Buletin Terobosan Edisi 353

download Buletin Terobosan Edisi 353

of 12

Transcript of Buletin Terobosan Edisi 353

  • 7/28/2019 Buletin Terobosan Edisi 353

    1/12

    Taufk Ismail: Dua Pesan Untuk Mahasiswa, Membaca dan Menulis!

    Media ini dikelola oleh Pelajar dan Mahasiswa Indonesia sebagai media informasi, opini dan komunikasi

    mahasiswa Indonesia di Mesir. Redaksi menerima tulisan dari pelbagai pihak dan berhak mengeditnya tanpa

    menghilangkan makna dan tujuan.

    Sekapur Sirih, Terimakasih,

    Halaman 2

    Surat Pembaca, Halaman 2

    Sikap, Masalah Pencernaan,

    Halaman 3

    Laporan Utama, Melirik SepakTerjang Atase Pendidikan KBRI

    Kairo,Halaman 4

    Komentar Peristiwa, Program

    PPMI di Semester Dua, Halaman

    5

    Wawancara, Tauik Ismail: Dua

    Pesan Untuk Mahasiswa, Mem-

    baca dan Menulis!, Halaman 6

    Seputar Kita, MCIS Menutup

    kegiatan Termin Dua Dengan

    Dialog, Halaman 8

    Seputar Kita, PCI NU Mengada-

    kan Holy Tour VIII, Halaman 8

    Seputar Kita, Tapak Suci Kairo

    Adakan Turnamen Lagi,

    Halaman 8

    Sastra, Doaku, Halaman 9

    Opini, Senat dan Masisir,Halaman 10

    Sketsa, Dunia Facebook,

    Halaman 11

    Edisi 353

    20 April 2013

    Selamat Membaca!Santai dan penting dibacaTajam tanpa melukaiKritis tanpa menelanjangi

    Melirik Sepak Terjang Atase

    Pendidikan KBRI KairoBapak Sangidu telah melepas jabatannya, berbagai program

    telah terlaksana. Lalu siapa yang datang untuk mengisi kursi

    yang kosong ini?

    Simak Laporan Utama hal 4

  • 7/28/2019 Buletin Terobosan Edisi 353

    2/12

    TROBOSAN, Edisi 353, 20 April 2013

    Surat Pembaca

    Sayonara

    Pendiri: Syarifuddin Abdullah, Tabrani Sabirin. Pimpinan Umum: Tsabit Qodami. Pemimpin

    Redaksi: Fahmi Hasan Nugroho. Pemimpin Perusahaan: Erika Nadarul Khoir. Dewan Redaksi: Ab-dul Majid, M. Hadi Bakri. Reportase: M. Ainul Yaqien, M. Zainuddin, Dirga Zabrian, Sulhansyah Jibran, Luthiatul Fuadah Al -Hasan, Ainun

    Mardiah, Heni Septini. Editor: Zulfahani Hasyim. Pembantu Umum: KeluargaTROBOSAN.Alamat Redaksi: Indonesian Hostel-302 Floor

    04, 08 el-Wahran St. Rabea el-Adawea, Nasr City Cairo-Egypt. Telepon: 22609228 E-mail: [email protected]. Facebook : Tero-

    bosan Masisir. Untuk pemasangan Iklan dan Layanan Pelanggan silakan menghubungi nomor telpon : 01159319878 (Tsabit) atau

    01122217176 (Fahmi)

    Akhirnya kita sampai pada saat kita harus

    melepaskan sejenak berbagai aktiitas kita. Ujian

    termin dua semakin merayap mendekati kita,

    kita pun semakin hari semakin waswas akan

    kedatangannya.

    Cuaca semakin terasa panas, jarak antara

    subuh dan maghrib pun terasa semakin menjauh.

    Tak terasa telah lima edisi sudah kami

    menghadirkan berita-berita hangat untuk anda

    selama semester kedua ini. Berbagai respon dari

    pembaca telah kami rasakan. Dan untuk itu, kami

    berterimakasih kepada para pembaca atas

    perhatian dan masukannya kepada kami.

    Namun terlepas dari itu, kami lebih bahagia

    ketika menyadari bahwa dunia jurnalistik

    masisir saat ini telah berjalan lebih baik, laiknyaselokan yang telah bersih dari sampah, mengalir.

    Dengan semakin dekatnya masa ujian, kami

    pun sementara harus undur diri dari hadapan

    pembaca. Kamipun mahasiswa, sama-sama

    berharap agar kita mendapatkan hasil yang

    terbaik yang sesuai dengan jerih payah yang kita

    keluarkan.

    Untuk edisi terakhir ini kami suguhkan

    kepada anda sedikit laporan tentang program

    Atase Pendidikan KBRI Kairo selama dijabat oleh

    Bapak Prof. Sangidu, kemudian tak lupa kami

    kenalkan kepada anda sedikit hal tentang Atdikbaru, Bapak Dr. Fahmy Lukman.

    Di edisi ini pun kami mengangkat tentang

    program kerja PPMI selama satu semester ini.

    Berbagai program telah mereka lakukan untuk

    Masisir, bermacam pula komentar yang tertuju

    kepada kabinet PPMI kali ini.

    Semoga kerja keras ini bermanfaat bagi anda

    para pembaca. Selamat membaca! []

    Mohon Klarifikasi

    Semoga Terobosan tetap produktif men-

    elurkan karya meski berbagai kritikan

    tajam tak henti-hentinya menghadang.

    Saya ingin mengajukan klariikasi terkait

    pemberitaan TROBOSAN di edisi sebe-

    lumnya. Di sana disebutkan bahwa

    Gamajatim telah menggelontorkan dana

    sejumlah 16.000 Pound hanya untuk per-ayaan HUT. Saya rasa berita itu sangat

    mengada-ngada.

    Faktanya, pada tahun 2011, Gamajatim

    pernah pengadakan perayaan HUT ekster-

    nal secara massif yang juga melibatkan or-

    ganisasi lain. Ada beberapa macam perlom-

    baan di sana dan juga acara puncak Gebyar

    Seni Gamajatim. Biaya total yg dikeluarkan

    sekitar 10.000-11.000. Itu sudah meliputi

    dana dari sponsor. Gamajatim sendiri hanya

    mengeluarkan sekitar 6000-7000.

    Kemudian pada tahun 2012, Gamajatim

    hanya mengadakan perayaan HUT secara

    internal. Dana yg dikeluarkan jg relatif kecil,

    sekitar 3000-4000 Pound. Jadi tidak tepat

    jika Gamajatim dituding telah menggelon-

    torkan 16000 utk HUT.

    Saya mohon pihak Terobosan segera

    membuat permohonan maaf atas ketele-

    doran ini dan memuat klariikasi pada edisi

    selanjutnya. Semoga Terobosan makin oke

    dan tetap berjaya!

    Dana Ahmad Dahlani

    Ketua Gamajatim

    Kami akui terdapat kesalahpahaman

    antara kru redaksi di dalam masalah ini.

    Biaya yang dikeluarkan untuk dua tahun

    dipahami menjadi biaya untuk satu tahun.

    Maka kami kira Penjelasan yang saudara

    tuliskan di atas sudah mewakili klariikasi

    dari kami.

    Untuk kesalahan ini kami seluruh tim

    redaksi TROBOSAN meminta maaf yang

    sebesar-besarnya.

    Redaksi

    Komentar Saya

    Pada Buletin TROBOSAN edisi 352

    rubrik Laporan Utama, saya dimintai

    komentar tentang lomba-lomba yang dihe-

    latkan di Masisir. Karena dianggap terlalu

    panjang, komentar saya dipotong. Sa-

    yangnya, justru yang dipotong adalah inti

    dari komentar saya. Akibatnya, komentar

    saya terkesan antipati terhadap lomba-

    lomba di Masisir yang bersifat hiburan dan

    olahraga. Sebenarnya saya tidak antipati,

    tapi juga tidak mendukung secara mutlak.

    Jika masih bermanfaat, ya diteruskan. Jika

    tidak, ya lebih baik ditiadakan saja.

    Harapan saya Terobosan akan lebih

    teliti dan lebih kritis. Media Masisir ini ha-

    rus selalu hidup untuk memberikan infor-

    masi kepada mahasiswa Indonesia di Mesir,juga keluarga di tanah air. Terimakasih.

    Ahmad Hujaj Nurrohim

    Pembaca setia TROBOSAN.

    Komentar Mas Hujaj memang panjang,

    dan keputusan kami saat itu adalah memo-

    tongnya. Namun jika maksud utama dari

    komentar anda justru adalah yang ter-

    potong, maka kami mohon maaf atas kesala-

    han ini. Berikut kami lampirkan komentar

    anda yang terputus agar pembaca dapat

    membacanya.

    Redaksi

    ...Lomba-lomba semacam itu bukan

    berarti tidak penting, karena bagaimanapun

    bisa menjadi ajang silaturahmi antar maha-

    siswa. Namun jika yang terjadi adalah se-

    baliknya, terjadi gesekan yang tidak sehat,

    apa untungnya? Lebih baik lomba-lomba

    semacam itu ditinjau ulang. Jika masih ber-

    manfaat ya patut dilanjutkan, tapi jika tidak

    bermanfaat, kenapa harus buang-buang

    waktu dan tenaga? toh masih banyak hal

    yang harus dilakukan.

    02

    Express CopyMenerima segala jenis

    fotokopi

    Mahatthah Mutsallas,

    Hay `Asyir

    Building 102 Sweesry.

    Hp: 01001726484

    Sekapur Sirih

  • 7/28/2019 Buletin Terobosan Edisi 353

    3/12

    TROBOSAN, Edisi 353, 20 April 2013

    S i k a p

    03

    Masalah Pencernaan

    Jumat kemarin untuk kedua kalinya da-

    lam semester ini Masisir kedatangan penulis

    ternama. Dua nama itu adalah Habiburrah-

    man dan Tauik Ismail. Mengetahui kedatan-

    gan mereka berdua maka ada pihak yang

    melihat peluang membuat acara untuk

    menggali potensi tulis dari kucuran pengala-

    man beliau.

    Dua acara telah berhasil mengajak

    Masisir berduyun-duyun mengikuti acara

    tersebut. Mungkin bisa dikatakan mem-

    bludak. Auditorium Limas yang menjadi tem-

    pat acara muntah karena tidak bisa memen-

    uhi kebutuhan daya tampung kerumunan

    Masisir. Berbagai kalangan tampak hadir,

    mulai dari kawanan mahasiswa baru, penulis

    Masisir, organisatoris dan masih banyak

    lainnya. Keadaan ini memberikan bukti pada

    kita bahwa Masisir mengelu-elukan dunia

    kepenulisan. Lihat bagaimana mem-

    bludaknya antusias mereka kedatangan

    penulis yang sudah mempunyai nama besar

    tadi. Namun bagaimana nasib kabar yang

    beredar akan lesunya dunia tulis di Masisir

    ini?

    Obrolan intens selalu berkutat pada

    kelesuan dunia tulis. Beberapa kali obrolan

    tentang kelesuan ini lahir dalam pertemuan

    bersama sahabat-sahabat penulis yang di-

    adakan Ijma (Ikatan Jurnalis Masisir). Di sana

    -sini masih berputar pada perdebatan yang

    lesu karena minimnya minat Masisir. Hingga

    sekarang minim sekali sosok yang bersedia

    bergabung pada meja redaksi media, organ-

    isasi kumpulan penulis, ataupun meja

    pribadi yang bisa dilihat dari produksi karya.

    Keadaan ini seolah menjadi bukti memang

    ada yang salah dengan Masisir. Lalu apakah

    itu?

    Masih ingatkah sahabat dengan cerita

    didirikannya Ijma? Jika anda sedikit lupa

    kami ingatkan di sini. Ijma berdiri dengan

    latar keinginan untuk mendedah kelesuandunia yang sedang kita bicangkan sedari

    awal tadi. Memang wadah dunia tulis seperti

    Ijma ini sudah pernah ada di Masisir sebe-

    lumnya. Namun akhirnya mati juga karena

    yang menggerakkannya adalah mereka para

    kuli tinta yang punya tanggung jawab di meja

    redaksinya juga. Terlepas dari bagaimana

    latar belakang dan siapa yang melemparkan

    gagasan untuk mendirikan, namun kita bisa

    mengatakan ada keinginan bersama untuk

    bangkit. Keinginan tersebut lahir atas nama

    Masisir. Lalu mengapa kemudian keinginan

    bersama ini tidak lantas memberikan hasil?

    Ada beberapa alasan untuk mengatakan

    mengapa Ijma belum memberikan kontribusi

    bagi perkembangan dunia tulis. Mungkin

    alasan ini sejatinya bukan tertuju kepada

    sosok Ijma yang bergerak sebagai wadah,

    namun lebih tepatnya ditujukan kepada ang-

    gotanya.

    Pertama, minimnya kerja nyata dari me-

    dia yang menyatakan setuju untuk mendiri-

    kan Ijma kala itu. Mereka hanya ikut mem-

    berikan suara saat pendirian. Selebihnya

    sebagian besar anggota Ijma jarang terlihat

    nongol untuk duduk bersama membahas

    permasalahan dunia tulis.

    Kedua, para awak media yang bergabung

    lebih suka mengikuti acara yang secara nyata

    memberikan hasil. Kesan oportunisme bisa

    saja menempel bagi hal semacam ini. Sebuah

    paham yang akan menggerotogi manusia

    karena hanya mementingkan egoisme dalam

    meraih keuntungan tanpa prinsip yang

    benar.

    Ketiga, insan penggeraknya masih ber-

    poros pada sosok terbatas, itu-itu saja. Ini

    menimbulkan efek kepada para penulis yang

    enggan bergabung untuk bisa peka pada

    permasalahan yang ada. Maka yang terjadi

    selanjutnya adalah budaya kamar pribadi

    tanpa tahu keadaan tetangga maupun seki-

    tar.

    Di sinilah letak permasalahan sebenarn-

    ya. Keinginan menjadi penulis yang ada pada

    benak Masisir secara luas masih sebataskeinginan yang sering ditanggapi secara in-

    stan. Berbagai tawaran untuk menggali po-

    tensi masih jarang peminat. Karya yang

    dilahirkan, produksi redaksi, dan yang se-

    jenisnya menunjukkan angka minim. Bebera-

    pa media mati suri, bahkan mati meninggal-

    kan dunia Masisir secara resmi. Obrolan un-

    tuk mendedah kelesuan sering berjalan sepi,

    tidak sesuai dengan peserta obrolan yang

    diharapakan datang. Namun ketika nama-

    nama besar datang, Masisir berbondong-

    bondong untuk hadir. Patut kita tanyakan,apakah mereka yang datang sesekali ke acara

    kepenulisan itu karena nama besar yang

    terpampang di pamlet? ataukah memang

    mereka ingin terus memupuk tanaman mim-

    pi (baca: belajar menulis)?

    Jika memang keinginan untuk terus

    memupuk kemampuan menulis itu benar

    adanya, maka mustahil sekali lahir kasak-

    kusuk kelesuan dunia media, para kuli tinta.

    Logika yang seharusnya ada adalah semakin

    banyak peminat, semakin tinggi pula animo

    maupun atmosfernya. Namun kenyataan

    berkata lain.

    Kerap sekali ditafsirkan, menjadi penulis

    adalah suratan takdir dari bakat seseorang.

    Padahal melihat kisah para penulis besar hal

    ini tidaklah berlaku seratus persen. Banyak

    cerita perjuangan keras dari mereka untuk

    meuwujudkan mimpi. Kang Abik ketika men-

    gisi acara di Kemass beberapa bulan lalu

    menceriatakan kisah Joni Ariadinata, seorang

    penulis ternama yang harus melewati ratu-

    san langkah untuk bisa menyampaikan karya

    tulisannya ke permukaan publik. Ini adalah

    contoh betapa menjadi penulis butuh

    keseriusan yang tidak hanya lahir sesaat

    tanpa pemupukan dan penggalian yang seri-

    us. Jika Kang Abik sudah menegaskan

    sedemikian rupa, mengapa budaya instan

    masih saja menggerogoti dunia Masisir?

    Dalam melihat diskursif ini, menurut

    kami permasalahannya terletak pada

    salahnya pencernaan logika. Logika hanya

    mau menangkap simbol besar tanpa melihat

    sejarah proses munculnya sosok diri. Maka

    yang paling menakutkan dari lahirnya bu-

    daya instan ini adalah timbulnya ketid-

    akseimbangan pola pikir. Manusia akan lebih

    mementingkan hasil daripada proses. Etos

    kerja keras yang seharusnya menjadi pato-

    kan sebuah keberhasilan akan hilang dengan

    sendirinya. Inilah yang akan membuat manu-

    sia cenderung manja, malas berproses. Orang

    cendrung ingin meraih segala sesuatu

    dengan serba cepat.

    Dalam hal santapan misalnya, makananinstan kerap menjadi solusi karena rasa ma-

    las ketika lapar. Sebuah permisalan yang

    mungkin sebanding adalah urusan perut.

    Tidak bisa kita bayangkan jika perut manusia

    harus diisi dengan makanan instan setiap

    harinya, maka yang terjadi sekarang adalah

    permasalahan Masisir yang masih berkutat

    pada pencernaan akan pentingnya dunia

    tulis.

    Jalan instan selalu membuat Masisir kita

    terjangkit diare. Harapan akan majunya

    dunia tulis yang diraih dengan cara instanadalah permasalahan serius. Kebutuhan nu-

    trisi yang seharusnya dipasok tidak ter-

    penuh. Walhasil, tubuh pun ambruk tak

    berdaya karena konsumsi dan kebutuhan

    tidak berimbang satu sama lain. []

  • 7/28/2019 Buletin Terobosan Edisi 353

    4/12

    TROBOSAN, Edisi 353, 20 April 2013

    Laporan Utama

    04

    Melirik Sepak Terjang Atase Pendidikan KBRI KairoSalah seorang mahasiswa menunjukkan

    jarinya ke arah bangunan yang baru separuh

    berdiri saat ia menaiki bis di daerah Hay

    Sadis, ia pun bertanya kepada kawan di sebe-

    lahnya. Itu asrama Indonesia ya?

    Hibah asrama mahasiswa al-Azhar adalah

    salah satu program lanjutan dari Lokakaryayang dicetuskan sejak tahun 2008 oleh

    Duta Besar RI untuk Mesir saat itu, A.M.

    Fachir. Pembangunan asrama maha-

    siswa yang menelan biaya lebih dari 4

    Juta US Dolar ini dilanjutkan oleh Dubes

    RI baru, Nurfaizi Suwandi dan menjadi

    program unggulan dari Atase Pendidi-

    kan KBRI Kairo.

    Di samping itu, pada bulan Maret

    lalu tepatnya hari Sabtu (16/3), sekitar

    31 orang mahasiswa Indonesia yang

    sedang menempuh pendidikan di al-

    Azhar diwisuda di Universitas Ahmad

    Dahlan untuk mendapatkan gelar sarja-

    na sastra (S.S). Ini juga merupakan pro-

    gram yang dilaksanakan oleh Atase Pen-

    didikan KBRI Kairo bekerjasama dengan Uni-

    versitas Ahmad Dahlan. Transfer kredit ini

    bertujuan untuk memberikan solusi bagi

    beberapa mahasiswa yang mengalami kesu-

    litan dalam melaksanakan studi di al-Azhar

    sebagaimana yang dilansir oleh website

    atdikcairo.

    Di antara program lain yang telah dil-

    aksanakan oleh Pak Sangidu saat menjabatsebagai Atdik juga adalah Lokakarya Tran-

    skip Ijazah yang telah dilaksanakan di aula

    Limas pada bulan September tahun lalu. Lo-

    kakarya yang diselenggarakan atas kerjasama

    dengan PPMI dan ketua-ketua senat maha-

    siswa ini bertujuan untuk menstandarkan

    terjemahan ijazah al-Azhar sekaligus konver-

    si nilai ujian di al-Azhar menjadi sistem yang

    telah lazim digunakan di Indonesia, yaitu

    Sistem Kredit Semester (SKS) dan Indeks

    Prestasi Kumulatif (IPK). Hasil terjemahan

    standar inilah yang kelak bisa digunakan

    untuk mendaftar di berbagai universitas di

    Indonesia.

    Atase Pendidikan KBRI Kairo hingga saat

    ini pun telah berperan aktif dalam mempere-

    rat hubungan Indonesia dan Mesir khususnya

    dalam bidang pendidikan dan pengajaran.

    Tercatat tidak kurang dari 25 kesepakatan

    kerjasama antara Indonesia dan Mesir dalam

    rentan waktu tahun 2009-2012, baik berupa

    Memorandum of Understanding (MoU) mau-

    pun Letter of Intent (LoI). MoU maupun LoI

    ini berupa kerjasama dalam bentuk program

    sandwich, joint research, kunjungan petinggi

    universitas Mesir ke Indonesia maupun se-

    baliknya, dan partisipasi dalam Delivering

    International Scientiic Papers. Program-

    program ini dan beberapa program lain yang

    telah terlaksana selama Pak Sangidu menjab-

    at tertulis dalam buku Membina Tunas Negeri

    di Bumi Para Nabi yang ditulis oleh Pak

    Muhlason Jalaluddin, Pak Cecep Tauikurrah-

    man dan Pak Romly Sarqowy.

    Dalam rentan waktu itu pun lebih dari

    100 orang dosen dari STAIN, IAIN dan UIN

    dari seluruh Indonesia dikirim ke Mesir un-

    tuk mengikuti program Arabic in Country

    Programme yang juga merupakan kerjasama

    yang dilakukan oleh Atdik dengan beberapa

    universitas yang ada di negeri ini. Di samping

    itu juga Universitas Negeri Jakarta, UGM, UNS,

    Unpad, UAD, UNNES mengirimkan beberapa

    mahasiswa setiap tahunnya untuk mengikuti

    program ini. Tak ketinggalan Pondok ModernDarussalam Gontor pun sejak tahun 2010

    hingga saat ini telah enam kali mengirimkan

    utusan santri untuk mengikuti program yang

    dikemas dalam bentuk Rihlah Tsaqaiyah, dan

    setiap angkatan terdiri dari 20 hingga 30

    orang santri.

    Atdik pun memiliki peran penting dalam

    proses birokrasi calon mahasiswa baru al-

    Azhar bersama dengan IAAI dan KPP MABA.

    Seperti yang dilansir oleh buletin TROBO-

    SAN edisi 349, 18 November 2012, bahwa

    proses birokrasi calon mahasiswa baru saat

    ini dilakukan melalui satu pintu yaitu IAAI

    sebagai pelaksana teknis penyeleksian calon

    mahasiswa baru di Indonesia dan KPP MABA

    sebagai penyambung antara IAAI dan al-

    Azhar. Atdik bersama IAAI pun telah berhasil

    membuat satu bentuk ijazah standar yang

    telah diakui oleh al-Azhar, dan ijazah inilah

    yang kelak akan digunakan oleh seluruh

    calon mahasiswa baru yang akan

    mendaftarkan diri ke al-Azhar.

    Tentang hal ini Dana Ahmad berkomen-

    tar, Kalo program kerja sama dengan univer-

    sitas-universitas Mesir saya kira patut di-

    acungi jempol ya, karena itu bisa memajukan

    pendidikan kita juga. Saya juga setuju dengan

    program pengiriman mahasiswa dan dosen

    dari Indonesia untuk belajar ke sini. Ia pun

    melanjutkan, Pembangunan asrama saya

    rasa juga cukup lumayan, ya walaupun pro-

    gressnya masih jauh dari harapan (ideal)

    Dana kemudian berkomentar tentang

    program transfer kredit dengan Universitas

    Ahmad Dahlan, Yang paling tidak setuju ada-

    lah program Doble Degree dengan UADujarnya. Buat apa susah-susah mem-

    boyong UAD ke Mesir kalo ujung-

    ujungnya, mahasiswanya juga dari Indo-

    nesia. Tujuan mahasiswa Indonesia ke

    Mesir adalah untuk menuntut ilmu dari

    institusi pendidikan di Mesir, lha ini

    malah ditawari dengan model pendidi-

    kan dari Indonesia. Apa gunanya ke me-

    sir coba? Kecuali kalo program Doble

    Degree itu juga diikuti oleh mahasiswa

    Mesir asli, secara tidak langsung itu bisa

    menjadi sarana promosi pendidikan kita

    kepada warga Mesir Ujar mahasiswa

    yang juga menjadi ketua Ikatan Jurnalis

    Masisir (Ijma) ini.

    Atase Pendidikan Baru, Dr. Fahmy

    Lukman, M.Hum.

    Saat Sekolah Indonesia Cairo (SIC)

    melaksanakan Ujian Nasional (UN) pada hari

    selasa (16/4) lalu, TROBOSAN berhasil

    menemui Bapak Dr. Fahmy Lukman, M.Hum.

    di sela kesibukannya meninjau dan

    mengawasi pelaksanaan UN di SIC yang ter-

    letak di bilangan Dokki.

    Atase pendidikan dipilih melalui ujiandan seleksi yang sangat ketat. Setiap universi-

    tas di Indonesia mengirimkan satu hingga

    empat utusan dengan proses seleksi yang

    ketat dan bertahap hingga akhirnya terpilih

    sebuah nama untuk ditugaskan sebagai atase

    pendidikan di Kairo.

    Pak Fahmy menjelaskan, Saya dica-

    lonkan oleh universitas (red: Padjadjaran)

    sejak tahun 1995, namun karena saat itu saya

    masih menjadi dosen muda golongan 3B

    akhirnya saya tidak ikut seleksi. Pihaknya

    menjelaskan bahwa salah satu syarat ikut

    seleksi menjadi atase pendidikan adalah

    dosen golongan 4. Saat itu saya mendapat

    tawaran untuk menjadi atase di Riyadh

    lanjutnya.

    Kemudian setelah waktu berlalu, datang

    lagi tawaran dari rektor UNPAD kepadanya

    untuk mengikuti seleksi calon atase pendidi-

    kan yang dilakukan oleh Kementrian Pendidi-

    kan. Dan akhirnya pada bulan desember 2012

    keluarlah pemberitahuan kepada UNPAD

    bahwa Pak Fahmy terpilih menjadi atase pen-

    didikan di KBRI Kairo.

    Sebelum ditugaskan untuk menjadi atase

    pendidikan di KBRI Kairo, Pak Fahmy adalah

    seorang dosen di fakultas Ilmu Budaya juru-

    san Sastra Arab Universitas Padjadjaran. Ia

    saat itu juga menjabat

    Doc: atdikcairo.org

    Prof. Sangidu, M.Hum bersama Atase Pendidikan KBRI Kairo yang baru,

    Dr. Fahmy Lukman, M.Hum.

    Bersambung ke hal. 7...

  • 7/28/2019 Buletin Terobosan Edisi 353

    5/12

    TROBOSAN, Edisi 353, 20 April 2013

    Komentar Peristiwa

    05

    Program PPMI di Semester DuaBeberapa hari lagi ujian termin dua ta-

    hun ajaran 2012-2013 akan segera tiba. Se-

    bagian mata kuliah telah rampung diajarkan

    dan siap untuk diujikan. Termin dua hendak

    selesai dan tahun ajaran baru siap menyam-

    but. Memang, waktu bergulir amat cepat.

    Saking cepatnya terkadang kita tak sadarbahwa sekarang kita berada di penghujung

    kegiatan belajar-mengajar kuliah.

    Begitu juga PPMI, organisasi terbesar

    yang menampung dan menyambung rasa

    kekeluargaan antar mahasiswa Indonesia di

    Mesir ini akan menyesaikan masa khid-

    matnya selama dua semester (Term I dan

    Term II).

    Tentang kegiatan PPMI selama dua se-

    mester ini, Presiden PPMI Jamil Abdul Latief

    menjelaskan bahwa pada termin pertama,

    PPMI fokus pada pelayanan terhadapMasisir. Mulai dari sisi keamanan, hingga

    pengurusan visa secara kolektif. Namun pada

    termin dua ini PPMI lebih menitikberatkan

    pada kegiatan ilmiyah Masisir. Hal ini

    ditandai dengan digelarnya enam halaqah

    ilmiyah secara berurutan.

    Berikut keenam halaqah ilmiyah yang

    telah berhasil dipersembahkan PPMI kepada

    Masisir:

    Workshop I PPMI dengan tema "Peran

    Said Nursi dalam Persatuan Umat Islam"

    dengan pembicara : 1. Prof Dr. Muhamad

    Ibrahim al-Mas (Makah Al Mukaromah) 2.

    Prof. Dr. Ihsan Qosim al-Solihi (Turki) 3. Prof.

    Dr. Ma'mun Jaror (Urdu). Hari Jum'at, 1

    Maret 2013 Pukul 17.00 s/d selesai di Audi-

    torium Griya Jawa Tengah.

    Workshop II PPMI dengan tema

    "Membumikan Islam Rahmatan Lil Alamin"

    bersama salah satu ulama besar Mesir,

    Syaikh Dr. Yusri Rusydi. Hari Rabu, 13 Maret

    2013 di Auditorium Limas.

    Workshop III PPMI dengan tema

    "Perbandingan konsep ekonomi Islam

    dengan ekonomi sosialis dan kapitalis" ber-

    sama salah satu pakar ekonomi Islam Mesir,

    Dr. Musthafa Dasuqi Kisbah. Hari Ahad, 24

    Maret 2013 di Auditorium Wisma Nusantara.

    Workshop IV PPMI dengan tema "Teori

    Akad Dalam Islam" bersama salah satu pakar

    ekonomi Islam Mesir, Dr. Musthafa Dasuqi

    Kisbah. Hari Senin, 25 Maret 2013 di Audito-

    rium Wisma Nusantara.

    Workshop V PPMI dengan tema

    "Permasalahan Seputar Fatwa Kontemporer"

    bersama salah satu ulama terkemuka Islam

    Mesir, Syekh Dr. Amru Al Wardany (DirekturEksekutif Pelatihan Fatwa Darul Ifta Mesir).

    Hari Rabu, 27 Maret 2013 di aula Darul Ha-

    san KMJ.

    Workshop VI PPMI dengan tema "Konsep

    Moderat Al Azhar dalam Menyongsong Tan-

    tangan Zaman" bersama salah satu ulama

    terkemuka Islam Mesir sekaligus Dekan

    Fakultas Usuludin Univeristas Al Azhar Cairo,

    Syekh Prof. Dr. Bakr Zaki Ibrahim Awad. Hari

    Selasa, 2 April 2013, di Pasangrahan KPMJB.

    Jamil menuturkan, Pada term II ini,

    setidaknya kinerja PPMI terbagi menjadi

    dua kategori; Pertama, di bidang akademisi

    untuk Masisir yang meliputi halaqah ilmiyah,

    pelatihan dasar kepemimpinan, pelatihan

    photography, corel draw dan photoshop, dll.

    Kedua, di bidang hubungan internasional.

    Kami menjalin hubungan baik dengan

    berbagai ketua Ittihad tolabah kawasan

    Asean. Dalam bidang hubungan internasion-

    al itu, PPMI mengadakan acara Asean Stu-

    dents Art Performance and Exhibition di sho-lah kamil dan International Conference di

    Aula KMJ.

    Sesuai jargon yang yang dulu diusung

    saat kampanye Meningkatkan Iklim Intel-

    ektualitas Masisir, PPMI periode saat ini,

    selain ingin menambah siklus keilmuan

    Masisir juga mencoba mendekatkan Masisir

    kepada para ulama Al-Azhar agar apa yang

    didapatkan di Mesir tidak keluar dari manhaj

    yang diajarkan oleh Al-Azhar.

    Tampaknya, rangkaian kegiatan PPMI

    yang berbau ilmiyah mendapatkan respon

    yang cukup luar biasa dari Masisir. Misalnya

    halaqah ilmiyah kedua yang bertajuk

    Membumikan Islam Rahmatan Lil Alamin,

    lebih dari 90 mahasiswa membubuhkan

    tandatangannya di daftar hadir. Tak jauh

    berbeda dengan halaqah-halaqah ilmiyah

    yang lain.

    Respon yang baik inilah menjadikan pen-

    gurus PPMI yang dinahkodai Jamil berse-

    mangat dalam mengadakan halaqah-halaqah

    ilmiyah berikutnya. PPMI pun tidak sendiri-

    an dalam menyukseskan acara halaqah-

    halaqah ilmiyah tersebut, PPMI juga ber-

    sinergi dengan beberapa kekeluargaan guna

    mempererat hubungan dan menjadikan

    sesuatu yang berat menjadi ringan.

    Sebagian rangkaian kegiatan yang di-

    canangkan PPMI pada term II ini telah ter-

    laksana. Dan ada beberapa kegiatan lain yang

    siap dilaksanakan setelah ujian term II. Anta-

    ra lain dua halaqah ilmiyah, pagelaran seni

    budaya, garuda cup, dan Simposium Inter-

    nasional. Meski sebagian besar kegiatan

    PPMI telah terlaksana, namun Jamil mengaku

    ada satu kendala dalam pelaksanaannya,yakni publikasi yang kurang menyeluruh.

    Untuk persiapan ujian term II ini, PPMI

    tidak mengadakan kegiatan bimbingan bela-

    jar atau program yang serupa. Ini juga meru-

    pakan bentuk sinergi PPMI bersama organ-

    isasi senat, yaitu memberikan senat keluasan

    dalam mengadakan kegiatan akademis dalam

    tubuh mereka.

    Pada semester ini juga PPMI sempat

    bekerja sama dengan IFQI, Maqura dan JQH

    dalam menunjang hafalan al-Quran Masisir

    dengan mengadakan seminar menghafal al-

    Quran.

    Pada Rabu, 17 April 2013 kemarin, PPMI

    telah resmi menutup seluruh kegiatannya.

    Dengan disegerakan penutupan kegiatan ini,

    kami mengharap seluruh organisasi yang

    mewadahi Masisir juga turut menutup

    kegiatannya agar Masisir bisa berkonsentrasi

    pada diktat kuliah. Kecuali kegiatan yang

    berhubungan dengan ujian seperti bimb-

    ingan belajar dan kampus al-Quran. Ujarnya.

    Beberapa Masisir cukup antusias dengankegiatan yang diadakan oleh PPMI, seperti

    yang dituturkan oleh salah seorang maha-

    siswa Azhar, tingkat II Syariah Secara umum

    bagus, ada acara baru juga, memperkuat tali

    silaturrahim dengan negara-negara lain,

    Asean khususnya. Kegiatan keilmuannya

    juga menarik, banyak halaqah-halaqoh yang

    bisa menambah pengetahuan dan wawasan

    untuk masisir.

    Melihat banyaknya halaqoh yang diada-

    kan PPMI, Lutiani Istiqomah, Ketua Keputri-

    an KSW juga berkomentar Kegiatan-

    kegiatan yang diadakan PPMI ataupun

    Wihdah itu memang banyak mengusung

    bidang akademisi karena mungkin melihat

    banyaknya agenda masisir yang nonakade-

    mis. Dan memang sudah saatnya Masisir

    kembali ke Azhar, menyambung kembali tali

    Mahasiswa dengan dosen-dosen dan syaikh-

    syaikh Azhar, juga mengeksiskan kembali

    nama kemahasiswaannya.

    Senada dengan luti, Tsaqoina Hanifah

    selaku Ketua Wihdah menanggapi hal itu

    dengan positif Saya rasa kegiatan tersebut

    cukup baik, agar organisasi tidak terkesan

    hanya terlihat dari sisi kegiatan-kegiatan di

    luar kampus, tapi turut juga berperan se-

    bagai tambahan sarana belajar di luar kam-

    pus, yang salah satunya terlihat dari halaqah

    ilmiyah yang telah diadakan beberapa kali

    ini." ujarnya. [] Erika, Yaqien.

  • 7/28/2019 Buletin Terobosan Edisi 353

    6/12

    TROBOSAN, Edisi 353, 20 April 2013

    Wawancara

    06

    Dalam rangka apa bapak hadir ke Me-

    sir?

    Saya diundang untuk menghadiri sebuah

    seminar mengenai Naratif dalam sastra oleh

    Universitas Suez Canal di Ismailiyah selama

    tiga hari, yaitu tanggal 10, 11, 12 April kema-

    rin.

    Bagaimana mereka bisa mengetahui

    karya-karya Bapak?

    Puisi-puisi saya diterjemahkan ke dalam

    bahasa Arab oleh Prof. Dr. Nabilah Abdul Fat-

    tah Lubis, seorang guru besar di UIN Ciputat.Puisi itu lebih dari 100 buah. Dan selesai ter-

    jemahan itu, Prof. Sangidu, Atdik Cairo

    kebetulan ke Jakarta, dan bertemu Ibu Nabil-

    ah yang bercerita telah menerjemahkan puisi-

    puisi saya. Kemudian rekaman CD dari puisi

    saya diberikan pada Pak Sangidu dan dibawa

    ke Kairo. Dan di Kairo rekaman itu diberikan

    pada kalangan guru besar sastra di Kairo.

    Kemudian mereka membaca terjemahan itu

    dan tertarik sekali dan kemudian

    mengundang saya untuk datang ke univ. Suez

    Canal untuk sebuah seminar. Tapi yang me-nyebabkan itu ialah mereka ingin sekali

    menerbitkan puisi2 saya itu di Cairo, dan

    kemudian melalui email saya diundang, untuk

    berbicara mengenai karya saya.

    Bagaimana tanggapan mereka ter-

    hadap karya bapak?

    Mereka gembira betul, karena ini adalah

    pertama kali karya puisi Indonesia dibawa ke

    Mesir, kemudian dibaca mereka dan

    jumlahnya cukup banyak. Itu meliputi lebih

    dari 40 tahun saya berkarya dalam puisi,

    jumlahnya 111 puisi. Mereka senang sekali

    dan kemudian ingin mendengar saya mem-bacakan puisi itu. Bagi saya itu adalah suatu

    hal yang sangat asyik. Jadi bagi saya puisi

    tidak cukup ditulis kemudian dibaca oleh para

    pembaca. Puisi itu juga dibaca oleh para pen-

    yairnya, dan didengar oleh pendengarnya.

    Dan sambutannya baik sekali, alhamdulillah.

    Untuk mendapat kekuatan ruh estetika

    itu membutuhkan penempaan perasaan

    dan inspirasi, bagaiman anda bisa

    menemukan perasaan itu dalam puisi-

    puisi yang anda buat?Saya dilahirkan dari keluarga guru, ayah

    dan ibu saya dua duanya guru. Mereka

    mengajar tafsir Quran di Pekalongan. Nah,

    salah satu contoh yang diberikan oleh orang

    tua saya adalah membaca. Mereka itu adalah

    tukang baca. Nah, saya setiap sekali sebulan

    saya dibawa ke toko

    buku sebagai anak-

    anak untuk

    dibelikan buku, dan

    kemudian saya

    membaca dan saya

    suka sekalimembaca.

    Ayah saya juga

    dalam karirnya

    pernah menjadi

    wartawan. Ketika

    beliau menjadi

    wartawan saya

    melihat tulisan ayah

    saya di surat kabar,

    di dalam tajuk rencana saya lihat ada nama

    ayah saya dibawah tulisan itu, Abdul Gafar

    Ismail. Wah, saya kagum sekali kokayah saya

    bisa menulis panjang, saya bertanyakepadanya, ini bapak yang menulis? Ya

    jawabnya. Itu di surat kabar Sinar Baru di

    Semarang zaman Jepang. Nah, kemudian saya

    sebagai anak-anak ingin meniru.

    Kemudian ibu saya juga menulis pantun di

    majalah ibu-ibu. Saya lihat namanya lagi,

    kemudian saya tergerak untuk meniru.

    Dengan ini maka membaca dan menulis itu

    sudah sejak dari kecil itu sudah diberikan

    contoh dan diberikan jalan. Alhamdulilah

    betul. Kemudian ketika sudah menginjak

    umur belasan tahun kemudian sampaimahasiswa saya terus menulis dan kemudian

    sampailah saya terpikat pada sastra. Dan

    kemudian saya sudah memutuskan untuk

    menjadi seorang sastrawan.

    Tapi mau menjadi sastrawan itu

    nakahnya terbatas, maka saya harus mencari

    satu perkerjaan. Biasanya kalo sastrawan itu

    pekerjaan paling populer jadi wartawan, saya

    pun juga pernah jadi wartawan. Tapi akhirnya

    saya memutuskan untuk mempunyai usaha

    peternakan. Usaha peternakan yang 50 atau

    100 hektar luasnya. Dan kemudian saya

    memelihara sapi, domba, kambing danmenanam rumput menanam padi. Terus jadi

    seorang pengusaha peternakan itu cita cita.

    Nah, karena itu saya masuk fakultas

    kedokteran dan peternakan, itu cita cita saya.

    Kemudian mulai beranjak tua, umur

    bertambah, saya berikir dalam hati ini,

    untuk apa saya melakukan ini semuanya?

    Nah, apa tujuan saya ini pada waktu umur

    umur 16, 17, 18? Yang jadi keinginan itu nama

    muncul di surat kabar, kemudian kalo dapat

    kesempatan baca puisi di televisi wajah ini

    muncul di televisi, apa itu? Kemashuran.

    Masyaallah bukan saja ujub itu, ria. Wah, ini

    gak benar ini. Wah, ini penyakit, penyakit hati

    ini. Wah, kalo begitu dalam puisi-puisi saya ini

    saya harus tuliskan. Jadi ini berkembang,

    berkembang terus apa tujuannya. Akhinya

    tujuannya mencari ridho Allah.

    Bagaimana caranya? Caranya, di dalam

    hidup, keseharian apa yang saya lakukan,

    amal yang saya lakukan, pada akhirnya tentusaja ingin berhasil, semuanya dikembalikan

    pada Allah, mohon kepada Allah supaya

    barokah, supaya diterima. Dan pada akhirnya,

    kesimpulan yang diambil sudah beranjak

    mendekati tua yaitu mencari ridho Allah, ini

    saya kira jawaban saya ini apa yang anda

    tanyakan itu ya termasuk dalam ini.

    Apakah bapak menuliskan puisi

    karena kondisi, suatu kejadian atau dalam

    artian kalau tidak ada kejadian bapak

    tidak menulis puisi? Atau bagaimana?Apa yang menjadi renungan saya dalamhidup saya, itu saya tulis dalam puisi tapi. Kan

    saya tidak bisa berjalan sendiri, saya hidup

    seperti juga tuan-tuan di sini, ini hidup dalam

    satu lingkungan dan di dalam lingkungan itu

    terjadi bermacam-macam hal, macam-macam

    hal ini terjadi terus menerus. Apalagi kalau

    mengikuti media masa, ya apa surat kabar

    atau televisi. Ketika ada hal-hal semacam itu

    timbul, saya merasa saya juga berkewajiban

    untuk memberikan pendapat mengenai itu

    dan kemudian menulis mengenai itu. Nah

    akhirnya ndak habis-habis. Wah, kok begini

    ya?

    Capek kadang-kadang. Capek, terutama

    dalam lima tahun yang terakhir ini. Indonesia

    dalam sepuluh tahun terakhir ini, terutama

    lima tahun terkahir, mengalami bagian

    sejarah yang tidak ada bandingannya. Saya

    merasa saya sudah tidak ada peranan lagi

    sekarang. Peranan saya, saya pernah

    menyebut dalam hati, saya mengatakan

    Peranan saya cukuplah abad 20 saja, abad 21

    tak lagi lah, aku mau bersenang senang

    dengan cucu.

    Ternyata tidak bisa. Si Ariel muncul lagi,

    dia dengan begitu. Ya Allah, saya melihat Ariel

    kan seperti melihat anak atau melihat cucu,

    kok kelakuannya kayak begitu. Yah saya ndak

    bisa diam. Tayangannya itu, apa yang

    dilakukannya dengan Luna Maya dan Cut Tari

    Taufik Ismail: Dua Pesan Untuk Mahasiswa, Membaca dan Menulis!Beberapa hari lalu, seorang penyair na-

    sional dan tokoh sejarah, Tauik Ismail, datang

    ke Kairo dan menyempatkan diri untuk ber-

    temu dengan mahasiswa. Tim TROBOSAN

    beserta Radio PPI dunia dan kru Mitra KMM

    sempat mengadakan wawancara di tengah

    kesibukannya. Berikut cuplikannya.

    Doc: TROBOSAN

  • 7/28/2019 Buletin Terobosan Edisi 353

    7/12

    TROBOSAN, Edisi 353, 20 April 2013

    Wawancara

    07

    begitu itu masuk ke ini (Telfon genggam-red)

    dalam waku satu bulan, 49 perkosaan terjadi

    terhadap anak anak kecil. Jadi dalam satu hari

    hampir dua orang. Jadi kenapa anak kecil?

    Karena pada waktu sesudah anak SMP atau

    SMA melihat yang di handphone ini,

    kelakuannya Ariel itu dengan dua orang

    pacarnya itu, kemudian dia lihat di

    tetangganya itu ada anak kecil perempuanumurnya 5 atau 6 tahun ditinggal sendirian.

    Papi dan mami pergi kerja, pembantu pergi

    belanja, kemudian si anak itu maen-maen. Dia

    barusan melihat si ariel sama dua orang

    pacarnya itu, itu syahwatnya, dia mau pergi ke

    PSK ndak punya duit, dia mau menggoda

    temannya sekelas, yang sekelas pasti akan

    marah sama dia. Kelihatan anak kecil

    berkeliaran, dibujuk pake permen, pake

    coklat, dibawa masuk ke dalam kamar,

    diperkosa.

    Dan itu bukan satu orang! 49 orang dalam

    waktu satu bulan! Bagaimana ketahuan 49

    orang itu? Ketahuan itu dari orang tua yang

    lihat, ini anaknya kok aneh? terutama ketika

    mau pipis, susah sekali dia pipis, kemudian

    diperiksa. Ya Allah, luka itunya, kemaluannya.

    Wah, tau dia apa ini bahwa anaknya sudah

    diperkosa. Siapa yang memperkosa?

    Seterusnya dia mengadu pada KPAI Komite

    Perlindungan Anak Indonesia. Dan yang

    mengadu itu dalam waktu 30 hari itu 49

    orang di Indonesia. Orang tua yang marah tapi

    malu kalo ini ketahuan oleh tetangga dan

    keluarga itu jauh lebih banyak ternyata, dan

    itu tidak ketahuan berapa ratus orang.

    Ini hebat sekali ini bisa mencapai jumlah

    publik yang 49. Dan si Ariel tidak pernah

    minta maaf, setahu saya dia meminta maafkepada pemirsa televisi, tapi dia tidak minta

    maaf kepada orang tua anak-anak yang

    menjadi korban akibat menonton. Nah,

    masalah ariel ini keluar, saya sebagai seorang

    penyair mendegar ini saya ndak terima.

    Bagaimana cara saya menyatakan tidak

    terima? Saya tulis puisi. Itu kewajiban saya.

    Dan kemudian, begitu ada kesempatan di

    muka publik, saya bacakan dengan niat saya

    mohon ridho Allah. Artinya ada sebuah

    kemungkaran di dalam masyarakat saya

    sampaikan dan kemudian ini artinya saya

    menyampaikan ini dengan harapan supaya

    kemungkaran ini dibasmi. Nah, itulah jawaban

    saya

    Apa bekal pertama yang harus dimiliki

    oleh seorang sastrawan ?Membaca! Dia harus membaca banyak,

    karena itu ibarat bensin, ibarat bahan bakar,

    tapi bahan bakar itu di sini (kepala-red)

    disimpannya. Harus banyak membaca. Jadi

    yang paling pertama itu membaca, kemudian

    menulis. Berlatih menulis dan berlatih

    menulis, itu setiap hari. Puisi saya sekarang

    ini didukung oleh kepenulisan yang tidak

    jemu-jemu. Berapa banyak itu puisi yang saya

    tulis tapi tulisannya masuk keranjang

    sampah? banyak sekali! Jadi tidak semuanya

    yang saya tulis itu jadi.

    Siapa atau apa yang paling

    berpengaruh dalam puisi bapak? baik

    bapak terinspirasi atau secara makna?Waduh banyak sekali itu! Yang paling itu

    adalah al-Quran. Kalo orang, ada beberapa

    orang. Kalo penyair Indonesia tentu saja

    Chairul Anwar, Kalo dari yang luar Walt

    Whitman, Edgar Allan Poe, penulis Hayah

    Muhammadyaitu Muhammad Husain Haikal.

    Pesan bapak untuk para mahasiswa di

    sini?Pesan saya dua, banyak membaca dan

    terus menulis. Semoga kalian cepat selesai

    kuliahnya dan dapat jodoh yang baik dan

    dapat pekerjaan yang baik.

    []Ainun, Heni.

    sebagai kepala Unit

    Pelaksana Teknis (UPT) Bidang Studi di uni-

    versitas itu.

    Ia pun sempat berperan aktif dalam Mu-sabaqah Tilawatil Quran Mahasiswa yang

    diadakan dua tahun sekali, salah satunya

    dengan menambahkan satu bidang perlom-

    baan yaitu lomba debat tentang kandungan al

    -Quran dalam bahasa Arab dan Inggris. Kita

    ingin meningkatkan budaya ikir rasional,

    intelektual dan tidak emosional di kalangan

    mahasiswa sekaligus meningkatkan jaringan

    antar mahasiswa.

    Dalam perbincangan itu, Pak Fahmy juga

    menjelaskan tiga program utama yang meru-

    pakan program yang telah dicanangkan oleh

    Atdik periode sebelumnya. Tiga program

    utama itu ialah: 1) Mengusahakan jalinan

    hubungan antara Indonesia dan Mesir dalam

    bidang pendidikan dengan melakukan ker-

    jasama dengan berbagai universitas yang ada

    di Mesir. 2) Meningkatkan perhatian kepada

    mahasiswa Indonesia di Mesir agar dapat

    menyelesaikan studinya dalam waktu yang

    singkat. 3) Promosi sistem pendidikan Indo-

    nesia di Mesir dan sistem pendidikan Mesir di

    Indonesia.

    Untuk program pertama, Pak Fahmy men-

    jelaskan bahwa Pak Sangidu sebelumnyatelah melakukan beberapa kerjasama dengan

    berbagai universitas dalam berbagai bidang,

    maka saat ini ia hanya melanjutkan program

    yang telah dicanangkan sebelumnya. Yang

    menjadi Atase itu sebenarnya Pak Prof. San-

    gidu, saya hanya melanjutkan programnya.

    Lanjutnya.

    Dan untuk program kedua, pihaknya akanmengusahakan berbagai solusi agar maha-

    siswa Indonesia di Mesir dapat me-

    nyelesaikan studi dalam waktu yang singkat.

    Ia pun akan mengusahakan untuk mencari-

    kan peluang beasiswa bagi mahasiswa yang

    kurang mampu dalam hal inansial.

    Sedangkan program ketiga, pihaknya

    menjelaskan bahwa saat ini Mesir hanya

    dikenal sebagai pusat studi bahasa Arab dan

    ilmu agama, jarang sekali mahasiswa Indone-

    sia yang datang ke Mesir untuk mempelajari

    ilmu umum seperti di kedokteran, farmasi

    ataupun pertanian. Menurutnya, Mesir ini

    juga memiliki kemajuan dalam bidang lain,

    salah satunya adalah pertanian. Ia pun men-

    contohkan beberapa perkebunan yang sem-

    pat terlihat ketika perjalanan ke Ismailiyah.

    Berarti agriculture engineering-nya bagus,

    bisa merubah tanah yang tandus menjadi

    perkebunan. Nanti kalo bisa, kita akan mem-

    bawa mahasiswa-mahasiswa ITB, IPB untuk

    belajar ke sini, melakukan penelitian di sini.

    ujar Dosen yang juga merupakan aktiis mas-

    jid dan sempat menjadi Dewan Pembina di

    DKM Unpad ini.Selain itu juga pihaknya menjelaskan

    bahwa kemajuan pendidikan bukan hanya

    didapat dengan banyaknya mahasiswa Indo-

    nesia yang datang ke Mesir, namun juga

    dilihat dengan banyaknya mahasiswa Mesir

    yang datang ke Indonesia. Maka dari itu,

    pihaknya juga akan berusaha mempromosi-

    kan pendidikan Indonesia di Mesir agar ter-jadi pertukaran sistem dan budaya antar dua

    negara. Kita pun akan mengembangkan SIC

    ini menjadi sekolah yang bertaraf inter-

    nasional. Agar yang butuh bukan hanya orang

    Indonesia, tapi juga dari berbagai negara.

    Mungkin nggak? Why not? ujarnya.

    Pada akhir perbincangan, Pak Fahmy

    berpesan kepada seluruh mahasiswa Indone-

    sia di Mesir. Pesan saya cuma satu,

    Selesaikan studi secepat-cepatnya., ujar pria

    berdarah Minang ini.

    Mengenai atase pendidikan baru ini salah

    seorang mahasiswa, Syahir Hadi

    mengungkapkan harapannya, Semoga bapak

    Atdik tetap bermasyarakat terutama dengan

    mahasiswa Ujarnya.

    Wahidul Kholis, salah seorang Pimpinan

    MPA juga menyatakan harapannya, Ada 3

    harapan buat Atdik baru. Pertama, untuk

    lebih sering bertemu dengan Mahasiswa/i.

    Kedua, Mendorong dan mendukung untuk

    lebih banyak terciptanya karya2 Mahasiswa

    di sini, seperti tulisan dalam bentuk buku

    agar diterbitkan di Tanah Air. Ketiga, menga-

    tur proses kedatangan dan kepengurusanPelajar Ma'had. Semoga Atdik yang baru

    dapat membawa perubahan besar bagi Maha-

    siswa. Ujar pemuda Sumatera Selatan ini. []

    Fahmi, Luthfi.

    Sambungan dari hal. 4...

  • 7/28/2019 Buletin Terobosan Edisi 353

    8/12

    TROBOSAN, Edisi 353, 20 April 2013

    Seputar Kita

    08

    MCIS Menutup Kegiatan Termin Dua Dengan Dialog

    Tapak Suci Kairo Adakan

    Turnamen LagiPada tanggal 11, 12 dan 13 April 2013 lalu,

    Tapak Suci (TS) PCI Muhammadiyah Mesir

    mengadakan turnamen bela diri yang ke empat

    di lapangan Central Zahra II. Kegiatan ini

    merupakan agenda rutin yang dilaksanakan

    setiap dua tahun sekali.

    Menurut ketua panitia, Mujadid Ramli Tan-

    jung, agenda kali ini hanya diadakan untuk

    kalangan anggota TS saja. Hal ini dikarenakan

    banyaknya jumlah anggota TS sekarang.

    Ia mengungkapkan bahwa anggota TS saat

    ini mencapai 200 orang warga negara Mesir.

    Sementara itu dari Masisir anggotanya hanya

    berkisar antara 40 hingga 60 orang. Jumlah

    inilah yang menjadi pertimbangan panitia un-

    tuk mengkhususkan turnamen ini bagi anggotasaja.

    Dia juga menjelaskan kepada TROBOSAN

    bahwa turnamen yang diadakan selama tiga

    hari ini menghabiskan dana sekitar 2.200 L.E.

    Jumlah dana itu didapat dari bantuan KBRI

    sebesar 2.000 L.E. dan dari kas iuran anggota.

    Lebih lanjut, ia mengatakan TS Kairo ini

    telah resmi berdiri sejak tahun 2003 yang

    langsung diresmikan oleh KBRI. Menurutnya

    hingga saat ini peminat kebudayaan Indonesia

    cukup banyak, khsusnya dari warga Mesir

    sendiri. Bahkan sering sekali TS mendapat

    undangan untuk menampilkan salah satu seni

    kebudayaan Indonesia yang satu ini. Begitu

    ungkapan lelaki asal Bogor ini. [] Tsabit.

    PCI NU Mengadakan Holy

    Tour VIIIPerwakilan Cabang Istimewa Nahdlatul

    Ulama (PCI NU) Mesir kembali mengadakan

    kegiatan Holy Tour untuk yang ke delapan

    kalinya. Ziarah ini digelar pada hari Sabtu

    (13/4) yang lalu bermula dari lapangan suqsayyarat mengunjungi beberapa makam

    ulama beserta tempat sejarah yang ada di

    sekitar kota Kairo.

    Abdul Ghani, ketua panitia Holy Tour kali

    ini menjelaskan bahwa kegiatan ini diikuti

    oleh sekitar 470 orang yang terdiri dari ma-

    hasiswa dan masyarakat Indonesia dan non-

    Indonesia dengan menggunakan 10 buah bis.

    Kegiatan ini menelan dana sekitar 12.800

    LE yang didapat dari iuran peserta masing-

    masing sebesar 35 LE dan beberapa sumberyang halal.

    Ziyarah kali ini mengunjungi empat belas

    tempat yang tersebar di sekitar kota Kairo

    lama, di antaranya adalah makam Ibnu

    Athaillah al-Sakandari, Imam Ibnu Abi

    Jamrah, Ibnu Daqiq al-`Id, Imam Syai`I,

    Imam Laits, Ibnu Hajar al-Asqalani dan juga

    beberapa tempat bersejarah seperti masjid

    Amru bin al-`Ash dan masjid Ibnu Thulun.

    Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin

    yang diadakan setiap tahunnya oleh Lem-

    baga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) PCI

    NU Mesir sejak tahun 2005. [] Fahmi.

    Kamis (18/4) lalu, Muhammadiyah for

    Central Islamic Studies (MCIS), lembaga yang

    khusus mengurusi seluruh kajian di PCI Mu-

    hammadiyah Mesir mengadakan penutupan

    kegiatan di Pasanggrahan KPMJB. Acara yang

    dikemas dalam bentuk dialog ini dihadiri

    oleh 42 mahasiswa dan mahasiswi yang

    merupakan anggota dari lima kelompok

    kajian yang ada di tubuh PCI Muhammadi-

    yah.

    Hadir sebagai pembicara Ketua MCIS,

    Musa al-Azhar dan ketua PCI Muhammadi-

    yah Mesir, Nuhdi Febriansyah sebagai pem-

    bicara.

    Dalam sambutannya, Musa al-Azhar

    menyatakan tujuan berkumpulnya seluruh

    anggota kajian ini adalah li ta`arafu, agar

    para anggota kajian saling mengenal antara

    satu sama lain. Ketika diwawancarai, ia pun

    melanjutkan, (acara) Itu memang pe-

    nutupan kegiatan untuk termin ini. Kemudi-

    an bincang-bincang kajian untuk menam-

    pung usul dan solusi. Dan kedepannya lagi

    agar meningkatkan kualitas proses tafaqquh

    i al-din melalui kajian

    Nuhdi Febriansyah dalam pembicaraann-

    ya menyampaikan bahwa para anggota

    kajian khususnya dan mahasiswa al-Azhar

    pada umumnya adalah agen pengawal

    pemikiran umat, sangat disayangkan jika

    orang yang mendapatkan kesempatan bela-

    jar di al-Azhar tidak menyadari tanggung

    jawab ini. Ia pun memberikan perbandingan,

    jika penduduk Indonesia itu berjumlah 300

    juta, dan mahasiswa Indonesia yang belajar

    di al-Azhar saat ini sekitar 4000 orang, maka

    jumlah pengemban amanat itu hanya 0,0000

    sekian dari jumlah masyarakat Indonesia.

    Maka diperlukan keseriusan dari mahasiswa

    yang jumlahnya sedikit ini untuk dapat

    mengawal pemikiran umat.

    Nuhdi juga menyampaikan pesan dari

    Syaikh Ali Jum`ah tentang 4 hal yang harus

    dikuasai oleh seorang agen umat, 1) kemam-

    puan menguasai bahasa Arab sebagai

    pengantar ilmu keislaman 2) Ijmak atau hal-

    hal yang telah menjadi kesepakatan antara

    kaum muslim pada masa sebelumnya, 3)

    Namuzaj al-Ma`riiyah, ilmu-ilmu logika un-

    tuk menertibkan cara berikir, seperti ilmu

    mantik dan usul ikih, 4) dan yang terakhir

    adalah Maqashid al-Syari`ah. Empat hal inilah

    yang harus dikuasai oleh seorang mahasiswa

    al-Azhar.

    Nuril Dwi, koordinator kajian ilmu falak

    AFDA menyatakan kesannya, Ya selain buat

    ajang saling mengenal bagi yang belum

    kenal, juga memperat ukhuwah buat yang

    udah kenal. Kita juga bisa saling berbagi,

    berbagi kesulitan dalam belajar, ya blajar apa

    aja, entah diktat kuliah atau diktat kajian.

    Nah jadinya kita bisa saling berbagi tips

    membaca yang produktif, efektif dan

    progresif. Ujar wanita berdarah jawa ini. []

    Fahmi.

    Redaksi buletin TROBOSANmengucapkan selamat atas

    terpilihnya Fakhry Emil Habib sebagai Pemimpin Umum,

    Achmad Fawatih Nurrizqi sebagai Pemimpin Redaksi

    dan Lina Nabila Ahmad sebagai Pemimpin Usaha buletin

    Informatika untuk periode 2013-

    2014.

    Semoga dapat meningkatkan kinerja Informatika dalam

    dinamika kehidupan Masisir.

  • 7/28/2019 Buletin Terobosan Edisi 353

    9/12

    TROBOSAN, Edisi 353, 20 April 2013

    S a s t r a

    09

    DoakuOleh: Luthfiatul Fuadah al-Hasan*

    Hal yang tidak lagi aku percayai adalah

    bisa melewati ujian Universitas Al-Azhar. Aku

    terjatuh, berusaha bangkit namun aku jatuh

    kembali terus dan terus. Aku menyerah.

    Apa aku bisa melewati ujian yang

    kesekian kali di Azhar ini, tahun yang laluaku selalu gagal terus keluh ku pada Kayla

    Mahasiswi tingkat tiga yang sedang sibuk

    dengan diktat kuliahnya. Kalau lah aku gagal

    lagi, apa gunanya aku berada di sini.

    Hush Ira! ngomong kok sembarangan...

    Aku yakin kamu bisa kok, asalkan kamu mau

    berusaha belajar sungguh-sungguh semua

    akan terasa mudah ucap Kayla sambil

    merangkul pundak ku.

    Tatapanku kosong membayangkan hal-

    hal buruk terjadi, membayangkan aku tak

    bisa melewati ujian termin dua. Hampir tigatahun aku berada di Negri Kinanah ini, di

    saat teman-teman ku sudah menginjak

    tingkat tiga di Azhar, aku masih berpijak di

    tingkat satu. Ya, dua tahun sudah berlalu

    dengan sebuah kegagalan. Namun aku

    bersyukur kegagalan ku tak sia-sia. Di

    lingkungan yang sarat akan ilmu ini aku

    mendapatkan banyak hal yang membuat aku

    mengerti bahwa Allah menciptakan sesuatu

    tak ada yang sia-sia.

    Dua Tahun SebelumnyaAkhirnya impianku untuk studi di

    Universitas Al-Azhar pun tercapai. Pesawat

    terbang membawaku pergi meninggalkan

    Nusantara tercinta. Tak bisa lagi kulukiskan

    bahagiaku saat itu, dengan ditemani

    gumpalan awan putih pemandangan nan

    indah aku bersyukur padaNya. Negri

    Kinanah menyambut kedatanganku dengan

    musim dinginnya. Teringat pesan Pak Kyai

    ku disana Mesir harus bisa kamu taklukan,

    jika kamu tidak bisa maka Mesir yang akan

    menaklukan kamu.

    Dalam Keterpurukan

    Rupanya aku tak lagi menghiraukan

    pesan beliau. Sejak kedatanganku di negri

    ini, beberapa bulan kemudian Azhar akan

    melaksanakan ujian termin satu. Namun,

    merasa keenakan dengan santainya aku

    merasa enteng ujian tersebut.

    Ra...kamu kok nonton terus kalau

    enggak nonton kamu main game, kapan mau

    mau belajarnya ra ? ujian seminggu lagi

    kakak kelasku mengingatkan.

    iya ka nanti juga aku belajar kok

    jawabku sedikit acuh.

    inget lho ra, ujian di Azhar enggak samadengan di Indonesia. Kamu gak bisa terus-

    terusan seperti ini. Aku sedikit kesal dengan

    ucapan kaka kelasku itu, aku langsung

    matikan leptop dan tidur.

    Satu tahun berlalu dengan sikap bodohku

    seperti itu. Ketika pengumuman ujian turun

    tangisku meledak penuh penyesalan, aku

    peluk ka Shoi ka aku nyesel ka, aku gagal.

    Aku minta maaf ka tak menghiraukan

    perkataan kaka, dan aku melupakan pesanPak Kyai, hiks hiks.

    Ya sudah jadikan pelajaran ya ra, kamu

    gak mengulangi hal yang sama ka Shoi

    menasehati.

    Yang aku pikirkan adalah bagaimana aku

    menyampaikan pada kedua orang tuaku.

    Bicaralah! orang tuamu pasti mengerti.

    Justru orang tuamu yang akan menemani

    disaat kamu seperti ini. Kak Shoi memberi

    saran.

    Dengan tangis tertahan aku menelfon

    orang tuaku. Bercerita tentang hal yang akualami, dengan lembut kasihnya aku merasa

    tenang Sabar ya nak...ucapnya, aku merasa

    aku mampu untuk mencoba ditahun yang

    akan datang.

    Berkat nasihat dan dukungan yang

    kudapatkan dari orang-orang terdekatku,

    aku tak lagi merasa bahwa aku harus

    menyerah, masih ada kesempatan untukku

    meraihnya lagi. Keseharianku kuliyah kini

    berubah menjadi kelas bahasa yang kujalani

    seminggu tiga kali, aku pergi ke kuliah hanya

    untuk mengikuti beberapa materi yang

    tertinggal. Meski kadang perasaan malu dan

    minder itu selalu menghantuiku, namun saat

    aku merasa seperti itu aku meyakini diriku

    sendiri, aku optimis untuk bisa melewatinya.

    Satu tahun berlalu aku tak ingin lagi

    gagal, aku berusaha keras belajar belajar dan

    terus belajar. Beberapa temanku, kawan

    serumahku, kak shoi tak pernah lupa

    memberiku suntikan semangat

    Semangat!!!ucap mereka disela aktivitas

    yang mereka jalani.

    Maan najah ya teman-teman semangat

    yang bertebaran di kala pintu gerbang ujian

    Azhar mulai dibuka.

    Rabbi...upaya dilakukan untuk

    menempuhnya jika Engkau ridha najah atau

    tidak najah berilah manfaat pada ilmu yang

    telah kupelajari ini Amin.

    Ujian telah kulewati, aku pasrahkan

    segalanya pada Sang Khaliq dengan usaha

    yang telah kulakukan. Aku semakin cemas

    menanti hasil ujian turun. Mendapat telfon

    bahwa hasil ujian turun aku segera bergegas,

    meniti pijakan langkah kaki menuju kuliyah

    mengusap peluh keringat dalam Bulan suci.Bus membawaku ke kuliyah banat, mobil

    padat merapat dengan terik matahari

    menambah kecemasanku, tak hentinya aku

    bedzikir mengingat-Mu Allah.

    Langkah kakiku berlari menaiki anak

    tangga, dan tibalah aku melihat hasil ujian

    yang telah kujalani. Sepertinya tidak cukup

    ujian yang harus aku hadapi. Mataku

    terbelalak hatiku beristighfar, kepala

    menunduk menahan tangis,tidak aku tidakboleh menangis Allah ingin aku lebih

    bersabarucapku dalam hati. Lagi-lagi aku

    tidak berhasil, tiga maddah tertinggal lagi.

    Beberapa temanku pun mengalami hal yang

    sama.

    Sudah jangan menangis, kita lewati

    sama-sama, kita enggak sendiri ada Allah

    yang selalu menemani. Yukk kita semangat

    lagi, kita harus bersabar. ucapku sambil

    memeluk Ratih yang mengalami hal yang

    sama.

    Makasih ya ra ....

    Dalam hati aku hanya bisa mengucap Laa

    haula wa laa quwwata illa billahil aliyyil

    azim, memohon dalam hati agar Allah

    melapangkan hatiku, menerima taqdir yang

    telah ditentukan oleh-Nya. Namun, perasaan

    sedih tak bisa kupungkiri. Aku kembali ke

    rumah dengan seutas dzikir pada-Nya agar

    hatiku tenang. Aku menangis memeluk foto

    kedua orang tuaku, saat itu pula bunyi telfon

    berdering.

    Assalamuailaikum ra, ini mamah

    gimana sayang hasilnya ?

    Mah...sambil menangis, ibuku sudah

    faham apa yang terjadi. Maain ira ...

    meringis.

    Tidak apa-apa nak, mamah selalu

    mendoakan mu di sini. Meskipun mamah

    enggak bisa nemenin Ira disana, Allah enggak

    ninggalin Ira. Tahun depan Ira harus lebih

    semangat lagi ya, sabar yah sayang ...

    Aku sangat bersyukur memiliki orang tua

    seperti mereka. Orang tuaku tak pernah

    memarahi atas kegagalanku, namun ibuku

    justru memberikan support yang dapat

    membangkitkanku. Terimakasih mah, pah!

    Kegagalan bukan untuk mengakhiri

    impian yang telah digantungan dipikiran kita,

    namun dari sanalah keberhasilan akan

    menjemput bagi mereka yang bersabar.

    *Penulis adalah Kru buletin TROBOSAN.

  • 7/28/2019 Buletin Terobosan Edisi 353

    10/12

    TROBOSAN, Edisi 353, 20 April 2013

    O p i n iSenat dan Masisir: Relasi Benci Tapi Rindu

    Oleh: Romal Mujaddedi Ahda*Ujian tinggal hitungan minggu, maka

    anda pasti sedang melihat pemandangan

    klasik tiap semester: mahasiswa-mahasiswa

    (utamanya mahasiswa baru) mencari

    bimbingan belajar. Dan tentu saja, dalam

    urusan bimbel-

    membimbel senat-

    senatmahasiswa-lah yang seolah menjadi

    primadona, tujuan utama para peminat

    bimbel. Maka secara tiba-tiba ponsel ketua-

    ketua senat mendapatkan banjir telefon

    dengan dialog klasik: kak, bimbel hari ini

    jadi? atau kak, kita masih kurang satu

    pembimbel, gimana ini? atau semacamnya.

    Terlepas dari pendapat penulis sebagai

    representasi Senat Fakultas Bahasa Arab

    terhadap bimbel, fenomena ramainya bimbel

    menjelang ujian Ini membuktikan bahwa

    suka atau tidak, masyarakat membutuhkan

    senat. Tanpa senat, mahasiswa-mahasiswa

    kehilangan penyelenggara utama bimbel.

    Tapi begitulah keadaan kita, masih harus

    mengenal lebih dalam mengenai etika take

    and give, mengambil dan memberi. Sulit

    untuk menyebut diri kita etis apabila yang

    kita tahu hanya take, take dan take.

    Mahasiswa-mahasiswa yang tadinya begitu

    antusias mengikuti bimbel di senat

    menjelang ujian, begitu ujian selesai mereka

    menghilang begitu saja dari senat. Kelak bila

    ujian kembali tiba, jangan heran kalau wajah-

    wajah mereka kembali muncul di senat,

    sebuah siklus habis manis sepah dibuang

    yang sudah mentradisi.

    Maka senat-senat setiap tahun selalu

    mendapat permasalahan yang sama:

    seretnya regenerasi. Jumlah orang-orang

    yang berkecimpung sebagai pengurus sangat

    sedikit bila dibanding dengan fungsi ideal

    senat. Sebagai contoh, Senat Fakultas

    Ushuluddin hanya memilki 3 staf. Senat

    Fakultas Bahasa Arab sendiri mengalami

    problema senada, pengurus yang benar-

    benar aktif hanya bisa dihitung sebelahtangan.

    Fungsi ideal senatKatalisator akademis Masisir, secara

    singkat itulah fungsi ideal senat. Di saat

    kondisi komunitas kita yang tidak ramah

    akademis, semakin ke sini semakin

    hedonistik dan tidak bertanggungjawab,

    senatlah yang menjadi pengimbang agar

    Masisir kembali ke jalur akademis. Dengan

    cara apa? Tentu saja pengadaan diskusi-

    diskusi ilmiah secara reguler, di samping

    acara-

    acara ilmiah besar insidental.

    Ia juga harus berfungsi menjadi hamzah

    washal, penyambung lidah para mahasiswa

    indonesia terhadap pihak al-Azhar. Kenapa

    demikian? Karena senat didirkan dari dan

    untuk kepentingan akademis, bukan untuk

    sekedar kumpul-kumpul mahasiswa dengan

    latar belakang yang sama seperti halnya

    kebanyakan organisasi-organisasi di Masisir,

    selain itu Senat memiliki akses langsung ke

    para dekan fakultas, posisi yang sejatinyastrategis bila digunakan untuk kepentingan

    mahasiswa indonesia.

    Sayangnya, publik kita memandang senat

    secara tidak proporsional. Bahkan publik

    kita tak sungkan melabeli sambil mencibir

    senat-senat mahasiswa sebagai organisasi

    penyelenggara bimbel, tidak lebih. Adilkah

    penilian ini?

    Tentu saja tidak adil. Pertama, karena

    sekali lagi, terlepas anda suka atau tidak

    banyak mahasiswa yang membutuhkan

    bimbel. Menjadi lucu kalau di satu sisi publik

    membutuhkan bimbel, namun di saat yang

    sama publik mencemooh penyelenggaranya.

    Kedua, tidak semua senat kegiatannya

    berkutat dalam bimbel saja. Audiensi-

    audiensi yang dilakukan Senat Mahasiswa

    Fakultas Ushuluddin (SEMA-FU) bersama

    dekan fakultas merupakan bukti nyatanya.

    Bahkan dalam konteks SEMA-Fakultas

    Bahasa Arab (yang pada periode ini penulis

    pimpin) secara konsisten menolak untuk

    menyelenggarakan bimbel. Alasannya jelas,

    karena bimbel tidak eisien. Jangankan untuk

    menghasilkan insan-insan akademisi, untuk

    sekedar memahami muqarrar secara layak

    pun metode ngebut ini tidak eisien, justru ia

    malah merupakan motivasi yang secara tidak

    sadar kita sampaikan kepada peserta bahwa

    muhadharah tidak penting-penting amat, toh

    anda masih bisa lulus dengan cukup ikut

    bimbel-bimbel tersebut. Sebagai gantinya

    kami mengenalkan konsep Majmuah

    Mudzakarah, konsep yang lebih

    menghormati status peserta yang notabene

    mahasiswa, sehingga tidak harus dibacakan

    dari awal sampai akhir, Konsep yangmenuntut mahasiswa untuk mandiri dan

    tidak mengandalkan mentor. Alih-alih

    mentor menjelaskan seluruh isi buku, ia

    bertugas sebagai pembagi tugas bacaan, lalu

    menjadi pengoreksi bila ada pemahaman

    yang dirasa belum tepat. Namun, tidak

    dipungkiri, sebagaimana halnya semua

    program-program rintisan, program ini

    masih membutuhkan evaluasi dalam

    pelaksanaannya di masa depan.

    Di samping itu, kajian-kajian nahwu,

    sastra dan balaghah merupakan kegiatanyang dari tahun ke tahun secara konsisten

    digalakkan di FBA. Relasi-relasi dengan

    Museum Sastrawan Ahmad Syauqi dan

    Majma Lughah dalam menyelenggarakan

    acara-acara kebahasaan (pelatihan dan

    kajian) juga terjalin dengan baik. Jika begitu,

    masih adilkah penilaian publik di atas?

    Setelah mengetahui urgensi senat, dan

    bagaimanakah peran senat yang ideal, maka

    kita tiba pada sub-

    topik berikutnya:bagaimana membangun senat yang kuat?

    SekretariatTidak seperti idealnya organisasi besar

    yang beranggotakan ratusan bahkan ribuan

    orang, senat tidak memiliki sekretariat yang

    layak. Satu-satunya tempat yang kami sebut

    sekretariat senat saat ini adalah sebuah

    ruangan berdimensi 5x3 meter, yang terletak

    di atap (sutuh) Wisma Nusantara. Ruangan

    ini adalah sekretariat resmi dari semua senat

    yang ada di Masisir. Itu artinya empat

    organisasi berbagi sebuah ruangan mungil di

    sebuah sutuh. Ini membuat senat sangat sulit

    berkegiatan dengan maksimal, untuk

    menyelenggarakan acara diskusi saja sering

    kali kita harus mencari tempat lain: rumah-

    rumah atau kantor sekretariat organisasi-

    organisasi lain. Pastinya menumpang di

    tempat yang bukan milik kita membuat kita

    tidak leluasa, belum lagi jika berbicara

    tentang privasi. Maka untuk membangun

    senat yang kuat seyogyanya para pemangku

    kebijakan (dalam hal ini Atase Pendidikan

    KBRI Kairo) mempertimbangkan untuk

    memberi senat rumah yang layak.

    Pendanaan

    Penulis mengelus dada membaca Buletin

    TROBOSAN edisi sebelum ini: acara-acara

    hut organisasi kedaerahan ada yang mengha-

    biskan dana hingga 8000, 15.000 bahkan

    20.000 LE, agak terlalu banyak mengingat

    kegiatan acara-acara semacam itu hanya

    berlangsung untuk waktu yang pendek, lagi

    pula didominasi acara-acara yang bersifat

    hura-hura, berkutat antara lapangan olah

    raga dan panggung seni.

    Nominal-nominal dan acara beberapa

    hari tersebut menjadi fantastis bila

    dibandingkan dengan nominal dana senat

    selama setahun. Tahun ini senat-senat FBA,

    FU, FSI dan FDAI masing-masing hanya

    mendapatkan dana sebesar 4000 Le. Padahal

    FBA periode ini misalkan, membutuhkan

    dana lebih untuk penyelenggaraan

    Majmuaah Mudzakarah, penerbitan jurnal

    dan pelatihan insya.

    Pada tahun 2009 sempat ada program

    agar ketua-ketua senat mendapatkan jatah

    temus pada tahun berikutnya (2010). Namundemikian, beberapa pihak tidak setuju akan

    kebijakan tersebut hingga sampai saat ini

    ketua senat tidak pernah sekalipun

    mendapatkan hak tersebut. Di saat ketua

    10

  • 7/28/2019 Buletin Terobosan Edisi 353

    11/12

    TROBOSAN, Edisi 353, 20 April 2013

    Dunia FacebookOleh: Ainun Mardiyah*

    S k e t s a

    Jika anda melihat seseorang sibuk ber-

    main dan menekan-nekan keyboard atau

    touch screen handphone-nya, entah itu di

    bus atau di tempat-tempat umum, kira-kira

    apa yang sedang mereka lakukan dengan alat

    komunikasi itu? Jika anda membuka laptop

    dan terhubung dengan internet, situs apa

    yang pertama kali anda buka di jendela

    browser? Dugaan terbesar saya, semua akan

    terjawab dengan satu kata. Facebook.

    Situs jejaring sosial yang pertama kali

    diluncurkan pada 4 Februari 2004 ini sangat

    populer di seluruh dunia. Bahkan penggun-

    anya meliputi seluruh lapisan kalangan, mu-

    lai dari pelajar, ibu rumah tangga, hingga

    pengusaha. Juga tidak mengenal usia, baik

    dari anak kecil, remaja, sampai orang tua.

    Kalaupun ada seseorang yang bertanya,Apa

    itu facebook? sudah tentu akan diolok-olok.

    Seperti kata Tukul Arwana,Katrok!

    Seiring berakhirnya era industri yang

    tergusur oleh era informasi, manusia tidak

    lagi silau dengan hasil industri. Mereka tidak

    berlomba-lomba dengan menjunjung tinggi

    IQ (Intelligent Quotient), menjadi sukses tak

    lagi hanya mengandalkan sekolah tinggi se-

    mata. Meski paradigma seperti itu masih

    melekat kuat pada sebagian manusia saat ini.

    Tapi kini dunia telah dikuasai oleh arus in-

    formasi. Siapa yang lebih menguasai dan

    mengendalikan arus informasi, ia adalahpenguasa. Begitu pentingnya nilai informasi,

    barangkali itulah yang dilirik oleh Mark

    Zuckerberg, sang pencipta situs jejaring Fa-

    cebook. Sehingga situsnya banyak digemari

    secara bombastis dalam waktu singkat.

    Peran nyata facebook sebagai media in-

    formasi dan komunikasi tersebut tidak bisa

    diremehkan. Setelah diteliti, Revolusi-

    revolusi di Timur Tengah yang menghantam

    bagai gelombang tsunami adalah juga terjadi

    dengan peran jejaring sosial facebook. Se-

    bagaimana yang dilansir Republika Online,mengutip perkataan seorang Profesor Ilmu

    Politik Mustapha Kamil Al-Sayyid, Tindakan

    revolusi di Mesir cukup efektif dilakukan

    melalui internet khususnya jejaring sosial.

    Dengan jejaring sosial, undangan demonstra-

    si pada saat penggulingan Mubarak 25 Janu-

    ari lalu dapat dilakukan. Bahkan pemerintah

    Mesir yang mengontrol ketat media massa

    konvensional mulai mengambil tindakan

    berupa penutupan layanan internet dan

    seluler.

    Melihat betapa pentingnya peran face-

    book dalam kecepatan menghantarkan infor-

    masi. Bukan berarti setiap orang dapat me-

    manfaatkannya secara bijak dan bermanfaat.

    Memang banyak yang menggunakannya se-

    bagai media untuk menyambung tali sila-

    turrahmi, membentuk forum diskusi sesuai

    tema yang digemari atau mengiklankan

    produk dan jasa usahanya. Tapi dari sekian

    banyak itu, status-status curahan hati, senda

    gurau berantai yang berujung pada hal sia-

    sia lebih mendominasi. Ini persis sebagaima-

    na yang diirmankan Alloh SWT dalam kitab-

    Nya saat menyebutkan salah satu karakteris-

    tik manusia,

    Sesungguhnya manusia diciptakan bersi-

    fat keluh kesah lagi kikir. QS AlMaarij: 19

    Pengguna facebook diuntungkan dengan

    adanya kemudahan dalam berkomunikasi,

    sehingga jarak tidak lagi menjadi masalah.

    Namun, apakah itu berarti bahwa facebook

    mendekatkan jarak penggunanya? Atau se-

    makin mendekatkan hubungan antar

    pengguna sebagaimana slogan di awallamanya, Facebook helps you connect and

    share with the people in your life. ?

    Benarkah bahwa dengan facebook, hub-

    ungan antar pengguna semakin dekat dan

    bisa saling berbagi dalam kehidupan nyata

    mereka? Sesuaikah slogan tersebut dengan

    fakta di lapangan? Lalu bagaimana dengan

    mereka yang saling mengomentari status

    satu sama lain, padahal saat itu mereka ten-

    gah duduk berdampingan di tempat yang

    sama?

    Benar bahwa facebook dapat membantu

    anda berkomunikasi secara mudah dan mu-

    rah meriah dengan teman atau keluarga

    lintas negara bahkan lintas benua. Namun

    bukan berarti dengan komunikasi yang

    lancar tersebut semakin memperdekat hub-

    ungan anda dengan orang-orang yang jarak-

    nya sangat jauh. Sebagaimana yang diketahui

    bahwa rasa rindu akan bertumpuk dan se-

    makin mendalam manakala pertemuan atau

    komunikasi percakapan yang jarang terjadi.

    Dan itu berarti bahwa semakin sering anda

    berkomunikasi dengan orang-orang yang

    jauh jaraknya semakin rasa rindu itu

    menipis. Ini berbanding terbalik dengan

    dengan komunikasi yang semakin lancar.

    Pada kesimpulan ini, bukankah hubungan

    antar pengguna di dunia nyata semakin

    jauh?

    Penulis menganggap bahwa facebook

    adalah dunia lain yang mirip dengan dunia

    nyata. Hampir seluruh aktiitas manusia di

    dunia nyata dapat dilakukan dalam dunia

    facebook. Berdiskusi antar pengguna, belajar,

    bercerita, bergurau hingga membuat acara

    pernikahan atau perayaan lainnya. Akan

    tetapi banyak manusia yang sangat maniak

    terhadap dunia facebook, sehingga melupa-

    kan dunia nyata yang dijalaninya.

    Sejatinya dunia facebook adalah dunia

    kedua yang diciptakan untuk membantu

    manusia dalam dunia nyata. Ia adalah suatu

    alat yang semestinya digunakan untuk mem-

    permudah dan melancarkan segala aktiitas

    yang dilakukan di dunia nyata. Namun fakta

    berkata lain. Banyak manusia yang lalai dan

    terjebak dalam dunia itu. Dan ini terjadi sep-

    erti dalam ilm berjudul Tron: Legacy, yangmengisahkan tentang Sam dan ayahnya Kev-

    in Flynn yang terjebak dalam dunia virtual.

    Menjadi maniak facebook bukan tanpa

    resiko. Sudah banyak pakar medis dan

    psikologi yang meneliti dan menemukan efek

    buruk pada kesehatan mental dan isik bagi

    pecandu facebook. Sekali lagi kita harus ingat

    dan sadar bahwa dunia facebook diciptakan

    sebagai alat untuk membantu dan memper-

    mudah kehidupan nyata yang kita jalani.

    Prioritas utama kita adalah kehidupan nyata.

    Tentu sangat disayangkan jika kita harusdiperalat oleh dunia yang seharusnya men-

    jadi alat. Pertanyaannya sekarang adalah,

    di manakah prioritas anda, dalam dunia face-

    book atau dunia nyata? Pilihan itu ada di

    tangan anda.

    *Penulis adalah kru TROBOSAN.

    11

    (presiden) PPMI, WIHDAH dan organisasi

    kedaerahan semuanya tanpa terkecuali

    mendapatkannya.

    Paradoks. Di sebuah komunitas akade-

    mis, organisasi murni akademis (baca: senat)

    justru tidak diapresiasi sebagai mana organ-isasi-organisasi lain, yang tidak jarang pro-

    gram-programnya justru kontradiktif dengan

    semangat akademis.

    Solusi

    Pertama tentu saja kepada yang

    terhormat Bapak Atdik yang baru agar

    mempertimbangkan usulan kami di atas

    berkenaan dengan pengadaan sekretariat

    dan pendanaan. Setidaknya, bila dua hal

    tersebut terpenuhi, publik ini hanyamenunggu waktu munculnya organisasi-

    organisasi senat yang kuat yang akan

    memberi sumbangsih maksimal terhadap

    kehidupan akademis mahasiswa. Kita

    menunggu berakhirnya relasi benci tapi

    rindu antara Senat dan Masisir, berganti

    menjadi kerjasama positif menuju Masisir

    Akademis.

    *Penulis adalah mahasiswa al-Azhar

    tingkat tiga fakultas Bahasa Arab, KetuaSenat Mahasiswa Fakultas Bahasa Arab.

  • 7/28/2019 Buletin Terobosan Edisi 353

    12/12

    12

    Email/YM: [email protected]

    FB: Tranferindo Mesir