Buletin Terobosan Edisi 353
-
Upload
azhari-terobosan -
Category
Documents
-
view
251 -
download
0
Transcript of Buletin Terobosan Edisi 353
-
7/28/2019 Buletin Terobosan Edisi 353
1/12
Taufk Ismail: Dua Pesan Untuk Mahasiswa, Membaca dan Menulis!
Media ini dikelola oleh Pelajar dan Mahasiswa Indonesia sebagai media informasi, opini dan komunikasi
mahasiswa Indonesia di Mesir. Redaksi menerima tulisan dari pelbagai pihak dan berhak mengeditnya tanpa
menghilangkan makna dan tujuan.
Sekapur Sirih, Terimakasih,
Halaman 2
Surat Pembaca, Halaman 2
Sikap, Masalah Pencernaan,
Halaman 3
Laporan Utama, Melirik SepakTerjang Atase Pendidikan KBRI
Kairo,Halaman 4
Komentar Peristiwa, Program
PPMI di Semester Dua, Halaman
5
Wawancara, Tauik Ismail: Dua
Pesan Untuk Mahasiswa, Mem-
baca dan Menulis!, Halaman 6
Seputar Kita, MCIS Menutup
kegiatan Termin Dua Dengan
Dialog, Halaman 8
Seputar Kita, PCI NU Mengada-
kan Holy Tour VIII, Halaman 8
Seputar Kita, Tapak Suci Kairo
Adakan Turnamen Lagi,
Halaman 8
Sastra, Doaku, Halaman 9
Opini, Senat dan Masisir,Halaman 10
Sketsa, Dunia Facebook,
Halaman 11
Edisi 353
20 April 2013
Selamat Membaca!Santai dan penting dibacaTajam tanpa melukaiKritis tanpa menelanjangi
Melirik Sepak Terjang Atase
Pendidikan KBRI KairoBapak Sangidu telah melepas jabatannya, berbagai program
telah terlaksana. Lalu siapa yang datang untuk mengisi kursi
yang kosong ini?
Simak Laporan Utama hal 4
-
7/28/2019 Buletin Terobosan Edisi 353
2/12
TROBOSAN, Edisi 353, 20 April 2013
Surat Pembaca
Sayonara
Pendiri: Syarifuddin Abdullah, Tabrani Sabirin. Pimpinan Umum: Tsabit Qodami. Pemimpin
Redaksi: Fahmi Hasan Nugroho. Pemimpin Perusahaan: Erika Nadarul Khoir. Dewan Redaksi: Ab-dul Majid, M. Hadi Bakri. Reportase: M. Ainul Yaqien, M. Zainuddin, Dirga Zabrian, Sulhansyah Jibran, Luthiatul Fuadah Al -Hasan, Ainun
Mardiah, Heni Septini. Editor: Zulfahani Hasyim. Pembantu Umum: KeluargaTROBOSAN.Alamat Redaksi: Indonesian Hostel-302 Floor
04, 08 el-Wahran St. Rabea el-Adawea, Nasr City Cairo-Egypt. Telepon: 22609228 E-mail: [email protected]. Facebook : Tero-
bosan Masisir. Untuk pemasangan Iklan dan Layanan Pelanggan silakan menghubungi nomor telpon : 01159319878 (Tsabit) atau
01122217176 (Fahmi)
Akhirnya kita sampai pada saat kita harus
melepaskan sejenak berbagai aktiitas kita. Ujian
termin dua semakin merayap mendekati kita,
kita pun semakin hari semakin waswas akan
kedatangannya.
Cuaca semakin terasa panas, jarak antara
subuh dan maghrib pun terasa semakin menjauh.
Tak terasa telah lima edisi sudah kami
menghadirkan berita-berita hangat untuk anda
selama semester kedua ini. Berbagai respon dari
pembaca telah kami rasakan. Dan untuk itu, kami
berterimakasih kepada para pembaca atas
perhatian dan masukannya kepada kami.
Namun terlepas dari itu, kami lebih bahagia
ketika menyadari bahwa dunia jurnalistik
masisir saat ini telah berjalan lebih baik, laiknyaselokan yang telah bersih dari sampah, mengalir.
Dengan semakin dekatnya masa ujian, kami
pun sementara harus undur diri dari hadapan
pembaca. Kamipun mahasiswa, sama-sama
berharap agar kita mendapatkan hasil yang
terbaik yang sesuai dengan jerih payah yang kita
keluarkan.
Untuk edisi terakhir ini kami suguhkan
kepada anda sedikit laporan tentang program
Atase Pendidikan KBRI Kairo selama dijabat oleh
Bapak Prof. Sangidu, kemudian tak lupa kami
kenalkan kepada anda sedikit hal tentang Atdikbaru, Bapak Dr. Fahmy Lukman.
Di edisi ini pun kami mengangkat tentang
program kerja PPMI selama satu semester ini.
Berbagai program telah mereka lakukan untuk
Masisir, bermacam pula komentar yang tertuju
kepada kabinet PPMI kali ini.
Semoga kerja keras ini bermanfaat bagi anda
para pembaca. Selamat membaca! []
Mohon Klarifikasi
Semoga Terobosan tetap produktif men-
elurkan karya meski berbagai kritikan
tajam tak henti-hentinya menghadang.
Saya ingin mengajukan klariikasi terkait
pemberitaan TROBOSAN di edisi sebe-
lumnya. Di sana disebutkan bahwa
Gamajatim telah menggelontorkan dana
sejumlah 16.000 Pound hanya untuk per-ayaan HUT. Saya rasa berita itu sangat
mengada-ngada.
Faktanya, pada tahun 2011, Gamajatim
pernah pengadakan perayaan HUT ekster-
nal secara massif yang juga melibatkan or-
ganisasi lain. Ada beberapa macam perlom-
baan di sana dan juga acara puncak Gebyar
Seni Gamajatim. Biaya total yg dikeluarkan
sekitar 10.000-11.000. Itu sudah meliputi
dana dari sponsor. Gamajatim sendiri hanya
mengeluarkan sekitar 6000-7000.
Kemudian pada tahun 2012, Gamajatim
hanya mengadakan perayaan HUT secara
internal. Dana yg dikeluarkan jg relatif kecil,
sekitar 3000-4000 Pound. Jadi tidak tepat
jika Gamajatim dituding telah menggelon-
torkan 16000 utk HUT.
Saya mohon pihak Terobosan segera
membuat permohonan maaf atas ketele-
doran ini dan memuat klariikasi pada edisi
selanjutnya. Semoga Terobosan makin oke
dan tetap berjaya!
Dana Ahmad Dahlani
Ketua Gamajatim
Kami akui terdapat kesalahpahaman
antara kru redaksi di dalam masalah ini.
Biaya yang dikeluarkan untuk dua tahun
dipahami menjadi biaya untuk satu tahun.
Maka kami kira Penjelasan yang saudara
tuliskan di atas sudah mewakili klariikasi
dari kami.
Untuk kesalahan ini kami seluruh tim
redaksi TROBOSAN meminta maaf yang
sebesar-besarnya.
Redaksi
Komentar Saya
Pada Buletin TROBOSAN edisi 352
rubrik Laporan Utama, saya dimintai
komentar tentang lomba-lomba yang dihe-
latkan di Masisir. Karena dianggap terlalu
panjang, komentar saya dipotong. Sa-
yangnya, justru yang dipotong adalah inti
dari komentar saya. Akibatnya, komentar
saya terkesan antipati terhadap lomba-
lomba di Masisir yang bersifat hiburan dan
olahraga. Sebenarnya saya tidak antipati,
tapi juga tidak mendukung secara mutlak.
Jika masih bermanfaat, ya diteruskan. Jika
tidak, ya lebih baik ditiadakan saja.
Harapan saya Terobosan akan lebih
teliti dan lebih kritis. Media Masisir ini ha-
rus selalu hidup untuk memberikan infor-
masi kepada mahasiswa Indonesia di Mesir,juga keluarga di tanah air. Terimakasih.
Ahmad Hujaj Nurrohim
Pembaca setia TROBOSAN.
Komentar Mas Hujaj memang panjang,
dan keputusan kami saat itu adalah memo-
tongnya. Namun jika maksud utama dari
komentar anda justru adalah yang ter-
potong, maka kami mohon maaf atas kesala-
han ini. Berikut kami lampirkan komentar
anda yang terputus agar pembaca dapat
membacanya.
Redaksi
...Lomba-lomba semacam itu bukan
berarti tidak penting, karena bagaimanapun
bisa menjadi ajang silaturahmi antar maha-
siswa. Namun jika yang terjadi adalah se-
baliknya, terjadi gesekan yang tidak sehat,
apa untungnya? Lebih baik lomba-lomba
semacam itu ditinjau ulang. Jika masih ber-
manfaat ya patut dilanjutkan, tapi jika tidak
bermanfaat, kenapa harus buang-buang
waktu dan tenaga? toh masih banyak hal
yang harus dilakukan.
02
Express CopyMenerima segala jenis
fotokopi
Mahatthah Mutsallas,
Hay `Asyir
Building 102 Sweesry.
Hp: 01001726484
Sekapur Sirih
-
7/28/2019 Buletin Terobosan Edisi 353
3/12
TROBOSAN, Edisi 353, 20 April 2013
S i k a p
03
Masalah Pencernaan
Jumat kemarin untuk kedua kalinya da-
lam semester ini Masisir kedatangan penulis
ternama. Dua nama itu adalah Habiburrah-
man dan Tauik Ismail. Mengetahui kedatan-
gan mereka berdua maka ada pihak yang
melihat peluang membuat acara untuk
menggali potensi tulis dari kucuran pengala-
man beliau.
Dua acara telah berhasil mengajak
Masisir berduyun-duyun mengikuti acara
tersebut. Mungkin bisa dikatakan mem-
bludak. Auditorium Limas yang menjadi tem-
pat acara muntah karena tidak bisa memen-
uhi kebutuhan daya tampung kerumunan
Masisir. Berbagai kalangan tampak hadir,
mulai dari kawanan mahasiswa baru, penulis
Masisir, organisatoris dan masih banyak
lainnya. Keadaan ini memberikan bukti pada
kita bahwa Masisir mengelu-elukan dunia
kepenulisan. Lihat bagaimana mem-
bludaknya antusias mereka kedatangan
penulis yang sudah mempunyai nama besar
tadi. Namun bagaimana nasib kabar yang
beredar akan lesunya dunia tulis di Masisir
ini?
Obrolan intens selalu berkutat pada
kelesuan dunia tulis. Beberapa kali obrolan
tentang kelesuan ini lahir dalam pertemuan
bersama sahabat-sahabat penulis yang di-
adakan Ijma (Ikatan Jurnalis Masisir). Di sana
-sini masih berputar pada perdebatan yang
lesu karena minimnya minat Masisir. Hingga
sekarang minim sekali sosok yang bersedia
bergabung pada meja redaksi media, organ-
isasi kumpulan penulis, ataupun meja
pribadi yang bisa dilihat dari produksi karya.
Keadaan ini seolah menjadi bukti memang
ada yang salah dengan Masisir. Lalu apakah
itu?
Masih ingatkah sahabat dengan cerita
didirikannya Ijma? Jika anda sedikit lupa
kami ingatkan di sini. Ijma berdiri dengan
latar keinginan untuk mendedah kelesuandunia yang sedang kita bicangkan sedari
awal tadi. Memang wadah dunia tulis seperti
Ijma ini sudah pernah ada di Masisir sebe-
lumnya. Namun akhirnya mati juga karena
yang menggerakkannya adalah mereka para
kuli tinta yang punya tanggung jawab di meja
redaksinya juga. Terlepas dari bagaimana
latar belakang dan siapa yang melemparkan
gagasan untuk mendirikan, namun kita bisa
mengatakan ada keinginan bersama untuk
bangkit. Keinginan tersebut lahir atas nama
Masisir. Lalu mengapa kemudian keinginan
bersama ini tidak lantas memberikan hasil?
Ada beberapa alasan untuk mengatakan
mengapa Ijma belum memberikan kontribusi
bagi perkembangan dunia tulis. Mungkin
alasan ini sejatinya bukan tertuju kepada
sosok Ijma yang bergerak sebagai wadah,
namun lebih tepatnya ditujukan kepada ang-
gotanya.
Pertama, minimnya kerja nyata dari me-
dia yang menyatakan setuju untuk mendiri-
kan Ijma kala itu. Mereka hanya ikut mem-
berikan suara saat pendirian. Selebihnya
sebagian besar anggota Ijma jarang terlihat
nongol untuk duduk bersama membahas
permasalahan dunia tulis.
Kedua, para awak media yang bergabung
lebih suka mengikuti acara yang secara nyata
memberikan hasil. Kesan oportunisme bisa
saja menempel bagi hal semacam ini. Sebuah
paham yang akan menggerotogi manusia
karena hanya mementingkan egoisme dalam
meraih keuntungan tanpa prinsip yang
benar.
Ketiga, insan penggeraknya masih ber-
poros pada sosok terbatas, itu-itu saja. Ini
menimbulkan efek kepada para penulis yang
enggan bergabung untuk bisa peka pada
permasalahan yang ada. Maka yang terjadi
selanjutnya adalah budaya kamar pribadi
tanpa tahu keadaan tetangga maupun seki-
tar.
Di sinilah letak permasalahan sebenarn-
ya. Keinginan menjadi penulis yang ada pada
benak Masisir secara luas masih sebataskeinginan yang sering ditanggapi secara in-
stan. Berbagai tawaran untuk menggali po-
tensi masih jarang peminat. Karya yang
dilahirkan, produksi redaksi, dan yang se-
jenisnya menunjukkan angka minim. Bebera-
pa media mati suri, bahkan mati meninggal-
kan dunia Masisir secara resmi. Obrolan un-
tuk mendedah kelesuan sering berjalan sepi,
tidak sesuai dengan peserta obrolan yang
diharapakan datang. Namun ketika nama-
nama besar datang, Masisir berbondong-
bondong untuk hadir. Patut kita tanyakan,apakah mereka yang datang sesekali ke acara
kepenulisan itu karena nama besar yang
terpampang di pamlet? ataukah memang
mereka ingin terus memupuk tanaman mim-
pi (baca: belajar menulis)?
Jika memang keinginan untuk terus
memupuk kemampuan menulis itu benar
adanya, maka mustahil sekali lahir kasak-
kusuk kelesuan dunia media, para kuli tinta.
Logika yang seharusnya ada adalah semakin
banyak peminat, semakin tinggi pula animo
maupun atmosfernya. Namun kenyataan
berkata lain.
Kerap sekali ditafsirkan, menjadi penulis
adalah suratan takdir dari bakat seseorang.
Padahal melihat kisah para penulis besar hal
ini tidaklah berlaku seratus persen. Banyak
cerita perjuangan keras dari mereka untuk
meuwujudkan mimpi. Kang Abik ketika men-
gisi acara di Kemass beberapa bulan lalu
menceriatakan kisah Joni Ariadinata, seorang
penulis ternama yang harus melewati ratu-
san langkah untuk bisa menyampaikan karya
tulisannya ke permukaan publik. Ini adalah
contoh betapa menjadi penulis butuh
keseriusan yang tidak hanya lahir sesaat
tanpa pemupukan dan penggalian yang seri-
us. Jika Kang Abik sudah menegaskan
sedemikian rupa, mengapa budaya instan
masih saja menggerogoti dunia Masisir?
Dalam melihat diskursif ini, menurut
kami permasalahannya terletak pada
salahnya pencernaan logika. Logika hanya
mau menangkap simbol besar tanpa melihat
sejarah proses munculnya sosok diri. Maka
yang paling menakutkan dari lahirnya bu-
daya instan ini adalah timbulnya ketid-
akseimbangan pola pikir. Manusia akan lebih
mementingkan hasil daripada proses. Etos
kerja keras yang seharusnya menjadi pato-
kan sebuah keberhasilan akan hilang dengan
sendirinya. Inilah yang akan membuat manu-
sia cenderung manja, malas berproses. Orang
cendrung ingin meraih segala sesuatu
dengan serba cepat.
Dalam hal santapan misalnya, makananinstan kerap menjadi solusi karena rasa ma-
las ketika lapar. Sebuah permisalan yang
mungkin sebanding adalah urusan perut.
Tidak bisa kita bayangkan jika perut manusia
harus diisi dengan makanan instan setiap
harinya, maka yang terjadi sekarang adalah
permasalahan Masisir yang masih berkutat
pada pencernaan akan pentingnya dunia
tulis.
Jalan instan selalu membuat Masisir kita
terjangkit diare. Harapan akan majunya
dunia tulis yang diraih dengan cara instanadalah permasalahan serius. Kebutuhan nu-
trisi yang seharusnya dipasok tidak ter-
penuh. Walhasil, tubuh pun ambruk tak
berdaya karena konsumsi dan kebutuhan
tidak berimbang satu sama lain. []
-
7/28/2019 Buletin Terobosan Edisi 353
4/12
TROBOSAN, Edisi 353, 20 April 2013
Laporan Utama
04
Melirik Sepak Terjang Atase Pendidikan KBRI KairoSalah seorang mahasiswa menunjukkan
jarinya ke arah bangunan yang baru separuh
berdiri saat ia menaiki bis di daerah Hay
Sadis, ia pun bertanya kepada kawan di sebe-
lahnya. Itu asrama Indonesia ya?
Hibah asrama mahasiswa al-Azhar adalah
salah satu program lanjutan dari Lokakaryayang dicetuskan sejak tahun 2008 oleh
Duta Besar RI untuk Mesir saat itu, A.M.
Fachir. Pembangunan asrama maha-
siswa yang menelan biaya lebih dari 4
Juta US Dolar ini dilanjutkan oleh Dubes
RI baru, Nurfaizi Suwandi dan menjadi
program unggulan dari Atase Pendidi-
kan KBRI Kairo.
Di samping itu, pada bulan Maret
lalu tepatnya hari Sabtu (16/3), sekitar
31 orang mahasiswa Indonesia yang
sedang menempuh pendidikan di al-
Azhar diwisuda di Universitas Ahmad
Dahlan untuk mendapatkan gelar sarja-
na sastra (S.S). Ini juga merupakan pro-
gram yang dilaksanakan oleh Atase Pen-
didikan KBRI Kairo bekerjasama dengan Uni-
versitas Ahmad Dahlan. Transfer kredit ini
bertujuan untuk memberikan solusi bagi
beberapa mahasiswa yang mengalami kesu-
litan dalam melaksanakan studi di al-Azhar
sebagaimana yang dilansir oleh website
atdikcairo.
Di antara program lain yang telah dil-
aksanakan oleh Pak Sangidu saat menjabatsebagai Atdik juga adalah Lokakarya Tran-
skip Ijazah yang telah dilaksanakan di aula
Limas pada bulan September tahun lalu. Lo-
kakarya yang diselenggarakan atas kerjasama
dengan PPMI dan ketua-ketua senat maha-
siswa ini bertujuan untuk menstandarkan
terjemahan ijazah al-Azhar sekaligus konver-
si nilai ujian di al-Azhar menjadi sistem yang
telah lazim digunakan di Indonesia, yaitu
Sistem Kredit Semester (SKS) dan Indeks
Prestasi Kumulatif (IPK). Hasil terjemahan
standar inilah yang kelak bisa digunakan
untuk mendaftar di berbagai universitas di
Indonesia.
Atase Pendidikan KBRI Kairo hingga saat
ini pun telah berperan aktif dalam mempere-
rat hubungan Indonesia dan Mesir khususnya
dalam bidang pendidikan dan pengajaran.
Tercatat tidak kurang dari 25 kesepakatan
kerjasama antara Indonesia dan Mesir dalam
rentan waktu tahun 2009-2012, baik berupa
Memorandum of Understanding (MoU) mau-
pun Letter of Intent (LoI). MoU maupun LoI
ini berupa kerjasama dalam bentuk program
sandwich, joint research, kunjungan petinggi
universitas Mesir ke Indonesia maupun se-
baliknya, dan partisipasi dalam Delivering
International Scientiic Papers. Program-
program ini dan beberapa program lain yang
telah terlaksana selama Pak Sangidu menjab-
at tertulis dalam buku Membina Tunas Negeri
di Bumi Para Nabi yang ditulis oleh Pak
Muhlason Jalaluddin, Pak Cecep Tauikurrah-
man dan Pak Romly Sarqowy.
Dalam rentan waktu itu pun lebih dari
100 orang dosen dari STAIN, IAIN dan UIN
dari seluruh Indonesia dikirim ke Mesir un-
tuk mengikuti program Arabic in Country
Programme yang juga merupakan kerjasama
yang dilakukan oleh Atdik dengan beberapa
universitas yang ada di negeri ini. Di samping
itu juga Universitas Negeri Jakarta, UGM, UNS,
Unpad, UAD, UNNES mengirimkan beberapa
mahasiswa setiap tahunnya untuk mengikuti
program ini. Tak ketinggalan Pondok ModernDarussalam Gontor pun sejak tahun 2010
hingga saat ini telah enam kali mengirimkan
utusan santri untuk mengikuti program yang
dikemas dalam bentuk Rihlah Tsaqaiyah, dan
setiap angkatan terdiri dari 20 hingga 30
orang santri.
Atdik pun memiliki peran penting dalam
proses birokrasi calon mahasiswa baru al-
Azhar bersama dengan IAAI dan KPP MABA.
Seperti yang dilansir oleh buletin TROBO-
SAN edisi 349, 18 November 2012, bahwa
proses birokrasi calon mahasiswa baru saat
ini dilakukan melalui satu pintu yaitu IAAI
sebagai pelaksana teknis penyeleksian calon
mahasiswa baru di Indonesia dan KPP MABA
sebagai penyambung antara IAAI dan al-
Azhar. Atdik bersama IAAI pun telah berhasil
membuat satu bentuk ijazah standar yang
telah diakui oleh al-Azhar, dan ijazah inilah
yang kelak akan digunakan oleh seluruh
calon mahasiswa baru yang akan
mendaftarkan diri ke al-Azhar.
Tentang hal ini Dana Ahmad berkomen-
tar, Kalo program kerja sama dengan univer-
sitas-universitas Mesir saya kira patut di-
acungi jempol ya, karena itu bisa memajukan
pendidikan kita juga. Saya juga setuju dengan
program pengiriman mahasiswa dan dosen
dari Indonesia untuk belajar ke sini. Ia pun
melanjutkan, Pembangunan asrama saya
rasa juga cukup lumayan, ya walaupun pro-
gressnya masih jauh dari harapan (ideal)
Dana kemudian berkomentar tentang
program transfer kredit dengan Universitas
Ahmad Dahlan, Yang paling tidak setuju ada-
lah program Doble Degree dengan UADujarnya. Buat apa susah-susah mem-
boyong UAD ke Mesir kalo ujung-
ujungnya, mahasiswanya juga dari Indo-
nesia. Tujuan mahasiswa Indonesia ke
Mesir adalah untuk menuntut ilmu dari
institusi pendidikan di Mesir, lha ini
malah ditawari dengan model pendidi-
kan dari Indonesia. Apa gunanya ke me-
sir coba? Kecuali kalo program Doble
Degree itu juga diikuti oleh mahasiswa
Mesir asli, secara tidak langsung itu bisa
menjadi sarana promosi pendidikan kita
kepada warga Mesir Ujar mahasiswa
yang juga menjadi ketua Ikatan Jurnalis
Masisir (Ijma) ini.
Atase Pendidikan Baru, Dr. Fahmy
Lukman, M.Hum.
Saat Sekolah Indonesia Cairo (SIC)
melaksanakan Ujian Nasional (UN) pada hari
selasa (16/4) lalu, TROBOSAN berhasil
menemui Bapak Dr. Fahmy Lukman, M.Hum.
di sela kesibukannya meninjau dan
mengawasi pelaksanaan UN di SIC yang ter-
letak di bilangan Dokki.
Atase pendidikan dipilih melalui ujiandan seleksi yang sangat ketat. Setiap universi-
tas di Indonesia mengirimkan satu hingga
empat utusan dengan proses seleksi yang
ketat dan bertahap hingga akhirnya terpilih
sebuah nama untuk ditugaskan sebagai atase
pendidikan di Kairo.
Pak Fahmy menjelaskan, Saya dica-
lonkan oleh universitas (red: Padjadjaran)
sejak tahun 1995, namun karena saat itu saya
masih menjadi dosen muda golongan 3B
akhirnya saya tidak ikut seleksi. Pihaknya
menjelaskan bahwa salah satu syarat ikut
seleksi menjadi atase pendidikan adalah
dosen golongan 4. Saat itu saya mendapat
tawaran untuk menjadi atase di Riyadh
lanjutnya.
Kemudian setelah waktu berlalu, datang
lagi tawaran dari rektor UNPAD kepadanya
untuk mengikuti seleksi calon atase pendidi-
kan yang dilakukan oleh Kementrian Pendidi-
kan. Dan akhirnya pada bulan desember 2012
keluarlah pemberitahuan kepada UNPAD
bahwa Pak Fahmy terpilih menjadi atase pen-
didikan di KBRI Kairo.
Sebelum ditugaskan untuk menjadi atase
pendidikan di KBRI Kairo, Pak Fahmy adalah
seorang dosen di fakultas Ilmu Budaya juru-
san Sastra Arab Universitas Padjadjaran. Ia
saat itu juga menjabat
Doc: atdikcairo.org
Prof. Sangidu, M.Hum bersama Atase Pendidikan KBRI Kairo yang baru,
Dr. Fahmy Lukman, M.Hum.
Bersambung ke hal. 7...
-
7/28/2019 Buletin Terobosan Edisi 353
5/12
TROBOSAN, Edisi 353, 20 April 2013
Komentar Peristiwa
05
Program PPMI di Semester DuaBeberapa hari lagi ujian termin dua ta-
hun ajaran 2012-2013 akan segera tiba. Se-
bagian mata kuliah telah rampung diajarkan
dan siap untuk diujikan. Termin dua hendak
selesai dan tahun ajaran baru siap menyam-
but. Memang, waktu bergulir amat cepat.
Saking cepatnya terkadang kita tak sadarbahwa sekarang kita berada di penghujung
kegiatan belajar-mengajar kuliah.
Begitu juga PPMI, organisasi terbesar
yang menampung dan menyambung rasa
kekeluargaan antar mahasiswa Indonesia di
Mesir ini akan menyesaikan masa khid-
matnya selama dua semester (Term I dan
Term II).
Tentang kegiatan PPMI selama dua se-
mester ini, Presiden PPMI Jamil Abdul Latief
menjelaskan bahwa pada termin pertama,
PPMI fokus pada pelayanan terhadapMasisir. Mulai dari sisi keamanan, hingga
pengurusan visa secara kolektif. Namun pada
termin dua ini PPMI lebih menitikberatkan
pada kegiatan ilmiyah Masisir. Hal ini
ditandai dengan digelarnya enam halaqah
ilmiyah secara berurutan.
Berikut keenam halaqah ilmiyah yang
telah berhasil dipersembahkan PPMI kepada
Masisir:
Workshop I PPMI dengan tema "Peran
Said Nursi dalam Persatuan Umat Islam"
dengan pembicara : 1. Prof Dr. Muhamad
Ibrahim al-Mas (Makah Al Mukaromah) 2.
Prof. Dr. Ihsan Qosim al-Solihi (Turki) 3. Prof.
Dr. Ma'mun Jaror (Urdu). Hari Jum'at, 1
Maret 2013 Pukul 17.00 s/d selesai di Audi-
torium Griya Jawa Tengah.
Workshop II PPMI dengan tema
"Membumikan Islam Rahmatan Lil Alamin"
bersama salah satu ulama besar Mesir,
Syaikh Dr. Yusri Rusydi. Hari Rabu, 13 Maret
2013 di Auditorium Limas.
Workshop III PPMI dengan tema
"Perbandingan konsep ekonomi Islam
dengan ekonomi sosialis dan kapitalis" ber-
sama salah satu pakar ekonomi Islam Mesir,
Dr. Musthafa Dasuqi Kisbah. Hari Ahad, 24
Maret 2013 di Auditorium Wisma Nusantara.
Workshop IV PPMI dengan tema "Teori
Akad Dalam Islam" bersama salah satu pakar
ekonomi Islam Mesir, Dr. Musthafa Dasuqi
Kisbah. Hari Senin, 25 Maret 2013 di Audito-
rium Wisma Nusantara.
Workshop V PPMI dengan tema
"Permasalahan Seputar Fatwa Kontemporer"
bersama salah satu ulama terkemuka Islam
Mesir, Syekh Dr. Amru Al Wardany (DirekturEksekutif Pelatihan Fatwa Darul Ifta Mesir).
Hari Rabu, 27 Maret 2013 di aula Darul Ha-
san KMJ.
Workshop VI PPMI dengan tema "Konsep
Moderat Al Azhar dalam Menyongsong Tan-
tangan Zaman" bersama salah satu ulama
terkemuka Islam Mesir sekaligus Dekan
Fakultas Usuludin Univeristas Al Azhar Cairo,
Syekh Prof. Dr. Bakr Zaki Ibrahim Awad. Hari
Selasa, 2 April 2013, di Pasangrahan KPMJB.
Jamil menuturkan, Pada term II ini,
setidaknya kinerja PPMI terbagi menjadi
dua kategori; Pertama, di bidang akademisi
untuk Masisir yang meliputi halaqah ilmiyah,
pelatihan dasar kepemimpinan, pelatihan
photography, corel draw dan photoshop, dll.
Kedua, di bidang hubungan internasional.
Kami menjalin hubungan baik dengan
berbagai ketua Ittihad tolabah kawasan
Asean. Dalam bidang hubungan internasion-
al itu, PPMI mengadakan acara Asean Stu-
dents Art Performance and Exhibition di sho-lah kamil dan International Conference di
Aula KMJ.
Sesuai jargon yang yang dulu diusung
saat kampanye Meningkatkan Iklim Intel-
ektualitas Masisir, PPMI periode saat ini,
selain ingin menambah siklus keilmuan
Masisir juga mencoba mendekatkan Masisir
kepada para ulama Al-Azhar agar apa yang
didapatkan di Mesir tidak keluar dari manhaj
yang diajarkan oleh Al-Azhar.
Tampaknya, rangkaian kegiatan PPMI
yang berbau ilmiyah mendapatkan respon
yang cukup luar biasa dari Masisir. Misalnya
halaqah ilmiyah kedua yang bertajuk
Membumikan Islam Rahmatan Lil Alamin,
lebih dari 90 mahasiswa membubuhkan
tandatangannya di daftar hadir. Tak jauh
berbeda dengan halaqah-halaqah ilmiyah
yang lain.
Respon yang baik inilah menjadikan pen-
gurus PPMI yang dinahkodai Jamil berse-
mangat dalam mengadakan halaqah-halaqah
ilmiyah berikutnya. PPMI pun tidak sendiri-
an dalam menyukseskan acara halaqah-
halaqah ilmiyah tersebut, PPMI juga ber-
sinergi dengan beberapa kekeluargaan guna
mempererat hubungan dan menjadikan
sesuatu yang berat menjadi ringan.
Sebagian rangkaian kegiatan yang di-
canangkan PPMI pada term II ini telah ter-
laksana. Dan ada beberapa kegiatan lain yang
siap dilaksanakan setelah ujian term II. Anta-
ra lain dua halaqah ilmiyah, pagelaran seni
budaya, garuda cup, dan Simposium Inter-
nasional. Meski sebagian besar kegiatan
PPMI telah terlaksana, namun Jamil mengaku
ada satu kendala dalam pelaksanaannya,yakni publikasi yang kurang menyeluruh.
Untuk persiapan ujian term II ini, PPMI
tidak mengadakan kegiatan bimbingan bela-
jar atau program yang serupa. Ini juga meru-
pakan bentuk sinergi PPMI bersama organ-
isasi senat, yaitu memberikan senat keluasan
dalam mengadakan kegiatan akademis dalam
tubuh mereka.
Pada semester ini juga PPMI sempat
bekerja sama dengan IFQI, Maqura dan JQH
dalam menunjang hafalan al-Quran Masisir
dengan mengadakan seminar menghafal al-
Quran.
Pada Rabu, 17 April 2013 kemarin, PPMI
telah resmi menutup seluruh kegiatannya.
Dengan disegerakan penutupan kegiatan ini,
kami mengharap seluruh organisasi yang
mewadahi Masisir juga turut menutup
kegiatannya agar Masisir bisa berkonsentrasi
pada diktat kuliah. Kecuali kegiatan yang
berhubungan dengan ujian seperti bimb-
ingan belajar dan kampus al-Quran. Ujarnya.
Beberapa Masisir cukup antusias dengankegiatan yang diadakan oleh PPMI, seperti
yang dituturkan oleh salah seorang maha-
siswa Azhar, tingkat II Syariah Secara umum
bagus, ada acara baru juga, memperkuat tali
silaturrahim dengan negara-negara lain,
Asean khususnya. Kegiatan keilmuannya
juga menarik, banyak halaqah-halaqoh yang
bisa menambah pengetahuan dan wawasan
untuk masisir.
Melihat banyaknya halaqoh yang diada-
kan PPMI, Lutiani Istiqomah, Ketua Keputri-
an KSW juga berkomentar Kegiatan-
kegiatan yang diadakan PPMI ataupun
Wihdah itu memang banyak mengusung
bidang akademisi karena mungkin melihat
banyaknya agenda masisir yang nonakade-
mis. Dan memang sudah saatnya Masisir
kembali ke Azhar, menyambung kembali tali
Mahasiswa dengan dosen-dosen dan syaikh-
syaikh Azhar, juga mengeksiskan kembali
nama kemahasiswaannya.
Senada dengan luti, Tsaqoina Hanifah
selaku Ketua Wihdah menanggapi hal itu
dengan positif Saya rasa kegiatan tersebut
cukup baik, agar organisasi tidak terkesan
hanya terlihat dari sisi kegiatan-kegiatan di
luar kampus, tapi turut juga berperan se-
bagai tambahan sarana belajar di luar kam-
pus, yang salah satunya terlihat dari halaqah
ilmiyah yang telah diadakan beberapa kali
ini." ujarnya. [] Erika, Yaqien.
-
7/28/2019 Buletin Terobosan Edisi 353
6/12
TROBOSAN, Edisi 353, 20 April 2013
Wawancara
06
Dalam rangka apa bapak hadir ke Me-
sir?
Saya diundang untuk menghadiri sebuah
seminar mengenai Naratif dalam sastra oleh
Universitas Suez Canal di Ismailiyah selama
tiga hari, yaitu tanggal 10, 11, 12 April kema-
rin.
Bagaimana mereka bisa mengetahui
karya-karya Bapak?
Puisi-puisi saya diterjemahkan ke dalam
bahasa Arab oleh Prof. Dr. Nabilah Abdul Fat-
tah Lubis, seorang guru besar di UIN Ciputat.Puisi itu lebih dari 100 buah. Dan selesai ter-
jemahan itu, Prof. Sangidu, Atdik Cairo
kebetulan ke Jakarta, dan bertemu Ibu Nabil-
ah yang bercerita telah menerjemahkan puisi-
puisi saya. Kemudian rekaman CD dari puisi
saya diberikan pada Pak Sangidu dan dibawa
ke Kairo. Dan di Kairo rekaman itu diberikan
pada kalangan guru besar sastra di Kairo.
Kemudian mereka membaca terjemahan itu
dan tertarik sekali dan kemudian
mengundang saya untuk datang ke univ. Suez
Canal untuk sebuah seminar. Tapi yang me-nyebabkan itu ialah mereka ingin sekali
menerbitkan puisi2 saya itu di Cairo, dan
kemudian melalui email saya diundang, untuk
berbicara mengenai karya saya.
Bagaimana tanggapan mereka ter-
hadap karya bapak?
Mereka gembira betul, karena ini adalah
pertama kali karya puisi Indonesia dibawa ke
Mesir, kemudian dibaca mereka dan
jumlahnya cukup banyak. Itu meliputi lebih
dari 40 tahun saya berkarya dalam puisi,
jumlahnya 111 puisi. Mereka senang sekali
dan kemudian ingin mendengar saya mem-bacakan puisi itu. Bagi saya itu adalah suatu
hal yang sangat asyik. Jadi bagi saya puisi
tidak cukup ditulis kemudian dibaca oleh para
pembaca. Puisi itu juga dibaca oleh para pen-
yairnya, dan didengar oleh pendengarnya.
Dan sambutannya baik sekali, alhamdulillah.
Untuk mendapat kekuatan ruh estetika
itu membutuhkan penempaan perasaan
dan inspirasi, bagaiman anda bisa
menemukan perasaan itu dalam puisi-
puisi yang anda buat?Saya dilahirkan dari keluarga guru, ayah
dan ibu saya dua duanya guru. Mereka
mengajar tafsir Quran di Pekalongan. Nah,
salah satu contoh yang diberikan oleh orang
tua saya adalah membaca. Mereka itu adalah
tukang baca. Nah, saya setiap sekali sebulan
saya dibawa ke toko
buku sebagai anak-
anak untuk
dibelikan buku, dan
kemudian saya
membaca dan saya
suka sekalimembaca.
Ayah saya juga
dalam karirnya
pernah menjadi
wartawan. Ketika
beliau menjadi
wartawan saya
melihat tulisan ayah
saya di surat kabar,
di dalam tajuk rencana saya lihat ada nama
ayah saya dibawah tulisan itu, Abdul Gafar
Ismail. Wah, saya kagum sekali kokayah saya
bisa menulis panjang, saya bertanyakepadanya, ini bapak yang menulis? Ya
jawabnya. Itu di surat kabar Sinar Baru di
Semarang zaman Jepang. Nah, kemudian saya
sebagai anak-anak ingin meniru.
Kemudian ibu saya juga menulis pantun di
majalah ibu-ibu. Saya lihat namanya lagi,
kemudian saya tergerak untuk meniru.
Dengan ini maka membaca dan menulis itu
sudah sejak dari kecil itu sudah diberikan
contoh dan diberikan jalan. Alhamdulilah
betul. Kemudian ketika sudah menginjak
umur belasan tahun kemudian sampaimahasiswa saya terus menulis dan kemudian
sampailah saya terpikat pada sastra. Dan
kemudian saya sudah memutuskan untuk
menjadi seorang sastrawan.
Tapi mau menjadi sastrawan itu
nakahnya terbatas, maka saya harus mencari
satu perkerjaan. Biasanya kalo sastrawan itu
pekerjaan paling populer jadi wartawan, saya
pun juga pernah jadi wartawan. Tapi akhirnya
saya memutuskan untuk mempunyai usaha
peternakan. Usaha peternakan yang 50 atau
100 hektar luasnya. Dan kemudian saya
memelihara sapi, domba, kambing danmenanam rumput menanam padi. Terus jadi
seorang pengusaha peternakan itu cita cita.
Nah, karena itu saya masuk fakultas
kedokteran dan peternakan, itu cita cita saya.
Kemudian mulai beranjak tua, umur
bertambah, saya berikir dalam hati ini,
untuk apa saya melakukan ini semuanya?
Nah, apa tujuan saya ini pada waktu umur
umur 16, 17, 18? Yang jadi keinginan itu nama
muncul di surat kabar, kemudian kalo dapat
kesempatan baca puisi di televisi wajah ini
muncul di televisi, apa itu? Kemashuran.
Masyaallah bukan saja ujub itu, ria. Wah, ini
gak benar ini. Wah, ini penyakit, penyakit hati
ini. Wah, kalo begitu dalam puisi-puisi saya ini
saya harus tuliskan. Jadi ini berkembang,
berkembang terus apa tujuannya. Akhinya
tujuannya mencari ridho Allah.
Bagaimana caranya? Caranya, di dalam
hidup, keseharian apa yang saya lakukan,
amal yang saya lakukan, pada akhirnya tentusaja ingin berhasil, semuanya dikembalikan
pada Allah, mohon kepada Allah supaya
barokah, supaya diterima. Dan pada akhirnya,
kesimpulan yang diambil sudah beranjak
mendekati tua yaitu mencari ridho Allah, ini
saya kira jawaban saya ini apa yang anda
tanyakan itu ya termasuk dalam ini.
Apakah bapak menuliskan puisi
karena kondisi, suatu kejadian atau dalam
artian kalau tidak ada kejadian bapak
tidak menulis puisi? Atau bagaimana?Apa yang menjadi renungan saya dalamhidup saya, itu saya tulis dalam puisi tapi. Kan
saya tidak bisa berjalan sendiri, saya hidup
seperti juga tuan-tuan di sini, ini hidup dalam
satu lingkungan dan di dalam lingkungan itu
terjadi bermacam-macam hal, macam-macam
hal ini terjadi terus menerus. Apalagi kalau
mengikuti media masa, ya apa surat kabar
atau televisi. Ketika ada hal-hal semacam itu
timbul, saya merasa saya juga berkewajiban
untuk memberikan pendapat mengenai itu
dan kemudian menulis mengenai itu. Nah
akhirnya ndak habis-habis. Wah, kok begini
ya?
Capek kadang-kadang. Capek, terutama
dalam lima tahun yang terakhir ini. Indonesia
dalam sepuluh tahun terakhir ini, terutama
lima tahun terkahir, mengalami bagian
sejarah yang tidak ada bandingannya. Saya
merasa saya sudah tidak ada peranan lagi
sekarang. Peranan saya, saya pernah
menyebut dalam hati, saya mengatakan
Peranan saya cukuplah abad 20 saja, abad 21
tak lagi lah, aku mau bersenang senang
dengan cucu.
Ternyata tidak bisa. Si Ariel muncul lagi,
dia dengan begitu. Ya Allah, saya melihat Ariel
kan seperti melihat anak atau melihat cucu,
kok kelakuannya kayak begitu. Yah saya ndak
bisa diam. Tayangannya itu, apa yang
dilakukannya dengan Luna Maya dan Cut Tari
Taufik Ismail: Dua Pesan Untuk Mahasiswa, Membaca dan Menulis!Beberapa hari lalu, seorang penyair na-
sional dan tokoh sejarah, Tauik Ismail, datang
ke Kairo dan menyempatkan diri untuk ber-
temu dengan mahasiswa. Tim TROBOSAN
beserta Radio PPI dunia dan kru Mitra KMM
sempat mengadakan wawancara di tengah
kesibukannya. Berikut cuplikannya.
Doc: TROBOSAN
-
7/28/2019 Buletin Terobosan Edisi 353
7/12
TROBOSAN, Edisi 353, 20 April 2013
Wawancara
07
begitu itu masuk ke ini (Telfon genggam-red)
dalam waku satu bulan, 49 perkosaan terjadi
terhadap anak anak kecil. Jadi dalam satu hari
hampir dua orang. Jadi kenapa anak kecil?
Karena pada waktu sesudah anak SMP atau
SMA melihat yang di handphone ini,
kelakuannya Ariel itu dengan dua orang
pacarnya itu, kemudian dia lihat di
tetangganya itu ada anak kecil perempuanumurnya 5 atau 6 tahun ditinggal sendirian.
Papi dan mami pergi kerja, pembantu pergi
belanja, kemudian si anak itu maen-maen. Dia
barusan melihat si ariel sama dua orang
pacarnya itu, itu syahwatnya, dia mau pergi ke
PSK ndak punya duit, dia mau menggoda
temannya sekelas, yang sekelas pasti akan
marah sama dia. Kelihatan anak kecil
berkeliaran, dibujuk pake permen, pake
coklat, dibawa masuk ke dalam kamar,
diperkosa.
Dan itu bukan satu orang! 49 orang dalam
waktu satu bulan! Bagaimana ketahuan 49
orang itu? Ketahuan itu dari orang tua yang
lihat, ini anaknya kok aneh? terutama ketika
mau pipis, susah sekali dia pipis, kemudian
diperiksa. Ya Allah, luka itunya, kemaluannya.
Wah, tau dia apa ini bahwa anaknya sudah
diperkosa. Siapa yang memperkosa?
Seterusnya dia mengadu pada KPAI Komite
Perlindungan Anak Indonesia. Dan yang
mengadu itu dalam waktu 30 hari itu 49
orang di Indonesia. Orang tua yang marah tapi
malu kalo ini ketahuan oleh tetangga dan
keluarga itu jauh lebih banyak ternyata, dan
itu tidak ketahuan berapa ratus orang.
Ini hebat sekali ini bisa mencapai jumlah
publik yang 49. Dan si Ariel tidak pernah
minta maaf, setahu saya dia meminta maafkepada pemirsa televisi, tapi dia tidak minta
maaf kepada orang tua anak-anak yang
menjadi korban akibat menonton. Nah,
masalah ariel ini keluar, saya sebagai seorang
penyair mendegar ini saya ndak terima.
Bagaimana cara saya menyatakan tidak
terima? Saya tulis puisi. Itu kewajiban saya.
Dan kemudian, begitu ada kesempatan di
muka publik, saya bacakan dengan niat saya
mohon ridho Allah. Artinya ada sebuah
kemungkaran di dalam masyarakat saya
sampaikan dan kemudian ini artinya saya
menyampaikan ini dengan harapan supaya
kemungkaran ini dibasmi. Nah, itulah jawaban
saya
Apa bekal pertama yang harus dimiliki
oleh seorang sastrawan ?Membaca! Dia harus membaca banyak,
karena itu ibarat bensin, ibarat bahan bakar,
tapi bahan bakar itu di sini (kepala-red)
disimpannya. Harus banyak membaca. Jadi
yang paling pertama itu membaca, kemudian
menulis. Berlatih menulis dan berlatih
menulis, itu setiap hari. Puisi saya sekarang
ini didukung oleh kepenulisan yang tidak
jemu-jemu. Berapa banyak itu puisi yang saya
tulis tapi tulisannya masuk keranjang
sampah? banyak sekali! Jadi tidak semuanya
yang saya tulis itu jadi.
Siapa atau apa yang paling
berpengaruh dalam puisi bapak? baik
bapak terinspirasi atau secara makna?Waduh banyak sekali itu! Yang paling itu
adalah al-Quran. Kalo orang, ada beberapa
orang. Kalo penyair Indonesia tentu saja
Chairul Anwar, Kalo dari yang luar Walt
Whitman, Edgar Allan Poe, penulis Hayah
Muhammadyaitu Muhammad Husain Haikal.
Pesan bapak untuk para mahasiswa di
sini?Pesan saya dua, banyak membaca dan
terus menulis. Semoga kalian cepat selesai
kuliahnya dan dapat jodoh yang baik dan
dapat pekerjaan yang baik.
[]Ainun, Heni.
sebagai kepala Unit
Pelaksana Teknis (UPT) Bidang Studi di uni-
versitas itu.
Ia pun sempat berperan aktif dalam Mu-sabaqah Tilawatil Quran Mahasiswa yang
diadakan dua tahun sekali, salah satunya
dengan menambahkan satu bidang perlom-
baan yaitu lomba debat tentang kandungan al
-Quran dalam bahasa Arab dan Inggris. Kita
ingin meningkatkan budaya ikir rasional,
intelektual dan tidak emosional di kalangan
mahasiswa sekaligus meningkatkan jaringan
antar mahasiswa.
Dalam perbincangan itu, Pak Fahmy juga
menjelaskan tiga program utama yang meru-
pakan program yang telah dicanangkan oleh
Atdik periode sebelumnya. Tiga program
utama itu ialah: 1) Mengusahakan jalinan
hubungan antara Indonesia dan Mesir dalam
bidang pendidikan dengan melakukan ker-
jasama dengan berbagai universitas yang ada
di Mesir. 2) Meningkatkan perhatian kepada
mahasiswa Indonesia di Mesir agar dapat
menyelesaikan studinya dalam waktu yang
singkat. 3) Promosi sistem pendidikan Indo-
nesia di Mesir dan sistem pendidikan Mesir di
Indonesia.
Untuk program pertama, Pak Fahmy men-
jelaskan bahwa Pak Sangidu sebelumnyatelah melakukan beberapa kerjasama dengan
berbagai universitas dalam berbagai bidang,
maka saat ini ia hanya melanjutkan program
yang telah dicanangkan sebelumnya. Yang
menjadi Atase itu sebenarnya Pak Prof. San-
gidu, saya hanya melanjutkan programnya.
Lanjutnya.
Dan untuk program kedua, pihaknya akanmengusahakan berbagai solusi agar maha-
siswa Indonesia di Mesir dapat me-
nyelesaikan studi dalam waktu yang singkat.
Ia pun akan mengusahakan untuk mencari-
kan peluang beasiswa bagi mahasiswa yang
kurang mampu dalam hal inansial.
Sedangkan program ketiga, pihaknya
menjelaskan bahwa saat ini Mesir hanya
dikenal sebagai pusat studi bahasa Arab dan
ilmu agama, jarang sekali mahasiswa Indone-
sia yang datang ke Mesir untuk mempelajari
ilmu umum seperti di kedokteran, farmasi
ataupun pertanian. Menurutnya, Mesir ini
juga memiliki kemajuan dalam bidang lain,
salah satunya adalah pertanian. Ia pun men-
contohkan beberapa perkebunan yang sem-
pat terlihat ketika perjalanan ke Ismailiyah.
Berarti agriculture engineering-nya bagus,
bisa merubah tanah yang tandus menjadi
perkebunan. Nanti kalo bisa, kita akan mem-
bawa mahasiswa-mahasiswa ITB, IPB untuk
belajar ke sini, melakukan penelitian di sini.
ujar Dosen yang juga merupakan aktiis mas-
jid dan sempat menjadi Dewan Pembina di
DKM Unpad ini.Selain itu juga pihaknya menjelaskan
bahwa kemajuan pendidikan bukan hanya
didapat dengan banyaknya mahasiswa Indo-
nesia yang datang ke Mesir, namun juga
dilihat dengan banyaknya mahasiswa Mesir
yang datang ke Indonesia. Maka dari itu,
pihaknya juga akan berusaha mempromosi-
kan pendidikan Indonesia di Mesir agar ter-jadi pertukaran sistem dan budaya antar dua
negara. Kita pun akan mengembangkan SIC
ini menjadi sekolah yang bertaraf inter-
nasional. Agar yang butuh bukan hanya orang
Indonesia, tapi juga dari berbagai negara.
Mungkin nggak? Why not? ujarnya.
Pada akhir perbincangan, Pak Fahmy
berpesan kepada seluruh mahasiswa Indone-
sia di Mesir. Pesan saya cuma satu,
Selesaikan studi secepat-cepatnya., ujar pria
berdarah Minang ini.
Mengenai atase pendidikan baru ini salah
seorang mahasiswa, Syahir Hadi
mengungkapkan harapannya, Semoga bapak
Atdik tetap bermasyarakat terutama dengan
mahasiswa Ujarnya.
Wahidul Kholis, salah seorang Pimpinan
MPA juga menyatakan harapannya, Ada 3
harapan buat Atdik baru. Pertama, untuk
lebih sering bertemu dengan Mahasiswa/i.
Kedua, Mendorong dan mendukung untuk
lebih banyak terciptanya karya2 Mahasiswa
di sini, seperti tulisan dalam bentuk buku
agar diterbitkan di Tanah Air. Ketiga, menga-
tur proses kedatangan dan kepengurusanPelajar Ma'had. Semoga Atdik yang baru
dapat membawa perubahan besar bagi Maha-
siswa. Ujar pemuda Sumatera Selatan ini. []
Fahmi, Luthfi.
Sambungan dari hal. 4...
-
7/28/2019 Buletin Terobosan Edisi 353
8/12
TROBOSAN, Edisi 353, 20 April 2013
Seputar Kita
08
MCIS Menutup Kegiatan Termin Dua Dengan Dialog
Tapak Suci Kairo Adakan
Turnamen LagiPada tanggal 11, 12 dan 13 April 2013 lalu,
Tapak Suci (TS) PCI Muhammadiyah Mesir
mengadakan turnamen bela diri yang ke empat
di lapangan Central Zahra II. Kegiatan ini
merupakan agenda rutin yang dilaksanakan
setiap dua tahun sekali.
Menurut ketua panitia, Mujadid Ramli Tan-
jung, agenda kali ini hanya diadakan untuk
kalangan anggota TS saja. Hal ini dikarenakan
banyaknya jumlah anggota TS sekarang.
Ia mengungkapkan bahwa anggota TS saat
ini mencapai 200 orang warga negara Mesir.
Sementara itu dari Masisir anggotanya hanya
berkisar antara 40 hingga 60 orang. Jumlah
inilah yang menjadi pertimbangan panitia un-
tuk mengkhususkan turnamen ini bagi anggotasaja.
Dia juga menjelaskan kepada TROBOSAN
bahwa turnamen yang diadakan selama tiga
hari ini menghabiskan dana sekitar 2.200 L.E.
Jumlah dana itu didapat dari bantuan KBRI
sebesar 2.000 L.E. dan dari kas iuran anggota.
Lebih lanjut, ia mengatakan TS Kairo ini
telah resmi berdiri sejak tahun 2003 yang
langsung diresmikan oleh KBRI. Menurutnya
hingga saat ini peminat kebudayaan Indonesia
cukup banyak, khsusnya dari warga Mesir
sendiri. Bahkan sering sekali TS mendapat
undangan untuk menampilkan salah satu seni
kebudayaan Indonesia yang satu ini. Begitu
ungkapan lelaki asal Bogor ini. [] Tsabit.
PCI NU Mengadakan Holy
Tour VIIIPerwakilan Cabang Istimewa Nahdlatul
Ulama (PCI NU) Mesir kembali mengadakan
kegiatan Holy Tour untuk yang ke delapan
kalinya. Ziarah ini digelar pada hari Sabtu
(13/4) yang lalu bermula dari lapangan suqsayyarat mengunjungi beberapa makam
ulama beserta tempat sejarah yang ada di
sekitar kota Kairo.
Abdul Ghani, ketua panitia Holy Tour kali
ini menjelaskan bahwa kegiatan ini diikuti
oleh sekitar 470 orang yang terdiri dari ma-
hasiswa dan masyarakat Indonesia dan non-
Indonesia dengan menggunakan 10 buah bis.
Kegiatan ini menelan dana sekitar 12.800
LE yang didapat dari iuran peserta masing-
masing sebesar 35 LE dan beberapa sumberyang halal.
Ziyarah kali ini mengunjungi empat belas
tempat yang tersebar di sekitar kota Kairo
lama, di antaranya adalah makam Ibnu
Athaillah al-Sakandari, Imam Ibnu Abi
Jamrah, Ibnu Daqiq al-`Id, Imam Syai`I,
Imam Laits, Ibnu Hajar al-Asqalani dan juga
beberapa tempat bersejarah seperti masjid
Amru bin al-`Ash dan masjid Ibnu Thulun.
Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin
yang diadakan setiap tahunnya oleh Lem-
baga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) PCI
NU Mesir sejak tahun 2005. [] Fahmi.
Kamis (18/4) lalu, Muhammadiyah for
Central Islamic Studies (MCIS), lembaga yang
khusus mengurusi seluruh kajian di PCI Mu-
hammadiyah Mesir mengadakan penutupan
kegiatan di Pasanggrahan KPMJB. Acara yang
dikemas dalam bentuk dialog ini dihadiri
oleh 42 mahasiswa dan mahasiswi yang
merupakan anggota dari lima kelompok
kajian yang ada di tubuh PCI Muhammadi-
yah.
Hadir sebagai pembicara Ketua MCIS,
Musa al-Azhar dan ketua PCI Muhammadi-
yah Mesir, Nuhdi Febriansyah sebagai pem-
bicara.
Dalam sambutannya, Musa al-Azhar
menyatakan tujuan berkumpulnya seluruh
anggota kajian ini adalah li ta`arafu, agar
para anggota kajian saling mengenal antara
satu sama lain. Ketika diwawancarai, ia pun
melanjutkan, (acara) Itu memang pe-
nutupan kegiatan untuk termin ini. Kemudi-
an bincang-bincang kajian untuk menam-
pung usul dan solusi. Dan kedepannya lagi
agar meningkatkan kualitas proses tafaqquh
i al-din melalui kajian
Nuhdi Febriansyah dalam pembicaraann-
ya menyampaikan bahwa para anggota
kajian khususnya dan mahasiswa al-Azhar
pada umumnya adalah agen pengawal
pemikiran umat, sangat disayangkan jika
orang yang mendapatkan kesempatan bela-
jar di al-Azhar tidak menyadari tanggung
jawab ini. Ia pun memberikan perbandingan,
jika penduduk Indonesia itu berjumlah 300
juta, dan mahasiswa Indonesia yang belajar
di al-Azhar saat ini sekitar 4000 orang, maka
jumlah pengemban amanat itu hanya 0,0000
sekian dari jumlah masyarakat Indonesia.
Maka diperlukan keseriusan dari mahasiswa
yang jumlahnya sedikit ini untuk dapat
mengawal pemikiran umat.
Nuhdi juga menyampaikan pesan dari
Syaikh Ali Jum`ah tentang 4 hal yang harus
dikuasai oleh seorang agen umat, 1) kemam-
puan menguasai bahasa Arab sebagai
pengantar ilmu keislaman 2) Ijmak atau hal-
hal yang telah menjadi kesepakatan antara
kaum muslim pada masa sebelumnya, 3)
Namuzaj al-Ma`riiyah, ilmu-ilmu logika un-
tuk menertibkan cara berikir, seperti ilmu
mantik dan usul ikih, 4) dan yang terakhir
adalah Maqashid al-Syari`ah. Empat hal inilah
yang harus dikuasai oleh seorang mahasiswa
al-Azhar.
Nuril Dwi, koordinator kajian ilmu falak
AFDA menyatakan kesannya, Ya selain buat
ajang saling mengenal bagi yang belum
kenal, juga memperat ukhuwah buat yang
udah kenal. Kita juga bisa saling berbagi,
berbagi kesulitan dalam belajar, ya blajar apa
aja, entah diktat kuliah atau diktat kajian.
Nah jadinya kita bisa saling berbagi tips
membaca yang produktif, efektif dan
progresif. Ujar wanita berdarah jawa ini. []
Fahmi.
Redaksi buletin TROBOSANmengucapkan selamat atas
terpilihnya Fakhry Emil Habib sebagai Pemimpin Umum,
Achmad Fawatih Nurrizqi sebagai Pemimpin Redaksi
dan Lina Nabila Ahmad sebagai Pemimpin Usaha buletin
Informatika untuk periode 2013-
2014.
Semoga dapat meningkatkan kinerja Informatika dalam
dinamika kehidupan Masisir.
-
7/28/2019 Buletin Terobosan Edisi 353
9/12
TROBOSAN, Edisi 353, 20 April 2013
S a s t r a
09
DoakuOleh: Luthfiatul Fuadah al-Hasan*
Hal yang tidak lagi aku percayai adalah
bisa melewati ujian Universitas Al-Azhar. Aku
terjatuh, berusaha bangkit namun aku jatuh
kembali terus dan terus. Aku menyerah.
Apa aku bisa melewati ujian yang
kesekian kali di Azhar ini, tahun yang laluaku selalu gagal terus keluh ku pada Kayla
Mahasiswi tingkat tiga yang sedang sibuk
dengan diktat kuliahnya. Kalau lah aku gagal
lagi, apa gunanya aku berada di sini.
Hush Ira! ngomong kok sembarangan...
Aku yakin kamu bisa kok, asalkan kamu mau
berusaha belajar sungguh-sungguh semua
akan terasa mudah ucap Kayla sambil
merangkul pundak ku.
Tatapanku kosong membayangkan hal-
hal buruk terjadi, membayangkan aku tak
bisa melewati ujian termin dua. Hampir tigatahun aku berada di Negri Kinanah ini, di
saat teman-teman ku sudah menginjak
tingkat tiga di Azhar, aku masih berpijak di
tingkat satu. Ya, dua tahun sudah berlalu
dengan sebuah kegagalan. Namun aku
bersyukur kegagalan ku tak sia-sia. Di
lingkungan yang sarat akan ilmu ini aku
mendapatkan banyak hal yang membuat aku
mengerti bahwa Allah menciptakan sesuatu
tak ada yang sia-sia.
Dua Tahun SebelumnyaAkhirnya impianku untuk studi di
Universitas Al-Azhar pun tercapai. Pesawat
terbang membawaku pergi meninggalkan
Nusantara tercinta. Tak bisa lagi kulukiskan
bahagiaku saat itu, dengan ditemani
gumpalan awan putih pemandangan nan
indah aku bersyukur padaNya. Negri
Kinanah menyambut kedatanganku dengan
musim dinginnya. Teringat pesan Pak Kyai
ku disana Mesir harus bisa kamu taklukan,
jika kamu tidak bisa maka Mesir yang akan
menaklukan kamu.
Dalam Keterpurukan
Rupanya aku tak lagi menghiraukan
pesan beliau. Sejak kedatanganku di negri
ini, beberapa bulan kemudian Azhar akan
melaksanakan ujian termin satu. Namun,
merasa keenakan dengan santainya aku
merasa enteng ujian tersebut.
Ra...kamu kok nonton terus kalau
enggak nonton kamu main game, kapan mau
mau belajarnya ra ? ujian seminggu lagi
kakak kelasku mengingatkan.
iya ka nanti juga aku belajar kok
jawabku sedikit acuh.
inget lho ra, ujian di Azhar enggak samadengan di Indonesia. Kamu gak bisa terus-
terusan seperti ini. Aku sedikit kesal dengan
ucapan kaka kelasku itu, aku langsung
matikan leptop dan tidur.
Satu tahun berlalu dengan sikap bodohku
seperti itu. Ketika pengumuman ujian turun
tangisku meledak penuh penyesalan, aku
peluk ka Shoi ka aku nyesel ka, aku gagal.
Aku minta maaf ka tak menghiraukan
perkataan kaka, dan aku melupakan pesanPak Kyai, hiks hiks.
Ya sudah jadikan pelajaran ya ra, kamu
gak mengulangi hal yang sama ka Shoi
menasehati.
Yang aku pikirkan adalah bagaimana aku
menyampaikan pada kedua orang tuaku.
Bicaralah! orang tuamu pasti mengerti.
Justru orang tuamu yang akan menemani
disaat kamu seperti ini. Kak Shoi memberi
saran.
Dengan tangis tertahan aku menelfon
orang tuaku. Bercerita tentang hal yang akualami, dengan lembut kasihnya aku merasa
tenang Sabar ya nak...ucapnya, aku merasa
aku mampu untuk mencoba ditahun yang
akan datang.
Berkat nasihat dan dukungan yang
kudapatkan dari orang-orang terdekatku,
aku tak lagi merasa bahwa aku harus
menyerah, masih ada kesempatan untukku
meraihnya lagi. Keseharianku kuliyah kini
berubah menjadi kelas bahasa yang kujalani
seminggu tiga kali, aku pergi ke kuliah hanya
untuk mengikuti beberapa materi yang
tertinggal. Meski kadang perasaan malu dan
minder itu selalu menghantuiku, namun saat
aku merasa seperti itu aku meyakini diriku
sendiri, aku optimis untuk bisa melewatinya.
Satu tahun berlalu aku tak ingin lagi
gagal, aku berusaha keras belajar belajar dan
terus belajar. Beberapa temanku, kawan
serumahku, kak shoi tak pernah lupa
memberiku suntikan semangat
Semangat!!!ucap mereka disela aktivitas
yang mereka jalani.
Maan najah ya teman-teman semangat
yang bertebaran di kala pintu gerbang ujian
Azhar mulai dibuka.
Rabbi...upaya dilakukan untuk
menempuhnya jika Engkau ridha najah atau
tidak najah berilah manfaat pada ilmu yang
telah kupelajari ini Amin.
Ujian telah kulewati, aku pasrahkan
segalanya pada Sang Khaliq dengan usaha
yang telah kulakukan. Aku semakin cemas
menanti hasil ujian turun. Mendapat telfon
bahwa hasil ujian turun aku segera bergegas,
meniti pijakan langkah kaki menuju kuliyah
mengusap peluh keringat dalam Bulan suci.Bus membawaku ke kuliyah banat, mobil
padat merapat dengan terik matahari
menambah kecemasanku, tak hentinya aku
bedzikir mengingat-Mu Allah.
Langkah kakiku berlari menaiki anak
tangga, dan tibalah aku melihat hasil ujian
yang telah kujalani. Sepertinya tidak cukup
ujian yang harus aku hadapi. Mataku
terbelalak hatiku beristighfar, kepala
menunduk menahan tangis,tidak aku tidakboleh menangis Allah ingin aku lebih
bersabarucapku dalam hati. Lagi-lagi aku
tidak berhasil, tiga maddah tertinggal lagi.
Beberapa temanku pun mengalami hal yang
sama.
Sudah jangan menangis, kita lewati
sama-sama, kita enggak sendiri ada Allah
yang selalu menemani. Yukk kita semangat
lagi, kita harus bersabar. ucapku sambil
memeluk Ratih yang mengalami hal yang
sama.
Makasih ya ra ....
Dalam hati aku hanya bisa mengucap Laa
haula wa laa quwwata illa billahil aliyyil
azim, memohon dalam hati agar Allah
melapangkan hatiku, menerima taqdir yang
telah ditentukan oleh-Nya. Namun, perasaan
sedih tak bisa kupungkiri. Aku kembali ke
rumah dengan seutas dzikir pada-Nya agar
hatiku tenang. Aku menangis memeluk foto
kedua orang tuaku, saat itu pula bunyi telfon
berdering.
Assalamuailaikum ra, ini mamah
gimana sayang hasilnya ?
Mah...sambil menangis, ibuku sudah
faham apa yang terjadi. Maain ira ...
meringis.
Tidak apa-apa nak, mamah selalu
mendoakan mu di sini. Meskipun mamah
enggak bisa nemenin Ira disana, Allah enggak
ninggalin Ira. Tahun depan Ira harus lebih
semangat lagi ya, sabar yah sayang ...
Aku sangat bersyukur memiliki orang tua
seperti mereka. Orang tuaku tak pernah
memarahi atas kegagalanku, namun ibuku
justru memberikan support yang dapat
membangkitkanku. Terimakasih mah, pah!
Kegagalan bukan untuk mengakhiri
impian yang telah digantungan dipikiran kita,
namun dari sanalah keberhasilan akan
menjemput bagi mereka yang bersabar.
*Penulis adalah Kru buletin TROBOSAN.
-
7/28/2019 Buletin Terobosan Edisi 353
10/12
TROBOSAN, Edisi 353, 20 April 2013
O p i n iSenat dan Masisir: Relasi Benci Tapi Rindu
Oleh: Romal Mujaddedi Ahda*Ujian tinggal hitungan minggu, maka
anda pasti sedang melihat pemandangan
klasik tiap semester: mahasiswa-mahasiswa
(utamanya mahasiswa baru) mencari
bimbingan belajar. Dan tentu saja, dalam
urusan bimbel-
membimbel senat-
senatmahasiswa-lah yang seolah menjadi
primadona, tujuan utama para peminat
bimbel. Maka secara tiba-tiba ponsel ketua-
ketua senat mendapatkan banjir telefon
dengan dialog klasik: kak, bimbel hari ini
jadi? atau kak, kita masih kurang satu
pembimbel, gimana ini? atau semacamnya.
Terlepas dari pendapat penulis sebagai
representasi Senat Fakultas Bahasa Arab
terhadap bimbel, fenomena ramainya bimbel
menjelang ujian Ini membuktikan bahwa
suka atau tidak, masyarakat membutuhkan
senat. Tanpa senat, mahasiswa-mahasiswa
kehilangan penyelenggara utama bimbel.
Tapi begitulah keadaan kita, masih harus
mengenal lebih dalam mengenai etika take
and give, mengambil dan memberi. Sulit
untuk menyebut diri kita etis apabila yang
kita tahu hanya take, take dan take.
Mahasiswa-mahasiswa yang tadinya begitu
antusias mengikuti bimbel di senat
menjelang ujian, begitu ujian selesai mereka
menghilang begitu saja dari senat. Kelak bila
ujian kembali tiba, jangan heran kalau wajah-
wajah mereka kembali muncul di senat,
sebuah siklus habis manis sepah dibuang
yang sudah mentradisi.
Maka senat-senat setiap tahun selalu
mendapat permasalahan yang sama:
seretnya regenerasi. Jumlah orang-orang
yang berkecimpung sebagai pengurus sangat
sedikit bila dibanding dengan fungsi ideal
senat. Sebagai contoh, Senat Fakultas
Ushuluddin hanya memilki 3 staf. Senat
Fakultas Bahasa Arab sendiri mengalami
problema senada, pengurus yang benar-
benar aktif hanya bisa dihitung sebelahtangan.
Fungsi ideal senatKatalisator akademis Masisir, secara
singkat itulah fungsi ideal senat. Di saat
kondisi komunitas kita yang tidak ramah
akademis, semakin ke sini semakin
hedonistik dan tidak bertanggungjawab,
senatlah yang menjadi pengimbang agar
Masisir kembali ke jalur akademis. Dengan
cara apa? Tentu saja pengadaan diskusi-
diskusi ilmiah secara reguler, di samping
acara-
acara ilmiah besar insidental.
Ia juga harus berfungsi menjadi hamzah
washal, penyambung lidah para mahasiswa
indonesia terhadap pihak al-Azhar. Kenapa
demikian? Karena senat didirkan dari dan
untuk kepentingan akademis, bukan untuk
sekedar kumpul-kumpul mahasiswa dengan
latar belakang yang sama seperti halnya
kebanyakan organisasi-organisasi di Masisir,
selain itu Senat memiliki akses langsung ke
para dekan fakultas, posisi yang sejatinyastrategis bila digunakan untuk kepentingan
mahasiswa indonesia.
Sayangnya, publik kita memandang senat
secara tidak proporsional. Bahkan publik
kita tak sungkan melabeli sambil mencibir
senat-senat mahasiswa sebagai organisasi
penyelenggara bimbel, tidak lebih. Adilkah
penilian ini?
Tentu saja tidak adil. Pertama, karena
sekali lagi, terlepas anda suka atau tidak
banyak mahasiswa yang membutuhkan
bimbel. Menjadi lucu kalau di satu sisi publik
membutuhkan bimbel, namun di saat yang
sama publik mencemooh penyelenggaranya.
Kedua, tidak semua senat kegiatannya
berkutat dalam bimbel saja. Audiensi-
audiensi yang dilakukan Senat Mahasiswa
Fakultas Ushuluddin (SEMA-FU) bersama
dekan fakultas merupakan bukti nyatanya.
Bahkan dalam konteks SEMA-Fakultas
Bahasa Arab (yang pada periode ini penulis
pimpin) secara konsisten menolak untuk
menyelenggarakan bimbel. Alasannya jelas,
karena bimbel tidak eisien. Jangankan untuk
menghasilkan insan-insan akademisi, untuk
sekedar memahami muqarrar secara layak
pun metode ngebut ini tidak eisien, justru ia
malah merupakan motivasi yang secara tidak
sadar kita sampaikan kepada peserta bahwa
muhadharah tidak penting-penting amat, toh
anda masih bisa lulus dengan cukup ikut
bimbel-bimbel tersebut. Sebagai gantinya
kami mengenalkan konsep Majmuah
Mudzakarah, konsep yang lebih
menghormati status peserta yang notabene
mahasiswa, sehingga tidak harus dibacakan
dari awal sampai akhir, Konsep yangmenuntut mahasiswa untuk mandiri dan
tidak mengandalkan mentor. Alih-alih
mentor menjelaskan seluruh isi buku, ia
bertugas sebagai pembagi tugas bacaan, lalu
menjadi pengoreksi bila ada pemahaman
yang dirasa belum tepat. Namun, tidak
dipungkiri, sebagaimana halnya semua
program-program rintisan, program ini
masih membutuhkan evaluasi dalam
pelaksanaannya di masa depan.
Di samping itu, kajian-kajian nahwu,
sastra dan balaghah merupakan kegiatanyang dari tahun ke tahun secara konsisten
digalakkan di FBA. Relasi-relasi dengan
Museum Sastrawan Ahmad Syauqi dan
Majma Lughah dalam menyelenggarakan
acara-acara kebahasaan (pelatihan dan
kajian) juga terjalin dengan baik. Jika begitu,
masih adilkah penilaian publik di atas?
Setelah mengetahui urgensi senat, dan
bagaimanakah peran senat yang ideal, maka
kita tiba pada sub-
topik berikutnya:bagaimana membangun senat yang kuat?
SekretariatTidak seperti idealnya organisasi besar
yang beranggotakan ratusan bahkan ribuan
orang, senat tidak memiliki sekretariat yang
layak. Satu-satunya tempat yang kami sebut
sekretariat senat saat ini adalah sebuah
ruangan berdimensi 5x3 meter, yang terletak
di atap (sutuh) Wisma Nusantara. Ruangan
ini adalah sekretariat resmi dari semua senat
yang ada di Masisir. Itu artinya empat
organisasi berbagi sebuah ruangan mungil di
sebuah sutuh. Ini membuat senat sangat sulit
berkegiatan dengan maksimal, untuk
menyelenggarakan acara diskusi saja sering
kali kita harus mencari tempat lain: rumah-
rumah atau kantor sekretariat organisasi-
organisasi lain. Pastinya menumpang di
tempat yang bukan milik kita membuat kita
tidak leluasa, belum lagi jika berbicara
tentang privasi. Maka untuk membangun
senat yang kuat seyogyanya para pemangku
kebijakan (dalam hal ini Atase Pendidikan
KBRI Kairo) mempertimbangkan untuk
memberi senat rumah yang layak.
Pendanaan
Penulis mengelus dada membaca Buletin
TROBOSAN edisi sebelum ini: acara-acara
hut organisasi kedaerahan ada yang mengha-
biskan dana hingga 8000, 15.000 bahkan
20.000 LE, agak terlalu banyak mengingat
kegiatan acara-acara semacam itu hanya
berlangsung untuk waktu yang pendek, lagi
pula didominasi acara-acara yang bersifat
hura-hura, berkutat antara lapangan olah
raga dan panggung seni.
Nominal-nominal dan acara beberapa
hari tersebut menjadi fantastis bila
dibandingkan dengan nominal dana senat
selama setahun. Tahun ini senat-senat FBA,
FU, FSI dan FDAI masing-masing hanya
mendapatkan dana sebesar 4000 Le. Padahal
FBA periode ini misalkan, membutuhkan
dana lebih untuk penyelenggaraan
Majmuaah Mudzakarah, penerbitan jurnal
dan pelatihan insya.
Pada tahun 2009 sempat ada program
agar ketua-ketua senat mendapatkan jatah
temus pada tahun berikutnya (2010). Namundemikian, beberapa pihak tidak setuju akan
kebijakan tersebut hingga sampai saat ini
ketua senat tidak pernah sekalipun
mendapatkan hak tersebut. Di saat ketua
10
-
7/28/2019 Buletin Terobosan Edisi 353
11/12
TROBOSAN, Edisi 353, 20 April 2013
Dunia FacebookOleh: Ainun Mardiyah*
S k e t s a
Jika anda melihat seseorang sibuk ber-
main dan menekan-nekan keyboard atau
touch screen handphone-nya, entah itu di
bus atau di tempat-tempat umum, kira-kira
apa yang sedang mereka lakukan dengan alat
komunikasi itu? Jika anda membuka laptop
dan terhubung dengan internet, situs apa
yang pertama kali anda buka di jendela
browser? Dugaan terbesar saya, semua akan
terjawab dengan satu kata. Facebook.
Situs jejaring sosial yang pertama kali
diluncurkan pada 4 Februari 2004 ini sangat
populer di seluruh dunia. Bahkan penggun-
anya meliputi seluruh lapisan kalangan, mu-
lai dari pelajar, ibu rumah tangga, hingga
pengusaha. Juga tidak mengenal usia, baik
dari anak kecil, remaja, sampai orang tua.
Kalaupun ada seseorang yang bertanya,Apa
itu facebook? sudah tentu akan diolok-olok.
Seperti kata Tukul Arwana,Katrok!
Seiring berakhirnya era industri yang
tergusur oleh era informasi, manusia tidak
lagi silau dengan hasil industri. Mereka tidak
berlomba-lomba dengan menjunjung tinggi
IQ (Intelligent Quotient), menjadi sukses tak
lagi hanya mengandalkan sekolah tinggi se-
mata. Meski paradigma seperti itu masih
melekat kuat pada sebagian manusia saat ini.
Tapi kini dunia telah dikuasai oleh arus in-
formasi. Siapa yang lebih menguasai dan
mengendalikan arus informasi, ia adalahpenguasa. Begitu pentingnya nilai informasi,
barangkali itulah yang dilirik oleh Mark
Zuckerberg, sang pencipta situs jejaring Fa-
cebook. Sehingga situsnya banyak digemari
secara bombastis dalam waktu singkat.
Peran nyata facebook sebagai media in-
formasi dan komunikasi tersebut tidak bisa
diremehkan. Setelah diteliti, Revolusi-
revolusi di Timur Tengah yang menghantam
bagai gelombang tsunami adalah juga terjadi
dengan peran jejaring sosial facebook. Se-
bagaimana yang dilansir Republika Online,mengutip perkataan seorang Profesor Ilmu
Politik Mustapha Kamil Al-Sayyid, Tindakan
revolusi di Mesir cukup efektif dilakukan
melalui internet khususnya jejaring sosial.
Dengan jejaring sosial, undangan demonstra-
si pada saat penggulingan Mubarak 25 Janu-
ari lalu dapat dilakukan. Bahkan pemerintah
Mesir yang mengontrol ketat media massa
konvensional mulai mengambil tindakan
berupa penutupan layanan internet dan
seluler.
Melihat betapa pentingnya peran face-
book dalam kecepatan menghantarkan infor-
masi. Bukan berarti setiap orang dapat me-
manfaatkannya secara bijak dan bermanfaat.
Memang banyak yang menggunakannya se-
bagai media untuk menyambung tali sila-
turrahmi, membentuk forum diskusi sesuai
tema yang digemari atau mengiklankan
produk dan jasa usahanya. Tapi dari sekian
banyak itu, status-status curahan hati, senda
gurau berantai yang berujung pada hal sia-
sia lebih mendominasi. Ini persis sebagaima-
na yang diirmankan Alloh SWT dalam kitab-
Nya saat menyebutkan salah satu karakteris-
tik manusia,
Sesungguhnya manusia diciptakan bersi-
fat keluh kesah lagi kikir. QS AlMaarij: 19
Pengguna facebook diuntungkan dengan
adanya kemudahan dalam berkomunikasi,
sehingga jarak tidak lagi menjadi masalah.
Namun, apakah itu berarti bahwa facebook
mendekatkan jarak penggunanya? Atau se-
makin mendekatkan hubungan antar
pengguna sebagaimana slogan di awallamanya, Facebook helps you connect and
share with the people in your life. ?
Benarkah bahwa dengan facebook, hub-
ungan antar pengguna semakin dekat dan
bisa saling berbagi dalam kehidupan nyata
mereka? Sesuaikah slogan tersebut dengan
fakta di lapangan? Lalu bagaimana dengan
mereka yang saling mengomentari status
satu sama lain, padahal saat itu mereka ten-
gah duduk berdampingan di tempat yang
sama?
Benar bahwa facebook dapat membantu
anda berkomunikasi secara mudah dan mu-
rah meriah dengan teman atau keluarga
lintas negara bahkan lintas benua. Namun
bukan berarti dengan komunikasi yang
lancar tersebut semakin memperdekat hub-
ungan anda dengan orang-orang yang jarak-
nya sangat jauh. Sebagaimana yang diketahui
bahwa rasa rindu akan bertumpuk dan se-
makin mendalam manakala pertemuan atau
komunikasi percakapan yang jarang terjadi.
Dan itu berarti bahwa semakin sering anda
berkomunikasi dengan orang-orang yang
jauh jaraknya semakin rasa rindu itu
menipis. Ini berbanding terbalik dengan
dengan komunikasi yang semakin lancar.
Pada kesimpulan ini, bukankah hubungan
antar pengguna di dunia nyata semakin
jauh?
Penulis menganggap bahwa facebook
adalah dunia lain yang mirip dengan dunia
nyata. Hampir seluruh aktiitas manusia di
dunia nyata dapat dilakukan dalam dunia
facebook. Berdiskusi antar pengguna, belajar,
bercerita, bergurau hingga membuat acara
pernikahan atau perayaan lainnya. Akan
tetapi banyak manusia yang sangat maniak
terhadap dunia facebook, sehingga melupa-
kan dunia nyata yang dijalaninya.
Sejatinya dunia facebook adalah dunia
kedua yang diciptakan untuk membantu
manusia dalam dunia nyata. Ia adalah suatu
alat yang semestinya digunakan untuk mem-
permudah dan melancarkan segala aktiitas
yang dilakukan di dunia nyata. Namun fakta
berkata lain. Banyak manusia yang lalai dan
terjebak dalam dunia itu. Dan ini terjadi sep-
erti dalam ilm berjudul Tron: Legacy, yangmengisahkan tentang Sam dan ayahnya Kev-
in Flynn yang terjebak dalam dunia virtual.
Menjadi maniak facebook bukan tanpa
resiko. Sudah banyak pakar medis dan
psikologi yang meneliti dan menemukan efek
buruk pada kesehatan mental dan isik bagi
pecandu facebook. Sekali lagi kita harus ingat
dan sadar bahwa dunia facebook diciptakan
sebagai alat untuk membantu dan memper-
mudah kehidupan nyata yang kita jalani.
Prioritas utama kita adalah kehidupan nyata.
Tentu sangat disayangkan jika kita harusdiperalat oleh dunia yang seharusnya men-
jadi alat. Pertanyaannya sekarang adalah,
di manakah prioritas anda, dalam dunia face-
book atau dunia nyata? Pilihan itu ada di
tangan anda.
*Penulis adalah kru TROBOSAN.
11
(presiden) PPMI, WIHDAH dan organisasi
kedaerahan semuanya tanpa terkecuali
mendapatkannya.
Paradoks. Di sebuah komunitas akade-
mis, organisasi murni akademis (baca: senat)
justru tidak diapresiasi sebagai mana organ-isasi-organisasi lain, yang tidak jarang pro-
gram-programnya justru kontradiktif dengan
semangat akademis.
Solusi
Pertama tentu saja kepada yang
terhormat Bapak Atdik yang baru agar
mempertimbangkan usulan kami di atas
berkenaan dengan pengadaan sekretariat
dan pendanaan. Setidaknya, bila dua hal
tersebut terpenuhi, publik ini hanyamenunggu waktu munculnya organisasi-
organisasi senat yang kuat yang akan
memberi sumbangsih maksimal terhadap
kehidupan akademis mahasiswa. Kita
menunggu berakhirnya relasi benci tapi
rindu antara Senat dan Masisir, berganti
menjadi kerjasama positif menuju Masisir
Akademis.
*Penulis adalah mahasiswa al-Azhar
tingkat tiga fakultas Bahasa Arab, KetuaSenat Mahasiswa Fakultas Bahasa Arab.
-
7/28/2019 Buletin Terobosan Edisi 353
12/12
12
Email/YM: [email protected]
FB: Tranferindo Mesir