BAB II LANDASAN TEORI WAKTU BELAJAR...BAB II LANDASAN TEORI 1. WAKTU BELAJAR 1.1 Pengertian The...

28
BAB II LANDASAN TEORI 1. WAKTU BELAJAR 1.1 Pengertian The Liang Gie (2007:72) mengatakan secara sederhana dapatlah dirumuskan pengertian waktu sebagai kesempatan langgeng yang tersedia dalam alam semesta untuk manusia berprestasi. 1.2 Langkah Menggunakan waktu 1.2.1 Langkah menggunakan waktu menurut The Liang Gie Setiap mahasiswa perlu memiliki keterampilan dalam mengelola waktu yang dimiliki untuk keperluan belajar, langkahyang perlu ditempuh menurut The Liang Gie (2007:71) yaitu melakukan pengelompokkan dan penjatahan waktu untuk belajar, dari waktu 24 jam sehari yang dmiliki dapat ditentukan penjatahannya seperti 8 jam untuk tidur, 3 jam untuk memelihara diri (makan, kebersihan, kesehatan), 2 jam untuk keperluan pribadi da urusan kemasyarakatan, dan 11 jam untuk khusus belajar. Maka belau juga mengatakan setiap mahasiswa sebaikknya belajar lebih lama 1 jam setiap hari waktu 1 jam ini dapat diambil atau dihemat diwaktu istirahat atau kegiatan lain. Waktu ini dapat digunakan untuk membaca buku, literature maupun yang lain, browsing yang berguna memperluas pengetahuan. 1.2.2 Langkah menggunakan waktu menurut Edwinn C.Bliss dalam Hidayat Setyawan Menurut Edwinn C.Bliss dalam Hidayat Setyawan (1994 :28) teknik menggunakan waktu secara efektif yang paling banyak menolong:

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI WAKTU BELAJAR...BAB II LANDASAN TEORI 1. WAKTU BELAJAR 1.1 Pengertian The...

  • BAB II

    LANDASAN TEORI

    1. WAKTU BELAJAR

    1.1 Pengertian

    The Liang Gie (2007:72) mengatakan secara sederhana dapatlah dirumuskan

    pengertian waktu sebagai kesempatan langgeng yang tersedia dalam alam semesta untuk

    manusia berprestasi.

    1.2 Langkah Menggunakan waktu

    1.2.1 Langkah menggunakan waktu menurut The Liang Gie

    Setiap mahasiswa perlu memiliki keterampilan dalam mengelola waktu yang dimiliki

    untuk keperluan belajar, langkahyang perlu ditempuh menurut The Liang Gie (2007:71)

    yaitu melakukan pengelompokkan dan penjatahan waktu untuk belajar, dari waktu 24

    jam sehari yang dmiliki dapat ditentukan penjatahannya seperti 8 jam untuk tidur, 3 jam

    untuk memelihara diri (makan, kebersihan, kesehatan), 2 jam untuk keperluan pribadi da

    urusan kemasyarakatan, dan 11 jam untuk khusus belajar. Maka belau juga mengatakan

    setiap mahasiswa sebaikknya belajar lebih lama 1 jam setiap hari waktu 1 jam ini dapat

    diambil atau dihemat diwaktu istirahat atau kegiatan lain. Waktu ini dapat digunakan

    untuk membaca buku, literature maupun yang lain, browsing yang berguna memperluas

    pengetahuan.

    1.2.2 Langkah menggunakan waktu menurut Edwinn C.Bliss dalam Hidayat Setyawan

    Menurut Edwinn C.Bliss dalam Hidayat Setyawan (1994 :28) teknik menggunakan

    waktu secara efektif yang paling banyak menolong:

  • 1.2.2.1 Buatlah rencana

    Setelah mengetahui pentingnya waktu, maka perlu perencanaan dalam

    penggunaannya, jika tidak demikian akan terdapat kegiatan lain yang tidak mendesak

    dan kebetulan. Jangan biarkan kegiatan mendesak bahkan menggeser jadual belajar.

    Awalilah hari dengan membuat jadual yang umum dengan penekanan pada hal yang

    ingin dipelajari, misalnya pengantar pendidikan, matematika, makro dan lain-lain.

    Hari berikutnya belajar profesi pendidikan, bahasa inggris dan lain-lain.

    Para penemu, seniman dan orang-orang sukses tidaklah mempunyai karya yang

    secara kebetulan, melainkan dengan persiapan yang matang sebelumnya. Demikian

    pula dalam belajar menghargai waktu, hendaknya membiasakan diri merencanakan

    belajar, jangka waktu yang dibutuhkan untuk mencapai cita-cia.

    1.2.2.2 Jangan menunda

    Kebiasaan menunda pekerjaan akan berakibat fatal. Mestinya bisa terselesaikan

    dan waktu bisa digunakan untuk kegiatan lainnya, tetapi gara-gara menunda

    bergesernya waktu percuma. William James dalam bukunya principles of psychology,

    memberikan petunjuk sebaagai berikut: 1) putuskan untuk mulai bekerja, termasuk

    belajar. Langkah ini dengan seketika akan sangat baik untuk menggerakkan motivasi.

    2) jangan berbuat terlalu banyak dan cepat. Apapun alasannya, menunda suatu

    pekerjaan termasuk pengunduran waktu dari rencana semula.

    1.2.2.3 Beristirahat secukupnya

    Belajar dalam waktu lama tanpa istirahat bukanlah penggunaan waktu yang

    efektif. Energy makin menurun, kebosanan makin memhubungani dan ketegangan

    makin terkumpul. Tidak boleh menganggap istirahat sebagai penggunaan waktu yang

  • sia-sia. Istirahat dapat memberikan kesegaran untuk meningkatkan efektifitas, juga

    mengendurkan ketegangan sehingga baik bagi kesehatan. Apapun yang menambah

    kesehatan merupakan pemanfaatan waktu yang baik, asal saja istirahat yang tidak

    berlebih-lebihan.

    1.2.2.4 Janganlah menjadi sempurna yang berlebihan

    Sangat penting untuk menyadari perbedaan antara rajin belajar dan belajar secara

    memforsir diri kelewat batas. Belajar adalah usaha yang memakan waktu lama.

    Janganlah habis-habisan seolah tidak ada hari esok, akibatnya fisik akan melemah

    bahkan sakit. Banyak mahasiswa yang mengejar kesempurnaan. Cita-cita atau

    idealismenya sangat kuat sehingga mati-matian untuk memperolehnya dengan

    sempurna, inilah yang disebut perfeksionis. Orang yang berusaha keras untuk

    mencapai kesempurnaan akan merasa dikejar-kejar, dan merasa takut menghadapi

    kegagalan. Perfeksionisme yang berlebihan bukan hanya tidak sehat, tetapi juga

    menimbulkan kekacauan juwa seperti merasa tertekan, gelisah dan merugikan diri

    sendiri.

    1.2.3 Langkah mengatur waktu belajar menurut Hadiyatno dimuat dalam kompas.com

    Mahasiswa dianggap telah dewasa dan bertanggungjawab untuk mengatur waktu

    dan keuangannya sendiri. Terlalu banyak waktu untuk belajar sama buruknya dengan

    terlalu banyak waktu untuk bermain. Jadi perlu pengaturan kombinasi yang

    proporsional. Langkah berikut dapat membantu unttuk mengatur waktu dengan baik:

    1.2.3.1 Ketahui waktu aktivitas rutin

    Untuk mulai mengatur waktu, perlu diketahui terlebih dulu alokasi waktu dan sisa

    waktu yang tersisa. Survei waktu personal akan membantu untuk memperkirakan

  • waktu yang biasa dihabiskan untuk aktivitas rutin. Untuk memperoleh perkiraan yang

    akurat, harus menelusuri waktu yang dihabiskan dalam sepekan. Caranya, perkirakan

    waktu yang dihabiskan untuk setiap aktivitas per hari, lalu kalilah dengan tujuh untuk

    mendapatkan total aktivitas rutin dalam sepekan. Setelah itu, kurangkan dengan 168,

    total jam dalam sepekan. Sisa waktu ini adalah waktu-waktu yang harus dialokasikan

    untuk belajar.

    …. X 7 = …. Waktu tidur

    …. X 7 = …. Waktu mandi dan berdandan

    …. X 7 = …. Waktu makan termasuk persiapannya

    …. X 7 = …. Waktu jalan-jalan pada hari kerja

    …. X 7 = …. Waktu jalan-jalan pada akhir pekan

    …. X 7 = …. Waktu untuk sesi khusus, seperti beribadah

    …. X 7 = …. Waktu untuk mengerjakan tugas

    …. X 7 = …. Waktu untuk bekerja

    …. X 7 = …. Waktu untuk kuliah

    …. X 7 = …. Waktu rata-rata waktu untuk bersosialisasi

    TOTAL = ….

    Sisa waktu: 168 jam – (total)= ….

    1.2.3.2 Formula jam belajar

    Untuk mencapai nilai yang baik, tentu perlu mengalokasikan waktu belajar setiap

    pekan dengan baik pula. Gunakan aturan praktis, seperti belajar dua jam per pekan

    untuk mata kuliah yang mudah, tiga jam di kelas untuk kelas mata kuliah yang lebih

    sulit dan empat jam untuk kelas mata kuliah yang sulit. Misalnya, mata kuliah

  • kalkulus ditetapkan sebagai kelas sulit sehingga perlu 12 jam dalam sepekan untuk

    mempelajarinya secara khusus. Jika perlu, mengalokasikan lebih banyak jam bisa

    dilakukan.

    …. X 2 = …. Jam belajar mata kuliah yang mudah

    …. X 3 = …. Jam belajar mata kuliah yang lebih sulit

    …. X 4 = …. Jam belajar mata kuliah yang paling sulit

    TOTAL = ….

    Bandingkan jumlah jam yang didapatkan di sini dengan hasil survei sebelumnya.

    Ini waktu dimana banyak mahasiswa akan sedikit stres. Namun, yakinkan diri bahwa

    tak perlu cemas. Ini bukan sekadar soal kuantitas waktu belajar, namun juga

    menentukan kualitas. Cobalah selama seminggu dan buat penyesuaian yang

    diperlukan.

    1.2.3.3 Jadwal Harian

    Banyak metode yang dapat disesuaikan dengan kepribadian Anda, bisa berupa

    buku catatan, poster yang ditempel ke dinding kamar Anda atau cuma kartu 3x5 cm.

    Setelah Anda menentukannya, mulailah dengan memasukkan jadwal utama, seperti

    kelas kuliah, bekerja, makan, dan sebagainya. Lalu masukkan jadwal belajar Anda

    seperti yang sudah Anda rumuskan di poin 2. Aturlah agar Anda belajar pada jam-jam

    saat Anda masih bersemangat. Jadwalkan istirahat selama 10 menit dalam setiap

    jamnya.

    1.2.3.4 Tak Perlu Perfeksionis

    Mencoba untuk menjadi orang yang perfeksionis hanya akan membawa Anda

    pada keterpurukan. Tak ada orang yang sempurna. Tugas-tugas yang sulit biasanya

    http://ads6.kompasads.com/new/www/delivery/ck.php?oaparams=2__bannerid=10555__zoneid=1473__cb=%7Brandom%7D__oadest=http://gramedia.com/http://ads6.kompasads.com/new/www/delivery/ck.php?oaparams=2__bannerid=10555__zoneid=1473__cb=%7Brandom%7D__oadest=http://gramedia.com/

  • dihindari dan ditunda. Anda perlu menetapkan tujuan yang harus dicapai, tetapi juga

    perlu tantangan.

    1.2.3.5 Belajar Untuk Berkata “Tidak”

    Sebagai contoh, seorang teman ingin mengajak Anda menonton film malam ini.

    Padahal Anda sudah menjadwalkan besok waktunya bersosialiasi dan malam ini

    Anda harus belajar dan mencuci pakaian. Anda sebenarnya tidak tertarik. Anda ingin

    mengatakan tidak, namun Anda tidak suka mengecewakan orang lain. Mengatakan

    "tidak" dengan sopan harus menjadi kebiasaan. Berani berkata "tidak" membuat Anda

    bebas menggunakan waktu untuk hal-hal yang penting.

    1.2.3.6 Belajar Menetapkan Prioritas

    Prioritaskan tanggung jawab dan janji Anda. Banyak orang tidak tahu cara

    memprioritaskan sesuatu dan mudah menunda-nunda pekerjaan. Salah satu metode

    yang bisa membantu Anda adalah daftar ABC. Tempatkan hal-hal yang harus

    dilakukan hari itu juga dalam kelompok A. Sementara hal-hal yang bisa diselesaikan

    dalam seminggu bisa dimasukkan dalam kelompok B, hal-hal yang bisa dilakukan

    dalam waktu sebulan dimasukkan saja ke dalam kelompok C.

    1.2.3.7 Mengombinasikan lebih dari satu aktivitas

    Salah satu metode yang bisa membantu Anda adalah daftar ABC. Tempatkan hal-

    hal yang harus dilakukan hari itu juga dalam kelompok A. Sementara hal-hal yang

    bisa diselesaikan dalam seminggu bisa dimasukkan dalam kelompok B, hal-hal yang

    bisa dilakukan dalam waktu sebulan dimasukkan saja ke dalam kelompok C.

  • 1.2.3.8 Kesimpulan

    Setelah menetapkan dan mematuhi jadwal menjadi kebiasaan, Anda akan

    menyesuaikan diri. Jujurlah pada diri sendiri dalam membuat dan menaatinya. Lebih

    mudah untuk melakukan sesuatu dengan waktu tersisa daripada mencari waktu ekstra

    untuk melakukan sesuatu.

    2. MOTIVASI

    Huitt, W. (2001) mengatakan motivasi adalah suatu kondisi atau status internal

    (kadang-kadang diartikan sebagai kebutuhan, keinginan, atau hasrat) yang

    mengarahkan perilaku seseorang untuk aktif bertindak dalam rangka mencapai suatu

    tujuan. Jadi ada tiga kata kunci tentang pengertian motivasi menurut Huitt, yaitu: (1)

    kondisi atau status internal itu mengaktifkan dan memberi arah pada perilaku seseorang;

    (2) keinginan yang memberi tenaga dan mengarahkan perilaku seseorang untuk mencapai

    suatu tujuan; (3) tingkat kebutuhan dan keinginan akan berhubungan dengan intensitas

    perilaku seseorang. Suhaenah Suparno (2001:100) mengemukakan motivasi merupakan

    keadaan internal seseorang yang mendorong orang tersebut untuk melakukan sesuatu.

    Dalam belajar, tingkat ketekunan siswa sangat ditentukan oleh adanya motif dan kuat

    lemahnya motivasi belajar yang ditimbulkan motif tersebut. Pengertian motivasi yang

    lebih lengkap menurut Sudarwan Danim (2004 : 2) motivasi diartikan sebagai kekuatan,

    dorongan, kebutuhan, semangat, tekanan, atau mekanisme psikologis yang mendorong

    seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai prestasi tertentu sesuai dengan apa

    yang dikehendakinya. Motivasi paling tidak memuat tiga unsur esensial, yakni : (1) faktor

    pendorong atau pembangkit motif, baik internal maupun eksternal; (2) tujuan yang ingin

  • dicapai; (3) strategi yang diperlukan oleh individu atau kelompok untuk mencapai tujuan

    tersebut.

    2.1 Teori Motivasi

    2.1.1 Teori Motivasi dari Maslow

    Sehubungan dengan motivasi, Maslow menyusun suatu teori tentang kebutuhan

    manusia yang bersifat hierarkis, dan dikelompokkan menjadi lima tingkat, yaitu:

    physiological needs, safety needs, belongingness and love needs, esteem needs, and need

    for self-actualiztion (Maslow, 1970) dalam Mulyasa (2009:59).

    2.1.2 kebutuhan fisiologis (physiological needs)

    dari sekian banyak kebutuhan manusia, terdapat kebutuhan utama yang dikenal

    dengan istilah kebutuhan dasar. Kebutuhan ini paling rendah tingkatannya dan

    memerlukan pemenuhan yang paling mendesak, seperti udara untuk bernafas, makanan

    dan minuman

    2.1.3 kebutuhan rasa aman (safety needs)

    kebutuhan pada tingkat kedua setelah kebutuhan fisoilogis terpenuhi ini merupakan

    suatu kebutuhan yang mendorong individu untuk memperoleh ketentraman, kepastian

    dan keteraturan dari lingkungannya, seperti kebutuhaan akan pakaian, tempat tinggal, dan

    perlindungan atas tindakan sewenang-wenang.

    2.1.4 kebutuhan kasih sayang (belongingness and love needs)

    kebutuhan ini mendorong setiap orang untuk mengadakan hubungan afektif atau

    ikatan emosional dengan orang lain, baik dengan sesama ataupun lain jenis di lingkungan

    keluarga maupun masyarakat, seperti rasa disayangi dan menyayangi, dditerima dan

    dibutuhkan orang lain.

  • 2.1.5 kebutuhan akan rasa harga diri (esteem needs)

    kebutuhan akan rasa harga diri terdiri daridua, yang pertama adalah penghormatan

    atau penghargaan dari dirisendiri, dan yang kedua adalah penghargaan dari orang lain.

    Seperti keinginan untuk memiliki kekuatan pribadi dan mendapatkan penghargaan atas

    prestasi yang diraih. Kebutuhan ini juga mencakup hasrat ayau keinginan untuk berfikir

    keras mengenai diri sendiri (self esteem), keinginan supaya orang lain peduli akan

    dirinya, ingin agar oranglain peduli pada dirinya, maupun sebaliknya. Karena

    penghargaan adalah apa yang membuat kita merasa yakin dan berguna, tanpa

    penghargaan ini kita merasa rendah dan tidak berguna, Mulyasa (2009:60).

    2.1.6 kebutuhan akan aktualisasi diri (need for self-actualiztion)

    kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang menempati tingkatan jenjang hierarki yang

    paling tinggi dan akan muncul bila kebutuhan yang telah dijelaskan sebelumnya telah

    terpenuhi. Aktualisasi diri merupakan realisasi potensi yang dimiliki, yaitu latihan untuk

    menyalurkan bakat setiap individu atau dalam hal ini mahasiswa hingga mencapai batas

    maksimal. Sebagian besar orang tidak memiliki atau mencapai kebutuhan ini, sebab

    mereka tidak pernah secara maksimal mampu memenuhi kebutuhan pada tingkatan

    sebelumnya misalnya kebutuhan akan cinta dan penghargaan. Amnesia dalam hidupnya

    berusaha untuk memenuhi semua kebutuhannya mulai dari jenjang paling bawah, paling

    dasar yaitu kebutuhan fisiologis, dan berlanjut pada tingkatan berikutnya setelah yang ini

    terpenuhi begitu terus. Namun tidak terjadi sama apabila menurun misalnya karena salah

    satu jenjang kebutuhan tidak terpenuhi salah satu, penurunan tidak terjadi dalam satu

    tingkat saja tetapi dapat beberapa tingkatan sekaligus.

  • 2.2 Teori Maslow dapat digunakan sebagai pegangan untuk melihat dan mengerti mengapa

    dalam kaitannya dengan peningkatan kualitas pembelajaran

    2.2.1 peserta didik yang lapar, sakit atau kondisi fisiknya tidak baik tidak memiliki

    motivasi untuk belajar

    2.2.2 peserta didik lebih senang belajar dalam suasana yang menyenangkan

    2.2.3 peserta didik yang merasa disenangi, diterima oleh teman atau kelompoknya akan

    memiliki minat belajar yang lebih dibanding dengan peserta didik yang diabaikan

    atau dikucilkan

    2.2.4 keinginan peserta didik untuk mengetahui dan memahami sesuatu tidak selalu sama

    2.3 Cara Membangkitkan Motivasi Belajar

    Terdapat beberapa prinsip yang dapat diterapkan untuk meningkatkan semangat

    belajar peserta didik menurut Mulyasa (2009:62)

    2.3.1 Peserta didik akan belajar lebih giat apabila topik yang dipelajarinya menarik dan

    berguna bagi dirinya

    2.3.2 Tujuan pembelajaran harus disusun dengan jelas dan diinformasikan kepada peserta

    didik sehingga mereka mengetahui tujuan belajar

    2.3.3 Peserta didik harus selalu diberitahu tentang kompetensi dan hasil belajarnya

    2.3.4 Pemberian pujian dan hadiah lebih baik dari pada hukuman, namun sewaktu-waktu

    hukuman juga diperlukan

    2.3.5 Manfaatkan sikap, cita-cita rasa ingin tahu dan ambisi peserta didik

    2.3.6 Usahakan untuk memperhatikan perbedaan individual eserta didik, misalnya

    perbadaan kemampuan, latar belakang dan sikap

  • 2.3.7 Usahakan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dengan jalan memperhatikan

    kondisi fisik, memberikan rasa aman, menunjukkan bahwa guru memperhatikan

    mereka, mengatur pengalaman belajar sedemikian rupa sehingga memperoleh

    kepuasan dan penghargaan, serta mengarahkan pengalaman belajar kearah

    keberhasilan sehingga mencapai prestasi dan mempunyai kepercayaan diri.

    2.4 Fungsi Motivasi

    Ada tiga fungsi motivasi menurut Hamalik (2003: 16) yaitu sebagai berikut :

    1) Mendorong timbulnya kelakuan atau sesuatu perbuatan. Tanpa motivasi maka

    tidak akan timbul suatu perbuatan seperti belajar.

    2) Motivasi berfungsi sebagai pengarah artinya menggerakkan perbuatan kearah

    pencapaian tujuan yang diinginkannya.

    3) Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin, besar kecilnya

    motivasi akan menentukan sepat atau lambannya pekerjaan.

    Syaodih (dalam Riduwan, 2005 : 200) menyatakan fungsi dari motivasi adalah:

    1) Mendorong anak dalam melaksanakan sesuatu aktivitas dan tindakan

    2) Dapat menentukan arah perbuatan seseorang

    3) Motivasi berfungsi dalam menyeleksi jenis-jenis perbuatan dan aktivitas

    seseorang.

    Aspek motivasi dalam keseluruhan proses belajar mengajar sangat penting, karena

    motivasi dapat mendorong siswa untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu yang

    berhubungan dengan kegiatan belajar. Motivasi dapat memberikan semangat kepada

    siswa dalam kegiatan-kegiatan belajarnya dan memberi petunjuk atas perbuatan yang

    dilakukannya. Maka harus dilakukan suatu upaya agar siswa memiliki motivasi belajar

  • yang tinggi. Dengan demikian siswa yang bersangkutan dapat mencapai hasil belajar

    yang optimal.

    3. Peranan Motivasi dalam Belajar

    Motivasi adalah dorongan yang menyebabkan terjadinya suatu perbuatan atau

    tindakan. Perbuatan belajar pada siswa terjadi karena adanya motivasi untuk melakukan

    perbuatan belajar. Motivasi dipandang berperan dalam belajar karena motivasi

    mengandung nilai-nilai sebagai berikut :

    1) Motivasi menentukan tingkat berhasil atau kegagalan perbuatan belajar siswa.

    Belajar tanpa motivasi kiranya sulit untuk berhasil.

    2) Pengajaran yang bermotivasi pada hakikatnya adalah pengajaran yang disesuaikan

    dengan kebutuhan, dorongan, motif, minat yang dimiliki oleh siswa.

    3) Pengajaran yang bermotivasi membentuk aktivitas dan imaginitas pada guru untuk

    berusaha secara sungguh-sungguh mencari cara-cara yang sesuai dan serasi guna

    membangkitkan dan memelihara motivasi belajar siswa. Guru senantiasa berusaha

    agar siswa-siswa pada akhirnya memiliki (self motivation) yang baik.

    4) Berhasil atau tidak berhasilnya dalam membangkitkan penggunaan motivasi

    dalam pengajaran sangat erat hubungan dengan aturan disiplin dalam kelas.

    Ketidakberhasilan dalam hal ini mengakibatkan timbulnya masalah disiplin dalam

    kelas.

    5) Azas motivasi menjadi salah satu bagian yang integral dari asas-asas mengajar.

    Penggunaan motivasi dalam mengajar bukan saja melengkapi prosedur mengajar,

    tetapi juga menjadi faktor yang menentukan pengajaran yang efektif. Demikian

  • pengajaran yang berasaskan motivasi adalah sangat penting dalam proses belajar

    dan mengajar.

    Siswa dalam belajar hendaknya merasakan adanya kebutuhan psikologis yang

    normatif. Siswa yang termotivasi dalam belajarnya dapat dilihat dari karakteristik tingkah

    laku yang menyangkut minat, ketajaman, perhatian, konsentrasi, dan ketekunan. Siswa

    yang memiliki motivasi rendah dalam belajarnya menampakkan keengganan, cepat

    bosan, dan berusaha menghindar dari kegiatan belajar. Disimpulkan bahwa motivasi

    menentukan tingkat berrhasil tidaknya kegiatan belajar siswa. Motivasi menjadi salah

    satu faktor yang menentukan belajar yang efektif.

    4. Faktor-Faktor Yang Memhubungani Motivasi Belajar

    Tugas guru (Ishak, 2008 : 6) adalah membangkitkan motivasi anak didik sehingga

    ia mau melakukan belajar. Dapat timbul dari dalam diri individu dan dapat pula timbul

    akibat hubungan dari luar dirinya. Hal ini akan diuraikan sebagai berikut :

    1. Motivasi Instrinsik .

    Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam diri individu sendiri tanpa ada

    paksaan dan dorongan dari orang lain, tetapi atas kemauan sendiri, misalnya siswa

    belajar karena ingin mengetahui seluk beluk suatu masalah selengkap-lengkapnya,

    ingin menjadi orang yang terdidik, semua keinginan itu berpangkal pada penghayatan

    kebutuhan dari siswa berdaya upaya, melalui kegiatan belajar untuk memenuhi

    kebutuhan itu. Namun sekarang kebutuhan ini hanya dapat dipenuhi dengan belajar

    giat, tidak ada cara lain untuk menjadi orang terdidik atau ahli, lain belajar. Biasanya

    kegiatan belajar disertai dengan minat dan perasaan senang.

    2. Motivasi Ekstrinsik .

  • Jenis motivasi ini timbul akibat hubungan dari luar individu, apakah karena ajakan,

    suruhan atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian

    akhirnya ia mau belajar. Motivasi belajar selalu berpangkal pada suatu kebutuhan

    yang dihayati oleh orangnya sendiri, walaupun orang lain memegang peran dalam

    menimbulkan motivasi itu, yang khas dalam motivasi ekstrisik bukanlah ada atau

    tidak adanya hubungan dari luar, melainkan apakah kebutuhan yang ingin dipenuhi

    pada dasarnya hanya dapat dipenuhi dengan cara lain. Dalam upaya meningkatkan

    motivasi siswa, guru mempunyai peran penting dalam keberhasilan belajar siswa,

    beberapa peran itu antara lain :

    1) Mengenal setiap siswa yang diajarkan secara pribadi.

    2) Mampu memperlihatkan interaksi yang menyenangkan, interaksi yang

    menyenangkan ini akan menimbulkan suasana aman dalam kelas.

    3) Menguasai berbagai methode dan teknik mengajar dan menggunakan secara

    tepat.

    4) Menjaga suasana kelas supaya para siswa terhindari konflik dan frustasi.

    5) Memperlakukan siswa sesuai dengan keadaan dan kemampuan.

    5. Indikator Motivasi Belajar Siswa

    Motivasi yang terdapat pada masing-masing individu, beragam kekuatannya.

    Kekuatan tersebut dapat berubah-ubah sepanjang waktu, kadang menguat, kadang

    melemah. Ada motif yang begitu kuat sehingga menguasai motif-motif lainnya. Motif

    yang paling kuat merupakan motif yang menjadi sebab utama tingah laku individu pada

    waktu tertentu. Motif yang lemah hampir tidak mempunyai hubungan pada tingkah laku

    individu. Motif yang kuat pada suatu saat akan menjadi sangat lemah karena ada motif

  • lain yang lebih kuat pada saat itu. Indikator motivasi Menurut Syamsuddin Makmun

    (2004:40) antara lain: (1) durasinya kegiatan (berapa lama kemampuan penggunaan

    waktunya untuk melakukan kegiatan), (2) frekuensinya kegiatan (berapa sering kegiatan

    dilakukan dalam periode waktu tertentu), (3) presistensinya (ketepatannya dan

    kelekaannya) pada tujuan kegiatan, (4) ketabahan, keuletan, dan kemampuannya dalam

    menghadapi rintangan dan kesulitan untuk mencapai tujuan, (5) devosi (pengabdian)

    dan pengorbanan (uang, tenaga pikiran, bahkan jiwanya atau nyawanya) untuk

    mencapai tujuan, (6) tingkatan aspirasinya (maksud, rencana, cita-cita, sasaran atau

    target dan idolanya) yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan, (7) tingkatan

    kualifikasi prestasi atau produk atau output yang dicapai dari kegiatannya (berapa

    banyak, memadai atau tidak, memuaskan atau tidak), (8) arah sikapnya dengan sasaran

    kegiatan (like orr dislike, positif atau negatif).

    3. KOMPETENSI GURU

    Menurut kamus umum bahasa Indonesia (WJS. Purwadarminta) kompetensi berarti

    kewenangan kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan suatu hal. Pengertian dasar

    kompetensi (competency) yakni kemampuan atau kecakapan. Kata professional berasal

    dari kata sifat yang berarti pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti orang yang

    mempunyai keahlian seperti guru, dokter, hakim, dan sebagainya. Dengan kata lain

    pekerjaan yang bersifat professional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh

    mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh

    mereka yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain (Sudjana,1988).

    Berdasarkan PP 74 tahun 2008 tentang Guru dan Dosen, yang termuat dalam bab II

    disebutkan Pasal 2 Guru wajib memiliki Kualifikasi Akademik, kompetensi, Sertifikat

  • Pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan

    tujuan pendidikan nasional. Kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan,

    keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan

    oleh Guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Kompetensi menurut Mulyasa

    (2009:26) diartikan dan dimaknai sebagai perangkat perilaku efektif yang terkait dengan

    eksplorasi dan investigasi, menganalisis dan memikirkan serta memberikan perhatian

    dan mempersepsi yang mengarahkan seseorang menemukan cara-cara untuk mencapai

    tujuan tertentu secara efektif dan efisien. Kompetensi Guru tersebut meliputi kompetensi

    pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang

    diperoleh melalui pendidikan profesi. Pengembangan keempat standar kompetensi

    tersebut dalam Mulyasa (2009:28) perlu didasarkan pada (1) landasan konseptual,

    landasan teoritik, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku; (2) landasan empirik

    dan fenomena pendidikan yang ada, kondisi, strategi, dan hasil dilapangan, serta

    kebutuhan stakeholders; (3) jabaran tugas dan fungsi guru: merancang, melaksanakan,

    dan menilai pembelajaran serta mengembangkan pribadi peserta didik; (4) jabaran

    indicator standar kompetensi, rumpun kompetensi, butir kompetensi, dan indicator

    kompetensi; dan (5) pengalaman belajar dan asesmen sebagai tagihan konkret yang dapat

    diukur dan diamati untuk setiap indicator kompetensi (Depdiknas, 2004).

    1. Guru Sebagai Agen Pembelajaran

    Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP) pasal 28, dikemukakan bahwa: pendidik

    harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat

    jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan

    nasional. Dalam penjelasan dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan pendidik sebagai

  • agen pembelajaran (learning agent) adalah peran pendidik antara lain sebagai fasilitator,

    motivator, pemacu maupun pemberi inspirasi.

    1.1 Guru sebagai fasilitator

    Tugas guru tidak hanya menyampaikan informasi kepada peserta didik, tetapi

    harus menjadi fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar (facilitate

    of learning) kepada seluruh peserta didik, agar mereka dapat belajar dalam

    suasana yang menyenagkan, gembira, penuh semangat, tidak cemas dan berani

    mengemukakan pendapat secara terbuka. Dalam Mulyasa (2009:54) sebagai

    fasilitator, tugas guru yang paling utama adalah to facilitate of learning

    (memberi kemudahan belajar), bukan hanya menceramahi, atau mengajar,

    apalagi menghajar peserta didik, kita perlu guru yang demokratis, jujur dan

    terbuka, serta siap dikritik oleh peserta didiknya. Selain itu sangat penting

    pembelajaran terpadu, accelerated learning, moving class, konstruktivisme,

    konstextual learning, quantum learning digunakan sebagai model pembelajaran

    yang dapat membangkitkan motivasi belajar peserta didik.

    Guru sebagai fasilitator sedikitnya harus memiliki 7 (tujuh) sikap seperti yang

    diidentifikasikan Rogers (dalam Knowles, 1984) yang tercantum dalam Mulyasa

    (2009:55) berikut ini

    1.1.1 tidak berlebihan mempertahankan pendapat dan

    keyakinannya, atau kurang terbuka

    1.1.2 dapat lebih mendengarkan peserta didik, terutama tentang

    aspirasi dan perasaannya

  • 1.1.3 mau dan mampu menerima ide peserta didik yang inovatif

    dan kreatif bahkan yang sulit sekalipun

    1.1.4 lebih meningkatkan perhatiannya dengan hubungan dengan

    peserta didik seperti halnya dengan bahan pembelajaran

    1.1.5 dapat menerima balikan (feedback), baik yang sifatnya

    positif maupun negative dan menerimanyaa sebagai

    pandangan yang konstruktif dengan diri dan perilakunya.

    1.1.6 Toleransi dengan kesalahan yang diperbuat peserta didik

    selama proses pembelajaran

    1.1.7 Menghargai prestasi peserta didik meskipun biasanya

    mereka sudah tau prestasi yang dicapainya

    1.2 Guru sebagai motivator

    Menurut Mulyasa (2009:58) motivasi merupakan salah satu factor yang dapat

    meningkatkan kualitas pembelajaran, karena peserta didik akan belajar dengan

    sungguh-sungguh pabilaa memiliki mitivasi yang tinggi, oleh karena itu untuk

    meningkatkan kualitas pembelajaran, guru harus mampu membangkitkan

    motivasi belajar peserta didik sehingga dapa mencapai tujuan pembelajaran.

    guru Sebagai motivator Mulyasa (2009:59) mengatakan guru harus mampu

    membangkitkan motivasi belajar, dengan memperhatikan prinsip-prinsip sebagai

    berikut

    1.2.1 peserta didik akan bekerja keras kalau memiliki minat dan

    perrhatian dengan pekerjaannya

    1.2.2 memberikan tugas yang jelas dan dapat dimengerti

  • 1.2.3 memberikan penghargaan dengan hasil kerja dan prestasi

    peserta didik

    1.2.4 menggunakan hadiah dan hukuman secara efektif dan tepat

    guna

    1.2.5 memberikan penilaian dengan adil dan transparan

    1.3 Guru sebagai pemacu

    Guru sebagai pemacu belajar diharapkan dapat melipat gandakan kemampuan

    daan potensi peserta didik dan membantunya untuk mengembangkannnya sesuai

    dengan harapan dan cita-citanya di masa depan. Dalam Mulyasa (2009:65) guru

    juga harus berpacu dalam pembelajaran, dengan memberikan kemudahan

    belajar bagi seluruh peserta didik agar dapat mengembangkan potensinya secara

    optimal, dalam hal ini guru harus kreatif, profesionaldan menyenangkan dengan

    memposisikan diri sebagai berikut

    1.3.1 orang ua yang penuh kasih saying pada peserta didik

    1.3.2 teman, tempat mengadu dan mengutarakan perasaan bagi

    peserta didik

    1.3.3 fasilitator selalu siap memberikan kemudahan dan melayani

    peserta didik sesuai minat kemampuan dan bakatnya

    1.3.4 memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk

    dapt mengetahui permasalahan yang dihadapi anak dan

    memberikan saran pemecahannya

    1.3.5 memupuk rasa percaya diri, berani dan bertanggungjawab

  • 1.3.6 membiasakan peserta didik untuk saling berhubungan

    dengan orang lain secara wajar

    1.3.7 mengembangkan proses sosialisasi yang wajar antar peserta

    didik orang lain dan lingkungannya

    1.3.8 mengembangkan kreatifitas

    1.3.9 menjadi pembantu ketikadibutuhkan

    1.4 Guru sebagai pemberi inspirasi

    Guru sebagai pemberi inspirasi belajar harus mampu memerankan diri dan

    memberikan inspirasi bagi peserta didik, dapat membangkitkan dan

    mengembangkan berbagai gagasan, ide dan pemikiran baru, dengan berusaha

    menciptakan lingkungan sekolah yang aman,nyaman, tertib, optimism dan

    menjadai harapan dari seluruh warga sekolah sehingga tercipta kondisi beajar

    yang menyenangkan tanpa menimbulkan kejenuhan dan kebosanan.

    2. Kompetensi Paedagogik

    Standar Nasional Pendidikan menjelaskan dalam pasal 28 ayat 3 dikemukakan bahwa

    kompetensi paedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang

    meliputi pemahaman dengan peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,

    evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan

    berbagai potensi yang dimilikinya. Matinis Yamin & Maisah (2010:9) Kompetensi

    paedagogik meliputi pemahaman dengan peserta didik, perencanaan dan pelaksaan

    pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan mengembangkan peserta didik untuk

    mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi pedagogik

  • merupakan kemampuan Guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang

    sekurang-kurangnya meliputi:

    a. pemahaman wawasan atau landasan kependidikan;

    b. pemahaman dengan peserta didik;

    c. pengembangan kurikulum atau silabus;

    d. perancangan pembelajaran;

    e. pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis;

    f. pemanfaatan teknologi pembelajaran;

    g. evaluasi hasil belajar; dan

    h. pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang

    dimilikinya.

    3. Kompetensi professional

    Matinis Yamin & Maisah (2010:11) Kompetensi professional merupakan penguasaan

    meteri pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan matteri

    kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya,

    serta penguasaan dengan struktur dan metodologi keilmuan. Kompetensi profesional

    sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan kemampuan Guru dalam menguasai

    pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan atau seni dan budaya yang

    diampunya yang sekurang-kurangnya meliputi penguasaan:

    a. materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi

    program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata

    pelajaran yang akan diampu;

  • b. konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan,

    yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan

    pendidikan, mata pelajaran, dan atau kelompok mata pelajaran yang akan

    diampu.

    4. Kompetensi social

    Matinis Yamin & Maisah (2010:12) Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru

    untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesame pendidik,

    tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi

    sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan kemampuan Guru sebagai bagian

    dari Masyarakat yang sekurang-kurangnya meliputi kompetensi untuk: (a) berkomunikasi

    lisan, tulis, dan/atau isyarat secara santun; (b) menggunakan teknologi komunikasi dan

    informasi secara fungsional; (c) bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama

    pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua atau wali peserta

    didik; (d) bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma

    serta system nilai yang berlaku; dan (e) menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan

    semangat kebersamaan.

    5. Kompetensi kepribadian

    Matinis Yamin & Maisah (2010:8) Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan

    personal yang mencerminkan kepribadaian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan

    berwibawa, menjadi teladan bagi perserta didik, dan berakhlak mulia. Kompetensi

    kepribadian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya mencakup

    kepribadian yang beriman dan bertakwa; berakhlak mulia; arif dan bijaksana; demokratis;

    mantap; berwibawa; stabil; dewasa; jujur; sportif; menjadi teladan bagi peserta didik dan

  • masyarakat; secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri; dan mengembangkan diri

    secara mandiri dan berkelanjutan.

    6. PENELITIAN TERDAHULU

    Penelitian terdahulu yang telah dilakukan tidak ada yang persis sama dengan judul

    penelitian ini, hanya yang menyangkut beberapa variabel, seperti misalnya waktu belajar

    penelitian oleh Meranga (2004) menyatakan alokasi belajar mahasiswa Pendidikan

    Ekonomi rendah, yang ditunjukkan dengan sebagian besar mahasiswa mengalokasikan

    waktu belajarnya dibawah 100%, hasil ini senada dengan penelitian oleh Nurkhasanah

    (2005) yang juga mengatakan efektifitas penggunaan waktu belajar mahasiswa

    Pendidikan Ekonomi adalah rendah.

    7. KERANGKA BERFIKIR

    Kerangka berfikir menurut Purwanto (2007:81) adalah argumentasi dalam

    merumuskan hipotesis yang merupakan jawaban yang bersifat sementara dengan

    masalah yang diajukan. Berikut ini akan dijelaskan secara singkat mengenai variabel –

    variabel penelitian

    7.1 Waktu belajar

    waktu belajar merupakan jumlah jam/menit yang digunakan mahasiswa untuk belajar

    baik secara mandiri atau belajar sendiri, membaca, mempelajari buku catatan atau

    literatur, dan belajar secara terstruktur dengan ke perpustakaan atau browsing internet

    mencari bahan pelajaran yang relevan serta belajar kelompok bersama teman-teman

    dan mengerjakan tugas. Karena kompleksnya materi dan tugas yang sangat menyita

    perhatian dibutuhkan waktu yang banyak pula untuk mengerjakan dan mengerti

    materi. Idialnya, menurut sistem kredit semester yang dianut UKSW 1 sks berarti, 50

  • menit digunakan untuk perkuliahan, 60 menit diperlukan untuk belajar terstruktur dan

    mandiri. Berarti untuk satu matakuliah tertentu dengan nilai 3 sks, mahasiswa harus

    menghadiri kuliah selama 3 x 50 menit dan tidak cukup hanya menghadiri kuliah saja

    diperlukan belajar mandiri 3 x 60 menit dan terstruktur 3 x 60 menit untuk dapat

    benar-benar menguasai materi dan mengerjakan semua tugas yang diberikan.

    7.2 Motivasi belajar

    Motivasi kuliah merupakan dorongan semangat yang muncul dari dalam dan dari luar

    individu untuk menghadiri kuliah dan belajar. Lebih dari sekedar menjalankan

    kewajiban, tetapi menghadiri kuliah harus dapat dihayati secara mendalam dan

    berdasarkan kesadaran mahasiswa menyadari pentingnya pendidikan. Maslow

    menyusun suatu teori tentang kebutuhan manusia yang bersifat hierarkis, dan

    dikelompokkan menjadi lima tingkat, yaitu: physiological needs, safety needs,

    belongingness and love needs, esteem needs, and need for self-actualiztion (Maslow,

    1970) dalam Mulyasa (2009:59). Untuk dapat memenuhi kebutuhan seperti halnya

    yang dikatan oleh teori Maslow mahasiswa pada dasarnya memiliki tekad yang kuat,

    motivasi yang tinggi untuk melaksanakan segala sesuatu khususnya belajar sehingga

    dapat mencapai tujuan.

    7.3 Kompetensi guru

    Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, yang kemudian

    didukung oleh Permen nomor 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik

    dan kompetensi guru serta PPRI nomor 74 tahun 2008 tentang guru. Undang Undang

    nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen menyatakan bahwa seorang guru yang

    profesional harus memenuhi berbagai kriteria, salah satunya mengharuskan

  • penguasaan empat kompetensi, yaitu kompetensi kepribadian mencakup kepribadian

    yang berimandan bertakwa, arif dan bijaksana, berakhlak mulia, jujur, berwibawa,

    dan lain-lain, kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari

    masyarakat, kompetensi paedagogik merupakan kemampuan guru dalam mengelola

    pembelajaran peserta didik dan kompetensi profesional merupakan kemampuan guru

    dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan teknologi dan senidan

    budaya yang diampunya.

    7.4 Hubungan penggunaan waktu belajar dan motivasi kuliah dengan penguasaan

    kompetensi guru

    Mahasiswa FKIP – UKSW untuk dapat menjadi guru professional seperti yang

    saat ini sedang digalakkan perlu mempersiapkan diri sejak dini pada saat menempuh

    pendidikan sehingga benar-benar siap menjadi guru. Menjadi guru bukan perkara

    mudah setumpuk kompetensi harus dikuasai, untuk dapat menguasai kompetensi

    tersebut pertama perlu adanya kesadaran dan tekad yang kuat untuk menjadi guru

    atau profesi yang berhubungan dengan jurusan pendidikan saat ini. Kedua lebih dari

    sekedar tekad, pada tahap merencanakan dan melaksanakan belajar agar dapat

    menguasai materi dan aplikasinya dalam kehidupan dan dunia kerja, yang terlihat

    melalui jumlah dan alokasi waktu yang digunakan untuk belajar.

    Hubungan antar variabel pada penelitian ini diduga positif, yaitu jika waktu yang

    digunakan untuk belajar tinggi, maka penguasaan kompetensi guru juga tinggi. Jika

    motivasi kuliah tinggi maka penguasaan kompetensi guru juga tinggi pula. Diagram

    kerangka berfikir penelitian ini dengan (X1) penggunaan waktu belajar, (X2) motivasi

    belajar dan (Y) penguasaan kompetensi guru dapat dilihat dari gambar berikut:

  • Gambar 2.1

    Kerangka pemikiran Hubungan penggunaan waktu belajar dan Motivasi Belajar dengan

    Penguasaan Kompetensi Guru di Kalangan Mahasiswa FKIP UKSW Salatiga

    Keterangan :

    X1 = penggunaan waktu belajar

    X2 = Motivasi Belajar

    Y = Kompetensi Guru

    8. HIPOTESIS PENELITIAN

    Menurut Sugiyono (2010 : 96), hipotesis merupakan jawaban sementara dengan

    rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah telah dinyatakan dalam bentuk

    kalimat pertanyaan. Menurut Nyoman Kutha (2010:120) hipotesis adalah pernyataan

    yang menunjukkan adanya kemungkinan hubungan tertentu antara dua atau lebih fakta

    atau variabel. Dengan mengacu pada rumusan masalah dan kerangka pemikiran yang

    telah dibuat, peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut :

    Y

    X2

    X1

  • Hipotesis empirik

    1. Ha = terdapat hubungan positif dan signifikan antara penggunaan waktu belajar

    dengan penguasaan kompetensi guru di kalangan mahasiswa FKIP UKSW

    Salatiga

    2. H0 = tidak terdapat hubungan positif dan signifikan antara penggunaan waktu

    belajar dengan penguasaan kompetensi guru di kalangan mahasiswa FKIP UKSW

    Salatiga

    3. Ha = terdapat hubungan positif dan signifikan antara motivasi belajar dengan

    penguasaan kompetensi guru di kalangan mahasiswa FKIP UKSW Salatiga

    4. H0 = tidak terdapat hubungan positif dan signifikan antara motivasi belajar

    dengan penguasaan kompetensi guru di kalangan mahasiswa FKIP UKSW

    Salatiga

    5. Ha = terdapat hubungan positif dan signifikan antara penggunaan waktu belajar

    dan motivasi belajar dengan penguasaan kompetensi guru di kalangan mahasiswa

    FKIP UKSW Salatiga

    6. H0 = tidak terdapat hubungan positif dan signifikan antara penggunaan waktu

    belajar dan motivasi belajar dengan penguasaan kompetensi guru di kalangan

    mahasiswa FKIP UKSW Salatiga

  • Hipotesis statistik

    1. H0 = r ρ X1Y117 = 0 α 0,05

    2. Ha = r ρ X1Y117 > 0 α 0,05

    3. H0 = r ρ X2Y117 = 0 α 0,05

    4. Ha = r ρ X2Y117 > 0 α 0,05

    5. H0 = r ρ X1X2Y117 = 0 α 0,05

    6. Ha = r ρ X1X2Y117 > 0 α 0,05