Buletin Terobosan Edisi 349

download Buletin Terobosan Edisi 349

of 16

Transcript of Buletin Terobosan Edisi 349

  • 7/30/2019 Buletin Terobosan Edisi 349

    1/16

    Media ini dikelola oleh Pelajar dan Mahasiswa Indonesia sebagai media informasi, opini dan komunikasi

    mahasiswa Indonesia di Mesir. Redaksi menerima tulisan dari pelbagai pihak dan berhak mengeditnya tanpa

    menghilangkan makna dan tujuan.

    Sekapur Sirih, Terimakasih,Halaman 2

    Sikap, Stagnasi Jurnalistik

    Masisir, salah siapa?, Halaman 3

    Laporan Utama, Sekelumit

    Birokrasi Mahasiswa Baru,Halaman 4-5

    Komentar Peristiwa,

    Meninjau Pelaksanaan Ormaba

    PPMI, Halaman 6-7

    Seputar Kita, PCINU Mesir

    Gelar Konfercab VII, Halaman 8

    Seputar Kita, PPMI

    Mengadakan SosialisasiKeamanan Masisir, Halaman 8

    Sketsa, Harapan di atas

    Harapan, Halaman 9

    Sastra, Arti Namaku, Itulah

    Aku, Halaman 10

    Layar, Suntikan Semangat

    Untuk Masisir, Merah Putih di

    Negeri Kinanah, Halaman 11

    Bahasa, Bahasa Nusantara

    Terjajah,Halaman 12

    Opini, Carut Marut Media,Halaman 13

    Dinamika, Kenali Mesir danMasisir, Halaman 14

    Kolom, Ormaba, Halaman 15

    Edisi34918 November 2012

    Selamat Membaca!

    Santai dan penting dibaca

    Tajam tanpa melukai

    Kritis tanpa menelanjangi

    Sekelumit Birokrasi

    Mahasiswa BaruStatus KPP MABA dan kelanjutan birokrasi Maba saat ini

    Simak Laporan Utama hal 4-5

  • 7/30/2019 Buletin Terobosan Edisi 349

    2/16

    TROBOSAN, Edisi348, 18 November 2012

    Sekapur Sirih

    Terimakasih

    Pendiri: Syarifuddin Abdullah, Tabrani Sabirin. Pimpinan Redaksi: Tsabit Qodami, Fahmi

    Hasan Nugroho. Dewan Redaksi: Kadarisman, Abdul Majid, Ahmad Farros El-Halimy, Ulfiya

    Nur Faiqoh, M. Hadi Bakri. Reportase: Ahmad Ainul Yaqien, M. Zainuddin, Sulhansyah Jibran, Fitroh Riyadi, Dirga Zabrian, Ainun

    Mardiah, Erika Nadarul Khoir, Luthfiatul Fuadah al-Hasan. Editor: Zulfahani Hasyim, Pembantu Umum: Keluarga TROBOSAN.

    Alamat Redaksi: Indonesian Hostel-302 Floor 04, 08 el-Wahran St. Rabea el-Adawea, Nasr City Cairo-Egypt. Telepon: 22609228 E-

    mail: [email protected]. Facebook : Terobosan Masisir. Untuk pemasangan Iklan dan Layanan Pelanggan silakan

    menghubungi nomor telpon : 011 593 198 78 (Tsabit) atau 011 222 17 17 6 (Fahmi)

    Setelah sempat mati suri selama hampir

    dua bulan sejak ujian termin dua, akhirnya

    kami kembali bangkit. Meski dengan kru yang

    berjumlah delapan orang beserta dua orang

    pimpinan, kami mencoba untuk selalu ada

    untuk Masisir.

    Dan Alhamdulillah untuk awal tahun ini

    kami telah dua kali mencoba untuk menerbit-

    kan buletin TROBOSAN melalui media

    online, dan kami merasakan perubahan yang

    signifikan. Penyebaran buletin kali ini kami

    rasa lebih baik dari sebelumnya. Dua buletin

    edisi lalu rata-rata telah dibuka lebih dari dua

    ribu kali dan telah diunduh lebih dari dua

    ratus kali, sebuah angka yang bagus jika di-

    banding dengan penyebaran buletin seperti

    biasanya. DanAlhamdulillah kami pun banyak

    mendapatkan respon yang positif dari para

    pembaca.

    Kami pun tetap menyebarkan buletin

    TROBOSAN dalam edisi cetak, namun edisi

    ini kami khususkan untuk para pemesan dan

    pelanggan, dengan beberapa eksemplar kami

    sebarkan bebas seperti biasa.

    Sebenarnya bukan materi yang kami

    inginkan dari usaha kami menghadirkan

    buletin ini kepada anda, dan kami pun tidak

    enak hati jika memaksa anda untuk memberi-

    kan sepond atau dua pond untuk setiapbuletin yang kami tawarkan. Namun kami

    kira anda telah paham bahwa proses cetak

    setiap eksemplar buletin ini membutuhkan

    biaya, belum lagi proses menggali ide, men-

    cari tulisan dan ongkos print, dan hubungan

    sana-sini yang juga membutuhkan biaya.

    Namun terlepas dari hal itu, respon

    pembaca atau sekedar komentar dari

    pembaca itu sudah sangat menyenangkan

    bagi kami. Paling tidak, itu menjadi bukti

    bahwa hasil jerih payah kami bermanfaat,

    tulisan kami dibaca, dan keberadaan

    kami terlihat.

    Kami tetap berusaha untuk mem-

    benahi diri. Dengan jumlah kami yang

    delapan orang ini kami selalu berusaha

    untuk memberikan yang terbaik untuk

    Masisir. Terlepas dari isu lesunya dunia

    jurnalistik Masisir, kami optimis bahwa

    dunia jurnalistik masihlah berjalan,

    paling tidak masih ada kami serta be-

    berapa orang insan media lain yang ber-

    gelut dalam bidang ini.

    Untuk edisi kali ini, kami mencobauntuk mengangkat tentang proses bi-

    rokrasi mahasiswa baru dan kinerja KPP

    MABA yang kali ini memiliki perbedaan

    dengan tahun-tahun sebelumnya.

    Mengangkat beberapa masalah yang ter-

    kait dengan hal ini, salah satunya adalah

    berbedanya biaya keberangkatan maha-

    siswa baru tahun ini.

    Kami pun mengangkat tentang orien-

    tasi mahasiswa baru (ORMABA) yang

    telah beberapa kali mengalami pengun-

    duran. Kami mencoba untuk mencari

    beberapa pihak yang terkait dalam ma-

    salah ini untuk mengklarifikasi atau me-

    luruskan isu yang beredar.

    Dan untuk rubrik Sikap, kami men-

    coba untuk mengomentari beberapa tuli-

    san dari rekan-rekan sesama penulis Ma-

    sisir. Kami pun mencoba menganalisa

    lemahnya dunia jurnalistik yang sedang

    kita alami.

    Saran dan kritik anda tetap kami

    terima. Dan hal ini menandakan bahwa

    buletin yang kami berikan tidak hanya

    menjadi koleksi di meja ataupun menjadi

    alas makan.

    Terimakasih untuk Masisir atas masu-

    kan dan ide yang selama ini kami terima.

    Selamat membaca! []

    02

    RALATDalam artikel kami rubrik Laporan

    Utama edisi Interaktif Sumpah Pemuda,

    30 Oktober 2012 yang berjudul PPMI

    Memperingati Sumpah Pemudaterdapat

    kesalahan penulisan nama, di sana

    tertulis:

    Fadhillah Kartolo

    seharusnya:

    Ahmad Fadhillah Kartono

    Kami memohon maaf yang sebesar-

    besarnya atas kesalahan ini.

    Express Copy

    Menerima segala jenis

    fotokopi

    Mahatthah Mutsallas,

    Hay `Asyir

    Building 102 Sweesry.

    Keluarga Besar

    TROBOSAN

    Megucapkan:

    Selamat Tahun baru

    Hijriyah 1434 H

    Kulla `Am Antum bi

    Khayr

  • 7/30/2019 Buletin Terobosan Edisi 349

    3/16

    TROBOSAN, Edisi349, 18 November 2012

    Stagnasi Jurnalistik Masisir, Salah Siapa?

    S i k a p

    Menarik rasanya membaca tulisan

    rekan-rekan sesama penulis di jejaring

    sosial Facebook, dimulai dari tulisan sau-

    dara Berry Prima yang berjudul Stagnasi

    Minat Jurnalistik di Kancah Masisir, sau-

    dara Abdul Wahid dengan Refleksi, dan

    ditutup oleh saudara Dana Ahmad Dahlani

    dengan Ini Tentang Masisir, Jurnalistik

    dan IJMA. Secara garis besar bisa terlihat

    bahwa faktor terbesar dari lemahnya

    minat jurnalistikatau lebih luasnya, tulis

    menulisdi kalangan Masisir adalah

    karena Masisir itu sendiri yang mulai ter-

    lena dengan dunia hedonis Masisir, bisnis,

    gadget, internet, atau tren yang selalu

    mengikuti zaman. Namun ada hal lain

    yang seolah lupa untuk diangkat. Yaitu

    media itu sendiri.

    Kenapa? Ada apa dengan media?

    Kita (baca: para insan media) selalu

    menjadikan Masisir sebagai kambing hi-

    tam lemahnya minat jurnalistik dan tulis

    menulis di dunia Masisir. Kita biasa

    menyalahkan para pebisnis yang telah

    menghapus status mahasiswa dari

    dirinya, kita salahkan internet yang mem-

    buai para mahasiswa untuk terus mena-

    tapinya, dan kita salahkan Masisir yang

    sudah tak lagi peduli dengan kemaha-siswaannya. Tapi tanpa disadari, kita tidak

    pernah mengaca atau setidaknya melihat

    kepada diri sendiri bahwa faktor mun-

    durnya dunia jurnalistik dan tulis menulis

    di Masisir juga berasal dari media itu

    sendiri.

    Maka, yang terlihat saat ini adalah

    para insan media mengeluh, curcol, dan

    menyerah kepada keadaan Masisir saat

    ini, diam karena telah melimpahkan se-

    mua kesalahan kepada Masisir seperti

    yang telah dituliskan di paragraf atas.Coba para insan media berfikir kembali,

    apa yang menjadi daya jual dari media-

    media tersebut saat ini?

    Menyakitkan hati memang ketika kita

    melihat buletin yang telah kita buat susah

    payah tidak mendapatkan respon yang

    positif dari para pembaca. Tergeletak be-

    gitu saja, dibuang, atau dijadikan alas

    makan. Lantas apa kita harus salahkan

    mereka ketika apa yang kita suguhkan di

    buletin itu sudah tidak lagi menarik? Jika

    kemarin kita mengeluhkan stagnasi

    minat jurnalistik di kalangan Masisir,

    kenapa tidak juga kita keluhkan tentang

    stagnasi insan media Masisir?

    Merasakah bahwa Insan media terke-

    san ekslusif? malu untuk berbicara?

    bahkan segan untuk sekedar menawarkan

    buletinnya? Tidak kreatif? Tidak bisa

    memberikan inovasi atau perubahan yang

    signifikan?

    Oke, kita kalah dengan dominasi inter-

    net, kita kalah cepat dalam menyuguhkan

    berita, kita kalah menarik dalam hiburan,

    kalah dalam menarik minat pembaca,

    ataulebih pahitnyakita kalah dalam

    segala hal. Tapi jangan jadikan kekalahan

    ini sebagai alasan untuk berkemas dan

    pulang, berhenti tanpa ingin berusaha.

    Inilah sebenarnya tantangan agar kita

    semakin kreatif dalam memberi nilai jual

    kepada dunia yang kita pegang.

    Menurut Prof. Dr. Qurays Syihab

    dalam Membumikan Al-Quran, terdapat

    tiga macam kelompok dalam menyikapi

    perkembangan zaman: pertama, kelom-

    pok yang berpandangan bahwa perma-

    salahan zaman bisa diatasi dengan meng-

    gunakan metode lama (yang pernah ber-

    hasil pada masa lalu) namun mereka

    meninggalkan metode baru; kedua, kelom-

    pok yang berpandangan bahwa perma-

    salahan zaman hanya bisa diatasi denganmenggunakan metode yang benar-benar

    baru; ketiga, kelompok yang memadukan

    antara metode lama dan baru untuk

    mengatasi masalah zaman yang selalu

    berubah.

    Dalam dunia jurnalistik Masisir, kita

    bisa menentukan sikap antara tiga kelom-

    pok di atas, apakah kita menjadi kelompok

    pertama, kedua atau ketiga? Kelompok

    pertama tetap menggunakan cara lama,

    menerbitkan buletin seperti biasa,

    mengoplah seperti biasa, dan tidak terlalumengadakan perubahan yang signifikan.

    Kita bisa melihat dari kelompok ini masih

    ada beberapa yang bisa bertahan, di anta-

    ranya buletin Suara PPMI (yang belum

    hidup kembali di periode ini), dan buletin

    kekeluargaan seperti Prestasi dari KSW

    atau Manggala dari KPMJB. Setidaknya

    kelompok ini masih memiliki satu poin

    positif yang bisa dikembangkan; ketaja-

    man tulisan, nalar kritis dan kualitas yang

    bisa dikembangkan secara maksimal

    tanpa harus terseok mengejar kecepatan

    deadline. Namun, mau tidak mau mereka

    harus rela menelan pil pahit jika respon

    yang diterima sangat kurang. Biaya besar

    utuk percetakan, namun penyebaran yang

    tidak merata menjadikan buletin-buletin

    ini tidak menerima income yang seimbang,

    baik dari segi materi ataupun respon pem-

    baca.

    Kelompok kedua menggunakan cara

    baru, membuat website, menyebarkan

    informasi dalam bentuk digital yang

    mengharuskan mereka untuk bekerja

    keras bersaing dengan dunia yang melin-

    tas sangat cepat di sekitar mereka. Kelom-

    pok kedua ini bisa kita lihat seperti

    Masisir Online yang pada mulanya ingin

    mencoba bermain di dunia digital namun

    akhirnya tergerus dan terpaksa mati suri.

    Atau Wihdah yang juga sempat membuat

    blog, kelompok kajian Sinai, Darussalam

    Center Cairo, ataupun Kemass. Tantangan

    bagi kelompok ini, mereka harus bisa

    bekerja layaknya media online lainnya,

    mengusahakan agar setiap informasi bisa

    secepat mungkin ter-update, harus tetap

    konsisten dalam pemuatan tulisan, dan

    gencar dalam pemasaran. Namun

    sayangnya terkadang kualitas, nalar kritis,

    ketajaman tulisan, atau bahkan objektivi-

    tas beritauntuk tulisan jenis beritater

    -nomerdua-kan karena mengejar kece-patan. Namun meski begitu, kita harus

    tetap mengapresiasi dan terus mendu-

    kung usaha mereka.

    Sedangkan untuk kelompok ketiga,

    kelompok inilah tempat para orang cerdas

    berkreasi. Tidak terlalu stagnan seperti

    kelompok pertama, dan memiliki pertim-

    bangan lebih dari pada kelompok kedua.

    Mari kita pikirkan cara agar tulisan tetap

    terbaca, cepat, penyebaran merata,

    berkualitas, dan menarik. Tidak mening-

    galkan cara lama, tetap mengedepankankualitas dan nalar kritis, namun juga terus

    berinovasi. Al-Muhafazah ala al-qadim al-

    shalih wa al-akhdzu bi al-jadid al-ashlah.

    Masalah ini adalah masalah kita

    bersama, bukan hanya milik media A atau

    B. Insan media seharusnya saling berkom-

    petisi, berlomba, bersaing secara sehat,

    terus berkreasi dan berinovasi agar ma-

    salah yang selalu dikeluhkan ini tidak

    hanya sebatas ditulis dalam wacana,

    namun juga bisa teratasi.

    Mari kita duduk bersama, berbicara

    santai sambil ditemani teh hangat. []

    03

  • 7/30/2019 Buletin Terobosan Edisi 349

    4/16

    TROBOSAN, Edisi348, 18 November 2012

    Sekelumit Birokrasi Mahasiswa Baru

    Laporan Utama

    04

    Minat para pelajar Indonesia untuk

    menuntut ilmu di Mesir tidak pernah su-

    rut, salah satunya ditandai dengan masih

    berdatangannya para pelajar dari Indone-

    sia setiap tahunnya. Proses pemberangka-

    tan dan pendaftaran para calon maha-

    siswa ini pun selalu mendapatkan ma-

    salah yang berbeda di setiap tahunnya,

    salah satu penyebabnya adalah karena

    kebijakan pihak Al-Azhar dan beberapa

    pihak terkait yang selalu berubah-ubah.

    Tak terkecuali tahun ajaran 2012-2013

    ini.

    Status IAAI dan KPP MABA

    Proses birokrasi calon mahasiswa

    baru tahun ini sedikit mengalami peruba-han dari tahun-tahun sebelumnya. Proses

    ujian hingga pendaftaran mahasiswa baru

    tahun ini diadakan melalui satu pintu

    yaitu melalui Ikatan Alumni Al-Azhar In-

    donesia (IAAI) di Jakarta. Perubahan ini

    antara lain disebabkan oleh dihapusnya

    status mu`adalah bagi seluruh ijazah non-

    Azhar dari seluruh negara pada tahun

    lalu. Hal inilah yang menjadikan Atase

    Pendidikan KBRI beserta IAAI mengusa-

    hakan untuk mencari solusi dalam ma-salah status mu`adalah ijazah ini, yang

    akhirnya menghasilkan satu bentuk ijazah

    yang telah diterima oleh Al-Azhar dan

    bisa digunakan oleh seluruh calon maha-

    siswa yang berasal dari Indonesia, yaitu

    ijazah Madrasah Islamiyah al-Hukumiyah.

    Ijazah ini lebih mirip seperti sertifikat

    yang diterima oleh para peserta yang te-

    lah lulus ujian penerimaan yang diadakan

    oleh IAAI. Para pelajar awalnya men-

    daftarkan dirinya ke IAAI dengan mem-

    bawa ijazah dari sekolah masing untuk

    mengikuti ujian penerimaan, dan bagi

    para peserta yang telah lulus IAAI telah

    menyiapkan satu bentuk ijazah yang telah

    diterima oleh Azhar sebagaimana yang

    tertulis di atas, dan ijazah ini juga yang

    kelak menjadi pegangan para mahasiswa

    untuk mendaftar ke Al-Azhar.

    Nur Hidayat, salah seorang anggota

    Komite Pelaksana Pendaftaran Mahasiswa

    Baru (KPP MABA) menuturkan, Pada

    tahun ini alhamdulillah seluruh negara

    yang tidak berbicara bahasa Arab harus

    ikut daur lughoh dulu, kecuali Indonesia.

    Ini juga salah satu hasil kerja dari IAAI

    Dan berbeda dengan tahun sebelum-

    nya, KPP MABA saat ini mendapatkan

    mandat langsung dari ketua IAAI, Prof. Dr.

    Quraish Shihab untuk melaksanakan

    proses pendaftaran para calon mahasiswa

    ke Al-Azhar. Ketua KPP MABA, saudara

    Aziz Hasbullah menuturkan, Saat ini KPP

    berada di bawah IAAI, karena kita menda-

    patkan SK dari IAAI, tidak seperti sebe-

    lumnya berada di bawah PPMI.

    Berbedanya garis koordinasi KPP

    MABA pada tahun ini memang memiliki

    nilai positif dan negatif. Andri Aziz, salah

    seorang anggota KPP MABA menuturkanbahwa proses birokrasi yang langsung

    memang lebih mudah untuk dijalani,

    Kalo kita di bawah PPMI, berarti garis

    koordinasinya dari KPP harus melalui

    PPMI, lalu ke KBRI, dan baru ke rabithah.

    Kalo sekarang langsung dari rabithah, ke

    KPP dan langsung ke Azhar. Langsungnya

    koordinasi seperti ini mempermudah IAAI

    dalam berhubungan dengan Azhar mau-

    pun sebaliknya tanpa harus melalui be-

    berapa tahap seperti yang disebutkan diatas.

    Namun proses seperti ini pun

    memiliki kekurangan. Andri menjelaskan

    bahwa salah satu kekurangan dalam hal

    ini adalah hilangnya hubungan yudikasi

    pihak PPMI atas KPP. Hal tersebut

    mengakibatkan jika terdapat sebuah pe-

    langgaran dari pihak KPP, PPMI tidak

    memiliki wewenang untuk melakukan

    tindakan yudikatif karena KPP tidak lagi

    memiliki hubungan koordinasi secara

    struktural dengan PPMI. Lucu memang,

    kami mengurusi calon mahasiswa di sini,

    memegang uang mahasiswa di sini, tapi

    kami tidak punya hubungan apapun se-

    cara kelembagaan dengan perhimpunan

    mahasiswa di Mesir. Itu kekurangannya.

    ungkap pemuda yang juga anggota tim

    grup nasyid Da`I Nada ini.

    Mengomentari hal ini, Hilmy Mubarok,

    Pimpinan BPA menjelaskan bahwa KPP

    MABA seolah terlepas dari PPMI adalah

    ketika PPMI pimpinan Abu Nashar yang

    saat itu tidak memberikan SK kepada KPP.

    Hal ini juga diiyakan oleh Andri Aziz. Ia

    menyatakan bahwa saat itu ia bersama

    beberapa orang KPP lama menginginkan

    agar SK cepat keluar agar proses penguru-

    san camaba cepat dilaksanakan, namun

    karena PPMI tidak juga memberikan SK

    maka IAAI yang mengeluarkan SK.

    Saat ini, Andri bersama beberapa

    orang lainnya tengah mengusahakan ran-

    cangan undang-undang baru untuk KPP

    dan pengurusan calon mahasiswa baru

    untuk mengganti undang-undang yang

    pernah ada di BPA sebelumnya. Udang-

    undang tentang KPP ini sebelumnya telah

    ada sejak tahun 2007, dan telah direvisi

    pada tahun 2010, namun revisi undang-undang itu dinyatakan telah hilang dari

    BPA karena beberapa sebab. Oleh karena

    itulah pihaknya bukan sekedar merevisi

    undang-undang yang telah ada, namun

    mengusahakan pembuatan undang-

    undang yang baru dan lebih menyeluruh.

    Namun ketika dikonirmasi masalah

    hilangnya undang-undang ini, Hilmy men-

    gatakan bahwa pada tahun 2010 BPA me-

    mang tidak mengamendemen revisi un-

    dang-undang Maba, karena pada periodeitu BPA hanya mengamendemen dua un-

    dang-undang, yaitu UU Temus dan UU

    keorganisasian.

    Birokrasi Calon Mahasiswa Baru

    Pada tahun-tahun sebelumnya, pengu-

    rusan legalisir dan terjemah berkas dila-

    kukan oleh broker masing-masing calon

    mahasiswa baru dan KPP MABA hanya

    mengurusi pendaftaran ke pihak Al-Azhar.

    Namun tahun ini berbeda.

    Kebijakan pengurusan pendaftaran

    satu pintu melalui IAAI ini menjadikan

    seluruh berkas dan pengurusannya men-

    jadi tanggung jawab KPP MABA. Mereka

    mengurusi terjemahan berkas, legalisir,

    dan mereka juga yang mengurusi pen-

    daftaran para calon mahasiswa ini, se-

    dangkan broker keberangkatan hanya

    mengurusi tiket dan tempat tinggal para

    calon mahasiswa.

    Untuk tahun ini, setiap calon maha-

    siswa diharuskan untuk membayar biaya

    sebesar 3,5 juta Rupiah melalui IAAI.

    Biaya ini sudah termasuk proses pembua-

  • 7/30/2019 Buletin Terobosan Edisi 349

    5/16

    TROBOSAN, Edisi349, 18 November 2012

    Laporan Utama

    05

    tan ijazah, pengiriman berkas, terjemah

    dan legalisir berkas, biaya pendaftaran

    kuliah atau mazruf sebesar 270 Pound,

    biaya PPMI, ormaba dan PMIK sebesar

    145 Pound, biaya penjemputan sebesar 50

    Pound, biaya uang pengurusan rumah

    untuk satu bulan sebesar 550 Pound dan

    biaya operasional KPP MABA. Biaya itu

    sebagian telah digunakan oleh IAAI di

    Indonesia untuk pengurusan berkas dan

    pengirimannya, dan kemudian dikirimkan

    ke KPP MABA untuk kemudian digunakan

    untuk proses pendaftaran yang lebih lan-

    jut. Sebelumnya pun direncanakan bahwa

    pengurusan camaba selesai dalam waktu

    satu bulan, namun ternyata molor men-

    jadi dua bulan setengah. Kami mendapat-

    kan biaya operasional KPP hanya untukkerja selama satu bulan, tapi ternyata

    kami kerja selama dua bulan setengah

    lebih ungkap Nur Hidayat.

    Seluruh proses beserta pengeluaran

    biaya birokrasi camaba ini kelak akan

    dilaporkan langsung kepada IAAI di Ja-

    karta, hal ini dikarenakan IAAI adalah

    lembaga yang memberikan SK kepada

    KPP MABA. Aziz menuturkan, Kami mem-

    berikan laporan kepada lembaga yang

    mengeluarkan SK. Karena yang menge-luarkan SK sekarang adalah IAAI maka

    kami melaporkannya ke IAAI.

    Sedangkan mengenai kelanjutan

    proses pendaftaran mahasiswa baru saat

    ini seluruhnya dinyatakan telah selesai,

    dalam artian seluruh mahasiswa telah

    mendapatkan ishol, termasuk para pene-

    rima beasiswa Al-Azhar sebanyak 18

    orang.

    Mediator dan penempatan maha-

    siswa baru

    Tugas mediator atau broker untuk

    tahun ini tidak terlalu sulit, karena selu-

    ruh pengurusan berkas dipegang oleh

    IAAI beserta KPP MABA. Mediator pada

    tahun ini hanya mengusahakan penguru-

    san tiket dan penempatan mahasiswa

    baru tanpa perlu berurusan dengan

    berkas.

    Namun seperti tahun-tahun sebelum-

    nya, tidak ada keseragaman biaya keber-

    angkatan mahasiswa baru antara media-

    tor satu dengan yang lain. Untuk pember-

    angkatan melalui mediator di IAAI, para

    calon mahasiswa diharuskan untuk mem-

    bayar sebesar

    6,6 juta

    Rupiah (di

    luar biaya

    berkas). Lain

    halnya den-

    gan mediator

    Histadi, selu-

    ruh maha-

    siswa baru

    yang berang-

    kat melalui

    mediator ini

    diharuskan

    untuk mem-

    bayar sebesar

    11 juta

    Rupiah. Se-dangkan maha-

    siswa baru yang melalui mediator IKPM

    diharuskan membayar sebesar 10,5 juta

    Rupiah. Sedangkan Mumtaza sebesar 15

    juta Rupiah, dan dikembalikan sebesar 2

    juta Rupiah. Bahkan TROBOSANmenda-

    patkan salah seorang pelajar yang tidak

    lulus dalam ujian penerimaan di IAAI,

    namun ia tetap berangkat ke Mesir me-

    lalui seorang alumni dengan biaya sebesar

    18,5 juta Rupiah.Perbedaan biaya antar mediator ini

    salah satunya karena perbedaan fasilitas

    yang diberikan oleh masing-masing me-

    diator. Di antaranya terdapat mediator

    yang menambah biaya untuk fasilitas pen-

    gurusan berkas, penempatan calon maha-

    siswa, dan bimbingan belajar selama satu

    tahun. Namun di lain pihak, KPP MABA

    telah menjelaskan bahwa pengurusan

    berkas seluruhnya diurus oleh KPP MABA

    tanpa melibatkan mediator dalam hal ini.

    Bahkan lebih lanjut dikatakan bahwa

    setiap calon mahasiswa telah memiliki

    uang untuk penempatan rumah selama

    satu bulan di KPP MABA sebesar 550

    Pound yang diambil oleh para mediator

    untuk mengurusi rumah calon mahasiswa

    yang bersangkutan.

    Bahkan lebih lajut, terdapat satu me-

    diator yang menempatkan beberapa

    mahasiswa baru di kota Mansurah, pada-

    hal pada tahun ini tidak ada mahasiswa

    yang didaftarkan di luar Kairo, seluruh

    mahasiswa baru saat ini telah terdaftar

    seluruhnya di Al-Azhar Kairo termasuk

    beberapa orang yang ditempatkan di Man-

    surah tadi.

    Salah satu sumber kami mengatakan

    bahwa ia mengetahui ada seorang maha-

    siswa yang hendak menguruskan rumah

    untuk adik kelasnya yang berasal dari

    kekeluargaan Gamajatim, kemudian ia

    meminta biaya pengurusan rumah itu

    kepada pihak kekeluargaan namun hanya

    diberikan uang sebesar 300 Pound. Sete-lah mengetahui bahwa jatah untuk pengu-

    rusan rumah adalah 550 Pound, maka ia

    langsung datang dan meminta kejelasan

    dari uang sisa itu, namun dikatakan

    bahwa sebagian uangnya adalah untuk

    kas dan untuk orang yang mencari rumah.

    Menanggapi isu ini, Rohmat Romad-

    hona, ketua kekeluargaan Gamajatim

    menyangkal hal tersebut. Dalam perbin-

    cangan lewat telfon ia mengatakan kepada

    TROBOSAN bahwa seluruh uang yang

    diambil oleh setiap ketua kekeluargaan

    adalah sebesar 550 Pound dan seluruhnya

    digunakan hanya untuk pengurusan

    rumah. Pihaknya menampik isu yang

    mengatakan bahwa pihak kekeluargaan

    telah mengambil jatah untuk kas keke-

    luargaan.

    Pengurusan calon mahasiswa baru

    memang selalu memiliki masalah yang

    berbeda di setiap tahunnya. Semoga tahun

    -tahun setelahnya permasalahan birokrasi

    maba bisa diminimalisir. [] Dirga,

    Fahmi.

    Image:facebook.com/kppmaba.mesir

    Salah satu kesibukan tim KPP MABA, menguruskan berkas mahasiswa baru

    sebanyak 430 orang.

  • 7/30/2019 Buletin Terobosan Edisi 349

    6/16

    TROBOSAN, Edisi348, 18 November 2012

    Komentar Peristiwa

    06

    Setiap mahasiswa baru pasti akan

    merasakan masa orientasi di masing-

    masing universitas. Di Indonesia masa ori-

    entasi ini terkenal dengan istilah OSPEK(Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus),

    sedangkan di Mesir biasa kita sebut

    ORMABA (Orientasi Mahasiswa Baru). Ori-

    entasi ini setiap tahunnya diadakan oleh

    organisasi induk di Masisir, PPMI. Namun

    uniknya, tidak hanya PPMI yang mengada-

    kan orientasi untuk mahasiswa baru.

    Hampir setiap organisasi di bawah naun-

    gan PPMI, baik itu kekeluargaan maupun

    badan afiliatif lain yang juga mengadakan

    acara orientasi bagi mahasiswa baru. Ten-

    tunya ini bertujuan untuk mencari kader

    guna melanjutkan dan mempertahankan

    eksistensi organisasinya. Bagaimana sepak

    terjang ORMABA PPMI kali ini? Silahkan

    simak laporan tim TROBOSANberikut ini!

    Pelaksanaan ORMABA Diundur

    Pelaksanaan ORMABA kali ini sempat

    beberapa kali mengalami pengunduran

    dari jadwal awal yang sudah ditentukan

    panitia. Hal ini dikarenakan beberapa hal

    dan berbagai pertimbangan. Menurut Ab-

    dul Wahid selaku ketua ORMABA PPMI

    2012, awalnya panitia merencanakan

    ORMABA tahun ini dilaksanakan pada tang-

    gal 15 Oktober, namun kemudian diundur

    hingga 22 Oktober. Lalu diundur lagi dan

    direncanakan pada tanggal 18 November

    2012. Akhirnya setelah beberapa pengun-

    duran tersebut, pihak panitia memastikan

    pelaksanaan ORMABA pada tanggal 18 dan

    19 November 2012.

    Masih menurut Wahid, ada beberapa

    kendala yang menjadi penyebab diun-durnya ORMABA tahun ini. Diantaranya,

    banyaknya agenda PPMI untuk Masisir

    yang dilaksanakan bersamaan dalam satu

    waktu kemarin. Penyebab lain adalah pihak

    panitia juga harus menunggu kedatangan

    sebagian besar mahasiswa baru yang ketika

    tanggal 15 oktober belum mencapai dua

    pertiganya, itu pun status kemahasiswaan

    mereka belum sah karena pengurusan ber-

    kas pendaftaran belum selesai.

    Wahid juga menuturkan alasan lain

    diundurnya ORMABA kali ini adalah karena

    belum adanya dana dari pihak Atase Pen-

    didikan KBRI. Karena kas di Atdik ketika itu

    sedang kosong, maka satu-satunya jalan

    untuk menanggulanginya adalah menunggu

    keputusan dari bapak Duta Besar RI. Na-

    mun karena ketika itu Duta Besar RI Mesir,

    Drs. Nurfaizi Suwandi, MM. tengah men-

    jalankan ibadah haji, jadi keputusan terkait

    dana ditangguhkan hingga kepulangan

    beliau ke Mesir. Adapun mengenai infor-

    masi kepulangan beliau, pihak panitia men-

    dapatkan kemungkinan harinya pada 2

    November 2012. Karena dana itu sangat

    urgent, jadi keputusan final ada di pihak

    KBRI, ungkap pria yang mahir bermain

    biola ini.

    Adapun mengenai dana, ORMABA tahun

    ini memerlukan dana yang cukup banyak.

    ORMABA tahun ini membutuhkan dana

    sekitar 3000-4000 pound. Pihak panitia

    mengaku bahwa yang paling banyak me-

    makan biaya adalah untuk keperluan kon-sumsi dan transportasi. Untuk jumlah

    dana pastinya saya lupa, tapi yang jelas

    sekitar segitu, terang Wahid.

    Namun Presiden PPMI, Jamil Abdul

    Latief menyangkal bahwa pengunduran

    ORMABA tahun ini karena terlambatnya

    suntikan dana dari KBRI. Menurutnya, pen-

    gunduran ini terjadi dikarenakan penye-

    suaian dari beberapa pihak, yakni KBRI,

    PPMI, serta kedatangan mahasiswa baru

    sendiri. Kita nunggu kapan kosongnya

    bapak-bapak KBRI, biar semua bersinergi ,

    kata Presiden PPMI.

    ORMABA Tersendat Kedatangan

    Maba

    Pelaksanaan ORMABA sangat erat kai-

    tannya dengan kedatangan Maba, selaku

    pihak yang menikmatinya nanti. Menurut

    pihak KPP, kedatangan mahasiswa baru

    sampai berita ini diangkat telah mencapai

    jumlah keseluruhan, kecuali mahasiswa

    yang akan tinggal di Asrama Buuts. Jika

    melihat data yang ada, jumlah keseluruhan

    mahasiswa baru sekitar 430 orang, dan

    yang akan tinggal di Asrama Buuts ada 18

    orang. Hal ini diungkapkan oleh pihak KPP

    Maba ketika ditemui TROBOSAN di

    gedung konsuler KBRI, Hay Tasi pada

    Selasa, 6 November kemarin.

    Menurut pihak KPP, penyebab perma-

    salahan keterlambatan Maba peraih

    beasiswa Al-Azhar (baca: Buuts) adalah

    belum keluarnya visa. Visa mereka mung-

    kin turun jika pihak panitia pemberangka-tan Maba segera menyerahkan isholkepada

    pihakAmn Dauli. Memang proses birokrasi

    mahasiswa baru yang akan tinggal di buuts

    berbeda dengan mahasiswa lainnya karena

    prosesnya berkaitan langsung dengan pi-

    hak Al-Azhar. Hal ini baru mereka pahami

    ketika pihak KPP Maba yang berada di In-

    donesia menanyakan perkembangan visa

    Maba kepada pihak terkait. Setelah menge-

    tahui hal ini mereka menyatakan akan

    segera menyerahkan ishol kepada Amn

    Dauli. Selain ishol, pihak KPP Maba juga

    akan menyerahkan nota diplomatik agar

    Meninjau Pelaksanaan Ormaba PPMI

    Orientasi Mahasiswa Baru PPMI tahun ajaran 2011-2012

    Image:facebook.com/ppmimesir

  • 7/30/2019 Buletin Terobosan Edisi 349

    7/16

    TROBOSAN, Edisi349, 18 November 2012

    Komentar Peristiwa

    07

    Maba peraih beasiswa Al-Azhar yang ter-

    sisa bisa segera berangkat.

    Organisasi dan Acara Orientasi

    Beberapa minggu kemarin PPMI per-

    nah mengadakan acara Coffe Break di

    Rumah Daerah LIMAS yang sempat mem-

    bahas tentang agenda orientassi Maha-

    siswa Baru. Acara tersebut dihadiri oleh

    pihak PPMI, kekeluargaan, dan badan

    afiliatif lainnya. Mereka bersepakat bahwa

    orientasi untuk mahasiswa baru tidak

    lebih dari dua hari, karena melihat ban-

    yaknya orientasi yang diadakan oleh or-

    ganisasi terkait.

    Menanggapi hasil acara Coffee Break

    pada bulan lalu, pihak PPMI menegaskan

    bahwa organisasi yang berdiri dibawah

    naungan PPMI maupun organisasi inde-

    penden berhak menyelenggarakan orien-

    tasi karena memang itu hak mereka.

    Adapun mengenai kesepakatan lainnya dari

    acara Coffee Break, publik bersepakat untuk

    menyampaikan materi dalam acara orien-

    tasi bukanlah materi yang sama dengan apa

    yang akan disampaikan pada ORMABA

    PPMI. Ketika ditanya mengenai kenyataan

    di lapangan PPMI melihat sebagian besar

    sudah menjalankan hasil kesepakatan ini.

    Sebenarnya kesepakatan ini adalah him-bauan yang sifatnya mengikat. Saya lihat

    sebagian besar sudah melaksanakan, ung-

    kap Jamil.

    Pembahasan mengenai orientasi pada

    acara Coffee Break itu sebenarnya Karena

    melihat banyaknya orientasi yang diadakan

    berbagai organisasi di ranah Masisir. Hal ini

    terkadang membuat peserta mahasiswa

    baru jenuh dan lelah.

    Hal ini juga diamini oleh Hanifa

    Efiryani, mahasiswa baru asal Karawang,

    Jawa Barat yang mengaku sudah tiga kali

    mengikuti acara orientasi mahaiswa baru.

    Padahal tiga orientasi tersebut belum ter-

    masuk baginya ORMABA PPMI. Dia

    mengaku senang dengan adanya acara ori-

    entasi, namun karena banyaknya kegiatan

    diapun merasa hal itu cukup menggang-

    gunya. Hmm, gimana ya ka? kalo menurut

    ana sih bagus-bagus aja adanya orientasi.

    Secara buat mengenalkan kita juga. Apa sih

    Mesir itu dan siapa Masisir itu? Tapi mung-

    kin karena waktunya yang bentrok,

    akhirnya membuat saya menjadi merasa

    nggak nyaman, ungkapnya ketika ditanya

    TROBOSAN.

    Berbeda dengan pengakuan Yusuf

    Syakir, mahasiswa baru asal Pasuruan,

    Jawa Timur yang baru mengikuti sekali

    acara orientasi mahasiswa baru. Dia men-

    yatakan senang dengan adanya acara orien-

    tasi atau semacamnya. Kita bisa belajar

    kemasyarakatan, belajar kebersamaan,

    dilatih lebih dewasa dan mandiri dalam

    permasalahan hidup, katanya.

    Melihat fenomena ini panitia akan

    membuat beberapa hal baru ketika acarapelaksanaan, agar peserta tetap antusias

    dengan acara ORMABA. Wahid satunggal,

    ketua panitia ORMABA yang dipilih sejak 1

    oktober lalu menyatakan, ada yang berbeda

    dalam acara ORMABA PPMI tahun ini. Jika

    di tahun-tahun sebelumnya pembentukan

    marhalah dilakukan pada akhir acara, maka

    tahun ini dilakukan di awal acara (hari per-

    tama). Hal ini bertujuan agar keor-

    ganisasian marhalah baru dapat dijalankan

    selama ORMABA berlangsung. Adapun

    mengenai hari pelaksanaan, menurut ketua

    panitia ORMABA tahun ini akan dilaksana-

    kan dalam dua hari (18-19/11/2012) di

    dua tempat. Yakni hari pertama di KBRI,

    Garden City dan hari kedua di aula gedung

    Shalah Kamil, Hay Sadis.

    Urgensitas ORMABA

    Ditanya mengenai urgensitas ORMABA,

    Wahid mengungkapkan bahwa acara ini

    sangatlah diperlukan. Karena selain men-

    yambut mahasiswa baru, ORMABA juga

    bertujuan untuk mengenalkan sosok uni-

    versitas Al Azhar yang sebagai universitas

    idaman bagi para tholabul ilmi. Serta mem-

    berikan pengetahuan tentang kondisi bu-

    daya Mesir pasca revolusi dan solusi untuk

    menyikapinya. Dan tentunya ORMABA ini

    juga akan memberikan manfaat bagi PPMI.

    Yakni agar PPMI mudah mengontrol Ma-

    sisir, salah satunya memudahkan kontrol

    mahasiswa baru dengan adaannya pem-

    bentukan marhalah.

    Sementara Jamal Abdul latief, selaku

    presiden PPMI berharap dengan adanya

    ORMABA ini mahasiswa baru bisa segera

    menyesuaikan kondisi Mesir saat ini. Jugaselalu berkomitmen menjalankan niat

    awalnya untuk tholabul ilmi di negeri ki-

    nanah ini, namun juga tidak menafikan

    belajar sosial. Karena keduanya merupakan

    kewajiban bagi setiap mahasiswa. Selain itu

    PPMI juga mensupport atau membimbing

    mahasiswa baru tahun ini dalam hal in-

    telektual ataupun tulis menulis di Masisir

    ini.

    Mahasiswa baru tentunya masih

    memiliki semangat baru yang menggebu.

    Alangkah baiknya jika semangat itu senan-

    tiasa dipertahankan dan diarahkan dengan

    benar oleh para senior. Semoga dengan

    adanya ORMABA ini, semua mahasiswa

    baru bisa menjadikannya sebagai jalan

    untuk menuntun dan merealisasikan im-

    pian mereka. Amin![] Erika, Tsabit.

    Orientasi Mahasiswa Baru PPMI tahun ajaran 2010-2011

    Image:facebook.com/ppmimesir

  • 7/30/2019 Buletin Terobosan Edisi 349

    8/16

    TROBOSAN, Edisi348, 18 November 2012

    Seputar Kita

    08

    PCINU Mesir baru saja menggelar

    acara Konferensi Cabang (Konfercab)

    PCINU Mesir yang ke VII pada hari sabtu

    (10/11) lalu. Acara yang bertempat di Aula

    Griya KSW ini dihadiri oleh lebih dari 150

    warga Nahdliyyin yang berada di Mesir.

    Acara ini merupakan agenda rutinan

    yang diadakan setiap dua tahun sekali.

    Selain membahas tentang laporan

    pertanggung jawaban pengurus lama dan

    pemilihan ketua tanfidziyah baru, Konfer-

    cab kali ini juga membincang perihal

    agama dan bangsa pada dewasa ini. Hal ini

    terbukti dengan diadakannya Muktamar

    Fikih Kontekstual yang mengulas tentang

    kontekstualisasi ikih zakat pada hari

    sabtu (27/10) lalu.

    Fahmi Farid Purnama, ketua panitia

    Konfercab VII menuturkan, Konfercab

    kali ini terdapat beberapa runtutan acara

    yang telah kami laksanakan, diawali

    dengan OPABA NU, dilanjutkan Muktamar

    Fikih Kontekstual, NU games, dan puncak

    acaranya pada hari sabtu kemarin.

    Acara yang bertajuk "Membumikan

    nilai-nilai keagamaan dan kebangsaan" ini

    memutuskan Khozien Dipo sebagai ketua

    tanfidziyah periode 2012-2014 yang

    sebelumnya dipegang oleh Muhammad

    Tabrani Basya. Sedangkan ketua dewan

    syuriyah tetap diamanahkan kepada Bpk.

    Mukhlashon Jalaluddin. LC.

    Dipo dalam sambutannya mengajak

    warga Nahdliyyin untuk bersama

    memajukan NU-Mesir, Jika kita tidak

    mampu memajukan PCINU-Mesir, jangan

    harap kita bisa memajukan Indonesia

    tandasnya. Ia juga berusaha akan

    melakukan apa yang harus ia lakukan

    sebagai pimpinan PCINU.

    Bagi warga Nahdliyyin, Dipo adalah

    sosok yang tidak asing lagi. Selain telah

    lama berkecimpung di organisasi NU, dia

    juga pernah menjadi Pimpinan redaksi

    majalah NU Akar (2009-2010), dan wakil

    ketua Tanidziyyah periode 2010-2012. Ia

    juga memperoleh torehan suara lebih dari

    50% dibanding kandidat lainnya; Ahmad

    Hadidul Fahmi, Muhammad Qadhafi, Saiful

    Rijal dan Falahuddin Qudsi.

    Muhammad Tabrani Basya turut

    mengomentari hasil pemilihan tersebut, ia

    menuturkan, Semua kandidat yang

    dicalonkan bagus. Dan Mas Dipo juga

    bagus. Ia juga berpesan pada pengurus

    baru NU, Semoga segenap pengurus NU

    masa khidmat 2012-2014 mampu

    menambal kekurangan-kekurangan di

    masa sebelumnya. [] Yaqien.

    PCINU Mesir Gelar Konfercab VII

    Pada selasa (6/11) lalu, PPMI

    mengadakan sosialisasi tentang keamanan

    Masisir yang bertempat di Konsuler. Acara

    ini dihadiri oleh sekitar 55 orang yangberasal dari perwakilan dari, Presiden dan

    Wakil Presiden PPMI, Wihdah, DKKM,

    ketua-ketua kekeluargaan, ketua senat

    mahasiswa, organisasi afiliatif dan media.

    Dalam acara ini Jamil Abdul Lathief

    selaku presiden PPMI menyebutkan

    bahwa saat ini kondisi keamanan Mesir

    memang kurang baik, bahkan ia menye-

    butkan bahwa penduduk sipil saat ini pun

    sudah bisa mendapatkan senjata api

    dengan harga yang terjangkau. Pihaknya

    juga mengusulkan beberapa point terkait

    keamanan ini; yaitu menetapkan jam ma-

    lam untuk mahasiswi yaitu jam 10 malam,

    himbauan untuk tidak menggunakan jasa

    tuk-tuk, dan rencana pemeriksaan ber-

    sama rumah-rumah Masisir.

    Masih menanggapi hal ini, Pak

    Mukhlason Jalaluddin selaku perwakilan

    dari KBRI berencana membuat data ten-

    tang pemetaan rumah-rumah Masisir

    bekerjasama dengan ketua-ketua keke-

    luargaan. Namun terdapat kendala dalam

    pelaksanaan rencana ini, yaitu tidak valid-

    nya data mahasiswa yang terdapat di Kon-

    suler dikarenakan banyaknya Masisir yang

    tidak lapor pendidikan. Ia menambahkan

    bahwa sampai beberapa jam sebelumacara itu dimulai, jumlah mahasiswa yang

    terdata secara lengkap di Konsuler hanya

    sekitar 1.400 orang. Oleh karena itu pi-

    haknya menghimbau kepada Masisir un-

    tuk terus melapor di setiap tahunnya, agar

    data ini menjadi acuan pendataan Masisir

    selanjutnya. Pihaknya pun menegaskan

    bahwa siapa yang tidak lapor pendidikan

    maka keberadaannya di negeri ini tidak

    dianggap, karena keberadaannya tidak

    terlacak.

    Menanggapi hal ini, pihak KBRI ber-

    sama dengan setiap kekeluargaan telah

    menunjuk penanggung jawab dari setiap

    kekeluargaan untuk melakukan pendataan

    alamat rumah seluruh anggota kekeluar-

    gaan, sekaligus menghimbau agar para

    anggota kekeluargaannya untuk lapor

    pendidikan ke Konsuler.

    Salah seorang hadirin, Abdul Rosyid

    dalam acara itu menawarkan sebuah

    solusi yang bisa digunakan oleh Masisir

    untuk melindungi diri, yaitu dengan

    Pepper Spray, sebuah semprotan yang

    telah diisi ramuan yang memedihkan mata

    untuk membela diri.

    Dalam acara ini juga, Abdurrahman

    selaku ketua DKKM periode ini menjelas-kan tentang pembagian zona tempat ting-

    gal Masisir beserta beberapa kontak yang

    bisa dihubungi jika terjadi hal-hal yang

    tidak diinginkan. Ia pun menjelaskan

    bahwa sebagian besar korban penjambre-

    tan adalah mahasiswi yang mengenakan

    tas selendang, maka ia pun menghimbau

    agar para mahasiswi tidak lagi mengena-

    kan tas jenis itu, atau paling tidak agar

    mereka menjaganya agar tidak lagi terjadi

    kasus penjambretan.

    Salah seorang hadirin, Fahmi Hasan

    sebagai utusan dari media memberikan

    usulan bagi DKKM untuk mendata setiap

    kejahatan yang menimpa Masisir agar data

    itu bisa direkap sesuai dengan jenis keja-

    hatan, waktu, tempat, motif dan kerugian,

    dan kelak data tersebut bisa untuk dipela-

    jari dan kemudian dilakukan pencegahan.

    Semoga permasalahan keamanan di

    negeri ini khususnya Masisir bisa teratasi.

    []Zainuddin, Fahmi.

    PPMI Adakan Sosialisasi Keamanan Masisir

  • 7/30/2019 Buletin Terobosan Edisi 349

    9/16

    TROBOSAN, Edisi349, 18 November 2012

    S k e t s a

    09

    Harapan di atas HarapanOleh: Luthfiatul Fuadah al-Hasan*

    Harapan menjadi sebuah barometer

    seseorang untuk mendapatkan sesuatu.

    Demi memperbaiki nasib, banyak hal yang

    mereka gantungkan lebih dalam sebuah

    harapan. Ada atau tanpa adanya sebuahkomitmen dan tindakan. Harapan tidak

    akan mengecewakan selama kita dapat

    mengombinasikan antara komitmen dan

    tindakan. Namun, sebuah tindakan tidak

    akan pernah menggantikan harapan.

    Kerjakan apa yang harus dikerjakan,

    dengan ada atau tidaknya sebuah

    harapan. Pekerjaan yang baik adalah

    sesuatu yang akan mewujudkan harapan

    kita tercapai.

    Ketika harapan menjadi satu-satunya

    alat untuk menggantungkan keinginan.Semua golongan tanpa memandang umur

    pasti memiliki sebuah harapan. Menjadi

    apa yang diharapkan, menginginkan apa

    yang diharapkan dengan diringi doa dan

    usaha semua akan menjadi jawaban

    terindah yang akan kita dapatkan dalam

    relung kepasrahan.

    Teringat dengan harapan salah

    seorang mujahidah dalam lemahnya

    tubuh dibilik rumah sakit. Sebuah harapan

    sederhana ingin sehat kembali dan ingin

    lulus dalam ujian akhir semester, karena

    pada saat itu hanya beberapa hari

    menjelang ujian dimulai. Seorang

    mahasiswa tingkat pertama yang dalam

    kerapuhannya ia memiliki harapan besar.

    Dengan sebuah harapan doa dan

    semangat yang dimilikinya dalam

    keyakinan ia pasrahkan. Kadang sesuatu

    itu tidak dapat sepenuhnya sesuai dengan

    harapan yan kita miliki, ia tidak mampu

    terbangun untuk melaksanakan ujian

    syafawi. Gelak tangis dalam doa ia

    panjatkan. Kaka senior membantu

    mengurus agar ia dapat mengikuti ujian

    syafawi susulan, dan akhirnya Rais Qism

    setiap maddah pun mengizinkan.

    Ujian tulis pun datang, namun

    kondisinya belum pulih seratus persen.

    Semangat yang mendorong ia untuk

    bangkit, di balik kelemahan ia berdiri.

    Akhirnya ia mengikuti ujian dengan sisa

    semangat yang ia miliki, belajar dalam

    keadaan terbaring dengan tetes air mata

    yang mengalir. Terfikir di benaknya,mungkin kah aku lulus? Semua tugas

    telah ia lakukan untuk memenuhi

    harapanya, doa, usaha dan pasrah, karena

    pemberi hasil terbaik hanyalah Allah. Ia

    sempat berputus asa, tidak mungkin

    rasanya aku lulus. Namun, ia teringat

    dengan satu perkataan bahwa setiap

    rencana Allah itu akan indah padaakhirnya. Ketika hasil ujian turun,

    harapan ia pun terjawab, bahwa segalanya

    tidak lah seburuk dengan apa yang kita

    pikirkan.

    Perasaan bahagia akan didapatkan

    ketika sebuah harapan terwujud, semua

    tak terlepas dari komitmen dan tindakan.

    Sebagai makhluk Allah yang diciptakan

    memiliki hawa nafsu, sampai kapan pun

    manusia tidak akan pernah berhenti

    untuk dapat menginginkan sesuatu. Atas

    segala sifat yang dimiliki manusia, adayang mampu mengatur mana yang lebih

    baik didahulukan atau tidak, atau terjebak

    dalam keinginannya sendiri.

    Dengan mengungkapkan harapan kita

    bisa lebih mengerti apa yang akan kita

    tuju. Bukankah sebuah harapan dapat

    menjadikan kita bertambah semangat

    dalam meriaih mimpi-mimpi? Namun,

    tidak semua hal dapat kita gantungkan

    melalui harapan, ada kalanya sesuatu itu

    cukup menjadi pembelajaran saja.

    Memang dalam hidup ada suka dan ada

    duka setiap harinya, untuk itu lah kita

    harus berdo'a agar kita dijauhkan dari hal-

    hal yang buruk.

    Ada sebuah pepatah mengatakan

    Harapan itu seperti jalan di dalam hutan.

    Di sana tak pernah ada jalan, tapi jika

    banyak orang yang melewatinya, jalan itu

    menjadi ada. Secara kasat mata sebuah

    harapan tak dapat terlihat namun secara

    jelas harapan itu ada. Hanya keyakinan

    yang mampu menjadikan harapan itu ada.

    Pernahkah kita menyadari dalam setiap

    waktu harapan itu selalu digantungkan

    dalam pikiran kita ? berharap dapat

    memahami pelajaran, berharap

    mendapatkan ilmu bermanfaat, berharap

    menjadi yang terbaik, dan harapan-

    harapan lainnya.

    Yang menjadi persoalan bagi manusia

    dalam hal harapan adalah sering

    terjadinya kesalahan dalam pengetahuan

    tentang harapan. Bagaimana cara Allah

    memperkenankan dan menjawab harapan-harapan itu? pemahaman atas jawaban

    ini sangatlah penting, agar tidak ada

    prasangka buruk (suudzan) terhadap diri

    bahkan terhadapat Allah. Karena tidak

    semua yang diharapkan seseorang dapat

    menjadi hal baik bagi dirinya atau bisa

    juga hal yang tidak diharapkan justru

    adalah hal baik bagi dirinya. Allah SWTberfirman :

    (:612)

    Telah diperintahkan kepadamu untuk

    berperang sedangkan itu adalah hal yang

    kau benci. Boleh jadi kamu membenci

    sesuatu, padahal itu baik bagimu. Dan

    boleh jadi kamu mencintai sesuatu,

    padahal itu amat buruk bagimu.

    (Mengapa?) Allah maha mengetahui,sedangkan kamu tidak mengetahui. (QS.

    Albaqarah: 216).

    Dalam hadits riwayat Ahmad dan

    Al-Hakim dari Abu Said Rasulullah SAW.

    menjelaskan tiga cara Allah SWT.

    mengabulkan setiap harapan atau doa

    hamba-Nya, selama hamba tersebut tidak

    memutuskan hubungan silaturrahim dan

    melakukan dosa besar: Pertama, harapan

    itu langsung dikabulkan dalam waktu

    yang tidak berapa lama. Hal ini dapat

    dilihat dari prioritas seseorang contohnya

    doa orang tua kepada anaknya, orang

    yang teraniaya, pemimpin yang adil dan

    selainnya. Kedua, harapan itu ditunda di

    dunia dan menjadi tabungan pahala yang

    akan diterima diakhirat nanti. Seringkali

    seseorang mengeluh tidak adanya

    keadilan dalam hidupnya, namun

    percayalah keadilan akhirat pasti ada.

    Kesadaran ini seharusnya dapat

    memupuk optimis dalam hidup agar hasil

    terbaik yang diinginkan pun tercapai.Ketiga, dijauhkan dari keburukan yang

    sebanding dengan harapan itu. Dengan

    kata lain, Allah akan mengganti harapan

    kita dengan hal yang tidak dapat kita

    sangka sebelumnya atau mengganti

    dengan harapan kita yang lain.

    Semoga saja harapan-harapan baik

    yang tergantung dibenak kita dapat

    terealisasi sesuai dengan apa yang kita

    inginkan. Semua tidak terlepas dari Sang

    pemberi harapan Allah SWT, hanya

    dengan keridhaannya lah semua harapmenjadi nyata. []

    *Penulis adalah kru TROBOSAN.

  • 7/30/2019 Buletin Terobosan Edisi 349

    10/16

    TROBOSAN, Edisi348, 18 November 2012

    Arti Namaku, itulah AkuOleh: Ahmad Ainul Yaqien*

    S a s t r a

    10

    Sangat nyaman dan segar. Memang

    Tuhan tak pernah salah dalam setiap kepu-

    tusan-Nya. Ia jadikan zuhur salah satu

    waktu salat untuk menyelamatkan kepala

    manusia dari panasnya sengatan matahari.

    Setelah kuguyur semua bagian kepala dan

    kusempurnakan wudu, aku bergegas

    mengisi saf yang ada. Barisan salat lengang,

    sepertinya sebagian besar mahasiswa ma-

    sih ada mata kuliah. Berbeda dengan fakul-

    tasku, Tafsir-Hadist, setiap hari kamis kami

    hanya terbebani satu mata kuliah.

    Sudah sewajarnya sebagai mahasiswa

    IAIN Surabaya yang telah menginjak se-

    mester 7 dan hampir mendapatkan gelar

    sarjana mempunyai laptop dan sepeda

    motor. Namun itu bukan diriku. Aku hanya

    anak seorang petani yang mengandalkan

    beasiswa untuk bisa bertahan hidup di

    kota metropolitan ini. Hanya bermodal

    komputer butut yang aku beli dari salah

    seorang teman dengan pembayaran ber-

    angsur, aku bisa melalui hari-hari study-ku

    di universitas paling terkemuka di Jawa

    Timur. Juga tak jarang tulisan-tulisanku

    termuat di salah satu media terkenal Sura-

    baya. Lumayan untuk meringankan biaya

    indekos yang mencekik. Untuk bepergian,

    jelas aku bertumpu pada kedua kakiku dan

    angkutan umum.

    Setelah salat, aku sempatkan membeli

    kertas A4 dan tinta print di belakang kam-

    pus. Lalu menunggu angkutan umum

    menuju rumah temanku. Ia memintaku

    menemaninya membeli HP Blackberry

    keluaran terbaru. Ah, orang berduit me-

    mang tak ada puasnya dengan dunia. Aku

    saja tak pernah ganti HP semenjak mening-

    galkan kampung halaman, setia pada Nokia

    3210.

    Angkot yang digambarkan oleh te-

    manku lewat telepon tadi datang. Aku lam-

    baikan tanganku, lalu aku duduk di kursi

    pojok sebelah kanan. Di dalamnya hanya

    ada lima orang penumpang, bisa dibilang

    mereka termasuk orang-orang yang masih

    sudi naik angkutan umum semacam ini,

    karena sebagian besar orang metropolitan

    lebih memilih membeli motor ketimbang

    berpanas-panasan menunggu angkutan

    umum.

    Sekitar beberapa ratus meter mobil

    melaju, naiklah seorang perempuan berk-

    erudung hitam panjang. Aku taksir dia juga

    mahasiswi, tetapi biarlah aku tak men-

    genalnya. Tak lama kemudian, angkot ber-

    henti hendak menaikkan seorang gadis

    cantik, putih berpakaian minim. Sangat

    minim. Ia mengenakan kaos putih ketat tak

    berlengan yang memperlihatkan bentuk

    dadanya ditambah dengan rok hitam

    pendek yang membalut bagian bawahnya,

    itupun masih menyingkap satu jengkal dari

    lututnya. Astaghfirulloh, kenapa aku sejeli

    itu menilainya. Astaghfirulloh, bukankah

    hari ini aku sedang berpuasa?. Kucerca

    diriku berkali-kali seraya meminta ampun

    kepada sang Rabbi.

    Allah, gadis itu duduk tepat di depanku.

    Pojok sebelah kiri di samping perempuan

    berkerudung panjang tadi. Darahku ber-

    henti mengalir. Tanganku mengepal. Kupe-

    jamkan mataku sembari beristighfar.

    Hatiku mendesah, "Tuhan, aku sedang ber-

    puasa. Siapa juga orang tua gadis itu? Apa

    mereka tidak mengajarkan tata cara ber-

    pakaian? Atau cuaca panas Surabaya men-

    jadi alasan ia mengumbar auratnya?

    Ia berusaha menutup paha mulusnya

    dengan buku diktat kuliah yang ia bawa,

    Estetika Sastra Indonesia. Di pojok kover

    depan tertulis namanya Aisyah Qonita

    Bella. Aku tercengang usai membaca na-

    manya. Mataku melotot seakan tak terima.

    Kesekian kalinya hatiku bergemuruh,

    "Bagaimana tidak memalukan seorang

    gadis bernama istri Rasul berpakaian

    seperti ini?" Lagi-lagi aku kesal dibuatnya.

    Seakan-akan Islam hanya sebuah legalitas

    agama belaka. Sangat kontras perbedaan

    antara kedua wanita yang kini ada di depan

    mataku. Seolah terpandang jauh antara

    surga dan neraka. Namun nuraniku mene-

    pisnya. Bukankah sabda Nabi menjelaskan

    bahwa ada seseorang yang rutin menga-

    malkan amalan ahli surga tetapi di sisa

    hidupnya ia berbalik mengamalkan amalan

    ahli neraka lalu mati dengan cap

    PENGHUNI NERAKA. Ah, entahlah. Aku tak

    mau menghakimi orang lain.

    Di kantor pos depan aku akan turun.

    Rumah temanku tak jauh dari kantor pos

    itu. Dengan berat hati aku beranikan

    sedikit bertanya kepada gadis berpakaian

    minim tadi, "Mbak, tahu gak apa artinya

    Aisyah Qonita Bella?"

    "Gak tahu, Mas." Jawabnya kaget

    karena ada yang memberinya perhatian.

    "Seorang perempuan yang tunduk

    kepada Allah." singkatku.

    "Kiri pak sopir." Tak lama aku pun tu-

    run dan membayar ongkos angkot lalu

    berjalan dan tak menghiraukan gadis itu.

    Aku berhak muak dengan penampilannya,

    karena terumbarnya aurat bisa mengkem-

    bang-kempiskan imanku. Ah, bukannya aku

    sok suci tapi ini ajaran agamaku, agama

    gadis itu dan agama kita. Ini syariat dan

    prinsip agama bukan harga suatu barang

    pasar yang bisa ditawar. "Kehidupan kota

    sangat memilukan. Tak jauh beda juga den-

    gan desa. Jika di kota para gadis cantik yang

    berpakaian minim tetapi di desa para nenek

    tua yang hanya berpakaian selembar-dua

    lembar kain."Senyumku hampa.

    ****

    Setelah mandi, salat maghrib dan ber-

    buka, seperti biasa kubaca Alquran.

    Kurampungkan hingga akhir surat Al-

    Ahzab sebab targetku setiap bulan bisa

    menamatkan Alquran. Tak lama setelah itu,

    HP tuaku berdering. Rupanya ada sebuah

    pesan masuk:

    Assalamu `alaikum. Mas Mustafa ya?

    Trims ya udah ngasih tahu arti namaku

    tadi. Ini diktat kuliah mas ketinggalan di

    angkot. Sekali lg terima kasih atas ilmunya.

    Aisyah jadi sadar gimana seharusnya men-

    jadi perempuan dan Aisyah janji sama diri

    Aisyah sendiri mulai sekarang akan ber-

    pakaian rapi dan berkerudung. Terima

    kasih ya? :)

    Aisyah Qonita Bella

    Astaghfirulloh, kenapa aku sampai lupa

    dengan diktat kuliahku? Untungnya di

    setiap buku diktatku aku cantumkan no-

    mor HPku agar jika hilang atau terbawa

    oleh teman bisa dikembalikan dengan mu-

    dah. Namun biarlah mungkin kejadian ini

    alat untuk mengingatkan gadis itu.

    Wa`alaikum salam wr. wb. Iya sama-

    sama mbak, kita saling mengingatkan

    sesama muslim. Alhamdulillah kalo mbak

    sekarang sadar. Wah gimana aku harus

    mengambilnya mbak?Balasku.

    Gini aja, sabtu besok aku kosong, gak

    ada mata kuliah. Ntar aku antar ke kampus

    IAIN deh? Gmn?

    Okey. O, iya baca terjemahan Al-quran

    surat Al-Ahzab ayat 59, ya?

    Siap, Insya Allah. Singkatnya.

    Alhamdulillah, setetes kasih sayang

    petunjuk Allah telah jatuh hari ini teruntuk

    hambanya: Aisyah Qonita Bella.[]

    *Penulis adalah kru TROBOSAN.

  • 7/30/2019 Buletin Terobosan Edisi 349

    11/16

    TROBOSAN, Edisi349, 18 November 2012

    L a y a r

    11

    Seringkali pembahasan mengenai su-

    rutnyakalau tak mau dibilang sekarat

    minat Masisir untuk berkecimpung dalam

    dunia tulis menulis, menjadi topik yang

    hangat. Baik dalam jejaring sosial seperti

    facebookmisalnya, atau dalam diskusi rin-

    gan sampai obrolan antar sesama pegiat

    dunia tulis menulis.

    Sebagian bernada apatis, mati satu tak

    tumbuh lagi. Namun banyak juga yang

    tetap optimis, dunia tulis menulis Masisir

    harus bangkit kembali. dan Bagi yang

    merasa tidak berminat dalam dunia ini,lebih memilih bersikap acuh tak acuh.

    Karena pembahasan mengenai hal ini bu-

    kan sesuatu yang pantas untuk disikapi

    dengan keprihatinan.

    Ibarat perjalanan melewati gurun yang

    gersang nan tandus, dunia kepenulisan

    Masisir sedang haus akan penulis-penulis

    yang peka dan kritis. Syukurnya, dalam

    masa kritis seperti itu, terdapat oase kecil

    yang menawarkan kesegaran dan kenikma-

    tan. Salah satunya lewat workshop kepenu-

    lisan dan penerbitan yang diadakan olehatase pendidikan dan kebudayaan KBRI

    bekerjasama dengan penerbit Galang Press.

    6-7 Agustus 2012 lalu.

    Bertempat di Konsuler KBRI, hadir se-

    bagai pembicara Bapak Julianus Felicianus

    dan Ibu Sophie Mou dari Galang Press. Yang

    membawakan materi seputar kepenulisan

    dan seluk beluk penerbitan.

    Dalam acara yang dihadiri sekitar 40

    orang utusan tiap lembaga dan media Ma-

    sisir ini, melahirkan sebuah kesepakatan

    untuk menerbitkan buku berisi kumpulan

    tulisan masing-masing peserta workshop.

    Selang dua bulan kemudian, tepatnya pada

    29 Oktober 2012, buku tersebut diluncur-

    kan.

    Acara peluncuran buku ini diawali den-

    gan workshop kepenulisan yang dihadiri

    oleh Prof. Sangidu,M.Hum., Bapak Salman

    Faridi dari penerbit Bentang Pustaka Mi-

    zan, dan Ibu Sophie Mou dari Galang Press.

    Penerbit yang memiliki kantor pusat di

    Yogyakarta, Indonesia ini meluncurkan dua

    buah buku karya Masisir. Merah Putih di

    Negeri Kinanah : Catatan Harian Mahasiswa

    Indonesia di Mesir yang merupakan karya

    bersama Masisir dan Shocking Egypt yang

    ditulis oleh Mukhlason Jalaluddin, Lc.

    Lewat berbagai kisah di buku ini, kitabisa merasakan denyut kehidupan para

    mahasiswa Indonesia di Mesir, apa

    adanya. Komentar dari seorang penulis,

    Junanto Herdiawan di sampul depan buku

    Merah Putih di Negeri Kinanah: Catatan

    Harian Mahasiswa Indonesia di Mesir ini

    cukup menggambarkan isi buku tersebut.

    Buku yang memuat 31 tulisan Masisir ini

    memang isinya beragam. Banyak yangmenulis layaknya diary, namun ada juga

    yang memaparkan tentang beberapa

    fenomena yang hanya terjadi di Mesir,

    bahkan ada pula yang mengkritisi seputar

    pola kehidupan dan pembelajaran ala Ma-

    sisir.

    Jika buku ini dibaca oleh oleh selain

    Masisir, maka tanpa perlu jauh-jauh ke

    Mesir dan menyaksikan secara langsung

    dinamika kehidupan Masisir, pembaca akan

    memperoleh gambaran garis besarnya.

    Karena kumpulan tulisan ini begitu ber-agam dalam menceritakan suka duka per-

    juangan Masisir dalam menaklukkan Al-

    azhar dan berbaur dengan masyarakat Me-

    sir di ibu kota, Cairo.

    Pembaca akan menikmati kisah per-

    juangan seorang Masisir yang bersusah

    payah dan mencuri-curi kesempatan demi

    mengambil foto Presiden Turki dalam kun-

    jungannya ke Mesir secara langsung dan

    bersalaman dengan orang yang ia kagumi

    itu. Di beberapa tulisan lain, Masisir ber-

    cerita mengenai beberapa kota, objek

    wisata dan bangunan-bangunan bersejarah

    di dalamnya. Patut disimak juga cerita kon-

    yol dan menggelikan mereka saat ber-

    interaksi langsung dengan masyarakat Me-

    sir yang kesehariaannya berbahasa ammi-

    yah..

    Tetapi tak disangka di balik sikap

    kasarnya menyimpan kejujuran hati dalam

    bekerja dan pembawa amanah yang baik...

    Itu ungkapan yang diceritakan dalam tuli-

    san berjudul Bukan Tukang Kacang Polong

    Biasa... yang mengisahkan pengalaman

    unik penulis saat berinteraksi dengan

    pedagang

    di pasar.

    A d a

    juga cerita

    s e p u t a r

    p e r j u a n -

    gan dalam

    menakluk-

    kan Uni-

    v e r s i t a s

    t e r t u a

    kedua di

    dunia, AlA z h a r .

    B u k a n

    hanya tentang beratnya bobot akademis,

    namun juga birokrasi perkuliahan yang

    menuntut kesabaran dan keikhlasan. Belum

    lagi saat menghadapi lalu lintas ibu kota

    yang macet dan tanpa lampu rambu-rambu

    lalu lintas.

    Yang tak kalah pula, cerita tentang sua-

    sana bulan suci Ramadhan di Mesir yang

    sangat meriah dengan aksesoris dan

    makanan-makanan khasnya. Juga seputaruniknya watak dan kebiasaan mayarakat

    Mesir di bulan kesembilan dalam penang-

    galan Hijriah ini.

    Ragam tulisan dalam buku ini memang

    cukup mewakili dinamika kehidupan Ma-

    sisir secara apa adanya, suka dan dukanya.

    Karena penulisnya pun beragam, sehingga

    pembaca tidak hanya mendapat gambaran

    kehidupan Masisir dari satu sudut pandang

    saja. Namun terdapat pula beberapa tulisan

    yang hampir serupa isinya. Sehingga cerita

    yang sama pada tulisan berikutnya tidak

    lagi membuat pembaca penasaran sebagai-

    mana halnya saat ia membaca tulisan yang

    awal.

    Ala kulli haldengan hadirnya buku ini,

    penulis-penulis di dalamnya patut diapresi-

    asi. Di tengah lesunya geliat kepenulisan di

    lingkungan Masisir, mereka mampu mem-

    buktikan bahwa dunia tulis-menulis Ma-

    sisir belumlah mati. Semoga hadirnya buku

    ini menjadi suntikan semangat bagi Masisir

    untuk terus berkarya dengan tulisan. Ma-

    sisir, ayo menulis.[]

    *Penulis adalah Kru TROBOSAN.

    Suntikan Semangat Untuk Masisir,

    Merah Putih di Negeri KinanahOleh: Ainun Mardiyah*

    Dunia tulis menulis Masisir terasa semakin kering, lesu, tak bergairah. Galau!

  • 7/30/2019 Buletin Terobosan Edisi 349

    12/16

    TROBOSAN, Edisi348, 18 November 2012

    Bahasa Nusantara TerjajahOleh: Nurul Azizah*

    B a h a s a

    12

    Sebulan yang lalu, baru saja masyara-

    kat Indonesia merayakan hari Sumpah

    Pemuda yang jatuh pada tanggal 28 Okto-

    ber. Sumpah Pemuda adalah bukti otentik

    dilahirkannya bangsa Indonesia, makasudah seharusnya sebagai bangsa Indone-

    sia kita merayakan momentum yang ber-

    harga ini. Cobalah sejenak kita mengingat

    apa saja tiga point di dalam teks sumpah

    pemuda.

    Pertama: Kami putra dan putri

    Indonesia, mengaku bertumpah darah

    yang satu, tanah air Indonesia.

    Kedua: Kami putra dan putri Indonesia,

    mengaku berbangsa yang satu, bangsa

    Indonesia.

    Ketiga: Kami putra dan putri Indonesia,

    menjunjung bahasa persatuan, bahasa

    Indonesia.

    Saya membayangkan bagaimana

    Sugondo Djojopuspito ketika itu melafal-

    kannya, pasti dengan suara lantang, di-

    tambah sorot mata yang menggambarkan

    masa depan yang cerah. Para pemuda

    ketika itu bertekad akan mengangkat har-

    kat dan martabat bangsa Indonesia dari

    kolonialisme. Sekarang perhatikan se-

    jenak pada tulisan teks sumpah pemuda

    yang dituliskan oleh Moehammad Yamin.

    Semua kalimatnya dituliskan dengan ba-

    hasa Indonesia yang sesuai dengan EYD

    (Ejaan Yang Disempurnakan), jelas, ten-

    tunya bisa dibaca dengan mudah.

    Coba bayangkan, bagaimana teks sum-

    pah pemuda ditulis dengan bahasa gaul

    masa kini atau sering disebut Bahasa

    Alay, yang pasti akan sulit dibaca. Selain

    itu, merusak penjiwaan kita terhadap se-

    jarah sumpah pemuda. Ketika para pe-

    muda membacakan teks sumpah pemudadengan lantang artinya mereka bangga

    dengan bangsanya dan juga bahasanya,

    yaitu bahasa Indonesia. Tentu saja bahasa

    alay merusak bahasa Indonesia yang me-

    rupakan salah satu kekayaan bangsa ini.

    Maraknya bahasa alay merupakan

    salah satu fenomena yang terjadi di kalan-

    gan anak muda saat ini. Bahasa alay

    digunakan mulai dari SMS, chatting, face-

    book, twitter, blackberry messenger, dan

    sebagainya. Contohnya seperti, ciyusan,

    miapah, atau hurufnya yang gede-kecil.Misalkan untuk huruf A saja bisa diubah

    menjadi @ atau angka 4, jadi terlihat

    seperti sandi, tetapi kalau sandi atau kode

    ada nilai sejarahnya, lain lagi dengan ba-

    hasa alay sama sekali tidak ada sejarah-

    nya.

    Saya pernah bertanya kepada salahsatu teman, bagaimana bisa mereka bisa

    menulis huruf gede-kecil ditambah den-

    gan huruf yang diganti dengan angka

    dalam setiap status facebookatau SMS.

    Jawabannya cukup mengejutkan, karena

    ada handphone yang memang sudah

    disetting untuk bahasa alay, tinggal pilih

    mahu hurufnya gedel-kecil berurutan atau

    selang-seling. Saya saja pernah mencoba

    mengetikkan bahasa alaypada handphone

    dan memakan waktu yang sangat lama,

    wajar saja saya heran kenapa mereka bisa

    menggunakan bahasa alay dalam status

    facebookberkali-kali dalam sehari.

    Bahasa Indonesia ada karena melalui

    peradaban yang memakan jangka waktu

    panjang, tidak punah, karena dia kuat.

    Lain lagi dengan bahasa alay, semakin hari

    maka semakin ada yang ter-update, yang

    sudah lewat hilang begitu saja diganti

    yang baru, karena dia tidak kuat atau dia

    tidak melewati suatu peradaban yang

    panjang. Bahasa Indonesia juga disebut

    salah satu kekayaan budaya bangsa kita,

    jika salah satu kebudayaan kita dirusak,

    mahu jadi apa bangsa ini?

    Negara yang maju terlihat dari para

    pemuda bangsa tersebut, jika para pemu-

    danya berkualitas maka negara tersebut

    akan mengalami kejayaan, karena

    merekalah yang akan membangun nega-

    ranya. Akan tetapi, bisa dibayangkan jika

    para pemudanya saja sibuk update status

    facebook, atau twitter, apalagi dengan

    membudayanya bahasa alay, bagaimanabangsa ini ingin maju?

    Takut dibilang temannya tidak gaul

    kalau tidak memakai bahasa alay, me-

    mangnya negara akan maju jika pen-

    duduknya gaul? Apakah gaul itu membuat

    dirinya menjadi sukses?

    Saya pernah membaca bahwa tulisan

    seseorang mencerminkan kepribadian

    dirinya, jika tulisannya saja menggunakan

    bahasa alay, saya tidak bisa membayang-

    kan bagaimana kepribadian orang terse-

    but. Jika semua generasi muda mengguna-

    kan bahasa alay, saya takut dengan mus-

    nahnya penulis-penulis muda, karena

    tidak mungkin misalnya mereka menulis

    novel dengan bahasa alay. Pastinya, tidak

    ada satu pun penerbit yang akan mener-

    bitkan novel tersebut, lagi pula siapa yang

    rela mengedit naskah dengan bahasa alay?Generasi muda saat ini semakin dira-

    suki oleh budaya luar, rela menabung

    demi menonton konser boybandasal ko-

    rea, karaoke-an dan sebagainya. Selalu

    mengejar-ngejar apa update-an terbaru,

    seperti bahasa ciyusan, miapah yang se-

    dang booming kali ini. Saya sering mene-

    mukan di facebook atau twitter, sampai-

    sampai iklan di salah satu stasiun televisi

    turut ber-ciyusan dan miapah.

    Saya yakin bahasa seperti itu akan

    musnah seiring berjalannya waktu, pasti

    ada saja update-an terbaru. Seperti yang

    saya katakan, karena bahasa ciyusan mia-

    pah tidak kuat, tidak memiliki nilai sejarah

    dan tidak melewati suatu peradaban pan-

    jang. Saya heran, kenapa mereka tidak

    menggunakan bahasa Indonesia secara

    benar, saya kira tidak sulit untuk menulis-

    kan dengan bahasa yang benar, tidak me-

    makan waktu yang banyak. Lagi pula se-

    bagai pelajar pasti setiap harinya menulis

    dengan bahasa yang benar, tidak mungkin

    kita menulis pelajaran dengan bahasa

    alay.

    Ingin saya bertanya, apa maksud

    mereka menggunakan bahasa ciyusan,

    miapah, mungkin ingin dibilang imut atau

    manja. Seperti kata Darwis Tere-Liye,

    kalau hanya sekedar menjadi imut atau

    unyu-unyu, boneka juga punya sifat oten-

    tik seperti itu. Saya paling risih jika ada

    nama user facebookmenggunakan bahasa

    alay, biasanya jika ada permintaan perte-

    manan oleh orang-orang bernama alay,tidak saya confirm.

    Sebagai generasi muda, banggalah

    dengan Negara kita, bangsa kita, terutama

    bahasa kita. Jangan sampai bahasa kita

    terjajah, sudah cukup bahasa kita terjajah

    oleh para kolonial terdahulu. Jadilah ke-

    pribadian yang bagus, dewasa, dengan

    menggunakan tulisan yang benar. Pesan

    saya, bahwa menulis dengan bahasa yang

    benar itu tidak susah, tidak membuat

    anda merugi.

    *Penulis adalah keluarga Informatika,

    kru buletin Citra, dan pegiat kajian ilmu

    falak Afda PCIM.

  • 7/30/2019 Buletin Terobosan Edisi 349

    13/16

    TROBOSAN, Edisi349, 18 November 2012

    O p i n i

    13

    Media di tanah air saat ini ibarat mag-

    net, menarik perhatian pelbagai kalangan.

    Setiap orang berusaha untuk menjadi

    bagian dari media. Demikian karena begitu

    pentingnya peran media di era teknologi

    informasi seperti saat ini. Media juga lak-

    sana pedang bermata dua.

    Suatu ketika, ia bisa men-

    jadi kawan yang sangat

    membantu. Tapi di lain

    waktu, media dapat men-

    jadi musuh yang amat ke-

    jam.

    Peran media sangat efektif

    dalam mendongkrak citra seseo-

    rang. Fungsi inilah yang biasanya

    dimanfaatkan oleh para politisi. Misal-

    nya, dalam pemberitaan Pilkada DKI

    Jakarta, media banyak memberitakan

    pasangan kandidat dengan porsi lebih

    banyak dibanding kandidat lainnya. Siapa

    yang tak kenal Joko Widodo alias Jokowi?

    Seorang pengusaha yang tiba-tiba men-

    jelma menjadi Walikota Solo. Namanya

    semakin melambung ketika ia resmi dilan-

    tik menjadi Gubernur Jakarta. Sosoknya

    yang sederhana dan santun seringkali mun-

    cul di berbagai media. Keberhasilan Jokowimenjadi orang nomor satu di ibukota tak

    lepas dari peran media. Hampir tidak per-

    nah terdengar sisi buruk Jokowi yang dis-

    entuh media. Terlepas dari isu pencitraan

    atau bukan, sejauh ini Jokowi mampu

    menunjukkan kapasitasnya sebagai guber-

    nur dengan menerapkan visi misi yang

    diusungnya.

    Di sisi lain, media juga sarana mujarab

    untuk memperburuk opini. Terkadang, hal

    tersebut dilakukan untuk memojokkan dan

    menjatuhkan seseorang atau golongan.Jurnalis saat ini mirip seperti prajurit in-

    fanteri, bahkan jauh lebih menakutkan. Jika

    prajurit infanteri membutuhkan waktu

    berhari-hari untuk membunuh musuh,

    maka jurnalis dapat membunuh karakter

    musuh hanya dalam hitungan detik.

    Di kalangan Masisir, media juga punya

    masalah yang tak kalah runyam. Baru-baru

    ini merebak tulisan seputar isu lama mero-

    sotnya daya tarik tulis-menulis di kalangan

    Masisir. Alasan yang dikemukakan ber-

    agam. Sebagian berasumsi penyebabnya

    karena menurunnya minat baca Masisir.

    Bagaimana mereka menulis, jika membaca

    saja malas. Kemajuan teknologi dan

    perkembangan jejaring sosial dianggap

    turut serta dalam menggilas peran para

    j u r n a l i s . Pasalnya, khalayak lebih ter-

    tarik dengan

    b e r i t a

    p a r a

    pewarta

    dadakan lewat status

    Facebook mereka, meskipun tidak bisa

    dipertanggungjawabkan. Alasannya, karena

    instan.

    Ada pula yang beranggapan bahwa

    mandeknya dunia penulisan Masisir dise-

    babkan oleh menjamurnya dunia bisnis.

    Orientasinya hanya materi. Bagi para busi-nessman, dunia tulis menulis hanyalah

    membuang waktu yang dapat menjadi

    uang. Bagi mereka, keuntungan media se-

    batas tempat mempromosikan dagangan.

    Ada satu alasan yang sedikit absurd, se-

    bagian kalangan menilai terpuruknya me-

    dia Masisir dikarenakan konsentrasi para

    agent of change dalam bidang akademis.

    Akibat dari stagnasi dunia tulis-menulis

    Masisir, IJMA (Ikatan Jurnalis Masisir) yang

    notabenenya sebagai forum perkumpulan

    para jurnalis menjadi kambing hitam. IJMAdinilai belum mampu mengakomodasi ang-

    gotanya. Program-program yang digalak-

    kan hanya sebatas menunjukkan eksistens-

    inya. Kegiatan semacam kunjungan ke me-

    dia-media Mesir tak ubahnya seperti rihlah.

    Acara kopi darat yang bertujuan untuk

    sharing antar media hanya dihadiri sege-

    lintir orang. Belum ada pengaruh kuat yang

    dirasakan secara konkret. Dunia kepenuli-

    san Masisir masih tetap lesu. Bahkan, bagi

    sebagian orang IJMA dianggap sebagai alat

    KBRI untuk mengintervensi media-media

    Masisir. Barangkali ini yang membuat se-

    bagian jurnalis bersikap apatis terhadap

    IJMA. Terlepas daripada itu semua, usaha

    komunitas besutan KBRI itu patut menda-

    patkan apresiasi.

    Persamaan beberapa Media di Indone-

    sia dan lingkungan Masisir terletak pada

    konten informasi yang relatif kurang

    berimbang. Segala sesuatu diberitakan

    berdasarkan kacamata penulis atau

    afiliasi yang menaungi, bu-

    kan fakta kebenaran. Sering-

    kali penulis kurang mem-

    perhatikan data yang

    akurat. Adanya kecenderungan

    tersebut, membuat pembaca tidak

    memperoleh informasi yang lengkap

    dan utuh sehingga menimbulkan ke-

    bingungan. Bahkan pembaca digiring

    untuk mendukung golongan atau mem-

    benci kelompok tertentu. Adanya afiliasi

    media terhadap suatu komunitas juga men-

    imbukan independensi para jurnalis. Insan

    media seperti kru, layouterhingga pemim-

    pin redaksi tidak bisa bekerja secara inde-

    penden. Akibatnya, mental dan harga diri

    terkait profesionalisme menjadi menurun.

    Indonesia sudah cukup mengalami

    masa-masa keterbelakangan pada masa

    orde lama dulu. Tidak ada pers yang bebassaat itu, semua harus melewati seleksi

    (dalam hal ini departemen penerangan).

    Sekarang, dalam negara demokrasi, pers

    dan media menjadi salah satu pilar penjaga

    demokrasi. Pers dituntut untuk melakukan

    pemberitaan yang berimbang dan tidak

    menghakimi, namun tetap bisa menyam-

    paikan semua fakta yang ada.

    Pada akhirnya memang, konten yang

    tersaji akan kembali kepada selera dan

    tingkat pemahaman pembaca. Tulisan yang

    menyanjung figur atau ideologi suatukelompok dinilai wowoleh sebagian orang.

    Namun oleh sebagian lain, akan dinilai se-

    bagai tulisan sampah. Tinggal bagaimana

    pembaca menyikapinya. Mereka yang

    mempunyai fanatisme tinggi akan menjadi

    korban media. Namun mereka yang cerdas

    akan mengkomparasikan dan memfilter

    dengan tulisan-tulisan yang lain.

    *Penulis adalah Pemimpin Redaksi

    Buletin Informatika.

    Image:gupable.com

    Carut Marut MediaOleh: Sifrul Akhyar*

  • 7/30/2019 Buletin Terobosan Edisi 349

    14/16

  • 7/30/2019 Buletin Terobosan Edisi 349

    15/16

    TROBOSAN, Edisi349, 18 November 2012

    OrmabaOleh: Berry Prima*

    K o l o m

    15

    Shalah Kamil pada tanggal 18 November

    nanti akan ramai oleh wajah-wajah baru

    mahasiswa Indonesia. Pada hari itu, mereka

    akan mengikuti rangkaian acara Orientasi

    Mahasiswa Baru. Semacam Ospek jika di

    kampus Indonesia. Acara ini bisa dikatakan

    adalah acara paripurna dari seluruh rang-

    kaian orientasi yang digelar oleh Masisir.

    Sebab acara ini diselenggarakan organisasi

    induk mahasiswa Indonesia di Mesir. Sebe-

    lumnya, beberapa organisasi seperti Keke-

    luargaan, Almamater dan Organisasi Afiliasi

    sudah menggelar orientasi semacam ini,

    sebagai sambutan terhangat untuk adik-adik

    baru tentunya. Beberapa organisasi mengge-

    lar secara besar-besaran, sebagian dilaku-

    kan sederhana.

    Tradisi seperti ini patut dibangga-

    kan.Tradisi mengajak, membimbing dan

    memperkenalkan sesuatu yang tidak ada

    untung ruginya bagi senior jika tidak dilaku-

    kan. Namun bagi junior yang masuk ke

    dalam suasana dan tradisi yang sama sekali

    baru, bimbingan semacam ini sangat dibu-

    tuhkan. Persis seperti yang sering kita ucap-

    kan tak kenal maka tak sayang, sebuah

    perkenalan adalah pintu masuk bagi kasih

    sayang abadi.

    Orientasi mahasiswa baru adalah mo-

    men bersejarah bagi siapa saja yang akan

    memasuki perguruan tinggi. Oleh sebab itu,

    program ini akan menentukan langkah pe-

    serta didik kemudian hari. Namun demikian,

    orientasi di sini bukan berarti doktrin.

    Dalam KBBI, orientasi berarti peninjauan

    untuk menentukan sikap. Sikap seperti apa

    yang akan diambil oleh mahasiswa baru

    akan banyak terpengaruh oleh program

    seperti ini. Meski tidak dinafikan, ada ban-

    yak faktor yang mempengaruhi peserta

    didik di luar ORMABA. Menyadari

    pentingnya orientasi ini untuk mahasiswa

    baru, di Masisir acara ORMABA dilakukan

    secara serius dan didukung oleh KBRI. Ini

    bertolak belakang dengan tradisi OSPEK di

    Indonesia, bukan hanya berbeda secara

    penamaan. OSPEK di Indonesia lebih banyak

    mengenalkan hal-hal buruk, seperti bagai-

    mana kakak-kakak pembimbing mem-

    perolok adik-adik barunya. Membuat

    disiplin yang tidak masuk akal, memberi

    hukuman yang tidak pantas. Fenomena se-

    rupa tidak ditemukan di Masisir.

    Sejatinya, orientasi mahasiswa baru

    adalah pengenalan studi dan kampus serta

    mekanisme yang berlaku di dalamnya. Acara

    ini idealnya dimotori oleh pihak kampus.

    Namun kenyataanya di Al-Azhar tidak ada

    tradisi pengenalan semacam ini. Oleh

    karenanya, KBRI sebagai institusi induk

    masyarakat Indonesia di Mesir dan PPMI

    sebagai organisasi kemahasiswaan, mem-

    buat loncatan besar untuk melakukan orien-

    tasi bagi mahasiswa baru yang datang ke

    Mesir. Oleh karenanya, materi pengenalan

    sedikit banyak berbeda dengan orientasi

    mahasiswa yang dikenal di Indonesia. di

    Indonesia peserta orientasi hanya dikenal-

    kan kepada kampus dan segala macam akti-

    fitas dan mekanismenya, bidang studi dan

    organisasi kemahasiswaan. Di Masisir, pe-

    serta orientasi mahasiswa baru juga akan

    dikenalkan kepada KBRI beserta segala

    macam aturan dan fasilitas bagi WNI, or-

    ganisasi-organisasi kemahasiswaan dan non

    -kemahasiswaan, plus tips menghadapi

    ujian.

    Di Masisir, ORMABA dilakukan dengan

    ramah, tanpa aturan-aturan yang aneh. Para

    pemateri dari pejabat teras universitas al-

    azhar memberikan wejangan dengan bahasa

    yang santun, dengan bahasa fushah yang

    sebisa mungkin dapat dimengerti oleh

    mahasiswa baru. Kemudian pengenalan

    Senat-Senat mahasiswa yang dibawakan

    oleh kakak-kakak ketua Senat dengan nada

    yang tidak kalah ramah. Dari sekian sambu-

    tan hangat di atas, ada satu acara tambahan

    yang menggelikan, yaitu kiat-kiat mengha-

    dapi ujian dari para senior yang mendapat

    nilai Mumtaz.

    Kiat-kiat menghadapi ujian ala maha-

    siswa berprestasi akademik selalu ada di

    setiap ormaba. Wejangan-wejangan yang

    diberikan oleh para senior nana diluhung ini

    biasanya berkutat pada: taktik jitu melahap

    diktat kuliah, kemudian pada gilirannya

    bagaimana jurus ampuh menaklukkan soal-

    soal ujian. Khusus program yang satu ini

    tidak akan kita temukan di kampus

    manapun. Sebab tidak dinafikan, ujian Al-

    Azhar adalah bagian terpenting dari sekian

    proses belajar di Al-Azhar. Gagal dalam ujian

    berarti menambah kontrak satu tahun den-

    gan kampus. Gagal lagi bertambah lagi kon-

    trak, begitu seterusnya. Itulah sebabnya bagi

    sebagian mahasiswa Al-Azhar, hal ter-

    penting adalah ujian.

    Mengingat pentingnya nilai ujian bagi

    mahasiswa Al-Azhar, membuat acara penyu-

    luhan kiat-kiat menghadapi ujian menjadi

    popular. Namun demikian, acara seperti ini

    akan sangat bermanfaat jika tidak menafi-

    kan proses belajar yang diadakan oleh kam-

    pus. Artinya, selain mengikuti jurus-jurus

    pamungkas ala senior berprestasi di atas,

    tidak mengkesampingkan kegiatan belajar di

    kampus Al-Azhar kemudian sibuk mengge-

    lar Halaqoh-Halaqoh Itizali yang membahas

    diktat di luar kampus. Sangat disayangkan

    jika diktat yang seharusnya dipelajari ber-

    sama dosen di kelas, dilahap habis secara

    terpisah di bawah pengaruh kesaktian sen-

    ior-senior.

    Apresiasi setinggi-tingginya bagi penye-

    lenggara Fushul Taqwiyah dan bimbingan

    Muqorror. Program ini sangat membantu

    dalam menghadapi ujian. Namun jika tujuan

    utama adalah ilmu, seharusnya proses

    menuju ke sana untuk lebih dihargai. Jika

    tidak, para penyelenggara program tersebut

    sedang menggiring peserta didik ke pada

    kekeliruan besar. Tanpa disadari kita sedang

    memberikan pelajaran buruk kepada adik-

    adik baru. Program serupa diadakan tahun

    lalu di bawah tanggung jawab PPMI. Bagai-

    mana mungkin membahas habis-habisan

    kitab diktat yang seharusnya di bawah

    bimbingan dosen, namun dibelokkan ketem-

    pat yang tidak semestinya. Disadari ataupun

    tidak, program ini sedang memberikan pela-

    jaran kurang baik bagi Masisir. Atau jika

    nilai yang menjadi prioritas utama, bukan

    ilmu, program semacam ini tidak terban-

    tahkan.

    Kurang lebih 430 mahasiswa baru Indo-

    nesia akan tergabung ke dalam ORMABA

    tahun ini. Acara ini akan memberikan efek

    positif bagi peserta jika dilakukan dengan

    baik. Artinya, narasumber dalam acara

    tersebut memberikan pilihan bagi peserta

    untuk memilih. Bukan sebaliknya menggir-

    ing peserta untuk masuk ke dalam satu po-

    ros tertentu. Kalau boleh mengira-ngira,

    penulis kira mahasiswa baru sudah letih

    dengan orientasi. Sebelummengikuti ormaba

    tanggal 18 nanti, mahasiswa baru sudah

    beberapa kali mengikuti acara serupa sebe-

    lumnya. Oleh karenanya penting dicatat

    bahwa proses belajar serta dinamika keil-

    muan di Mesir mesti dijunjung tinggi. Nilai

    ujian sangat penting, namun proses menun-

    tut ilmu tidak kalah penting.

    Untuk mahasiswa baru, selamat belajar

    dan selamat berdinamika.

    *Penulis adalah keluarga TROBOSAN.

  • 7/30/2019 Buletin Terobosan Edisi 349

    16/16

    TROBOSAN Edisi 349 18 November 2012

    16

    What happened to our human rights?

    What happened to the sanctity of life?

    And all those other lies...

    Palestine tomorrow will be free...

    Image:likhalid.devianart.com