidak mengacuhkanorang-orang.Ishak : Kartili….(hendak pergi kea rah

Kartili, ditahan Asmadiputera).Suksoro : Ia di sini?Perempuan Tua: (kepada Ishak) Ia rupanya

yang tidur di muka rumahkita.

Kartili terus berjalan keluar, ke kiri.Asmadiputera : Ia gila, sebenar-benarnya gila!Satilawati : (melihat kea sap di tanah) Ba-

ngunkan dia, Nek!Perempuan Tua: (menunjuk ke asap di tanah) Ter-

lambat sudah.(KMD, 2010: 66)

Kutipan di atas menunjukkan bahwaperjuangan demi nusa dan bangsa yang di-lakukan oleh Dokter Kartili ternyata meng-alami kegagalan. Hal itu yang menyebabkania menjadi gila atau terserang penyakit ke-jiwaan. Walaupun demikian, sosok Kartilitetap adalah seorang tokoh pejuang yanghebat. Pejuang yang hebat adalah pejuangyang rela menderita. Jangankan menderitakejiwaan, nyawanya pun rela dikorbankanuntuk mencapai cita-cita mulia, yakni ke-merdekaan Indonesia. Itulah kehebatan,kebesaran, kekuatan yang dimiliki oleh Dok-ter Kartili di dalam berjuang menghentikankezaliman kolonial Jepang dan pihak-pihakyang mendukung kedudukan bangsa Je-pang di Indonesia.

3. Simpulan

Prinsip dasar yang terdapat dalam teori de-konstruksi adalah membalikkan atau meng-ubah makna yang telah dikonvensionalkandan melacak unsur aporia (makna paradoks,makna kontradiktif, dan makna ironi) yangterdapat dalam teks. Bertolak dari prinsipdasar dekonstruksi tersebut, hasil analisisterhadap drama KMD dapat disimpulkansebagai berikut.1. Tokoh konvensional yang dianggap se-

bagai tokoh pejuang, seperti Ishak,Asmadiputera, Satilawati, Suksoro, Pe-rempuan Tua, dan Pak Miun, sebenar-nya adalah tokoh-tokoh pengkhianatbangsa. Mereka berjuang untuk kepen-tingan pihak kolonial Jepang, bukanuntuk kepentingan kemerdekaan Indo-nesia. Sebaliknya, tokoh yang dikonven-sionalkan sebagai tokoh pengkhianatbangsa, yakni tokoh dokter Kartili, se-benarnya adalah tokoh pejuang yanghebat. Ia rela berkorban jiwa dan ragauntuk mencapai cita-cita mulia per-juangan bangsa, yakni kemerdekaanIndonesia. 

39I Wayan Nitayadnya, Mendekontruksi Drama Empat Babak “Kejahatan Membalas Dendam” Karya Idrus

2. Tema sentral dalam drama itu sebenar-nya adalah menyingkirkan pengkhianatbangsa dan bukan pengorbanan untuknusa dan bangsa. Bagaimana mungkinpengkhianat bangsa, seperti Ishak, As-madiputera, Satilawati, Suksoro, Pe-rempuan Tua, dan Pak Miun dapat ber-korban untuk kemerdekaan bangsa?Mereka berjuang semata-mata untukkepentingan pihak kolonial Jepang. Se-baliknya, gerakan yang dilakukan olehDokter Kartili, seperti memberi citra ne-gatif terhadap pengkhianat bangsa, me-nyabotase persediaan obat-obatan ru-mah sakit, dan melenyapkan atau mem-bunuh pihak-pihak yang berkhianat ke-pada bangsa itulah yang menjadi temasentral dalam drama tersebut.

Daftar Pustaka

Culler, Jonathan. 1977. The Pursuit OfSigns:Semiotics, Lieterature, deconstruction.London: Routkedge and Kegan Paul.

Derida, Jacques. 1976. Of Gramatology.London: The John Hopkins UniversityPress.

Idrus. 2010. Dari Ave Maria ke Jalan MenujuRoma. Jakarta: Pusat Bahasa.

Nazir. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia.Nitayadnya, I Wayan. 2012. “Potret

Ketertindasan Kaum Pribumi dalamCerpen-Cerpen Karya Idrus pada ZamanJepang.” Metasastra, Volume 5, Nomor 2,Desember 2012. Bandung: Balai BahasaProvinsi Jawa Barat.

—————. 2013. “Muatan PropagandaPolitik Kolonial Jepang dalam Cerpendan Drama Karya Idrus.” Atavisme,Volume 5, Nomor 1, Juni 2013. Surabaya:Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur.

Pradopo, Rahmat Djoko. 2001. MetodePenelitian Sastra. Yogyakarta: HaninditaGraha Widya.

Ratna, Kutha. 2004. Teori, Metode, dan TeknikPenelitian Sastra. Bandung: Angkasa.

Sarup, Madam. 2003. Postrukturalisme danPosmodernisme: Sebuah Pengantar Kritis.Yogyakarta: Jendela.

Selden, Raman. 1986. A Reader’s Guide toContemporary Literature Theory. Sussex:The Harvester Press.

Turner, Victor W. 1969. Ritual Process:Structure and Anti-structure. New York:Cornell University Press.

40 Gramatika, Volume I, Nomor 1, Januari—Juni 2013